S PSI 1000667 Chapter3

(1)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

Metode Penelitian

A. Lokasi dan Populasi dan Sampel

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan sekitar beberapa sekolah di Bandung, yakni:

1) SMA Negeri X1, Jln. Kbr Bandung 2) SMA Negeri X2, Jln. Psrklk Bandung 3) SMA Negeri X3, Jln. Mds Bandung 4) SMA Swasta X4, Jln. Blgde Bandung 5) SMA Swasta X5, Jln. Psrkj Bandung, dan 6) SMA Swasta X6, Jln. Mlbr Bandung.

Alasan pemilihan sekolah tersebut didasarkan pada beberapa variasi mulai dari lingkungan, kluster, dan tipe sekolahnya (yakni sekolah negeri dan swasta).

2. Populasi Penelitian

Populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian (Noor, 2013:147). Menurut Furchan (2005), populasi dirumuskan sebagai “semua anggota sekelompok orang, kejadian, atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas” atau kelompok lebih besar yang menjadi sasaran generalisasi (Taniredja, 2012: 33). Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah siswa-siswi remaja akhir (usia 16-18 tahun) yang berada dalam jenjang pendidikan SMA di Kota Bandung.


(2)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampel dapat diartikan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1996:117). Ali (1985) menyebutkan, bahwa sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang


(3)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Taniredja, 2012:34).

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik pemilihan quota sampling. Quota sampling adalah teknik mengumpulkan data dengan cara menghubungi subjek penelitian yang dapat memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi (Taniredja, 2012; 38). Pada teknik ini juga, sampel diambil dengan memberikan jatah atau quota tertentu pada setiap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada setiap unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan.

Adapun sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang bersekolah di SMA Negeri A Bandung, SMA Negeri B Bandung, SMA Negeri C, SMA Swasta D, SMA Swasta E, dan SMA Swasta F. Alasan peneliti memilih sekolah di atas karena sekolah tersebut bervariasi mulai dari lingkungan dan kategori sekolahnya (sekolah negeri dan swasta). Dari setiap sekolah diambil sekitar 40 siswa yang akan dijadikan subjek penelitian, sehingga total subjek penelitian secara keseluruhan ialah sekitar 240. Karakteristik sampel dalam penelitian ini ialah subjek yang merupakan siswa pada rentang usia 16-18 tahun yakni siswa SMA kelas XI dan XI.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel (Noor, 2013: 38). Jenis penelitian ini juga termasuk dalam penelitian inferensial, dimana kedalaman analisisnya dilakukan dengan menganalisis hubungan antarvariabel dengan pengujian hipotesis. Dengan demikian kesimpulan penelitian jauh melampaui sajian data kuantitatif saja (Azwar, 2012: 6).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional adalah metode yang melibatkan


(4)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih (Sukardi, 2004: 166). Metode korelasional bertujuan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antarvariabel atau untuk menyatakan besar kecilnya hubungan antar kedua variabel. Pada penelitian ini, metode korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel sensation seeking trait dan perilaku seksual.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesis, yaitu menguji kecocokan antara teori dan fakta empiris di dunia nyata (Noor, 2013: 47). Secara teoritis, variabel didefinisikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dan penelitian. Ada juga yang menganggap veriabel sebagai gejala yang bervariasi (Kerlinger & Lee, 2000, dalam Setyosari, 2012: 126) Dalam peneltian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu variabel sensation seeking trait (variabel X1) dan variabel perilaku seksual (variabel X2).

2. Definisi Operasional

a. Definisi operasional sensation seeking trait

Sensation seeking trait dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu sifat yang ditentukan oleh kebutuhan pada remaja akhir (siswa SMA kelas XI dan XII di kota Bandung) akan perubahan dan pengalaman yang baru, dimana hal tersebut dapat dicapai dengan mengambil risiko yang bersifat baik berupa fisik, finansial, maupun sosial.

Sensation seeking trait dalam penelitian ini bertolak ukur pada empat dimensi, yaitu sebagai berikut:

1) Thrill and Adventure Seeking maksudnya adalah seberapa besar kebutuhan seorang remaja untuk ikut serta dalam melakukan


(5)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aktivitas berisiko atau berbahaya seperti olahraga yang memiliki kecepatan tinggi dan berbahaya.

2) Experience Seeking maksudnya adalah seberapa besar kebutuhan seorang remaja untuk mendapatkan dan mengalami pengalaman-pengalaman baru dan menyenangkan. Misalnya melakukan perjalanan jauh ke tempat-tempat yang jarang dikunjungi atau diketahui oleh orang lain.

3) Disinhibition maksudnya adalah seberapa besar keinginan atau hasrat seorang remaja untuk melakukan kegiatan–kegiatan yang mengandung resiko sosial maupun resiko terhadap kesehatannya seperti mengkonsumsi minuman keras atau perilaku seksual, dan hal lainnya yang bertentangan dengan norma yang berlaku.

4) Boredom Susceptibility maksudnya adalah seberapa besar

kemampuan seorang remaja untuk menolerir tehadap aktivitas yang berulang dan rutin. Misalnya seorang remaja mampu bertahan dalam melakukan aktivitas yang sama setiap harinya. Semakin tinggi skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat sensation seeking trait pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah skor keseluruhan yang diperoleh maka semakin rendah tingkat sensation seeking trait pada remaja.

b. Definisi Operasional Perilaku Seksual

Perilaku seksual dalam penelitian ini adalah tingkah laku yang dilakukan pada hubungan antara remaja laki-laki dan perempuan berupa sentuhan fisik yang mungkin saja tidak disadari oleh remaja tersebut dan memungkinkan timbulnya orgasme. Jenis sentuhan fisik tersebut adalah:

1) Bersentuhan (touching), antara lain berpegangan tangan dan berpelukan.

2) Berciuman (kissing), antara lain mulai dari hanya sekedar kecupan bibirsampai dengan berciuman dengan menggunakan lidah.


(6)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Bercumbu (petting), yaitu merupakan bentuk dari berbagai aktivitas fisik antara pria dan wanita, yang mengarah kepada pembangkit gairah seksual. Pada umumnya bentuk aktivitas yang terlibat dalam petting ini, melibatkan perilaku mencium, menyentuh atau meraba, menghisap, dan menjilat pada area-area erotis pasangan; seperti mencium payudara pasangan perempuan, atau mencium alat kelamin pasangan laki-laki.

4) Berhubungan kelamin (sexual intercourse), yaitu adanya kontak antara alat kelamin laki-laki (penis) dan alat kelamin perempuan (vagina) yang terjadi dalam proses penetrasi antara penis dan vagina sehingga dapat mencapai orgasme.

Semakin besar skor yang diperoleh, maka semakin tinggi hasrat yang dirasakan dari pengalaman perilaku seksual pada remaja. Sebaliknya, semakin kecil skor keseluruhan diperoleh, maka semakin rendah hasrat yang dirasakan dari pengalaman perilaku seksual pada remaja tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara individual atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti prefrensi, keyakinan, minat, dan perilaku (Taniredja, 2012: 44). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada subjek penelitian (siswa SMA kelas XI dan XII). Subjek hanya perlu memilih salah satu jawaban yang paling sesuai atau mendekati dengan keadaan dirinya. Sebelum subjek mengerjakan kuesioner, peneliti menjelaskan instruksi atau petunjuk cara pengisian kuesioner terlebih dahulu.


(7)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan model skala dan konsistensi internal. Konsistensi internal atau disebut juga rational scale berisikan beberapa pernyataan yang direspons Ya-Tidak. Pernyataan-pernyataan ini disekor sesuai dengan kunci jawaban. Sedangkan skala adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. Bentuk jawaban skala seperti tidak pernah, pernah, sering, dan hampir selalu (Siregar, 2010: 138).

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian/instrumen pengukur variabel merupakan alat bantu yang menghubungkan konsep/konstruk dengan fakta empiris/realita. Instrumen penelitian juga merupakan pemberian bilangan atau simbol pada peristiwa empiris menurut aturan yang ditetapkan (Noor, 2013: 101). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala psikologis. Instrumen terdiri dari instrumen yang mengungkap penilaian kognitif terhadap sensation seeking trait dan perilaku seksual remaja.

1. Kuesioner Sensation Seeking Trait

a. Spesifikasi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen sensation seeking trait yang dikembangkan oleh Anindya Lasyitha (2009) dengan menurunkan langsung keempat karakterisitik sensation seeking trait dari Zuckerman (1979). Instrumen ini menggunakan Rational Scale atau Konsistensi Internal.

b. Pengisian Kuosiner

Responden mengisi kuosiner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari dua pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh responden pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban


(8)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan dengan memberi tanda silang (×) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. c. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen sensation seeking trait dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri dari dua kategori yang harus dipilih responden. Pernyataan terdiri dari favorable dan unfavorable. Responden yang memilih pernyataan favorable mendapatkan skor 1 sedangkan unfavorable mendapatkan skor 0.

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrumen sensation seeking trait yang diperoleh responden.

3) Setelah itu skor-skor dari responden akan dikategorisasikan ke dalam 5 kategori (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah)

Tabel 3.1

Formula Penyekoran Kuesioner Sensation Seeking Trait

Pernyataan Nilai

a. Saya lebih suka berada dalam perkumpulan yang bebas dan tidak ada aturan

b. Saya lebih memilih berada pada situasi perkumpulan yang tenang. 1

Tabel 3.2

Kategorisasi Skala Sensation Seeking Trait

Rumus Kategori

(nmin +4,50s) ≤ X Sangat Tinggi

(nmin+3,50s) < X ≤ (nmin + 4,50s) Tinggi (nmin+2,50s) < X ≤ (nmin + 3,50s) Sedang (nmin + 1,50s) < X ≤ (nmin + 2,50s) Rendah

X < (nmin + 1,50s) Sangat Rendah

2. Kuesioner Perilaku Seksual a. Spesifikasi Instrumen


(9)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen perilaku seksual yang dikembangkan oleh peneliti dengan menurunkan langsung keempat jenis sentuhan fisik dari Duvall dan Miller (1985) Instrumen ini menggunakan skala.

b. Pengisian Kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari empat pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dilakukan oleh responden pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari empat kategori yaitu Tidak Pernah (TP), Pernah (P), Sering (S), atau Hampir Selalu (HS).

c. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen perilaku seksual dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri dari empat kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.

Tabel 3.3

Penyekoran Kuesioner Perilaku Seksual

Pilihan Jawaban Nilai Pernyataan

Tidak Pernah 1

Pernah 2

Sering 3


(10)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrumen perilaku seksual yang diperoleh responden kemudian menentukan mean dan standar deviasi yang selanjutnya dibuat kategorisasi berdasarkan mean dan standar deviasi tersebut.

Tabel 3.4

Kategorisasi Skala Perilaku Seksual

Rumus Kategori

M + 1,50σ≤ X Sangat Tinggi

M + 0,50σ ≤ X < M + 1,50σ Tinggi

M –0,50σ ≤ X < M + 0,50σ Sedang

M –1,50σ ≤ X < M –0,50σ Rendah

< M –1,50σ Sangat Rendah

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (valid measure if it successfully measure the phenomenon) (Siregar, 2012). Menurut Arikunto (1995; 219) ada dua jenis validitas unutk instrument penelitian, yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Uji validitas instrumen yang terlebih dahulu dilakukan ialah uji validitas isi. Uji validitas isi dilakukan dengan cara berkonsultasi (expert judgement) dengan pakar permasalahan yang diteliti, sampai menghasilkan suatu instrument penelitian yang benar-benar mantap (Taniredja, 2012; 43). Uji validitas isi alat ukur perilaku seksual dalam penelitian ini dilakukan oleh tiga professional judgement, yaitu dr. Riksma Nurahmi, M.Pd, Dr. Hidayat, Dipl.S.Ed. Msi, dan dr. Eusi Heryati, M.Kes.

Setelah melakukan validitas isi, peneliti melakukan uji keterbacaan instrumen yang dilakukan sebelum uji reliabilitas, dan dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas dari kalimat-kalimat yang dipakai. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahan persepsi antara maksud


(11)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang ingin dinilai oleh peneliti dengan persepsi responden terhadap setiap item kuesioner. Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji keterbacaan terhadap 5 siswa dari beberapa SMA di kota Bandung.

2. Analisis Item

Setelah dilakuan try out, peneliti melakukan pemilihan item kembali melalui korelasi item-total. Yaitu dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total instrumen. Item yang akan dipilih sebagai item final ialah item yang memiliki koefisien korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,30. Sebagian ahli psikometri mengatakan bahwa korelasi item-total 0,20 adalah cukup (Ihsan, 2013). Maka, pada skala sensation seeking trait , terdapat beberapa item yang harus dibuang, yaitu item no.2,4,5,7,8,9,12,15,19,22,29,30,31,32,33,34, dan 39. Oleh karena itu, dari 40 item sensation seeking trait yang telah di uji coba hanya 23 item yang dipilih sebagai item final sedangkan pada perilaku seksual, tidak ada item yang terbuang.

3. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2012; 173). Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut akan digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama (Taniredja, 2012; 43).

Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan dari program SPSS versi 18.00 melalui teknik Alpha Cronbach, untuk mengetahui seberapa konsisten tiap-tiap item dalam suatu instrumen. Setelah melakukan uji realibilitas dengan menggunakan bantuan SPSS versi 18.00, didapatkan hasil bahwa instrument sensation seeking trait memiliki koefisien realibilitas sebesar 0,781 sedangkan perilaku seksual memiliki realibilitas sebesar 0,948.


(12)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sehingga semua instrumen tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

4. Pemilihan Item yang Layak Sensation Seeking Trait dan Perilaku Seksual

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Sensation seeking trait

Variabel Dimensi Indikator Item

Pernyataan

Sensation seeking trait

Pencarian

getaran jiwa dan petualangan

(Thrill and

Adventure Seeking)

Individu menyukai kegiatan yang melibatkan kecepatan tinggi

8,9

Individu menyukai kegiatan – kegiatan yang ekstrim

2, 5, 12, 22, 23.

Individu menyukai kegiatan yang melawan gravitasi

11, 13, 18 Pencarian

Pengalaman (Experience Seeking)

Individu terdorong untuk mengeksplorasi stimulus – stimulus yang mengandung sejumlah informasi baru

4, 7.

Individu berperilaku tidak seperti kebanyakan orang lainnya dalam berinteraksi sosial

21

Disinhibition (Disinhibition)

Individu menyukai kegiatan – kegiatan yang beresiko terhadap kesehatannya

6, 20.

Individu menyukai kegiatan – kegiatan yang beresiko terhadap kehidupan sosialnya

1, 15,19

Kerentanan terhadap Rasa Bosan (Boredom Susceptibility)

Individu tidak menyukai pengalaman yang berulang

3. Individu menyukai hal – hal yang baru

17. Individu tidak terlalu suka dengan hal – hal yang mudah ditebak

10.

Individu menyukai orang – orang yang berperilaku berbeda dengan kebanyakan


(13)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Perilaku Seksual orang

Variabel Dimensi Indikator Item Pernyataan

Perilaku Seksual

Bersentuhan (touching)

Individu merasakan hasrat

seksual ketika

berpegangan tangan dengan lawan jenisnya.

1

Individu merasakan hasrat seksual ketika berpelukan dengan lawan jenisnya.

2

Berciuman (kissing)

Individu merasakan hasrat seksual ketika berciuman dengan lawan jenisnya.

3, 4

Bercumbu (petting),

Individu merasakan hasrat seksual ketika saling menyentuh atau meraba area erotis lawan jenisnya.

5, 6

Individu merasakan hasrat seksual ketika saling menghisap atau menjilat area erotis lawan jenisnya.

7, 8, 9

Berhubungan kelamin (sexsual intercourse),

Individu merasakan hasrat seksual yang kuat ketika melakukan hubungan

intim dengan

pasangannya.


(14)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas Data

Sebelum uji korelasi, peneliti melakukan uji normalitas data menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan bahwa data sensation seeking trait tidak berdistribusi normal pada tingkat signifikansi 0.154 (>0.05) sedangkan data perilaku seksual berdistribusi normal pada tingkat signifikansi 0.000 (<0.05).

2. Uji Korelasi

Menurut Taniredja (2012; 95) uji korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah di antara dua buah variabel atau lebih terdapat hubungan, dan jika ada hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan positif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila satu variabel diturunkan maka akan menurunkan variabel yang lain. Sedangkan hubungan negative terjadi apabila nilai satu variabel dinaikkan akan menurunkan variabel yang lainnya (Sugiyono, 2012; 225).

Dalam penelitian ini sumber data untuk kedua variabel berasal dari sumber sama, yakni jenis data yang dikorelasikan adalah data interval, serta data dari kedua variabel tersebut berdistribusi normal. Sehingga, penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Product Moment (Sugiyono, 2012). maka hasil dari koefisien korelasi yang didapat akan diinterpretasikan melalui tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7

Koefisien Korelasi Guilford

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00-0.199 Sangat Rendah

0.20-0.399 Rendah

0.40-0.59 Sedang

0.60-0.799 Kuat


(15)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sugiyono, 2012)

Uji korelasi ini dilakukan pada tingkat signifikansi 0.05. Angka signifikan sebesar 0.05 mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan penelitian sebesar 95%. Untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria yaitu jika angka signifikan hasil riset <0.05, maka hubungan kedua variabel signifikan.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Mencari fenomena penelitian dan menentukan variabel penelitian psikologi yang sesuai dengan permasalahan.

b. Melakukan studi pustaka mengenai kajian teoritis serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.

c. Menentukan desain peneltian dan membuat alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.

d. Menetapkan populasi dan sampel serta teknik sampling yang akan digunakan.

e. Mempersiapkan surat izin penelitian melalui Fakultas, Kesbang dan Disdik.

f. Memberikan surat perizinan pada pihak sekolah untuk melakukan penelitian serta memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan di sekolah yang bersangkutan.

2. Tahap Pengambilan Data

a. Menentukan kelas yang dapat dijadikan sampel penelitian dengan meminta izin pada guru atau pihak yang bersangkutan.

b. Menjelaskan kepada siswa tentang maksud peneliti dan meminta kesediaan subjek untuk menjadi responden.

c. Menyebarkan kuesioner penelitian, kemudian memberikan petunjuk dan penjelasan terlebih dahulu mengenai pengisian kuesioner kepada para siswa yang menjadi responden.


(16)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Memberikan reward kepada para siswa yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

3. Tahap Pengolahan data

a. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

b. Melakukan skoring terhadap data yang telah diperoleh kemudian menginputnya dalam software Microsoft Excel.

c. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik melalui software SPSS 18.00 untuk menguji realibilitas penelitian dan korelasi antar variabel penelitian.

4. Tahap Pembahasan

a. Menampilkan dan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah diolah.

b. Menginterpretasikan hasil analisis dan membahas berdasarkan kajian pustaka dan latar belakang penelitian.

c. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi-rekomendasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.


(1)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang ingin dinilai oleh peneliti dengan persepsi responden terhadap setiap item kuesioner. Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji keterbacaan terhadap 5 siswa dari beberapa SMA di kota Bandung.

2. Analisis Item

Setelah dilakuan try out, peneliti melakukan pemilihan item kembali melalui korelasi item-total. Yaitu dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total instrumen. Item yang akan dipilih sebagai item final ialah item yang memiliki koefisien korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,30. Sebagian ahli psikometri mengatakan bahwa korelasi item-total 0,20 adalah cukup (Ihsan, 2013). Maka, pada skala sensation seeking trait , terdapat beberapa item yang harus dibuang, yaitu item no.2,4,5,7,8,9,12,15,19,22,29,30,31,32,33,34, dan 39. Oleh karena itu, dari 40 item sensation seeking trait yang telah di uji coba hanya 23 item yang dipilih sebagai item final sedangkan pada perilaku seksual, tidak ada item yang terbuang.

3. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2012; 173). Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut akan digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama (Taniredja, 2012; 43).

Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan dari program SPSS versi 18.00 melalui teknik Alpha Cronbach, untuk mengetahui seberapa konsisten tiap-tiap item dalam suatu instrumen. Setelah melakukan uji realibilitas dengan menggunakan bantuan SPSS versi 18.00, didapatkan hasil bahwa instrument sensation seeking trait memiliki koefisien realibilitas sebesar 0,781 sedangkan perilaku seksual memiliki realibilitas sebesar 0,948.


(2)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sehingga semua instrumen tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

4. Pemilihan Item yang Layak Sensation Seeking Trait dan Perilaku Seksual

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Sensation seeking trait

Variabel Dimensi Indikator Item

Pernyataan Sensation

seeking trait

Pencarian

getaran jiwa dan petualangan

(Thrill and

Adventure Seeking)

Individu menyukai kegiatan yang melibatkan kecepatan tinggi

8,9

Individu menyukai kegiatan – kegiatan yang ekstrim

2, 5, 12, 22, 23.

Individu menyukai kegiatan yang melawan gravitasi

11, 13, 18 Pencarian

Pengalaman (Experience Seeking)

Individu terdorong untuk mengeksplorasi stimulus – stimulus yang mengandung sejumlah informasi baru

4, 7.

Individu berperilaku tidak seperti kebanyakan orang lainnya dalam berinteraksi sosial

21

Disinhibition (Disinhibition)

Individu menyukai kegiatan – kegiatan yang beresiko terhadap kesehatannya

6, 20.

Individu menyukai kegiatan – kegiatan yang beresiko terhadap kehidupan sosialnya

1, 15,19

Kerentanan terhadap Rasa Bosan (Boredom Susceptibility)

Individu tidak menyukai pengalaman yang berulang

3. Individu menyukai hal – hal yang baru

17. Individu tidak terlalu suka dengan hal – hal yang mudah ditebak

10.

Individu menyukai orang – orang yang berperilaku berbeda dengan kebanyakan


(3)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Perilaku Seksual orang

Variabel Dimensi Indikator Item Pernyataan

Perilaku Seksual

Bersentuhan (touching)

Individu merasakan hasrat

seksual ketika

berpegangan tangan dengan lawan jenisnya.

1

Individu merasakan hasrat seksual ketika berpelukan dengan lawan jenisnya.

2

Berciuman (kissing)

Individu merasakan hasrat seksual ketika berciuman dengan lawan jenisnya.

3, 4

Bercumbu (petting),

Individu merasakan hasrat seksual ketika saling menyentuh atau meraba area erotis lawan jenisnya.

5, 6

Individu merasakan hasrat seksual ketika saling menghisap atau menjilat area erotis lawan jenisnya.

7, 8, 9

Berhubungan kelamin (sexsual intercourse),

Individu merasakan hasrat seksual yang kuat ketika melakukan hubungan

intim dengan

pasangannya.


(4)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas Data

Sebelum uji korelasi, peneliti melakukan uji normalitas data menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan bahwa data sensation seeking trait tidak berdistribusi normal pada tingkat signifikansi 0.154 (>0.05) sedangkan data perilaku seksual berdistribusi normal pada tingkat signifikansi 0.000 (<0.05).

2. Uji Korelasi

Menurut Taniredja (2012; 95) uji korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah di antara dua buah variabel atau lebih terdapat hubungan, dan jika ada hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan positif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila satu variabel diturunkan maka akan menurunkan variabel yang lain. Sedangkan hubungan negative terjadi apabila nilai satu variabel dinaikkan akan menurunkan variabel yang lainnya (Sugiyono, 2012; 225).

Dalam penelitian ini sumber data untuk kedua variabel berasal dari sumber sama, yakni jenis data yang dikorelasikan adalah data interval, serta data dari kedua variabel tersebut berdistribusi normal. Sehingga, penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Product Moment (Sugiyono, 2012). maka hasil dari koefisien korelasi yang didapat akan diinterpretasikan melalui tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7

Koefisien Korelasi Guilford

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00-0.199 Sangat Rendah

0.20-0.399 Rendah

0.40-0.59 Sedang

0.60-0.799 Kuat


(5)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sugiyono, 2012)

Uji korelasi ini dilakukan pada tingkat signifikansi 0.05. Angka signifikan sebesar 0.05 mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan penelitian sebesar 95%. Untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria yaitu jika angka signifikan hasil riset <0.05, maka hubungan kedua variabel signifikan.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Mencari fenomena penelitian dan menentukan variabel penelitian psikologi yang sesuai dengan permasalahan.

b. Melakukan studi pustaka mengenai kajian teoritis serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.

c. Menentukan desain peneltian dan membuat alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.

d. Menetapkan populasi dan sampel serta teknik sampling yang akan digunakan.

e. Mempersiapkan surat izin penelitian melalui Fakultas, Kesbang dan Disdik.

f. Memberikan surat perizinan pada pihak sekolah untuk melakukan penelitian serta memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan di sekolah yang bersangkutan.

2. Tahap Pengambilan Data

a. Menentukan kelas yang dapat dijadikan sampel penelitian dengan meminta izin pada guru atau pihak yang bersangkutan.

b. Menjelaskan kepada siswa tentang maksud peneliti dan meminta kesediaan subjek untuk menjadi responden.

c. Menyebarkan kuesioner penelitian, kemudian memberikan petunjuk dan penjelasan terlebih dahulu mengenai pengisian kuesioner kepada para siswa yang menjadi responden.


(6)

Daisy Mia Arifin, 2014

Hubungan sensation seeking trait dengan perilaku seksual pada siswa SMA di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Memberikan reward kepada para siswa yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

3. Tahap Pengolahan data

a. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

b. Melakukan skoring terhadap data yang telah diperoleh kemudian menginputnya dalam software Microsoft Excel.

c. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik melalui software SPSS 18.00 untuk menguji realibilitas penelitian dan korelasi antar variabel penelitian.

4. Tahap Pembahasan

a. Menampilkan dan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah diolah.

b. Menginterpretasikan hasil analisis dan membahas berdasarkan kajian pustaka dan latar belakang penelitian.

c. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi-rekomendasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.