ARTIKEL PUBLIKASI Implementasi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Pada Pokok Bahasan Lingkaran (PTK pada siswa kelas VIII semester genap SMP N 3 Sawit Tahun 2014/ 2015).

ARTIKEL PUBLIKASI

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN
(PTK pada siswa kelas VIII semester genap SMP N 3 Sawit
Tahun 2014/ 2015)

Artikel Publikasi ini Diajukan untuk memperolah Gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:
RISMIANTI
A410110128

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

PENINGKATAN PENALARAN DENGAN STRATEGI CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING
Rismianti1 dan Budi Murtiyasa2
1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, antirismi0809@gmail.com
2

Staf Pengajar UMS, budi.murtiyasa@ums.ac.id
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACT
This study aims to determine the increase in reasoning eighth grade
students through the application of learning strategies Contextual Teaching and
Learning on the subject of the circle. This type of research is the Classroom Action
Research (CAR). Subject this study is students of class VIII E SMP Negeri 3 Sawit
academic year 2014/2015 the number of students 30. The data collection method
used is the method of observation, interviews, review of theory and tests. Data
analysis techniques in this study conducted a qualitative descriptive. Qualitative
descriptive analysis carried out by the method of flow. Data were analyzed since the
act of learning, every action during the two rounds. The results of this research there

is an increase in learning mathematics reasoning on the subject of the circle. It can
be seen from the number of students who: 1) think coherently increased from 51,72%
until 82,76%, 2) deliver precisely the argument increased from 44,83% until 79,31%,
and 3) deduce an increased from 41,38% until 72,42%. The conclusion of this study
is learning strategy Contextual Teaching and Learning can improve students'
reasoning abilities in mathematics.
Keywords: circle, contextual teaching and learning, reasoning.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penalaran siswa
kelas VIII melalui penerapan strategi pembelajaran Contextual Teaching and
Learning pada pokok bahasan lingkaran. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri
3 Sawit tahun ajaran 2014/ 2015 dengan jumlah siswa 30. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, kajian teori dan tes. Teknik
analisis data pada penelitian ini dilakukan secara diskriptif kualitatif. Analisis
diskriptif kualitatif dilaksanakan dengan metode alur. Data dianalisis sejak tindakan
pembelajaran, setiap tindakan selama dua putaran. Hasil penelitian ini yaitu ada
peningkatan penalaran belajar matematika pada pokok bahasan lingkaran. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya siswa yang: 1) mampu berpikir secara runtut meningkat
dari 51,72% menjadi 82,76%, 2) mampu menyampaikan argumen secara tepat

meningkat dari 44,83% menjadi 79,31%, dan 3) mampu menarik kesimpulan
meningkat dari 41,38% menjadi 72,42%.Kesimpulan dari penelitian ini adalah
strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan
kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran matematika.
1

Kata kunci:contextual teaching and learning, lingkaran, penalaran.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, ketrampilan dan
moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu
pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pendidikan berlangsung secara efektif,
manusia memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya dan produk
pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa.
Matematika memainkan peranan penting dalam dunia pendidikan saat ini.
Peranan ini dapat dilihat pada bantuan matematika dalam berbagai sektor kehidupan
manusia. Ilmu matematika juga memberikan sumbangan yang cukup besar dalam
pembentukan manusia unggul. Matematika adalah ilmu yang berkembang sejak
ribuan tahun yang lalu dan masih tumbuh hingga kini.
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu
konsep


atau

pernyataan

diperoleh

sebagai

akibat

logis

dari

kebenaran

sebelumnya.Sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat
konsisten. Pada prinsipnya, dalam pembelajaran matematika pola pikir induktif dan
deduktif keduanya dapat digunakan untuk mempelajari konsep-konsep matematika.

Namun demikian, pembelajaran matematika dengan fokus pemahaman konsep,
penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah dapat diawali dengan
menggunakan pola pikir induktif melalui pengalaman-pengalaman khusus yang
dialami siswa.
Kemampuan bernalar tidak hanya dibutuhkan para siswa ketika mereka
belajar matematika maupun mata pelajaran lainnya, namun sangat dibutuhkan setiap
manusia disaat memecahkan masalah ataupun disaat menentukan keputusan. Alex
Sobur (2009 : 209) menyatakan bahwa penalaran adalah kegiatan berpikir seturut
asas kelurusan berpikir atau sesuai dengan hukum logika.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak dijumpai perbedaan dalam
proses penalaran pada masing-masing siswa. Bervariasinya kemampuan penalaran
matematika disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor yang bersumber dari
guru dan siswa. Akar penyebab yang bersumber dari guru yaitu pada umumnya guru
masih menggunakan cara-cara konvensional, sehingga kemampuan penalaran siswa
2

masih sangat rendah.Akar penyebab yang bersumber dari siswa yaitu kurangnya
kemampuan siswa dalam melakukan pemecahan masalah dan kemampuan
komunikasi matematika.
Salah satu upaya untuk meningkatkan penalaran matematika siswa yaitu

dengan menggunakan pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah. Belajar
memecahkan masalah adalah proses belajar berpikir dan belajar bernalar untuk
mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh dalam rangka
memecahkan masalah yang belum pernah dijumpai. Dengan demikian, pendekatan
pemecahan masalah akan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi dengan
penalaran matematika siswa. Pemecahan masalah merupakan salah satu cara belajar
yang dianggap efisien dalam usaha untuk mencapai tujuan pengajaran.
Berdasarkan akar penyebab yang telah diuraikan diatas, dapat dimakna
bahwa akar penyebab yang paling dominan bersumber pada guru. Alternatif tindakan
yang dapat ditawarkan yaitu dengan penerapan strategi pembelajaran Contextual
Teaching and Learning dalam proses pembelajaran. Abdul Majid (2013 : 228)
menyatakan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Menurut Sutama (2013 : 55), “Contextual learning at this research is
conducted with discussion method. Group discussion can form students’ character
for thinking critically in developing ideas for problem solving.” Yang berarti
Contextual Teaching and Learning adalah penelitian yang diadakan dengan metode

diskusi.Kelompok diskusi dapat terbentuk dari karakter siswa untuk berpikir kritis
dalam menyelesaikan masalah.
Dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran
diharapkan lebih bermakna, karena proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa belajar dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari
guru ke siswa. Berdasarkan uraian diatas, maka judul tulisan ini adalah peningkatan
penalaran dengan strategi Contextual Teaching and Learning.

3

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Sawit yang dilaksanakan mulai
tanggal 13 Januari 2015 sampai tanggal 27 Januari 2015. Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas VIII E berjumlah 30 siswa. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian meliputi pengamatan atau observasi, wawancara atau
diskusi, kajian dokumen, dan tes.
Observasi adalah mengamati secara langsung dengan teliti, cermat dan hatihati terhadap fenomena-fenomena dalam pembelajaran matematika. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui adanya perilaku tindak belajar matematika siswa yaitu
peningkatan


kemampuan

penalaran

dalam

pembelajaran

matematika.Guru

matematika dan peneliti melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang harus
diteliti. Wawancara juga digunakan untuk mengetahui respon dari narasumber.
Dalam penelitian ini narasumbernya adalah guru dan siswa.
Kajian dokumen adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam
dokumen yang telah ada. Dokumentasi merupakan suatu teknik untuk memperoleh
atau mengetahui sesuatu dengan melihat buku, arsip/ catatan yang berhubungan
dengan orang yang akan diteliti. Dokumen digunakan untuk memperoleh data
sekolah dan data identitas siswa, antara lain seperti nama siswa, nomor induk siswa

dengan melihat dokumen yang ada di sekolah.
Sedang tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan soal serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu untuk memperoleh data dari siswa dalam
mengerjakan soal matematika sebelum penelitian, selama penelitian dan setelah
penelitian dilaksanakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Awalnya guru merasa bahwa strategi Contextual Teaching and Learning
kurang efektif untuk diterapkan pasa siswa. Seiring berjalannya waktu, guru terbiasa
menerapkan strategi tersebut pada siswa. Pembelajaran yang awalnya monoton dan

4

membosankan menjadi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.Hal ini
disebabkan guru melakukan pembelajaran dengan metode diskusi melalui
permasalahan yang dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Dalam hal ini siswa
dituntut untuk mengungkapkan ide dan gagasan mereka secara runtut dalam diskusi
kelompok. Kaitannya dengan strategi pembelajaran Contextual Teaching and
Learning, berikut adalah kegiatan siswa dalam berkelompok yang menerapkan

strategi tersebut.Siswa diminta belajar secara nyata dari sebuah benda pemodelan
lingkaran yang siswa bawa maupun yang dibuat sendiri.

Gambar 1 Kegiatan diskusi kelompok siswa pada siklus I

Gambar 1 diatas menunjukkan kegiatan diskusi kelompok siswa pada siklus
I, dimana siswa diminta mengukur model lingkaran yang sudah dibawa. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan benang untuk mengukur keliling lingkaran
kemudian hasilnya dicatat guna mencari nilai pendekatan phi.

5

Gambar 2 Kegiatan diskusi kelompok siswa pada siklus II

Gambar 2 diatas menunjukkan kegiatan diskusi kelompok siswa pada siklus
II, dimana siswa diminta membagi lingkaran yang sudah dibuat menjadi potonganpotongan juring. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari asal mula rumus lingkaran
dengan bantuan pemodelan.
Dalam proses diskusi guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing
dan mengarahkan para siswa secara berkeliling. Pada tahap siklus I, guru merasa
bahwa proses diskusi kurang berjalan dengan baik. Namun pada tahap siklus II,

dengan meningkatnya tanggung jawab siswa, menciptakan suasana belajar lebih
kondusif. Sehingga guru melihat keberhasilan yang nyata terhadap pembelajaran di
kelas. Hal ini menumbuhkan antusias dan percaya diri pada guru untuk menerapkan
strategi tersebut pada pembelajaran selanjutnya.
Untuk mengetahui seberapa tingkat keefektifan belajar menggunakan
strategi Contextual Teaching and Learninguntuk meningkatkan kemampuan
penalaran siswa maka diadakan post test dan hasilnya memuaskan seperti yang
diharapkan. Berikut dapat kita lihat peningkatan yang cukup signifikan terhadap
peningkatan kemampuan penalaran siswa dari awal sebelum tindakan sampai tahap
sesudah tindakan siklus I dan siklus II dalam bentuk tabel 1 dan gambar 3 sebagai
berikut:

6

Tabel 1 Data peningkatan kemampuan penalaran siswa
Indikator
No

Kemampuan

Siklus I

Siklus II

Berpikir secara

15 siswa

20 siswa

24 siswa

runtut

(51,72%)

(68,97%)

(82,76%)

13 siswa

19 siswa

23 siswa

(44,83%)

(65,52%)

(79,31%)

Menarik

12 siswa

19 siswa

21 siswa

kesimpulan

(41,38%)

(65,52%)

(72,42%)

Menyampaikan
2

argumen secara
tepat

3

Sesudah Tindakan

Tindakan

Penalaran Siswa
1

Sebelum

Tabel 1 diatas menunjukkan data peningkatan kemampuan penalaran siswa.
Dimana sebelum tindakan siswa yang mampu berpikir secara runtut sebanyak 15
siswa, sesudah diadakan tindakan pada siklus I bertambah 5 siswa menjadi 20 siswa
dan pada siklus II bertambah lagi 4 siswa menjadi 24 siswa.Dan sebelum tindakan
siswa yang mampu menyampaikan argumen secara tepat sebanyak 13 siswa, sesudah
diadakan tindakan pada siklus I bertambah 6 siswa menjadi 19 siswa dan pada siklus
II bertambah lagi 4 siswa menjadi 23 siswa. Serta sebelum tindakan siswa yang
mampu menarik kesimpulan sebanyak 12 siswa, sesudah diadakan tindakan pada
siklus I bertambah 7 siswa menjadi 19 siswa dan pada siklus II bertambah lagi 2
siswa menjadi 21 siswa.

7

90.00%
80.00%
70.00%

Kemampuan Berpikir
Runtut

60.00%
50.00%

Kemampuan
Menyampaikan
Argumen Secara Tepat

40.00%
30.00%
20.00%

Kemampuan Menarik
Kesimpulan

10.00%
0.00%
Sebelum Siklus I
Tindakan

Siklus II

Gambar 3 Grafik peningkatan kemampuan penalaran siswa

Gambar 3 diatas menunjukkan grafik peningkatan kemampuan penalaran
siswa. Dimana sebelum tindakan siswa yang mampu berpikir secara runtut sebanyak
51,72%, sesudah diadakan tindakan pada siklus I bertambah menjadi 68,97% dan
pada siklus II bertambah lagi menjadi 82,76%. Dan sebelum tindakan siswa yang
mampu menyampaikan argumen secara tepat sebanyak 44,83%, sesudah diadakan
tindakan pada siklus I bertambah menjadi 65,52% dan pada siklus II bertambah lagi
menjadi 79,31%. Serta sebelum tindakan siswa yang mampu menarik kesimpulan
sebanyak 41,38%, sesudah diadakan tindakan pada siklus I bertambah menjadi
65,52% dan pada siklus II bertambah lagi menjadi 72,42%.
Hal ini dapat dilihat bahwa strategi Contextual Teaching and Learning
terbukti mencapai indikator kemampuan penalaran matematika sebagai berikut:
1. Mampu berpikir runtut
Kemampuan berpikir secara runtut yaitu siswa mampu menentukan
langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan secara
runtut mulai dari awal perencanaan hingga didapatkan suatu kesimpulan.

8

Gambar 4 Pekerjaan siswa yang sudah mencapai indikator berpikir secara
runtut

Gambar 4 diatas menunjukkan pekerjaan siswa yang sudah mencapai
indikator berpikir secara runtut. Karena sudah menuliskan konsep mulai dari
diketahui, ditanya, sampai dijawab dan mampu memasukkan unsur yang diketahui
kedalam konsep-konsep tersebut. Pendapat Piaget (M. Nawi, 2012 : 86), setiap
anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur.
Kaitannya berpikir menurut tahap yang teratur dengan penelitian ini adalah siswa
mampu berpikir secara runtut dengan tahap yang teratur.
2. Mampu menyampaikan argumen secara tepat
Kemampuan menyampaikan pendapat secara tepat yaitu siswa mampu
memberikan argumen secara logis terkait dengan rencana langkah perencanaan
masalah sehingga dapat diketahui proses penalaran dari siswa tersebut.

9

Gambar 5 Pekerjaan siswa yang sudah mencapai indikator mampu
menyampaikanargumen secara tepat

Gambar 5 diatas menunjukkan pekerjaan siswa yang sudah mencapai
indikator mampu berpikir secara tepat. Karena sudah mampu memasukkan unsurunsur yang diketahui tepat kedalam rumus yang telah dituliskan. Perhitungan juga
sudah benar, sehingga hasil dapat diperoleh dengan benar. Pendapat Jhonson dan
Rising (Bambang Riyanto dan Rusdy A. Suradj, 2011 : 113), “mathematics is a
creation of the human mind, concened primarily with idea processes and
reasoning”. Ini berarti bahwa matematika merupakan kreasi pemikiran manusia
yang pada intinya berkaitan dengan ide-ide, proses-proses dan penalaran.
Kaitannya dengan indikator mampu menyampaikan argumen secara tepat adalah
menuangkan ide-ide itu kedalam konsep yang tertulis dari unsur-unsur yang
diketahui.
3. Mampu menarik kesimpulan
Kemampuan menarik kesimpulan yaitu siswa mampu menarik suatu
kesimpulan dari suatu permasalahan yang ada berdasarkan langkah penyelesaian
yang telah ditempuh.

10

Gambar 6 Pekerjaan siswa yang sudah mencapai indikator mampu menarik
kesimpulan

Gambar 6 diatas menunjukkan pekerjaan siswa yang sudah mencapai
indikator mampu menarik kesimpulan. Karena sudah menuliskan kata “jadi”
kemudian diikuti kalimat penjawab pertanyaan diakhir pengerjaan, karena dalam
soal uraian penguatan kata “jadi” kemudian diikuti kalimat penjawab pertanyaan
merupakan ciri anak mampu menarik kesimpulan. Menarik kesimpulan termasuk
indikator dalam penalaran karena proses ini sangat mempengaruhi hasil akhir
pekerjaan soal uraian. Pendapat Sudarminta (Alex Sobur, 2009 : 209), bernalar
merupakan kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang
sebelumnya sudah diketahui. Hal ini tentunya memperkuat jenis indikator ketiga
dimana menarik kesimpulan merupakan indikator yang sangat dibutuhkan dalam
proses bernalar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
Hasil analisis data menunjukkan pembelajaran menggunakan strategi
Contextual Teaching and Learning memberi perubahan yang signifikan terhadap
peningkatan penalaran siswa. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian M. Nawi
(2012 : 92) yang diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) hasil belajar matematika
siswa yang diajar dengan strategi kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang diajar
dengan strategi pembelajaran langsung, 2) hasil belajar matematika siswa yang
memiliki tingkat penalaran formal lebih tinggi daripada siswa yang memiliki
penalaran kongkrit. Hal tersebut mengidentifikasikan adanya interaksi antara strategi
pembelajaran dan kemampuan penalaran formal terhadap hasil belajar matematika
siswa.

11

Selain itu menurut Jathan Austin (2013 : 55), “Understanding the effects of
these contextual factors is important for understanding why advocating a strong
sense of teacher efficacy is too simple a prescription for improving teaching”. Yang
artinya mengetahui betapa pentingnya pembelajaran kontekstual adalah hal penting
bagi guru untuk mendukung perbaikan pembelajaran. Hal ini senada dengan
penerapan strategi Contextual Teaching and Learning yang dilakukan oleh peneliti
bahwa penerapan strategi Contextual Teaching and Learning dapat memperbaiki
proses pembelajaran matematika serta dapat meningkatkan penalaran siswa.

SIMPULAN
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara
guru matematika dan peneliti di kelas VIII E SMP Negeri 3 Sawit dalam
pembelajaran matematika melalui penerapan strategi Contextual Teaching and
Learning dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Adapun kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1) Proses perbaikan tindak mengajar
yang dilakukan oleh guru matematika setelah dikenakan tindakan yaitu guru
bertindak sebagai fasilitator dan tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga
siswa dituntut untuk mengembangkan kemampuannya sendiri. Guru mendorong
siswa untuk lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika, 2) Penerapan strategi Contextual Teaching and Learning dalam kegiatan
pembelajaran matematika akan menambah variasi model pembelajaran yang
diterapkan di sekolah sehingga dapat menarik perhatian siswa dan membuat siswa
lebih aktif serta mandiri dalam mengikuti proses pembelajaran matematika.

DAFTAR PUSTAKA
Austin, Jathan. 2013. “The Role of Contextual Factors in Understanding
Mathematics Teacher Efficacy Beliefs.” Journal of Mathematical Science
and Mathematics Education. Vol. 8 No. 2
Davis, Consuella, Q. Williams dan C. Drake. “Mathematics Ability and Science
Reasoning as Predictors of Science Achievement among African-American

12

Students at a Historical Black College or University.” Journal of
Mathematical Science and Mathematics Education. Vol. 5 No. 2
Majid, abdul. 2013. Strategi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Markworth, Kimberly A. 2012. “This Feline Rodent Task Helps Preservice Teachers
Go Beyond The Cross Multiplication Algorithm To Think About
Proportional Relationships.” Mathematics Teaching In The Middle School.
Vol. 17, No. 9, May 2012
Nawi, M. 2012. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan Penalaran
Formal Terhadap Hasil Belajar Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas
(Swasta) Al Ulum Medan.” Jurnal Tabularasa PPS Unimed. Vol. 9, No. 1,
Juni 2012
Riyanto, Bambang dan Rusdy A. Siroj.2011.“Meningkatkan Kemampuan Penalaran
dan Prestasi Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa
Sekolah Menengah Atas.”Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 5, No.2,
Juli 2011
Sari, Novi Trina, M. Ikhsan dan Hajidin. 2014. “Implementasi Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) Bernuansa Pendidikan Karakter
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
MTsN.” Jurnal Didaktik Matematika. Volume 1, No. 1, April 2014
Sobur, alex. 2009. Psikologi umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Sutama, Haryato dan Sabar Narimo. 2013. “Contextual Math Learning Based on
Lesson Study Can Increase Study Communication.” International Journal of
Education. 2013, Volume 5, No. 4

13

Dokumen yang terkait

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Taksonomi SOLO pada Sub Pokok Bahasan Balok Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 7 Jember;

31 207 241

Implementasi Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Peta Konsep pada Sub Pokok Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A Semester Genap SMP Negeri 4 Jember Tahun Ajaran 2008/2009

1 7 18

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Penggunaan kata depan dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII semester genap Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan Jakarta Tahun pelajaran 2013/2014

0 5 153

Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan KPK dan FPB”

1 7 173

Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa Kelas VIIIA SMP N 2 Pulung Lathifah Mujahidah

0 0 13

10 Keefektifan Contextual Teaching and Learning Berbantuan Alat Peraga Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 8 Pekalongan Nurina Hidayah

0 0 7

Kemampuan Spasial Siswa SMP kelas VIII Ditinjau Dari Kemampuan Matematika Siswa

0 2 6

Penerapan Strategi Pembelajaran Peer Lesson untuk Peningkatan Keaktifan Siswa SMP Pokok Bahasan Lingkaran

0 0 5

Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching And Learning untuk Memfasilitasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Madrasah Tsanawiyah

0 0 14