HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA Hubungan Antara Ukuran Lingkar Pinggang Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN
KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA
KEPOLISIAN RESOR KARANGANYAR

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan oleh :
Muhammad Iqbal
J 500 100 110

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ABSTRAK
Muhammad Iqbal, J500100110, 2014, HUBUNGAN ANTARA UKURAN
LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL
PADA ANGGOTA KEPOLISIAN RESOR KARANGANYAR, Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Latar belakang: Obesitas merupakan keadaan patologis yang menimbulkan
perubahan – perubahan metabolik sehingga timbul kumpulan gejala yang disebut
sindrom metabolik. Individu dengan sindrom metabolik mengalami resistensi
insulin yang merupakan predisposisi menjadi prediabetes atau diabetes tipe 2
kemudian didiagnosis dengan tes toleransi glukosa oral. Obesitas dapat diukur
melalui metode antropometri lingkar pinggang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara ukuran lingkar pinggang dengan kadar gula darah
postprandial di Polres Karanganyar.
Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Polres Karanganyar pada tanggal 14 –

15 November 2013. Besar sampel yang digunakan adalah sebesar 75 sampel yang
dikumpulkan dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan berdasarkan
pengukuran lingkar pinggang dilanjutkan dengan pengukuran kadar gula darah
postprandial. Data kemudian dianalisis dengan program SPSS.
Hasil: Dari 75 didapatkan 29 sampel dengan obesitas dan kadar gula darah
postprandial tinggi. Dengan menggunakan uji analisis Chi – Square didapatkan
nilai p = 0,029 (88 cm untuk
wanita ketika BMI ≥25 kg/m² (Blaha et al., 2011).


Jumlah adiposit dapat bertambah hanya selama masa balita dan
kanak – kanak dan kelebihan masukan energi pada anak dapat
menimbulkan obesitas tipe hiperplastik, yang ditandai dengan peningkatan
jumlah adiposit dan sedikit peningkatan ukuran adiposit. Obesitas pada
orang dewasa timbul akibat peningkatan ukuran adiposit, yang
menimbulkan obesitas tipe hipertrofik. Perkembangan obesitas pada orang
dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan
ukurannya (Guyton dan Hall, 2008:917).
Keseimbangan antara intake kalori dan pengeluaran energi
menentukan berat badan seseorang. Seorang individu makan kalori lebih
banyak daripada pembakaran kalori, maka energi yang berlebih itu akan
disimpan dalam tubuh sebagai lemak sehingga menjadi penyebab tersering
dari obesitas ialah terlalu banyak makan dan physically inactivity(Stoppler
MC, 2012).
Faktor genetik sebagai penyebab obesitas, karena obesitas jelas
menurun dalam keluarga. Hal ini disebabkan didalam keluarga memiliki
kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Peran genetik yang
pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan.
Pengaruh faktor lingkungan sangat nyata, dengan adanya
peningkatan prevalensi obesitas yang cepat di sebagian negara maju, yang

disertai dengan berlimpahnya makanan berenergi tinggi (terutama
makanan berlemak) (Guyton dan Hall, 2008:917).
Inaktivitas fisik sangat berhubungan erat dengan wilayah
perkotaan, dimana wilayah dengan pendapatan tinggi dan menegah ke atas
lebih tinggi kejadian obesitas daripada daerah atau wilayah dengan
pendapatan menengah ke bawah dan rendah (WHO 2013; RISKESDAS
2007).
Kesalahan memilih jenis santapan juga berpengaruh terhadap
morbiditas obesitas. Dietary fat atau diet tinggi lemak menjadi tersangka
utama pada obesitas, karena lemak mengandung banyak kalori per gram
daripada karbohidrat dan protein yang banyak ditemukan pada makanan

tinggi kalori. Sedangkan makanan dengan kalori sedang atau rendah
memiliki pengaruh yang rendah daripada dietary fat (Racette et al., 2003).
Hormon leptin disekresikan oleh adiposit dalam proporsi lemak
tubuh dan memainkan peran penting dalam homeostasis energi dengan
menginformasikan otak tentang keseimbangan dua energi (masukan dan
keluaran) dan jumlah bahan bakar yang disimpan sebagai lemak, atau
berperan dalam long-term regulate.
Disimpulkan, bahwa sinyal melanocortin memainkan peran kunci

fisiologis dalam hal mempertahankan diri dari kelebihan lemak.Neuron
orexigenic

yang

terletak

berdekatan

dengan

sel

POMC,

yaitu

neuropeptide-Y (NPY) dan AgRP (endogenous antagonist of the
melanocortin-4 receptor ), kedua neuron ini memainkan peran dalam


merangsang perilaku makan bersama – sama dengan GABAergic dan
asam aminobutirat. Keseimbangan energi negatif ( EI < EE) dan
rendahnya kadar lemak plasma tubuh mengakibatkan sinyal umpan balik
negatif dari adiposit (penurunan kadar leptin dan insulin), sedangkan dilain
pihak meningkatkan kadar ghrelin. Terjadi aktivasi NPY dan AgRP yang
menghambat sel POMC dan terjadilah hypophagia (peningkatan asupan
makanan), keseimbangan energi positif, pemulihan lemak yang hilang
(Williams dan Schwartz, 2005).
Jaringan adiposa adalah satu-satunya sumber adiponectin, yaitu
antiinflamasi yang berhubungan dengan perlindungan dari atherosclerosis.
Penelitian tentang inflamasi pada jaringan adiposa telah mendapatkan
pembenaran yang luas oleh gambaran makrofag jaringan yang ada di
jaringan adiposa (Di Gregorio et al., 2005).
Lingkar pinggang yang melebihi normal berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa plasma melalui keseimbangan energi positif
dari asupan energi yang berlebihan sehingga terjadi akumulasi lemak di
jaringan adiposa abdominal yang berdampak pada peningkatan asam
lemak

bebas,


proses

glukogenesis,

akumulasi

trigliserida

yang

menyebabkan resistensi insulin (Jalalet al., 2006). Sehingga peningkatan

lingkar pinggang merupakan faktor risiko mayor diabetes tipe 2 (Gautier et
al., 2010).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November
2013 di Polres Karanganyar. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota

Kepolisian Resor Karanganyar. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian
ini adalah consecutive sampling.
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota
Kepolisian Resor Karanganyar, berjenis kelamin laki-laki dan atau perempuan,
yang bersedia mengikuti penelitian.

HASIL
Tabel 1. Gambaran Umum Sampel
Variabel

Frekuensi

Presentase %

Laki – laki

66

88


Perempuan

9

12

Total

75

100

21 - 30

21

28

31 - 40


15

20

41 - 50

19

25

> 51

20

26

Total

75


100

Normal

28

37,3

Tidak Normal

47

62,7

75

100

1. Jenis Kelamin


2. Umur

3. Lingkar Pinggang

Total
4. Gula Darah 2 Jam Postprandial

Normal

36

48

Tidak Normal

39

52

75

100

Total

Tabel 2. Rasio prevalensi lingkar pinggang dengan kadar gula darah
postprandial
Gula Darah Postprandial

Variabel

Normal

Naik

Lingkar

Normal

18

10

pinggang

Berlebih

18

29

RP

1,72

Tabel 3. Hasil Analisis Chi – Square Lingkar Pinggang dengan Gula
Darah Postprandial
Gula darah postprandial
Normal
Naik

Variabel

N
Lingkar pinggang

Normal
Berlebih

Total

18
18
36

%

N



P

4,748

Dokumen yang terkait

Hubungan antara Kadar Interleukin-6 (IL-6) dengan Disease Activity Score-28 (DAS28) pada Artritis Reumatoid

14 133 56

HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA LAKI LAKI DEWASA

0 17 58

HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA Hubungan Antara Ukuran Lingkar Pinggang Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

0 1 14

DAFTAR PUSTAKA Abbasi F., Malhotra D., Mathur A., Reaven G.M., Molina C.R., 2012. Body Mass Hubungan Antara Ukuran Lingkar Pinggang Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

0 1 5

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA KEPOLISIAN Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

0 2 4

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

0 1 4

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA KEPOLISIAN Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

0 1 16

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL (RLPP) DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PEGAWAI DI PUSKESMAS SAKTI PIDIE

0 0 5

HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN STROKE

0 0 44