KEMANDIRIAN PADA DEWASA DIFABEL Kemandirian pada Dewasa Difabel.

KEMANDIRIAN PADA DEWASA DIFABEL

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagaian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh :
RAVIKA RIZKY N.A
F.100 114 022

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

KEMANDIRIAN PADA DEWASA DIFABEL

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagaian Syarat Memperoleh Derajat

Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh :
RAVIKA RIZKY N.A
F.100 114 022

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ii

ABSTRAKSI

KEMANDIRIAN PADA DEWASA DIFABEL
Ravika Rizky
Eny Purwandari
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email : Ravikarizky_4022@yahoo.com
Kemandirian pada penyandang difabel yaitu mampu menghadapi situasi

dimana kondisi tersebut menuntut para difabel untuk mandiri guna mencapai masa
depan yang lebih baik dan mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan
kemandirian pada dewasa difabel. Metode pengumpulan data yang di gunakan
dalam penelitian ini menggunakan wawancara. Kriteria informan penelitian
adalah : a) informan yang berusia 34-50 tahun b) memiliki kecacatan tangan
maupun kaki c) memenuhi kemandirian dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan
bekerja. Hasil penelitian menunjukkan para difabel yang mengalami kecacatan
dari lahir lebih terbiasa menerima kondisi dirinya sejak kecil di bandingkan
kecacatan karena kecelakaan. Kemandirian difabel memiliki bentuk antara lain
kemandirian emosi yang terlihat dari sikap difabel sebelum mengambil keputusan
atau menyelesaikan masalah, kemandirian sosial yang terlihat dari hubungan baik
dengan keluarga dan tetangga, kemandirian ekonomi terlihat dari cara mengatur
perekonomian keluarga yang lebih memprioritaskan mana yang lebih penting.
Penghasilan yang di peroleh sudah merasa cukup namun difabel tetap berusaha
untuk meningkatkan perekonomian. Kemandirian pada dewasa difabel tersebut
dipengaruhi oleh faktor internal yaitu difabel bertanggung jawab terhadap diri
sendiri dan keluarga. Terlebih difabel yang sudah memiliki anak sekalipun.
Difabel laki-laki maupun perempuan memiliki kemandirian yang sama karena
memiliki tanggungjawab sebagai tulang punggung keluarga.


Kata kunci : Kemandirian, dewasa difabel

v

1

penyebabnya, baik faktor dari dalam

PENDAHULUAN
Allah

SWT

menciptakan

manusia dengan sebaik-baik bentuk
walaupun pada diri manusia ada
kelebihan


dan

kekurangannya

menjadi suatu keunikan tersendiri
bagi

individu

tersebut.

Setiap

individu menginginkan bisa hidup
secara normal sesuai rencana yang
sudah diharapkan namun seringkali
harapan tidak sesuai dengan salah
satu keadaan yang tidak di inginkan
adalah di difabel atau kecacatan.
Kondisi


tersebut

dialami

oleh

sebagian masyarakat, baik kecacatan
yang dialami dari lahir maupun
karena

kecelakaan

yang

mengakibatkan seseorang menjadi
cacat. Kondisi yang tidak sempurna
membuat

penyandang


difabel

memiliki keterbatasan dan hambatan
dalam

menjalani

kehidupan

dan

memenuhi kebutuhannya.
Penyandang difabel sering
dianggap
masyarakat,

tidak
bahkan


berguna

di

penyandang

difabel beranggapan bahwa dirinya
hanya merepotkan orang-orang di
sekitarnya. Individu yang mengalami
kecacatan,

apapun

faktor-faktor

(bawaan/congenital ) maupun faktor
dari luar (lingkungan setelah individu
lahir/kecacatan

mendadak),


mempunyai
terhadap

pandangan

kondisi

negatif

cacatnya,

dan

menjadi subjek stereotype prejudice,
serta limitation baik dari masyarakat
yang

memandangnya


maupun

dirinya sendiri karena merasa tidak
mampu (Lahey, 2004). Beberapa
reaksi yang timbul oleh penyandang
difabel yang mengalami kecacatan
menerima kenyataan dan cenderung
menganggap dunia ini tidak adil bagi
penyandang

difabel.

Masyarakat

memandang kecacatan (disability)
sebagai penghalang (handicap) untuk
seseorang melakukan sesuatu, bukan
sebagai pemacu untuk lebih kecil
(Nurkolis dalam Demartoto, 2007).
Peneliti


menemukan

fenomena
menunjukkan
memiliki

di

beberapa

lapangan
bahwa

kemandirian

yang
difabel
seperti


masyarakat pada umumnya. Hal
tersebut diketahui dari data awal
yang diperoleh peneliti yaitu bahwa
difabel mampu melakukan aktivitas
sendiri mulai dari mencuci baju,

2

memasak, mengurus rumah tangga

dengan kemampuannya. Ketrampilan

sendiri sampai memiliki pekerjaan.

yang dimiliki dapat dikembangkan

Berdasarkan
diperoleh

survei

dari

yang

dengan

membuka

usaha

supaya

masyarakat,

mandiri dan dapat menghasilkan

penyandang difabel yaitu seseorang

uang untuk memenuhi kebutuhan

yang mempunyai kekurangan pada

hidup keluarganya. Anak adalah

fisiknya. Kecacatan pada seorang

motivasi orangtua untuk bekerja

difabel

keras supaya bisa memenuhi apa

bukan

merupakan

suatu

penghalang untuk melakukan suatu

yang

aktivitas

orang

dirinya walaupun pekerjaan yang

normal pada umumnya. Hal ini

dilakukan membutuhkan kesabaran

diketahui dari fenomena masyarakat

dan

individu, difabel mampu melakukan

Walaupun

aktivitasnya

terkadang juga mengalami kesusahan

yang

dilakukan

masing-masing

walaupun memiliki kekurangan pada

menjadi

ketekunan

cacat fisik dari lahir. Kekurangan
yang

dialaminya

mengharuskan

difabel untuk melakukan aktifitas
tanpa bantuan orang lain terutama
difabel yang sudah berkeluarga dan
mempunyai anak karena hal tersebut
suatu tuntutan untuk keluarga difabel
dalam
dengan

menghidupi
cara

keluarganya

bekerja

sendiri.

Pekerjaan yang dilakukannya untuk
bisa

mandiri

diperoleh

dari

ketrampilan yang dimiliki di masa
remaja awal untuk masuk ke yayasan
yang memiliki ketrampilan sesuai

bisa

dalam

jawab

bekerja.

bertahan

hidup,

dalam mobilitas saat bekerja.

fisiknya dengan latar belakang yang
dialami seperti kecelakaan maupun

tanggung

Kemandirian
suatu

bentuk

berinisiatif,

merupakan

perilaku
mampu

mampu
mengatasi

masalah yang terjadi serta mampu
melakukan berbagai kegiatan dan
tidak tergantung dengan orang lain,
yang ditujukan untuk kepentingan
pribadi

dan

kepentingan

umum.

Melalui kemandiriannya, individu
dapat memilih jalan hidupnya untuk
dapat berkembang lebih mantap.
Kemandirian
kemampuan

juga

terlihat

individu

dari
dalam

mengambil keputusan dan mengatasi
masalah.

3

Drost
manusia

(1993)

yang

berpendapat

berusaha

untuk

sehari-hari,

menganggap kecacatan sebagai suatu

mencapai

kemandirian

harus

mengetahui

keunggulan

maupun

kelemahannya

dan

diaplikasikannya dalam kehidupan

menerima

penghalang

kemampuannya
pantang

secara

mundur

penuh,

meskipun

ada

kekurangan dalam dirinya, menerima
diri

apa

adanya,

dan

mau

menghadapi kenyataan yang ada.
Kemandirian bukanlah keterampilan
yang muncul secara tiba-tiba, tetapi
harus dibina dan dipelajari dalam
kehidupan seseorang.
Kemandirian

para

penyandang

difabel yaitu mampu menghadapi
situasi

dimana

kondisi

tersebut

menuntut para difabel untuk mandiri
seperti

mandiri

berperilaku,
terhadap

dalam

berfikir,

bertanggung

dirinya

sendiri

jawab
untuk

mencapai masa depan yang lebih
baik dan mampu bekerja untuk
memenuhi

kebutuhan

hidupnya.

Difabel yang tidak menyerah akan
mampu menghadapi dan menjalani
kehidupan dengan baik dan positif.
Apabila

setiap

penyandang

mempunyai kemandirian yang bisa

mereka

dalam

tidak

kehidupan

mereka.

keunggulan maupun kelemahan yang
dimiliki. Individu mempergunakan

maka

Dalam hal ini kemandirian
penting dimiliki oleh dewasa difabel
agar mereka dapat melakukan segala
sesuatu sendiri walaupun dengan
keterbatasan

yang

dimiliki.

Kemandirian berguna pula bagi masa
depan karena dengan kemandirian
tersebut difabel dapat tetap bertahan
dalam menjalankan hari-hari mereka
tanpa bergantung pada orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan
masalahnya adalah bagaimanakah
proses kemandirian pada dewasa
difabel ?. Maka dari itu penulis
mengambil judul “ Kemandirian
pada Dewasa Difabel “
LANDASAN TEORI
A. Kemandirian
Kemandirian berarti hal atau keadaan
dapat

berdiri

sendiri

tanpa

bergantung pada orang lain. Istilah
“kemandirian” berasal dari kata dasar
“diri” yang mendapat awalan “ke”
dan

akhiran

“an”,

kemudian

4

membentuk satu kata keadaan atau

luar dan lebih banyak mengandalkan

kata benda. Karena kemandirian

potensi

berasal dari kata dasar “diri”, maka

dimiliki. Awal kemandirian individu

pembahasan mengenai kemandirian

dimulai pada masa remaja. Pada

tidak bisa lepas dari pembahasan

masa ini, ketergantungan seorang

tentang

individu terhadap orang tuanya yang

perkembangan

diri

itu

sendiri.

serta

kemampuan

yang

merupakan simbol dari masa kanakMenurut Steinberg (2002),

kanak mulai terlepas.

kemandirian didefinisikan sebagai
kemampuan

individu

dalam

Berdasarkan uraian di atas
dapat

disimpulkan

bahwa

bertingkah laku, merasakan sesuatu,

kemandirian

dan

keputusan

seseorang yang dapat berdiri sendiri

berdasarkan kehendaknya sendiri.

dan merupakan salah satu indikator

Mandiri merupakan salah satu ciri

kedewasaan seseorang yang ditandai

utama kepribadian yang dimiliki oleh

dengan

seseorang yang telah dewasa dan

melakukan segala sesuatu sendiri

matang.

tanpa harus bergantung dengan orang

mengambil

Menurut
seseorang

yang

Antonius
mandiri

(2000)

adalah

keadaan

kemampuannya

dalam

lain.

adalah

B. Difabel

seseorang yang mau dan mampu

Dinas Kependudukan dan Pencatatan

mewujudkan

Sipil Kota Surakarta pada tahun 2012

kehendak

atau

keinginan dirinya yang terlihat dalam

mengatakan

bahwa

tindakan atau perbuatan nyata guna

cacat

di

menghasilkan

memiliki

sesuatu

demi

fisik

penyandang

Kota

jumlah

Surakarta

lebih

banyak

pemenuhan kebutuhan hidupnya dan

dibandingkan

sesamanya.

lainnya. Jumlah penyandang cacat

penyandang

cacat

Widiana (2001) menyatakan

fisik terdapat 354 difabel. Undang-

bahwa kemandirian merupakan salah

Undang Nomor 4 tahun 1997 tentang

satu karakteristik yang dimiliki oleh

penyandang cacat disebutkan bahwa

seseorang dimana tidak bergantung

yang dimaksud dengan penyandang

pada orang tua maupun lingkungan

cacat

adalah

manusia

dengan

5

kelainan fisik atau mental yang dapat

Sedangkan cacat akibat kecelakaan

mengganggu kinerja dibandingkan

merupakan kelainan atau cacat yang

dengan manusia pada umumnya.

terjadi

Dalam Kamus Bahasa Indonesia,

kecelakaan

kata cacat dapat diartikan dalam

kecelakaan lalu lintas, kecelakaan

berbagai

kerja,

makna,

seperti:

1)

kekurangan yang menyebabkan nilai

pada

individu

akibat

dapat

berupa

yang

kebakaran,

jatuh

tertimpa

benda-benda berat, dan lain-lain.

atau mutunya kurang baik atau
kurang sempurna (yang terdapat pada

C. Kemandirian Pada Dewasa

badan, benda, batin atau akhlak); 2)

Difabel

lecet

(kerusakan,

noda)

yang

Beberapa

Individu

yang

menyebabkan keadaannya menjadi

menyandang

kurang baik (kurang sempurna); 3)

pandangan yang negatif terhadap

cela; aib; 4) tidak (kurang) sempurna

dirinya.

(Alwi, 2005).

mengalami

difabel

Difabel

yang

menyebabkan

terutama

seringkali

kesulitan

menjalani
Faktor-faktor

memiliki

aktivitas
difabel

dalam
sehari-hari

yang

sudah

seseorang mengalami difabel yaitu

berkeluarga, yaitu akan menghadapi

faktor dari dalam maupun faktor dari

kesulitan

luar individu. Difabel Genetik adalah

tangga, baik secara perekonomian

suatu kelainan atau cacat yang

yang harus menghidupi keluarganya

dibawa sejak lahir baik fisik maupun

maupun secara emosi yang harus

mental.

mengontrol dirinya dengan kondisi

Cacat

bawaan

dapat

dalam

urusan

rumah

disebabkan akibat kejadian sebelum

kecacatan

kehamilan, selama kehamilan dan

melakukan

saat melahirkan atau masa prenatal.

masyarakat

Cacat ini dapat disebabkan oleh

mendapat tanggapan yang kurang

penyakit

baik mengenai kondisi yang dimiliki.

genetik,

pengaruh

yang

dimiliki

aktivitas.

Dikalangan

penyandang

lingkungan baik sebelum pembuahan

Masyarakat

maupun setelah terjadi pembuahan

hanya

merepotkan

(Faradz dalam Demartoto, 2007).

sekitar

dan

menganggap

dinilai

dalam

difabel

difabel

orang-orang
tidak

dapat

6

mengerjakan aktivitas dirinya secara

cacat fisik, cacat netra dan cacat

mandiri terutama pekerjaan. Hal ini

rungu

menunjukkan

aktivitas

kurangnya

kepercayaan

untuk

melakukan

sehari-hari

guna

untuk

pada

kelangsungkan hidupnya. Aktivitas

penyandang cacat tubuh dan juga

yang dilakukan difabel sehari-hari

menandakan

sedikitnya

tidaklah mudah, perlu dukungan

diberikan

orangtua dan orang sekitar untuk

dukungan

masyarakat

mampu

masih

sosial

yang

lingkungan kepada penyandang cacat

memberi

tubuh

kecacatan yang dimilikinya karena

(Hamidah,

Kartini,

&

Karyanta, 2012).

semangat

terhadap

dukungan orangtua juga berperan

Penelitian

yang

dilakukan

penting

terhadap

kemandirian

oleh Sandhaningrum, Wiyanti, &

difabel. Karena menurut (Mazidah,

Lilik

menyatakan bahwa

2012) pada masa penyesuaian diri

masyarakat cenderung mengasihani

periode khusus seorang individu

penyandang

dan

mengalami kesulitan dari rentang

beranggapan bahwa mereka tidak

hidup yang sebelumnya, maka orang

dapat melakukan apa yang dapat

terdekatlah yang memiliki peran

dilakukan oleh orang-orang normal

penting

pada umumnya, bahkan tidak jarang

kemandirian diri penyandang difabel.

(2010)

cacat

tubuh

masyarakat

mengejek,

mempergunjingkan

keadaan

dalam

Mazidah
menjelaskan

pembentukan

(2012)
bahwa

juga

pentingnya

penyandang cacat tubuh tersebut.

orang lain dapat membantu banyak

Pada

hal untuk keberlangsungan hidup

penyandang

cacat

tubuh,

masyarakat juga sering memandang

diantaranya

sebagai pribadi yang tidak berdaya

mengajarkan

dan tidak dapat mengerjakan sesuatu

melakukan

suatu

pekerjaan

yang berarti.

keseharian,

melatih

ketrampilan

Individu yang mandiri tidak
hanya

orang

yang

memiliki

dapat
difabel

membantu
dalam

sehingga penyandang difabel tidak
menggantungkan dirinya terhadap

kesempurnaan secara fisik melainkan

orang

kondisi yang tidak sempurna seperti

kebutuhan

lain

dalam

pemenuhan

sehari-hari

melainkan

7

difabel

dapat

menggunakan

ketrampilan sebagai pekerjaan, selain
itu

pentingnya

membantu

orang

lain

penyandang

orangtua

kondisi

kecacatannya.
Didunia kerja selain dapat

juga

difabel

dengan

melakukan

pekerjaan

yang

memperoleh kepercayaan diri demi

menghasilkan uang, difabel yang

untuk mencari teman hidup dan

mandiri dapat mengontrol emosinya

mengelola sebuah rumah tangga.

dalam melakukan pekerjaan tersebut

Difabel dewasa diharapkan

dan

berpegang

teguh

dalam

keputusan

yang

mampu mengatur hidupnya sendiri

pengambilan

dan bekerja keras dalam bekerja

diambil. Kurangnya kontrol emosi

sesuai

saat

keahliannya.

difabel

tidak

Kemandirian

muncul

secara

bekerja

difabel

akan

dalam

menghambat
pengambilan

mendadak, difabel yang mandiri

keputusan.

semula

Herington (dalam Indriana, 2004)

belajar

dari

mengikuti

Menurut

ketrampilan di yayasan dan belajar

menyebutkan

ketrampilan

sesuai

ditandai

diminatinya

saat

bidang

yang

pendapat

kemandirian

adanya

perilaku

itu
yang

ataupun

mempunyai inisiatif yaitu mampu

remaja. Ketrampilan yang sudah di

berfikir dan bertindak secara kreatif.

miliki,

Mampu mengatasi masalah yaitu

kecil

diterapkan

mampu

menciptakan lapangan pekerjaan atau

ditandai

bekerja

mengendalikan

dianggap

sesuai

keahlian

mampu

yang

menumbuhkan

dengan
dalam

mampu
mengatasi

masalah. Penuh ketekunan dalam

dan

menjalani berbagai kegiatan sehari-

berperilaku. Difabel yang mandiri

harinya. Memperoleh kepuasan dari

tidak terlihat hanya dari pekerjaan

usahanya dan mampu melakukan

yang dimiliki, difabel juga mampu

sendiri tanpa bantuan dari orang lain.

kemandirian

secara

emosi

mengontrol emosi dalam berperilaku

Faktor

yang

berpengaruh

terhadap dirinya sendiri maupun

dalam kemandirian seseorang salah

dengan orang lain dan secara emosi

satunya adalah pola asuh orang tua

tidak menggantungkan keberadaan

(Hurlock, 2000). Orang tua yang
memiliki anak difabel sejak lahir

8

akan

membiasakan

untuk

anak

tugas

dalam

kehidupan

mereka,

tersebut mandiri dalam melakukan

demikian

aktivitas sehari-hari, seperti mandi

kehidupan

sendiri, makan sendiri, mengurus diri

mempengaruhi

sendiri sampai mengurus keluarga

keadaan kemandirian sesorang. Sikap

apabila sudah memiliki keluarga.

orang tua yang tidak memanjakan

Orangtua yang memiliki anak difabel

akan

tidak hanya mengajarkan pendidikan

berkembang

di dalam rumah namun difabel di

mengembirakan. Sebaliknya individu

beri dukungan untuk bersosialisasi

yang dimanjakan akan mengalami

dan dapat menyesuaikan diri dengan

kesukaran

lingkungan. Penerapan orang tua

kemandiriannya.

pula

keadaan

dalam

keluarga

akan

perkembangan

menyebabkan
secara

individu
wajar

dalam

dan

hal

dalam memberikan pendidikan anak
difabel

sejak

kecil

menjadikan

METODE PENELITIAN

difabel saat dewasa dapat mandiri

Penelitian kemandirian pada

dalam segala hal termasuk ekonomi

dewasa difabel menggunakan metode

yang

penelitian

tidak

bergantung

dengan

orangtua.

kualitatif.

informan dalam penelitian ini dipilih

Selain itu menurut Antonius

secara

Snowball

(2002) lingkungan kehidupan yang

mendapatkan

dihadapi

melalui

mempengaruhi

Pemilihan

individu

sangat

Sampling

informan

informasi

yaitu

penelitian

orangtua

dan

perkembangan

informasi dari informan yang terkait.

kepribadian seseorang, baik segi

Informan pendukung seperti keluarga

positif maupun negatif. Lingkungan

atau saudara terdekat juga diperlukan

keluarga dan masyarakat yang baik

dalam pengambilan data melalui

terutama dalam bidang nilai dan

proses

kebiasaan hidup akan membentuk

Informan dalam penelitian ini adalah

kepribadiannya

yaitu

seseorang yang menjadi penyandang

kemandiriannya. Lingkungan sosial

difabel Di Kota Surakarta. Kriteria

yang mempunyai kebiasaan yang

pada informan penelitian ini adalah:

baik dalam melaksanakan tugas-

a) informan yang berusia 34-50

wawancara

langsung.

9

tahun b) memiliki kecacatan tangan

latar belakang difabel di akibatkan

maupun

kaki

kemandirian

c)

memenuhi

oleh kondisi kesehatan informan

dalam

menjalani

sejak lahir, kondisi kesehatan ketika

aktivitas sehari-hari dan bekerja.

masa anak-anak dan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah
untuk

memahami

dan

kecelakaan

seperti yang telah di kemukakan oleh
(Faradz dalam Demartoto, 2007)
yaitu

faktor-faktor

yang

mendeskripsikan kemandirian pada

menyebabkan seseorang mengalami

dewasa difabel. Secara keseluruhan

difabel yaitu faktor dari dalam

informan memiliki kemandirian yang

maupun faktor dari luar individu.

sama,

Difabel

namun

cara

mencapainya

Genetik

adalah

suatu

berbeda-beda. Pada pembahasan ini

kelainan atau cacat yang dibawa

diawali dengan penjelasan mengenai

sejak lahir baik fisik maupun mental.

latar belakang difabel. Di lihat dari

Cacat

kondisi

akibat kejadian sebelum kehamilan,

fisik

informan

yang

bawaan

dapat

disebabkan

mengalami difabel kebanyakan pada

selama

tangan

latar

melahirkan atau masa prenatal. Cacat

belakang yang berbeda seperti yang

ini dapat disebabkan oleh penyakit

di alami informan 1 dan 2 yang

genetik, pengaruh lingkungan baik

mengalami sakit polio ketika lahir,

sebelum pembuahan maupun setelah

informan ke 3 mengalami sakit polio

terjadi pembuahan

dan

kaki

terdapat

ketika sudah memasuki masa anak-

kehamilan

Dengan

dan

adanya

saat

latar

anak dengan usia ± 3 tahun, subjek

belakang difabel yang berbeda-beda

ke 4 mengalami kecelakaan ketika

maka

masa anak-anak dengan usia ± 3,5

penerimaan diri yang berbeda antara

tahun. Dan informan ke 5 dan 6

informan yang sejak lahir mengalami

mengalami difabel ketika mereka

difabel

sudah pada taraf dewasa. Dengan

mengalami difabel karena keadaan

adanya

sehingga

berbagai

macam

latar

akan

mendapati

dengan

informan

kemandirian

kondisi

yang

untuk

belakang difabel pada ke enam

melakukan aktivitas sehari-hari juga

informan dapat di simpulkan bahwa

berbeda.

Hal

ini

sesuai

teori

10

(Poerwanti, 2002) yang menyatakan

Namun pada informan 5 dan 6

pada sebagian orang yang menderita

yang berjenis kelamin laki-laki yang

cacat fisik bawaan akan lebih mudah

mengalami difabel ketika sudah dewasa

menghadapi kenyataan hidup ini

mengalami trauma pasca kecelakaan

dibandingkan dengan mereka yang
mengalami cacat fisik perolehan.
Pada orang yang menderita cacat
fisik setelah lahir dapat dengan

karena anggota tubuh yang berbeda
seperti salah satu kaki yang harus di
amputasi dan mulai sejak itu belajar
untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
fisik yang baru. Hal termasuk dalam

mudah terkena stress atau bahkan

faktor kemandirian menurut (Hurlock,

dapat berakibat pada shock berat.

2000)

Selain

dari

membedakan antara anak laki-laki

wawancara pada informan 1 dan 2

dan perempuan, dimana perbedaan

yang mengalami difabel sejak lahir

ini mengunggulkan pria karena pria

dan menerima begitu saja keadan

dituntut

difabel yang di alami dengan mampu

maskulin, dominan, agresif dan aktif.

melakukan aktivitas seperti orang

Dibandingkan pada anak perempuan

normal pada umumnya karena sudah

yang memiliki ciri kepribadian yang

terbiasa sejak kecil. Hal ini sesuai

khas yaitu pola kepribadian yang

dengan

feminis, pasif dan kepatuhan serta

itu

dapat

di

faktor-faktor

lihat

kemandirian

jenis

yaitu

untuk

kelamin

berkepribadian

mengenai pola asuh yaitu orangtua

ketergantungan.

yang memiliki nilai budaya yang

akibat kecacatan, maka penderita

terbaik

tidak

dalam

memperlakukan

dapat

Dan

ketraumaan

bermain

dengan

mengganggu

kontak

anaknya adalah dengan cara yang

kawannya,

demokratis, karena pola ini orang tua

sosialnya dan bahkan menjadi bahan

memiliki peran sebagai pembimbing

omongan

yang memperhatikan setiap aktivitas

fisik juga mengakibatkan seseorang

dan kebutuhan anaknya, terutama

kurang dapat

sekali yang berhubungan dengan

secara personal maupun sosial dalam

studi dan pergaulan, baik itu dalam

pekerjaan, dalam perkawinan dan

lingkungan keluarga maupun dalam

dalam kehidupan sosial lainnya.

lingkungan sekolah (Hurlock, 2000).

Selain itu penderitaan batin sering

teman-temannya.

Cacat

menyesuaikan diri

11

ditemui pada orang yang menderita

mengantar anak sekolah kemudian

cacat fisik, mudah tersinggung dan

melanjutkan

cepat bersedih hati (Poerwanti, 2002)

Berbeda dengan aktivitas informan

Harapannya dengan kondisi fisik

perempuan mulai dari bangun pagi

yang sekarang ini informan dapat

yaitu

menjalani

rumah seperti memasak, mencuci dll.

hidup

dengan

sebaik-

Setelah

mandiri

informan

dapat

menghidupi

pekerjaan.

menyelesaikan

baiknya, tetap semangat bekerja,
dan

aktivitas

aktivitas

pekerjaan

pagi

selesai

melanjutkan

dengan

keluarga. Dengan cara informan

bekerja,

terus bekerja keras, berusaha dan

informan terkadang di bantu oleh

menjalani

dengan

keluarganya. Aktivitas sore yang di

senang hati seperti orang normal

lakukan informan biasanya kumpul

lainnya.

dengan

dengan tetangga. Menurut Masrun (

pernyataan Hurlock (dalam Tentama,

dalam Patriana, 2007), kemandirian

2010)

adalah

kehidupannya

Hal

ini

sesuai

menyatakan

penerimaan

diri

kesadaran

individu

bahwa

adalah

suatu

saat

bekerja

suatu

memungkinkan

di

sikap

rumah

yang

seseorang

untuk

tentang

berbuat bebas, melakukan sesuatu

karakteristik diri dan kemauan untuk

atas dorongan diri sendiri untuk

hidup

dirinya.

kebutuhan sendiri, mengejar prestasi,

Ketika individu dapat menerima diri

penuh ketekunan, serta berkeinginan

akan terbentuk sikap positif terhadap

untuk

suatu

tidak

bantuan orang lain, mampu berpikir

menyenangkan, sehingga individu

dan bertindak original, kreatif dan

mampu

penuh inisiatif, mampu memengaruhi

dengan

keadaan

melihat

keadaan

yang

keadaan

yang

melakukan

sesuatu

tanpa

dialami secara rasional, tidak mudah

lingkungannya,

putus asa atau menghindar dari

percaya diri terhadap kemampuan

keadaan yang tidak menyenangkan

diri sendiri, menghargai keadaan diri

tetapi akan mencari jalan keluar atas

sendiri, dan memperoleh kepuasan

permasalahan yang dihadapi.

dari usahanya.

Aktivitas yang di lakukannya
informan

laki-laki

biasanya

Kemudian

mempunyai

dalam

rasa

mengatur

dirinya informan mengatur sebaik

12

mungkin selain itu juga membagi

lain yaitu TNI, juru parkir maupun

waktu

membersihkan

antara

keluarga.

pekerjaan
dalam

gedung

di

mengatur

perusahaan. Adapula saat informan

dirinya informan tetap enjoy dalam

bekerja memiliki motivasi untuk

menjalani

melakukan

secara

Dan

dengan

kehidupan

mandiri.

sehari-hari

tersebut.

juga

Motivasi informan untuk bekerja

melakukan sesuatu pekerjaan yang

beraneka ragam, ada motivasi dari

bermanfaat bagi keluarga dan orang

dalam maupun dari luar. Berdasarkan

lain, dengan adanya aktivitas ini

hasil

informan dapat membuat dirinya

mengatakan

mandiri

memiliki kekurangan fisik, motivasi

dan

Informan

pekerjaan

bermanfaat.

Sesuai

wawancara

informan

walaupun

dirinya

dengan yang di kemukakan Gie

informan

(dalam

2004)

menghidupi keluarga, mendapatkan

diri

penghasilan, dapat menyekolahkan

adalah segenap kegiatan dan langkah

anak, membahagiakan keluarga dan

mengatur dan mengelola diri dengan

yang paling utama supaya kebutuhan

sebaik-baiknya

mampu

keluarga informan dapat tercukupi.

membawa kearah tercapainya tujuan

Kemudian juga membuktikan pada

hidup.

masyarakat

Yunita,

mengungkapkan

manajemen

sehingga

Dalam kondisi informan yang

bekerja

orang

dalam

suatu

motivasi,

yang

bentuk

pekerjaannya.

Pekerjaan

kalau

untuk

penyandang

difabel juga dapat bekerja seperti

sudah berkeluarga, informan mandiri
melakukan

yaitu

normal
difabel

lainnya.
juga

kemandirian

Selain
memiliki

diantaranya

dimiliki informan antara lain mulai

kemandirian

pekerjaannya sendiri maupun ikut

ekonomi.

orang lain. Pekerjaannya sendiri

individu yang difabel dapat dilihat

antara lain seperti usaha konveksi

melalui cara mengambil keputusan

milik

serabutan

ataupun

seperti memiliki membuat kerajinan

Individu

dari

plastik.

mengkomunikasikan segala sesuatu

Kemudian pekerjaan yang ikut orang

kepada keluarga sebelum mengambil

sendiri

bahan

maupun

sampah

emosi,

sosial

kemandirian

menyelesaikan
yang

difabel

dan
emosi

masalah.
selalu

13

keputusan.
emosi

Sehingga

kemandirian

uang dalam kehidupan informan

inipun dapat

membangun

khususnya keluarga adalah tidak

sosial

dilingkungan

hanya banyaknya jumlah uang yang

maupun

masyarakat

kemandirian
keluarga

di

miliki,

tetapi

bagaimana

dilingkungan sekitar. Hal ini dapat

memanfaatkan uang yang di peroleh

dilihat dengan terjalinnya hubungan

untuk

yang harmonis di dalam keluarga

Berdasarkan pernyataan Godwin dan

atau masyarakat. Selain itu individu

Koonce

yang difabel juga mampu mandiri

menyatakan

secara ekonomi dibuktikan dengan

keuangan pribadi dapat diartikan

cara

sebagai

informan

perekonomian

keluarga.

(dalam

Sina,2012)

bahwa

proses

manajemen

perencanaan,

keluarga

implementasi dan evaluasi keuangan

memprioritaskan

yang dilakukan oleh unit individu

kebutuhan mana yang lebih penting

ataupun keluarga. Dengan demikian,

dan mampu menghidupi kebutuhan

diharapkan individu ataupun rumah

sehari-hari. Pekerjaan yang mereka

tangga akan mampu menciptakan

miliki seperti TNI, juru parkir,

kekayaan yang dibutuhkan untuk

konveksi maupun pekerja serabutan

memenuhi

guna menghidupi kebutuhan sehari-

maupun di masa yang akan datang.

hari tanpa bergantung dengan orang

Untuk mencapai keinginan informan

lain

membagi kebutuhan rumah tangga

dengan

dalam

mengatur

kebahagiaan

cara

Pekerjaan yang di lakukan
informan

tujuannya

mendapatkan

keuangan

kebutuhan

saat

ini

dengan baik atau memanajemen,

untuk

menyisakan penghasilan untuk di

untuk

tabung dan lebih memprioritaskan

menghidupi keluarganya. Informan

yang

merasa cukup dengan apa yang di

kebutuhan

dapat sehingga kebutuhan rumah

kebutuhan keluarga. Sehingga dalam

tangga

memenuhi

dapat

terpenuhi

seperti

penting

dahulu

sekolah

kebutuhan

seperti

anak

dan

keluarga

membeli kebutuhan sembako, sampai

informan tidak mengalami hambatan.

yang lebih penting untuk memenuhi

Terkadang

kebutuhan anak sekolah. Pentingnya

pernah

mengalami

14

hambatan namun bisa teratasi dengan

longgar. Komunikasi antara istri dan

baik.

anak
Informan yang berkeluarga

memiliki

peran

baik,

kalau

ada

permasalahan di selesaikan secara

untuk

musyawarah. Hal ini sesuai dengan

mendidik keluarganya dengan baik.

pedoman tentang pendidikan anak

Banyak

yang menekankan agar orang tua

cara

penting

juga

yang

informan

di

lakukan

yaitu

informan

mengajarkan

keagamaan,

mendisiplinkan

keluarga

mulai

dapat

menjadi

komunikator
menjadi

pendengar

yang baik,

teladan,

dan

mampu

menciptakan

mengajarkan bangun pagi, kemudian

lingkungan belajar dirumah, tidak

informan

membiasakan

mengembangkan

komunikasi

dengan

mengobrol

dan

menasehati

keluarga

pola

cara

pemikiran

yang

sering

sempit dan dangkal pada anak, serta

sering

dapat menanamkan kejujuran. Oleh

mengenai

karena itu disini yang utama adalah

manajemen waktu belajar dengan

kualitas interaksi antara anggota

waktu

juga

keluarga, bukan kuantitasnya (Go

mengajarkan mengenai nilai dan

Setiawan,2000 ) Selain itu hubungan

moral dalam keluarga. Kata moral

keluarga informan juga harmonis,

sendiri berasal dari bahasa latin

yang

mores yang berarti tata cara dalam

komunikasi

kehidupan

orangtua dengan anak, bapak dengan

juga

bermain.

Informan

atau

adat

istiadat.

di

tandai
yang

dengan

bentuk

baik

antara

Budiningsih (dalam Purwaningsih,

ibu,

2010)

saudarnya (Wahyurini dan Ma’shum,
Dampak

antara

anak

dengan

pendidikan

2001) . Hal ini sesuai dengan enam

informan yang di ajarkan baik maka

karakteristik keluarga yang dapat di

akan muncul hubungan yang baik

kategorikan sebagai keluarga yang

pula

informan.

sehat dan bahagia, yaitu : 1. Adanya

menganggap

kehidupan beragama dalam keluarga,

hubungan di rumah sudah seperti

2. Memiliki waktu untuk bersama, .

teman karena sering kumpul dan

memiliki pola komunikasi yang baik

ngobrol

sesama

dalam

Dimana

dari

dan

keluarga

informan

bareng

di

saat

waktu

keluarga,

4.

Saling

15

menghargai

satu

sama

lain,

5.

Masing-masing

anggota

keluarga

merasa terikat

anggota sebagain

kelompok, 6. Bia terjadi
permasalahan

dalam

suatu

keluarga

1. Latar belakang difabel yang
berbeda

menjadikan

seseorang

mempunyai penyesuaian diri yang
berbeda

untuk

kemandiriannya.

menumbuhkan
Seseorang

yang

mampu menyelesaikan secara positif

mengalami kecacatan sejak kecil

dan konstruktif.

dapat

Dari
informan

kemandirian
terapkan,

yang

informan

menerima

dirinya

lingkungan

keluarga

dukungan

untuk

memberikan
melakukan

memiliki harapan hidup keluarga

aktivitasnya

secara

yaitu

Sedangkan

seseorang

informan

kehidupannya

menginginkan
baik-baik

karena

mandiri.
yang

saja,

mengalami

kecacatan

karena

pekerjaan lancar, lebih harmonis,

kecelakaan

memiliki

proses

rukun,

penerimaan diri yang berbeda dengan

dapat

membahagiakan

keluarga dan menyekolahkan anak

yang sejak kecil.

supaya menjadi anak yang berguna

2.

buat masa depannya. Usaha yang

difabel

sudah dilakukan informan antara lain

kemandirian

bekerja keras dengan tekun, terus

ekonomi.

berusaha, berdoa, menabung buat

individu yang difabel dilihat melalui

masa depan dan mempersiapkan

komunikasi terlebih dahulu sebelum

kebutuhan anak tentang pendidikan

mengambil

maupun kesehatan keluarga.

menyelesaikan masalah. Sedangkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

kemandirian sosial individu yang

hasil

kemandirian

dapat

dilihat

emosi,

individu
melalui

sosial

Kemandirian

keputusan

dan
emosi

ataupun

difabel dapat dilihat dari hubungan

A. Kesimpulan
Berdasarkan

Bentuk

analisis

yang baik atau harmonis dengan

pada wawancara sekaligus dengan

keluarga dan hubungan baik dengan

pembahasan penelitian maka dapat di

tetangga.

simpulkan bahwa kemandirian pada

dapat terlihat dari difabel yang

dewasa difabel dapat di deskripsikan

mampu

sebagai berikut :

keluarga

Kemandirian

mengatur

ekonomi

perekonomian

dengan

cara

16

memprioritaskan mana yang lebih
penting dan mampu menghidupi
kebutuhan sehari-hari.
3. Aktivitas yang dilakukan dewasa
difabel yang berusia 34-50 tahun
mampu melakukan dengan baik,
namun

kadang

terhambat

oleh

fisiknya sehingga aktivitas yang
dilakukannya

kurang

efektif

dibandingkan orang normal lainnya.
4.

Faktor

mempengaruhi

internal

yang

kemandirian

pada

dewasa difabel yang berusia 34-50
tahun yaitu tanggung jawab terhadap
diri sendiri dan keluarga. Terlebih
difabel yang sudah memiliki anak
sekalipun.
5. Difabel yang memiliki tingkat
kecacatan yang tergolong berat sudah
merasa cukup dengan penghasilan
yang di dapatkan. Namun, difabel
tetap berusaha untuk meningkatkan
perekonomiannya demi memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
6. Dalam penelitian ini baik laki-laki
maupun

perempuan

memiliki

kemandirian yang sama, hal ini
ditunjukan dengan individu yang
menjadi tulang punggung keluarga
sama-sama

memiliki

motivasi

bekerja untuk menghidupi keluarga.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang di
lakukan, maka saran penelitian ini
adalah :
1. Informan penelitian diharapkan
lebih meningkatkan aktivitas sehariharinya

dengan

kemampuan
informan

yang

dapat

mengasah
dimiliki

agar

mengembangkan

usaha-usaha lain untuk mendapatkan
penghasilan yang dapat membantu
perekonomiannya.
2. Kepada orangtua penyandang
difabel untuk dapat meningkatkan
dan

mempertahankan

pola

komunikasi yang baik di dalam
keluarga

informan

keberadaan

tempat

walaupun
tinggal

tidak

saling bersama. Di harapkan pula
mengetahui pola kehidupan keluarga
informan dengan kondisi fisik yang
mengalami kecacatan.
3. Kepada peneliti selanjutnya yang
berminat
difabel
penelitian

meneliti
dapat
ini

kemkandirian

menjadikan
sebagai

hasil

tambahan

informasidengan mempertimbangkan
hal-hal yang belum terungkap secara
jelas seperti sistem pendidikan di
sekolah pada difabel.

17

Daftar pustaka
Ali dan Asrori. 2005. Psikologi
Remaja
Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta : Pt
Bumi Aksara
Alsa,

A.
2003.
Pendekatan
Kuantitatif & Kualitatif
serta Kombinasinya dalam
Penelitian
Psikologis.
Cetakan 1. Yogyakarta:
pustaka Pelajar

Alwi, H. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka
Antonius, G. 2002. Relasi dengan
Diri Sendiri. Jakarta: PT
Gramedia
Astuti dan Sukardi. 2013. FaktorFaktor yang Mempengaruhi
Kemandirian
untuk
Berwirausaha Pada Siswa
SMK. Jurnal Pendidikan
Vokasi. UNY Vol. 3 No 3.
November 2013.
Demartoto, A. 2007. Menyibak
Sensitivitas Gender Dalam
Keluarga
Difabel.
Surakarta: UNS Press
Desmita.
2009.
Psikologi
Perkembangan
Peserta
Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Drost, J. (1993). Menjadi Pribadi
Dewasa
dan
Mandiri.
Yogyakarta: Kanisius
Gea, A. A. Character Building 1
Relasi dengan Diri Sendiri
(edisi revisi). Jakarta: PT
Elex Media Komputindo

Go Setiawan, M. (2000). Menerobos
Dunia Anak. Bandung:
Yayasan Kalam Hidup.
Hurlock,

E.B. (2000). Psikologi
Perkembangan:
Suatu
Pendekatan
sepanjang
Rentang Kehidupan. Alih
Bahasa: Wasana. Jakarta:
Erlangga

Jogiyanto.
2008.
Metodologi
penelitian sistem informasi.
Yogyakarta: Cv Andi Offset
Lahey, B. (2004). Psychology An
Introduction
(8th
ed).
University of Chicago:
McGraw Hill.
Mazidah, L. (2012). Kesejahteraan
Psikologis
Tuna Netra
Dewasa Dini. Universitas
Islam negri Sunan Kalijaga ,
Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora.
Yogyakarta:
Universitas Islam negri
Sunan Kalijaga.
Miles, M.B & Huberman. 1992.
Analis Data Kualitatif.
Jakarta : Salemba
Muslimin. 2002. Metode Bidang
Penelitian Sosial. Telkom:
Universitas Muhammdiyah
Malang Press.
Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian
Sebagai
Kebutuhan
Psikologis pada Remaja.
Jurnal
Penelitian
:
http://www.epsikologi.com/Remaja.
Diakses tanggal 5 maret
2015.

18

Nasution, S. 1998. Metode Penelitian
Naturalistik
Kualitatif.
Bandung: Tarsito.

Sugiyono.
2009.
Memahami
penelitian
kualitatif.
Bandung: Alfa beta

Patriana,

Tentama, F. 2010. Berfikir Positif
Dan Penerimaan Diri Pada
remaja Penyandang Cacat
Tubuh Akibat Kecelakaan
Humanitas. Jurnal psikologi
Udayana. Vol 1 No 1

P. (2007). Hubungan
Antara
Kemandirian
Dengan Motivasi Bekerja
Sebagai Pengajar Les Privat
Pada
Mahasiswa
Di
Semarang.
Skripsi.
Semarang:
Universitas
Diponegoro.

Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan
Kualitatif dalam penelitian
psikologi. LPSP 3. Jakarta:
Fakultas Psikologi UI
Purwaningsih, E. 2010. Keluarga
Dalam
Mewujudkan
Pendidikan Nilai Sebagai
Upaya Mengatasi Degradasi
Nilai
Moral.
Jurnal
Pendidikan Sosiologi Dan
Humaniora. UTP Vol 1 No
1. April 2010
Sandhaningrum, F. D., Wiyanti, S.,
&
Lilik,
S.
(2010).
Hubungan antara Konsep
Diri dan Dukungan Sosial
dengan Penyesuaian Sosial
pada Penyandang Cacat
Tubuh di Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina
Daksa
Prof.
Dr
Soeharso Surakarta. Jurnal
wacana psikologi , 20-33.
Sina,

P, G. 2012. Pengaruh
Kecerdasan
Spiritual
terhadap
Pengelolaan
Keuangan Pribadi. Jurnal
Manajemen. UKSW Vol 11,
No 2 Mei 2012

Steinberg, L. (2002). Adolescence.
Sixth edition. New York:
McGraw-Hill.

Widiana, A. (2010). Hubungan
Antara
Pola
Asuh
Demokrasi
Dengan
Kemandirian Pada Remaja.
Jurnal penelitian. Solo:
Universitas
Setia
Budi
Surakarta.
Yunita, H & Kusrohmaniah, S. 2004.
Hubungan
Antara
Manajemen Diri dengan
Tingkat Kecemasan Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal
Kesehatan.
Yusuf,

S.
(2000).
Psikologi
Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Wahyurini dan Ma’shum. 2001.
Perilaku
Seks
remaja.
Http://www.kompas.com
Http://www.wheelhome.org. Diakses
tanggal 22 oktober 2015