S PSI 1000667 Chapter5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan mengenai kesimpulan dan saran
dari hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, perilaku seksual siswa SMA di kota Bandung
memiliki tingkat perilaku seksual yang sangat rendah. Kebanyakan dari mereka
tidak pernah melakukan pegangan tangan dan berpelukan ketika bersama lawan
jenisnya, sangat jarang juga di antara mereka yang memiliki pengalaman dalam
hal berciuman, bercumbu, bahkan berhubungan seksual. Pengalaman perilaku
sekual tersebut nyatanya tidak sesuai dengan sedangnya kebutuhan sensation
seeking trait yang dimiliki oleh mayoritas siswa. Hal ini dikarenakan kebanyakan
siswa hanya senang untuk melakukan kegiatan beresiko dan pengalaman baru
yang berupa aktivitas fisik yang menuntut kecepatan dan berbahaya seperti terjun
payung, menyelam, atau mendaki gunung. Namun jika dilihat dari tingkat
kebutuhan sensation seeking trait yang lain, mayoritas dari siswa tersebut
memiliki kebutuhan yang rendah untuk mendapatkan pengalaman baru seperti
menjelajahi tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya, hal
tersebut menandakan bahwa mereka tidak ingin melakukan sesuatu yang hanya
akan membuatnya tersesat dan tidak aman.
Selain itu, mereka juga tidak terlalu memiliki kebutuhan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang mengandung resiko sosial maupun resiko terhadap
kesehatannya sehingga jarang di antara mereka yang memiliki keinginan untuk
melakukan perilaku seksual karena mereka tahu bahwa hal tersebut bertentangan
dengan norma yang berlaku di masyarakat terlebih hal tersebut dapat beresiko
terhadap kesehatannya. Mayoritas dari remaja tersebut pun tidak terlalu
memerlukan kebutuhan untuk menolerir aktivitas/kegiatan yang berulang dan
rutin setiap harinya, sehingga wajar apabila mereka lebih senang untuk melakukan
kegiatan yang sewajarnya dan sama dalam kesehariannya.
Daisy Mia Arifin, 2014
Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini ialah
Daisy Mia Arifin, 2014
Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
terdapat hubungan yang lemah namun signifikan antara sensation seeking trait
dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung. Namun demikian,
sensation seeking trait tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja
disebabkan sensation seeking trait hanya memberikan kontribusi sebesar 4%.
Selanjutnya, apabila dilihat dari kedua faktor demografis yang diteliti dalam
penelitian ini (yaitu jenis kelamin dan usia), ditemukan bahwa keduanya memiliki
perbedaan signifikan dengan perilaku seksual. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa remaja laki-laki memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi dibandingkan
dengan remaja perempuan. Begitu juga dengan usia, remaja yang berumur 18
tahun atau yang merupakan usia menuju ambang masa dewasa memiliki perilaku
seksual yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang berusia 17 tahun, dan
remaja usia 17 tahun memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi dengan remaja
yang berusia 16 tahun. Kemudian, hasil penelitian perilaku seksual pada beberapa
sekolah juga menunjukkan perbedaan yang siginifikan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekolah negeri dari kluster pertama yang memiliki tingkat
prestasi yang cukup menonjol dan lingkungan yang religious memiliki tingkat
perilaku seksual terendah. Sedangkan, sekolah swasta dengan lingkungan yang
tidak terlalu religious serta letaknya yang strategis dengan pusat perbelanjaan di
kota Bandung memiliki tingkat perilaku seksual tertinggi.
B. Saran
Berikut merupakan saran yang dirumuskan oleh peneliti setelah
melakukan pembahasan dari hasil penelitian.
1.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku seksual pada siswa SMA sangat
rendah, hal tersebut sudah memberikan sikap yang positif bagi kalangan
remaja untuk tidak akan berani bertindak tanpa berani juga untuk
bertanggung jawab. Terlebih, jika sikap remaja tersebut lebih diarahkan oleh
pihak
sekolah
dengan
memberikan
informasi
mengenai
dampak
negatif/bahaya dari perilaku seksual yang melanggar aturan, seperti melalui
penyuluhan dan seminar yang rutin dilakukan setiap tahunnya/setiap
penerimaan siswa baru.
Daisy Mia Arifin, 2014
Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
2.
Bagi orangtua, khususnya para ibu diharapkan mampu menunjukkan sikap
keterbukaan dan kepeduliannya terhadap perilaku seksual pada anaknya yang
berada pada masa remaja, misalnya dengan melakukan pendekatan mengenai
bagaimana seharusnya remaja menjaga diri dan bersikap terhadap lawan
jenisnya. Hal ini tersebut juga akan lebih baik apabila orang tua dapat
memberikan pendidikan seksual pada remaja sedini mungkin.
3.
Bagi peneliti selanjutnya, dikarenakan adanya penemuan yang kurang
mendalam dan berkorelasi mengenai Hubungan Sensation seeking trait
dengan Perilaku Seksual pada Siswa SMA di kota Bandung, maka peneliti
menyarankan untuk melakukan penyebaran kuesioner melalui media sosial
atau online sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat karena dengan begitu,
sampel akan lebih terbuka dan merasa aman akan kerahasiaan datanya. Selain
itu, peneliti juga menyarankan untuk menambahkan satu variabel atau lebih
sehingga terlihat faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap perilaku seksual
remaja.
Daisy Mia Arifin, 2014
Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan mengenai kesimpulan dan saran
dari hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, perilaku seksual siswa SMA di kota Bandung
memiliki tingkat perilaku seksual yang sangat rendah. Kebanyakan dari mereka
tidak pernah melakukan pegangan tangan dan berpelukan ketika bersama lawan
jenisnya, sangat jarang juga di antara mereka yang memiliki pengalaman dalam
hal berciuman, bercumbu, bahkan berhubungan seksual. Pengalaman perilaku
sekual tersebut nyatanya tidak sesuai dengan sedangnya kebutuhan sensation
seeking trait yang dimiliki oleh mayoritas siswa. Hal ini dikarenakan kebanyakan
siswa hanya senang untuk melakukan kegiatan beresiko dan pengalaman baru
yang berupa aktivitas fisik yang menuntut kecepatan dan berbahaya seperti terjun
payung, menyelam, atau mendaki gunung. Namun jika dilihat dari tingkat
kebutuhan sensation seeking trait yang lain, mayoritas dari siswa tersebut
memiliki kebutuhan yang rendah untuk mendapatkan pengalaman baru seperti
menjelajahi tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya, hal
tersebut menandakan bahwa mereka tidak ingin melakukan sesuatu yang hanya
akan membuatnya tersesat dan tidak aman.
Selain itu, mereka juga tidak terlalu memiliki kebutuhan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang mengandung resiko sosial maupun resiko terhadap
kesehatannya sehingga jarang di antara mereka yang memiliki keinginan untuk
melakukan perilaku seksual karena mereka tahu bahwa hal tersebut bertentangan
dengan norma yang berlaku di masyarakat terlebih hal tersebut dapat beresiko
terhadap kesehatannya. Mayoritas dari remaja tersebut pun tidak terlalu
memerlukan kebutuhan untuk menolerir aktivitas/kegiatan yang berulang dan
rutin setiap harinya, sehingga wajar apabila mereka lebih senang untuk melakukan
kegiatan yang sewajarnya dan sama dalam kesehariannya.
Daisy Mia Arifin, 2014
Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini ialah
Daisy Mia Arifin, 2014
Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
terdapat hubungan yang lemah namun signifikan antara sensation seeking trait
dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung. Namun demikian,
sensation seeking trait tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja
disebabkan sensation seeking trait hanya memberikan kontribusi sebesar 4%.
Selanjutnya, apabila dilihat dari kedua faktor demografis yang diteliti dalam
penelitian ini (yaitu jenis kelamin dan usia), ditemukan bahwa keduanya memiliki
perbedaan signifikan dengan perilaku seksual. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa remaja laki-laki memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi dibandingkan
dengan remaja perempuan. Begitu juga dengan usia, remaja yang berumur 18
tahun atau yang merupakan usia menuju ambang masa dewasa memiliki perilaku
seksual yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang berusia 17 tahun, dan
remaja usia 17 tahun memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi dengan remaja
yang berusia 16 tahun. Kemudian, hasil penelitian perilaku seksual pada beberapa
sekolah juga menunjukkan perbedaan yang siginifikan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekolah negeri dari kluster pertama yang memiliki tingkat
prestasi yang cukup menonjol dan lingkungan yang religious memiliki tingkat
perilaku seksual terendah. Sedangkan, sekolah swasta dengan lingkungan yang
tidak terlalu religious serta letaknya yang strategis dengan pusat perbelanjaan di
kota Bandung memiliki tingkat perilaku seksual tertinggi.
B. Saran
Berikut merupakan saran yang dirumuskan oleh peneliti setelah
melakukan pembahasan dari hasil penelitian.
1.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku seksual pada siswa SMA sangat
rendah, hal tersebut sudah memberikan sikap yang positif bagi kalangan
remaja untuk tidak akan berani bertindak tanpa berani juga untuk
bertanggung jawab. Terlebih, jika sikap remaja tersebut lebih diarahkan oleh
pihak
sekolah
dengan
memberikan
informasi
mengenai
dampak
negatif/bahaya dari perilaku seksual yang melanggar aturan, seperti melalui
penyuluhan dan seminar yang rutin dilakukan setiap tahunnya/setiap
penerimaan siswa baru.
Daisy Mia Arifin, 2014
Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
2.
Bagi orangtua, khususnya para ibu diharapkan mampu menunjukkan sikap
keterbukaan dan kepeduliannya terhadap perilaku seksual pada anaknya yang
berada pada masa remaja, misalnya dengan melakukan pendekatan mengenai
bagaimana seharusnya remaja menjaga diri dan bersikap terhadap lawan
jenisnya. Hal ini tersebut juga akan lebih baik apabila orang tua dapat
memberikan pendidikan seksual pada remaja sedini mungkin.
3.
Bagi peneliti selanjutnya, dikarenakan adanya penemuan yang kurang
mendalam dan berkorelasi mengenai Hubungan Sensation seeking trait
dengan Perilaku Seksual pada Siswa SMA di kota Bandung, maka peneliti
menyarankan untuk melakukan penyebaran kuesioner melalui media sosial
atau online sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat karena dengan begitu,
sampel akan lebih terbuka dan merasa aman akan kerahasiaan datanya. Selain
itu, peneliti juga menyarankan untuk menambahkan satu variabel atau lebih
sehingga terlihat faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap perilaku seksual
remaja.
Daisy Mia Arifin, 2014
Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu