PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PADA Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk Pada Daerah Endemis Dan Non Endemis DBD Di Kecamatan Karanganyar.
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA
TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PADA
DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS DBD
DI KECAMATAN KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh :
DEVY PUSPO WARDOYO
J500120109
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA
TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PADA
DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS DBD
DI KECAMATAN KARANGANYAR
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
DEVY PUSPO WARDOYO
J500120109
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh
Dosen Pembimbing
dr. Iskandar, M.Kes
NIK. 197506252005011008
ii
iii
TAAN
PERNYAT
Dengan inni saya mennyatakan baahwa dalam
m skripsi ini tidak terddapat karya yang
pernah diaajukan untuuk memperooleh gelar kesarjanaan
k
di suatu Peerguruan Tiinggi,
sepanjangg pengetahuuan saya tiidak terdap
pat karya atau
a
pendappat yang pernah
ditulis ataau diterbitkaan oleh oranng lain, keccuali dalam
m naskah inii dan disebu
utkan
dalam pusstaka.
S
Surakarta,
228 Januari 2016
Devy Pusspo Wardoy
yo
iv
ABSTRAK
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang
Pemberantasan Sarang Nyamuk Pada Daerah Endemis Dan
Non Endemis DBD Di Kecamatan Karanganyar
Devy Puspo Wardoyo, Iskandar, Anika Candrasari.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan karena virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Masalah demam berdarah tidak hanya berdampak pada
masalah klinis individu yang terkena, namun juga berdampak pada kondisi sosial
dan ekonomi masyarakat. Hal ini salah satunya disebabkan kurangnya
pengetahuan dan sosialisasi pemerintah tentang cara yang tepat melakukan upayaupaya tersebut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada perbedaan
tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang pemberantasan sarang nyamuk
pada daerah endemis dan non endemis DBD di Kecamatan Karanganyar.
Metode: Rancangan yang digunakan adalah Desain Observasional Analitik
dengan pendekatan Cross Sectional. Subjek untuk penelitian adalah 100
responden pada daerah endemis dan non endemis di Kecamatan Karanganyar
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil uji T ini menunjukkan p value sebesar 0,03
yang berarti terdapat tingkat pengetahuan IRT tentang pemberantasan sarang
nyamuk lebih baik di daerah endemis.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa tingkat
pengetahuan ibu rumah tangga mengenai pemberantasan sarang nyamuk yang
tinggal di wilayah endemis lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tinggal di
wilayah non endemis.
___________________________________________________________
Kata Kunci: Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga, pemberantasan sarang
nyamuk, Endemis, DBD.
v
ABSTRACT
The Difference In The Level Of Housewives’ Knowledge On The Eradication
Of Mosquito Nests In The Endemic Dengue Area And Non Endemic
Dengue Area In Karanganyar Sub-District
Devy Puspo Wardoyo, Iskandar, Anika Candrasari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Background: Dengue is an infectious disease caused by the dengue virus infected
through the bite of Aedes aegypti mosquito. The problem of dengue does not only
have impacts on the clinical problem of the infected individual, but also have
impacts on the people’s social and economical conditions. One of the causes is
insufficiency in knowledge and government’s socialization about the right ways to
do the efforts.
Objectives: This research aimed at analyzing whether there is difference in the
level of housewives’ knowledge on the eradication of mosquito nests in the
endemic dengue area and non endemic dengue area in Karanganyar sub-district.
Methods: The research design is the analytic observational design with cross
sectional analytic approaches. subjects were 100 people in the endemic dengue
area and non endemic dengue area in Karanganyar sub-district who already
fullfill the inclusion and exclusion criteria.
Results: Based on T test it shows the p value is 0,03. The results showed that the
housewives’ knowledge level on the eradication of mosquito nests was better in
the endemic area.
Conclusion: Based on the results of the research, it could be obtained that the
housewives’ knowledge level on the eradication of mosquito nests in the endemic
area was higher than the housewives’ knowledge level in the non endemic area.
__________________________________________________________________
Keywords: Housewives’ knowledge level, eradication of mosquito nests,
Endemicity, DHF.
vi
Data Depkes RI Tahun 2013, sampai
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue adalah masalah
pertengahan tahun ini, kasus demam berdarah
kesehatan global. Peningkatan angka kejadian
sebesar 48.905 orang terjadi di 31 propinsi
terjadi pada tiga dekade terakhir penyakit
dan 376 diantaranya meninggal dunia. Pada
tersebut di berbagai negara yang dapat
tahun 2012, Kemenkes mencatat sebesar
menimbulkan kematian sekitar kurang dari
90.245 penderita. Pada tahun 2010 angka
1%. Penyakit Dengue terdapat di daerah
kematian mencapai 0,87 %, pada tahun 2011
tropis dan sub tropis sekitar 2,5 milyar
terjadi peningkatan sebesar 0,91 % dan
penduduk yang mempunyai risiko dan hampir
sempat menurun pada tahun 2012 menjadi
terjangkit penyakit ini. Diperkirakan setiap
0,90 % dengan total kasus pada tahun 2012
tahun sekitar 50 juta manusia terinfeksi virus
sebesar 90.245 penderita dan jumlah kenaikan
dengue
diantaranya
mencapai 816 penderita. Tahun 2013 selama
memerlukan rawat inap, dan hampir 90% dari
Januari sampai Juni DBD dilaporkan terjadi
pasien
di 31 propinsi dengan jumlah kasus sebanyak
yang
rawat
500.000
inap
adalah
anak-anak
(Hadinegoro, 2014).
48.905 penderita dan 376 orang diantaranya
Di berbagai negara tropis, virus
meninggal dunia. Propinsi yang dilaporkan
dengue sangat endemik. Di Asia, penyakit ini
KLB DBD tahun 2013 yaitu Lampung,
sering menyerang di India dan semua negara
Sulsel, Kalteng dan Papua.
di Asia Tenggara. Epidemi dengue pada tahun
Pada
periode
Januari
sampai
1779 pertama kali terjadi di Asia, pada tahun
November 2013 jumlah penderita DBD di
1784 di Eropa, pada tahun 1835 di Amerika
Jawa Tengah mencapai 16.401 orang. Dari
Selatan, dan pada tahun 1922 di Inggris
jumlah
(Widoyono, 2011).
meninggal dunia dan terdapat angka kesakitan
tersebut
279
orang
diantaranya
Penyakit Demam Berdarah Dengue
sebesar 4,95 per 10.000 penduduk, lebih
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
tinggi bila dibandingkan pada tahun 2006
karena virus dengue melalui gigitan nyamuk
yang hanya sebesar 3,37 per 10.000 penduduk
Aedes aegypti. Penyakit DBD merupakan
(Huda, 2013). Berdasarkan data dari Dinas
salah satu penyakit yang menjadi masalah
Kesehatan Kecamatan Karanganyar, angka
kesehatan masyarakat dan endemis di seluruh
kejadian kasus DBD Kecamatan Karanganyar
Indonesia
sebanyak 461 kasus Tahun 2012, dan
serta
penyebarannya
semakin
meluas di wilayah Indonesia (Depkes, 2011).
meningkat menjadi 485 kasus pada tahun
1
2013 dengan satu kejadian pasien DBD yang
juga berdampak pada kondisi sosial dan
dinyatakan
ekonomi
meninggal
dunia.
Kecamatan
masyarakat,
sehingga
Karanganyar mempunyai 12 kelurahan, yang
penanganannya tidak hanya bertumpu pada
4
daerah
dinas kesehatan sehingga diperlukan peran
endemis penyakit Demam Berdarah Dengue
aktif semua anggota masyarakat. Sampai saat
(DBD), 4 kelurahan dari 12 kelurahan yang
ini
endemis DBD yaitu kelurahan Gedong,
menunjukkan adanya penurunan kasus yang
kelurahan Lalung, kelurahan Karanganyar dan
signifikan, bahkan kadang-kadang terjadi
kelurahan Jantiharjo. Sedangkan 8 kelurahan
peningkatan. Hal ini salah satunya disebabkan
dari
yaitu
kurangnya
Bolong,
pemerintah
kelurahan Popongan, kelurahan Tegalgede,
melakukan
upaya-upaya
kelurahan Cangakan, kelurahan Delingan,
Pengetahuan
adalah
kelurahan
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap
kelurahan
dinyatakan
daerah
kelurahan
non
sebagai
endemis
Bejen,
DBD
kelurahan
Gayamdompo
dan
kelurahan
Jungke.
suatu
Angka Bebas Jentik (ABJ) di beberapa
wilayah
masalah
Karanganyar
berdarah
pengetahuan
tentang
objek,
dan
cara
sehingga
belum
sosialisasi
yang
tepat
tersebut.
faktor
dalam
yang
konteks
kemampuan pengendalian demam berdarah
belum
tidak bisa lepas dari proses terbentuknya
memenuhi ABJ normal. Salah satu faktor
perilaku. Mengingat penyebaran nyamuk
yang diduga menjadi penyebab meningkatnya
demam berdarah telah tersebar luas di seluruh
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
tanah air, maka upaya pengendalian demam
DBD di Kecamatan Karanganyar adalah
berdarah tidak hanya oleh tenaga kesehatan
perilaku masyarakat dalam melaksanakan
saja tetapi harus didukung peran serta semua
Pemberantasan
anggota
Sarang
masih
demam
Nyamuk
(PSN).
masyarakat secara aktif termasuk
peran ibu rumah tangga (Tairus et al., 2015).
Indikator keberhasilan Pemberantasan Sarang
Penelitian
Nyamuk (PSN) yaitu Angka Bebas Jentik
yang
dilakukan
Atmodjo
menyebutkan
Karanganya, tetapi masih ada beberapa
perbedaan
pengetahuan
kelurahan yang belum mencapai ABJ sebesar
antara wilayah endemis dan non endemis. Hal
95 % (Dinkes Karanganyar, 2015).
ini
(ABJ)
sebesar
95%
di
Kecamatan
disebabkan
karena
bahwa
Purwo
mengenai
semua
terdapat
DBD
anggota
Masalah demam berdarah tidak hanya
masyarakat yang berada di wilayah endemis
berdampak pada individu yang terkena, tetapi
lebih tahu dan lebih mudah mendapat
2
informasi,
karena
dan
mempunyai
keluarga
maupun
DBD
(Kemenkes
menderita
pengalaman
Karanganyar dan Kelurahan Jungke yang
tetangganya
berada di Kecamatan Karanganyar.
2010).
Sedangkan populasi aktual sebagian
menyebutkan
ibu rumah tangga yang ada di Kelurahan
bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan
Karanganyar dan Kelurahan Jungke yang
mengenai DBD dan perilaku PSN antara
berada di Kecamatan Karanganyar. Jumlah
wilayah endemis dan non endemis (Sukma,
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
2009). Berdasarkan uraian di atas, maka
adalah sebesar 100 responden dengan cara
peneliti ingin melakukan penelitian tentang
Probability Sample, dengan teknik Cluster
perbedaan tingkat pengetahuan ibu rumah
Random Sampling. Kriteria inklusi dalam
tangga tentang pemberantasan sarang nyamuk
penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang
pada daerah endemis dan non endemis DBD
berada
di Kecamatan Karanganyar.
Kelurahan Jungke dan ibu rumah tangga yang
Namun,
penelitian
lainnya
RI,
di
Kelurahan
Karanganyar
dan
Tujuan: untuk menganalisis apakah
tercatat sebagai penduduk tetap di Kelurahan
ada perbedaan tingkat pengetahuan ibu rumah
Karanganyar dan Kelurahan Jungke yang
tangga tentang pemberantasan sarang nyamuk
berada di Kecamatan Karanganyar. Kriteria
pada daerah endemis dan non endemis DBD
eksklusi adalah subjek tidak bersedia dalam
di Kecamatan Karanganyar.
penelitian dan subjek sedang sakit.
Variabel independen dalam penelitian
ini daerah endemis dan non Endemis DBD
METODE PENELITIAN
sedangkan
Jenis penelitian ini merupakan jenis
variabel
dependen
tingkat
yang
pengetahuan ibu rumah tangga. Tingkat
menggunakan rancangan pendekatan Cross
pengetahuan ibu rumah tangga mengenai
Sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah
DBD adalah segala sesuatu yang diketahui
Kelurahan
penelitian
Observasional
Analitik
dan
Kelurahan
ibu rumah tangga mengenai penyakit DBD.
di
kecamatan
Meliputi gejala, penyebab, vektor penyakit,
Karanganyar pada bulan November sampai
cara pemberantasan dan pencegahan DBD.
dengan bulan Desember 2015. Populasi target
Di ukur dengan skoring jawaban pertanyaan-
pada penelitian ini adalah
pertanyaan
Jungke
Karanganyar
yang
berada
semua
ibu
seputar
pengetahuan
yang
dirangkum dalam kuisioner. Alat ukur : Tes
rumah tangga yang terdapat di Kelurahan
dengan
3
pertanyaan
pilihan
ganda
yang
berjumlah 20 item pertanyaan, dengan skor
Kelurahan Jungke. Distribusi karakteristik
nilai: Tinggi : Benar 15-20, Sedang : Benar 7-
responden penelitian di tampilkan pada tabel
14, Rendah : Benar 1-6.
berikut:
Daerah endemis DBD adalah daerah
1. Analisis Univariat
dimana penyakit DBD menetap yang berada
a. Diskripsi Data
dalam masyarakat pada suatu tempat /
1) Tingkat usia responden
populasi tertentu. Data didapat dari Dinas
Tabel
Kesehatan Karanganyar. Daerah non endemis
4.1
Distribusi
sampel
berdasarkan tingkat usia
Tingkat
Usia
< 30 Tahun
31 – 40 Tahun
41 – 50 Tahun
51 – 60 Tahun
> 60 Tahun
Jumlah
DBD adalah daerah dimana penyakit DBD
tidak menetap yang berada dalam masyarakat
pada suatu tempat / populasi tertentu. Data
didapat dari Dinas Kesehatan Karanganyar.
Instrumen penelitian yang digunakan pada
Non Endemis
Jumlah Persen
11
22
21
42
13
26
4
8
1
2
50
100
Endemis
Jumlah Persen
17
34
19
38
11
22
2
4
1
2
50
100
(Sumber : Data primer, 2015)
penelitian ini adalah dengan menggunakan
2) Tingkat pendidikan responden
kuisioner.
Tabel
4.2
Distribusi
sampel
berdasarkan tingkat pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat
Pendidikan
SD
SMP
SMA
D3
S1
Jumlah
Penelitian yang telah dilakukan dari
bulan Desember 2015 sampai Januari 2016, di
peroleh 100 responden yang di kategorikan
menjadi daerah endemis DBD dan daerah non
endemis DBD. Responden yang berada di
Non Endemis
Jumlah
Persen
16
32
5
10
26
52
1
2
2
4
50
100
Endemis
Jumlah Persen
12
24
7
14
28
56
1
2
2
4
50
100
(Sumber : Data primer, 2015)
wilayah endemis DBD berjumlah 50 orang
yaitu
di
Lalung,
Kelurahan
Kelurahan
Gedong,
3) Tabel Tingkat Pengetahuan
Kelurahan
Karanganyar
Tabel
dan
Tingkat
Pengetahuan
Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah
di wilayah non endemis DBD berjumlah 50
orang yaitu di Kelurahan Bejen, Kelurahan
Bolong, Kelurahan Popongan, Kelurahan
Tegalgede, Kelurahan Cangakan, Kelurahan
Kelurahan
Gayamdompo
Distribusi
sampel
berdasarkan tingkat pengetahuan
Kelurahan Jantiharjo sedangkan yang berada
Delingan,
4.3
Non Endemis
Jumlah Persen
13
26
23
46
14
28
50
100
(Sumber: Data primer, 2015)
dan
4
Endemis
Jumlah Persen
20
40
22
44
8
16
50
100
pada daerah endemis dan non endemis di
2. Analisis Prasyarat Penelitian
Kecamatan Karanganyar.
a. Uji Normalitas Data
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data
Tingkat
Pengetahuan IRT
Endemis
Non – Endemis
Statistics
p-value
Kesimpulan
0,113
0,101
0,130
0,200
Normal
Normal
Berdasarkan karakteristik responden
diperoleh
berdasarkan
(Sumber: Data primer, 2015)
frekuensi
responden
masing-masing
variabel
memperlihatkan
bahwa
sebagian
besar
responden baik di daerah endemis dan non
b. Uji Homogenitas Data
endemis sebagian besar berusia antara 31-40
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data
Variabel
Tingkat
Pengetahuan IRT
distribusi
Statistics
p-value
Kesimpulan
0,000
1,000
Homogen
tahun.Distribusi
berdasarkan
frekuensi
masing-masing
memperlihatkan
(Sumber : Data primer, 2015)
responden
bahwa
variabel
sebagian
besar
responden baik di daerah endemis dan non
endemis sebagian besar memiliki tingkat
3. Analisis Bivariat
pendidikan SMA.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariat
Tingkat
Pengetahuan IRT
Std.
Mean Deviation thitung
Endemis
12,16
5,040
Non Endemis
10,04
5,059
2,099
Hasil
distribusi
data
menunjukkan
p-value
Std.
Confidence
Interval
terdapat
0,038
0,116-4,124
tentang pemberantasan sarang nyamuk di
26%
tingkat
pengetahuan
IRT
daerah non endemis termasuk kategori tinggi,
(Sumber : Data primer, 2015)
Berdasarkan uji Independent Sample
sedangkan tingkat pengetahuan IRT tentang
T-Test di atas diketahui rata-rata tingkat
pemberantasan sarang nyamuk di daerah
pengetahuan IRT tentang pemberantasan
endemis juga diperoleh kategori tinggi yaitu
sarang nyamuk pada daerah endemis
sebesar 40%, hasil ini menunjukkan tingkat
sebesar
pengetahuan IRT tentang pemberantasan
12,16
sedangkan
tingkat
sarang nyamuk lebih baik di daerah endemis.
pengetahuan IRT tentang pemberantasan
sarang nyamuk pada daerah non endemis
Dalam penelitian ini hasil yang yang
sebesar 10,04, dan diperoleh nilai p =
telah didapat diolah dengan menggunkan
0,038
dapat
SPSS versi 19. Hasil yang diperoleh sesuai
perbedaan
yang
dengan dasar teori dan hipotesis, yaitu ada
pengetahuan
IRT
perbedaan tingkat pengetahuan ibu rumah
tentang pemberantasan sarang nyamuk
tangga tentang pemberantasan sarang nyamuk
(p
TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PADA
DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS DBD
DI KECAMATAN KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh :
DEVY PUSPO WARDOYO
J500120109
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA
TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PADA
DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS DBD
DI KECAMATAN KARANGANYAR
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
DEVY PUSPO WARDOYO
J500120109
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh
Dosen Pembimbing
dr. Iskandar, M.Kes
NIK. 197506252005011008
ii
iii
TAAN
PERNYAT
Dengan inni saya mennyatakan baahwa dalam
m skripsi ini tidak terddapat karya yang
pernah diaajukan untuuk memperooleh gelar kesarjanaan
k
di suatu Peerguruan Tiinggi,
sepanjangg pengetahuuan saya tiidak terdap
pat karya atau
a
pendappat yang pernah
ditulis ataau diterbitkaan oleh oranng lain, keccuali dalam
m naskah inii dan disebu
utkan
dalam pusstaka.
S
Surakarta,
228 Januari 2016
Devy Pusspo Wardoy
yo
iv
ABSTRAK
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang
Pemberantasan Sarang Nyamuk Pada Daerah Endemis Dan
Non Endemis DBD Di Kecamatan Karanganyar
Devy Puspo Wardoyo, Iskandar, Anika Candrasari.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan karena virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Masalah demam berdarah tidak hanya berdampak pada
masalah klinis individu yang terkena, namun juga berdampak pada kondisi sosial
dan ekonomi masyarakat. Hal ini salah satunya disebabkan kurangnya
pengetahuan dan sosialisasi pemerintah tentang cara yang tepat melakukan upayaupaya tersebut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada perbedaan
tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang pemberantasan sarang nyamuk
pada daerah endemis dan non endemis DBD di Kecamatan Karanganyar.
Metode: Rancangan yang digunakan adalah Desain Observasional Analitik
dengan pendekatan Cross Sectional. Subjek untuk penelitian adalah 100
responden pada daerah endemis dan non endemis di Kecamatan Karanganyar
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil uji T ini menunjukkan p value sebesar 0,03
yang berarti terdapat tingkat pengetahuan IRT tentang pemberantasan sarang
nyamuk lebih baik di daerah endemis.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa tingkat
pengetahuan ibu rumah tangga mengenai pemberantasan sarang nyamuk yang
tinggal di wilayah endemis lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tinggal di
wilayah non endemis.
___________________________________________________________
Kata Kunci: Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga, pemberantasan sarang
nyamuk, Endemis, DBD.
v
ABSTRACT
The Difference In The Level Of Housewives’ Knowledge On The Eradication
Of Mosquito Nests In The Endemic Dengue Area And Non Endemic
Dengue Area In Karanganyar Sub-District
Devy Puspo Wardoyo, Iskandar, Anika Candrasari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Background: Dengue is an infectious disease caused by the dengue virus infected
through the bite of Aedes aegypti mosquito. The problem of dengue does not only
have impacts on the clinical problem of the infected individual, but also have
impacts on the people’s social and economical conditions. One of the causes is
insufficiency in knowledge and government’s socialization about the right ways to
do the efforts.
Objectives: This research aimed at analyzing whether there is difference in the
level of housewives’ knowledge on the eradication of mosquito nests in the
endemic dengue area and non endemic dengue area in Karanganyar sub-district.
Methods: The research design is the analytic observational design with cross
sectional analytic approaches. subjects were 100 people in the endemic dengue
area and non endemic dengue area in Karanganyar sub-district who already
fullfill the inclusion and exclusion criteria.
Results: Based on T test it shows the p value is 0,03. The results showed that the
housewives’ knowledge level on the eradication of mosquito nests was better in
the endemic area.
Conclusion: Based on the results of the research, it could be obtained that the
housewives’ knowledge level on the eradication of mosquito nests in the endemic
area was higher than the housewives’ knowledge level in the non endemic area.
__________________________________________________________________
Keywords: Housewives’ knowledge level, eradication of mosquito nests,
Endemicity, DHF.
vi
Data Depkes RI Tahun 2013, sampai
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue adalah masalah
pertengahan tahun ini, kasus demam berdarah
kesehatan global. Peningkatan angka kejadian
sebesar 48.905 orang terjadi di 31 propinsi
terjadi pada tiga dekade terakhir penyakit
dan 376 diantaranya meninggal dunia. Pada
tersebut di berbagai negara yang dapat
tahun 2012, Kemenkes mencatat sebesar
menimbulkan kematian sekitar kurang dari
90.245 penderita. Pada tahun 2010 angka
1%. Penyakit Dengue terdapat di daerah
kematian mencapai 0,87 %, pada tahun 2011
tropis dan sub tropis sekitar 2,5 milyar
terjadi peningkatan sebesar 0,91 % dan
penduduk yang mempunyai risiko dan hampir
sempat menurun pada tahun 2012 menjadi
terjangkit penyakit ini. Diperkirakan setiap
0,90 % dengan total kasus pada tahun 2012
tahun sekitar 50 juta manusia terinfeksi virus
sebesar 90.245 penderita dan jumlah kenaikan
dengue
diantaranya
mencapai 816 penderita. Tahun 2013 selama
memerlukan rawat inap, dan hampir 90% dari
Januari sampai Juni DBD dilaporkan terjadi
pasien
di 31 propinsi dengan jumlah kasus sebanyak
yang
rawat
500.000
inap
adalah
anak-anak
(Hadinegoro, 2014).
48.905 penderita dan 376 orang diantaranya
Di berbagai negara tropis, virus
meninggal dunia. Propinsi yang dilaporkan
dengue sangat endemik. Di Asia, penyakit ini
KLB DBD tahun 2013 yaitu Lampung,
sering menyerang di India dan semua negara
Sulsel, Kalteng dan Papua.
di Asia Tenggara. Epidemi dengue pada tahun
Pada
periode
Januari
sampai
1779 pertama kali terjadi di Asia, pada tahun
November 2013 jumlah penderita DBD di
1784 di Eropa, pada tahun 1835 di Amerika
Jawa Tengah mencapai 16.401 orang. Dari
Selatan, dan pada tahun 1922 di Inggris
jumlah
(Widoyono, 2011).
meninggal dunia dan terdapat angka kesakitan
tersebut
279
orang
diantaranya
Penyakit Demam Berdarah Dengue
sebesar 4,95 per 10.000 penduduk, lebih
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
tinggi bila dibandingkan pada tahun 2006
karena virus dengue melalui gigitan nyamuk
yang hanya sebesar 3,37 per 10.000 penduduk
Aedes aegypti. Penyakit DBD merupakan
(Huda, 2013). Berdasarkan data dari Dinas
salah satu penyakit yang menjadi masalah
Kesehatan Kecamatan Karanganyar, angka
kesehatan masyarakat dan endemis di seluruh
kejadian kasus DBD Kecamatan Karanganyar
Indonesia
sebanyak 461 kasus Tahun 2012, dan
serta
penyebarannya
semakin
meluas di wilayah Indonesia (Depkes, 2011).
meningkat menjadi 485 kasus pada tahun
1
2013 dengan satu kejadian pasien DBD yang
juga berdampak pada kondisi sosial dan
dinyatakan
ekonomi
meninggal
dunia.
Kecamatan
masyarakat,
sehingga
Karanganyar mempunyai 12 kelurahan, yang
penanganannya tidak hanya bertumpu pada
4
daerah
dinas kesehatan sehingga diperlukan peran
endemis penyakit Demam Berdarah Dengue
aktif semua anggota masyarakat. Sampai saat
(DBD), 4 kelurahan dari 12 kelurahan yang
ini
endemis DBD yaitu kelurahan Gedong,
menunjukkan adanya penurunan kasus yang
kelurahan Lalung, kelurahan Karanganyar dan
signifikan, bahkan kadang-kadang terjadi
kelurahan Jantiharjo. Sedangkan 8 kelurahan
peningkatan. Hal ini salah satunya disebabkan
dari
yaitu
kurangnya
Bolong,
pemerintah
kelurahan Popongan, kelurahan Tegalgede,
melakukan
upaya-upaya
kelurahan Cangakan, kelurahan Delingan,
Pengetahuan
adalah
kelurahan
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap
kelurahan
dinyatakan
daerah
kelurahan
non
sebagai
endemis
Bejen,
DBD
kelurahan
Gayamdompo
dan
kelurahan
Jungke.
suatu
Angka Bebas Jentik (ABJ) di beberapa
wilayah
masalah
Karanganyar
berdarah
pengetahuan
tentang
objek,
dan
cara
sehingga
belum
sosialisasi
yang
tepat
tersebut.
faktor
dalam
yang
konteks
kemampuan pengendalian demam berdarah
belum
tidak bisa lepas dari proses terbentuknya
memenuhi ABJ normal. Salah satu faktor
perilaku. Mengingat penyebaran nyamuk
yang diduga menjadi penyebab meningkatnya
demam berdarah telah tersebar luas di seluruh
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
tanah air, maka upaya pengendalian demam
DBD di Kecamatan Karanganyar adalah
berdarah tidak hanya oleh tenaga kesehatan
perilaku masyarakat dalam melaksanakan
saja tetapi harus didukung peran serta semua
Pemberantasan
anggota
Sarang
masih
demam
Nyamuk
(PSN).
masyarakat secara aktif termasuk
peran ibu rumah tangga (Tairus et al., 2015).
Indikator keberhasilan Pemberantasan Sarang
Penelitian
Nyamuk (PSN) yaitu Angka Bebas Jentik
yang
dilakukan
Atmodjo
menyebutkan
Karanganya, tetapi masih ada beberapa
perbedaan
pengetahuan
kelurahan yang belum mencapai ABJ sebesar
antara wilayah endemis dan non endemis. Hal
95 % (Dinkes Karanganyar, 2015).
ini
(ABJ)
sebesar
95%
di
Kecamatan
disebabkan
karena
bahwa
Purwo
mengenai
semua
terdapat
DBD
anggota
Masalah demam berdarah tidak hanya
masyarakat yang berada di wilayah endemis
berdampak pada individu yang terkena, tetapi
lebih tahu dan lebih mudah mendapat
2
informasi,
karena
dan
mempunyai
keluarga
maupun
DBD
(Kemenkes
menderita
pengalaman
Karanganyar dan Kelurahan Jungke yang
tetangganya
berada di Kecamatan Karanganyar.
2010).
Sedangkan populasi aktual sebagian
menyebutkan
ibu rumah tangga yang ada di Kelurahan
bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan
Karanganyar dan Kelurahan Jungke yang
mengenai DBD dan perilaku PSN antara
berada di Kecamatan Karanganyar. Jumlah
wilayah endemis dan non endemis (Sukma,
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
2009). Berdasarkan uraian di atas, maka
adalah sebesar 100 responden dengan cara
peneliti ingin melakukan penelitian tentang
Probability Sample, dengan teknik Cluster
perbedaan tingkat pengetahuan ibu rumah
Random Sampling. Kriteria inklusi dalam
tangga tentang pemberantasan sarang nyamuk
penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang
pada daerah endemis dan non endemis DBD
berada
di Kecamatan Karanganyar.
Kelurahan Jungke dan ibu rumah tangga yang
Namun,
penelitian
lainnya
RI,
di
Kelurahan
Karanganyar
dan
Tujuan: untuk menganalisis apakah
tercatat sebagai penduduk tetap di Kelurahan
ada perbedaan tingkat pengetahuan ibu rumah
Karanganyar dan Kelurahan Jungke yang
tangga tentang pemberantasan sarang nyamuk
berada di Kecamatan Karanganyar. Kriteria
pada daerah endemis dan non endemis DBD
eksklusi adalah subjek tidak bersedia dalam
di Kecamatan Karanganyar.
penelitian dan subjek sedang sakit.
Variabel independen dalam penelitian
ini daerah endemis dan non Endemis DBD
METODE PENELITIAN
sedangkan
Jenis penelitian ini merupakan jenis
variabel
dependen
tingkat
yang
pengetahuan ibu rumah tangga. Tingkat
menggunakan rancangan pendekatan Cross
pengetahuan ibu rumah tangga mengenai
Sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah
DBD adalah segala sesuatu yang diketahui
Kelurahan
penelitian
Observasional
Analitik
dan
Kelurahan
ibu rumah tangga mengenai penyakit DBD.
di
kecamatan
Meliputi gejala, penyebab, vektor penyakit,
Karanganyar pada bulan November sampai
cara pemberantasan dan pencegahan DBD.
dengan bulan Desember 2015. Populasi target
Di ukur dengan skoring jawaban pertanyaan-
pada penelitian ini adalah
pertanyaan
Jungke
Karanganyar
yang
berada
semua
ibu
seputar
pengetahuan
yang
dirangkum dalam kuisioner. Alat ukur : Tes
rumah tangga yang terdapat di Kelurahan
dengan
3
pertanyaan
pilihan
ganda
yang
berjumlah 20 item pertanyaan, dengan skor
Kelurahan Jungke. Distribusi karakteristik
nilai: Tinggi : Benar 15-20, Sedang : Benar 7-
responden penelitian di tampilkan pada tabel
14, Rendah : Benar 1-6.
berikut:
Daerah endemis DBD adalah daerah
1. Analisis Univariat
dimana penyakit DBD menetap yang berada
a. Diskripsi Data
dalam masyarakat pada suatu tempat /
1) Tingkat usia responden
populasi tertentu. Data didapat dari Dinas
Tabel
Kesehatan Karanganyar. Daerah non endemis
4.1
Distribusi
sampel
berdasarkan tingkat usia
Tingkat
Usia
< 30 Tahun
31 – 40 Tahun
41 – 50 Tahun
51 – 60 Tahun
> 60 Tahun
Jumlah
DBD adalah daerah dimana penyakit DBD
tidak menetap yang berada dalam masyarakat
pada suatu tempat / populasi tertentu. Data
didapat dari Dinas Kesehatan Karanganyar.
Instrumen penelitian yang digunakan pada
Non Endemis
Jumlah Persen
11
22
21
42
13
26
4
8
1
2
50
100
Endemis
Jumlah Persen
17
34
19
38
11
22
2
4
1
2
50
100
(Sumber : Data primer, 2015)
penelitian ini adalah dengan menggunakan
2) Tingkat pendidikan responden
kuisioner.
Tabel
4.2
Distribusi
sampel
berdasarkan tingkat pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat
Pendidikan
SD
SMP
SMA
D3
S1
Jumlah
Penelitian yang telah dilakukan dari
bulan Desember 2015 sampai Januari 2016, di
peroleh 100 responden yang di kategorikan
menjadi daerah endemis DBD dan daerah non
endemis DBD. Responden yang berada di
Non Endemis
Jumlah
Persen
16
32
5
10
26
52
1
2
2
4
50
100
Endemis
Jumlah Persen
12
24
7
14
28
56
1
2
2
4
50
100
(Sumber : Data primer, 2015)
wilayah endemis DBD berjumlah 50 orang
yaitu
di
Lalung,
Kelurahan
Kelurahan
Gedong,
3) Tabel Tingkat Pengetahuan
Kelurahan
Karanganyar
Tabel
dan
Tingkat
Pengetahuan
Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah
di wilayah non endemis DBD berjumlah 50
orang yaitu di Kelurahan Bejen, Kelurahan
Bolong, Kelurahan Popongan, Kelurahan
Tegalgede, Kelurahan Cangakan, Kelurahan
Kelurahan
Gayamdompo
Distribusi
sampel
berdasarkan tingkat pengetahuan
Kelurahan Jantiharjo sedangkan yang berada
Delingan,
4.3
Non Endemis
Jumlah Persen
13
26
23
46
14
28
50
100
(Sumber: Data primer, 2015)
dan
4
Endemis
Jumlah Persen
20
40
22
44
8
16
50
100
pada daerah endemis dan non endemis di
2. Analisis Prasyarat Penelitian
Kecamatan Karanganyar.
a. Uji Normalitas Data
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data
Tingkat
Pengetahuan IRT
Endemis
Non – Endemis
Statistics
p-value
Kesimpulan
0,113
0,101
0,130
0,200
Normal
Normal
Berdasarkan karakteristik responden
diperoleh
berdasarkan
(Sumber: Data primer, 2015)
frekuensi
responden
masing-masing
variabel
memperlihatkan
bahwa
sebagian
besar
responden baik di daerah endemis dan non
b. Uji Homogenitas Data
endemis sebagian besar berusia antara 31-40
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data
Variabel
Tingkat
Pengetahuan IRT
distribusi
Statistics
p-value
Kesimpulan
0,000
1,000
Homogen
tahun.Distribusi
berdasarkan
frekuensi
masing-masing
memperlihatkan
(Sumber : Data primer, 2015)
responden
bahwa
variabel
sebagian
besar
responden baik di daerah endemis dan non
endemis sebagian besar memiliki tingkat
3. Analisis Bivariat
pendidikan SMA.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariat
Tingkat
Pengetahuan IRT
Std.
Mean Deviation thitung
Endemis
12,16
5,040
Non Endemis
10,04
5,059
2,099
Hasil
distribusi
data
menunjukkan
p-value
Std.
Confidence
Interval
terdapat
0,038
0,116-4,124
tentang pemberantasan sarang nyamuk di
26%
tingkat
pengetahuan
IRT
daerah non endemis termasuk kategori tinggi,
(Sumber : Data primer, 2015)
Berdasarkan uji Independent Sample
sedangkan tingkat pengetahuan IRT tentang
T-Test di atas diketahui rata-rata tingkat
pemberantasan sarang nyamuk di daerah
pengetahuan IRT tentang pemberantasan
endemis juga diperoleh kategori tinggi yaitu
sarang nyamuk pada daerah endemis
sebesar 40%, hasil ini menunjukkan tingkat
sebesar
pengetahuan IRT tentang pemberantasan
12,16
sedangkan
tingkat
sarang nyamuk lebih baik di daerah endemis.
pengetahuan IRT tentang pemberantasan
sarang nyamuk pada daerah non endemis
Dalam penelitian ini hasil yang yang
sebesar 10,04, dan diperoleh nilai p =
telah didapat diolah dengan menggunkan
0,038
dapat
SPSS versi 19. Hasil yang diperoleh sesuai
perbedaan
yang
dengan dasar teori dan hipotesis, yaitu ada
pengetahuan
IRT
perbedaan tingkat pengetahuan ibu rumah
tentang pemberantasan sarang nyamuk
tangga tentang pemberantasan sarang nyamuk
(p