238 457 1 SM
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
Jurnal Penelitian Tindakan
Bimbingan dan Konseling
Vol. 1, No. 2, Mei 2015
ISSN 2442-9775
UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI
BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL
Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto
Prodi BK Universitas PGRI Semarang, Jawa Tengah
Abstrak
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bimbingan sosial dengan media audio visual dapat
meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa. Subyek penelitian berjumlah 36 siswa Kelas X
dengan metode pengumpulan datanya menggunakan skala psikologis dan observasi. Teknik
analisis data menggunakan prosentase sederhana. Hasil penelitian bimbingan sosial dengan
menggunakan bantuan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa.
© 2015 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling
Kata Kunci: Bimbingan Sosial; Komunikasi antar Pribadi; Media Audio Visual
PENDAHULUAN
Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain atau pertukaran informasi yang bermakna diantara orang yang berkomunikasi
dapat terjalin. Ini berarti informasi atau pesan yang diterima dapat dipahami oleh kedua belah pihak.
Peserta didik dalam perkembangannya mempunyai kebutuhan yang kuat untuk berkomunikasi,
berbagi pengalaman, bekerjasama dengan orang lain dan keinginan untuk mempunyai banyak
teman, namun kadang-kadang untuk membangun hubungan antar teman itu sendiri tidak mudah,
peserta didik harus memiliki penerimaan diri yang baik agar tercipta suatu hubungan yang baik.
Dalam hal ini peserta didik`merupakan bagian dari masyarakat yang dituntut untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan dimana peserta didik bersosialisasi dan berinteraksi.
Lingkungan yang dimaksud tersebut adalah lingkungan sekolah. Karena hampir sebagian besar
waktu peserta didik, banyak digunakan untuk berinteraksi di lingkungan sekolah. Suatu
pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila kegiatan pembelajaran tersebut
mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya. Artinya
kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalam mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang (paling sedikit
dua orang) secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik verbal ataupun nonverbal atau ada umpan balik sehingga terjadi pemahaman
untuk mewujudkan tujuan bersama, pihak-pihak yang terdapat di dalamnya dapat memberikan
informasi, menukarkan ide, mengubah sikap dan perilaku sehingga saling mengerti dan berusaha
untuk melengkapi kekurangan yang dimiliki satu sama lain. Tujuan komunikasi antar pribadi
menurut Suranto (2011) yaitu (1) mengungkapkan perhatian kepada orang lain, (2) menemukan diri
18
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
sendiri, (3) menemukan dunia luar, (4) membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, (5)
mempengaruhi sikap dan tingkah laku, (6) mencari kesenangan, (7) memberi bantuan.
Komunikasi antarpribadi merupakan bagian dari perkembangan peserta didik untuk
mengetahui secara bertahap dan menggambarkan siapakah dirinya dengan cara berinteraksi sosial
dalam lingkungan, dari interaksi tersebut terdapat masukan atau kritikan dari orang lain serta
penilaian diri pribadi. Bila peserta didik cenderung menutup diri dengan berbagai kegiatan belajar
tanpa ada interaksi atau bersosialisasi dengan teman dan lingkungan maka peserta didik tersebut
tidak mempunyai informasi-informasi yang dapat membantunya dalam pembentukan konsep diri. Di
dalam proses belajar-mengajar peranan komunikasi antar-pribadi sangat diperlukan. Pada peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi banyak mengalami kesulitan pula dalam
menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru atau pembimbing.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru BK diperoleh informasi bahwa: (1)
Bimbingan sosial di sekolah telah dilaksanakan namun belum maksimal, dikarenakan beberapa
hambatan baik dari segi waktu, peserta didik, guru BK, serta sarana dan prasarana dan lain
sebagainya, (2) Hasil studi pendahuluan tentang kondisi keterampilan komunikasi antarpribadi
peserta didik SMK yang dilakukan pada seluruh peserta didik kelas X yang berjumlah 150 peserta
didik diperoleh hasil bahwa 24% peserta didik memiliki keterampilan komunikasi antarpribadi
kurang.
Dalam mengatasi rendahnya komunikasi antarpribadi, guru BK membutuhkan model
layanan yang dapat digunakan bagi peningkatan keterampilan komunikasi antarpribadi peserta didik
secara efektif dan menyenangkan untuk diikuti bagi peserta didik. Hal ini berdasarkan pemantauan
guru BK dan wali kelas bahwa hubungan antar peserta didik sering terjadi konflik baik perorangan
maupun kelompok yang mana peserta didik sulit menyesuaikan diri, sering marah, sehingga mudah
terlibat perselisihan dan perkelahian. Keterampilan komunikasi anatarpribadi pada peserta didik
menjadi sangat penting karena dalam bergaul dengan teman sebayanya peserta didik sering kali
dihadapkan dengan hal-hal yang membuatnya harus mampu menyatakan pendapat pribadinya tanpa
disertai emosi, marah atau sikap kasar. Salah satu cara untuk menumbuhkan agar dalam
berkomunikasi antara peserta didik yang satu dengan yang lain adalah dengan bimbingan sosial,
untuk menyesuaikan diri supaya dapat mengenal, memahami, dan menerima diri sendiri serta
lingkungan.
Menurut Tohirin (2011) bimbingan sosial adalah suatu bimbingan atau bantuan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah
konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau
bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara baik. Tujuan utama pelayanan
bimbingan sosial adalah agar individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik
dengan lingkungannya.
Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif
(mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual
yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan
kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide. Menurut Wina Sanjaya (2010)
media audio visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur
gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, film, slide suara, dan lain sebagainya.
Rumusan penelitian ini yaitu apakah bimbingan sosial dapat meningkatkan komunikasi
antar pribadi siswa dengan menggunakan media audio visual? Sedangkan tujuan dalam penelitian ini
untuk mengetahui bimbingan sosial dengan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi
antar pribadi siswa.
19
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2010)
mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari
empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaan atau planning,
Tindakan atau acting, Pengamatan atau observing, Refleksi atau reflecting.
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada bulan November 2014
bertempat di SMK Islam Al-Amin Bonang Demak dengan subjek penelitian yaitu 36 siswa kelas X.
Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi dan skala psikologis.
Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan persentase sederhana.
Hal ini untuk mengetahui persentase penguasaan konsep-konsep pada penelitian ini. Perhitungan
persentase dalam penelitian ini dibuat dari tiap tes sebelum layanan tindakan, tindakan kelas siklus I,
tindakan kelas siklus II, dan tindakan kelas siklus III, selanjutnya dibuat simpulan secara umum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil skala psikologis pada pra siklus, diketahui bahwa tingkat komunikasi
antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 55,19% dengan rata-rata skor klasikal 2,3 pada
kategori cukup.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta
didik Prasiklus
Interval Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
1,00 1,75
Tidak komunikatif
0
0%
1,76 2,50
Kurang komunikatif
27
75 %
2,51 3,25
Sudah komunikatif
6
16,7%
3,26 4,00
Sangat komunikatif
3
8,3%
Jumlah
36
100%
Data distribusi di atas dapat divisualisasikan dalam Gambar 1 sebagai berikut.
30
27
frekuensi
25
20
15
10
6
3
5
0
0
tidak
komunikatif
kurang
komunikatif
komunikatif
sangat
komunikatif
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta
didik Prasiklus
20
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pelayanan siklus I peneliti menentukan kompetensi layanan, yaitu:
komunikasi antarpribadi dalam aspek keterbukaan (Openess) dan empati (emphaty); membuat
rencana layanan dengan menyusun satlan; membuat pedoman observasi.
2. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan layanan dengan langkah-langkah secara umum sebagai berikut :
a. Sebelum mengikuti kegiatan layanan, terlebih dahulu ditayangkan slide PowerPoint keterbukaan
(Openess) dan empati (emphaty) .
b. Memberikan motivasi dengan menjelaskan materi: keterbukaan (Openess), empati (emphaty)
c. Diskusi kelas untuk memvalidasi hasil layanan peneliti memvalidasi hasil disertai pemberian
simpulan.
d. Kegiatan Akhir: peserta didik mencatat rangkuman peneliti memberikan skala psikologi kepada
peserta didik.
e. Penutup : peneliti memberikan motivasi dengan cara menyanyikan lagu dari cuplikan video
Sahabat Kecil bersama-sama, kemudian memberikan pesan moral kepada peserta didik.
f. Peneliti menutup layanan dengan doa.
3. Observasi
Guna memperoleh gambaran dan keberhasilan tahapan terhadap implementasi maka
dilakukan observasi terhadap proses layanan berupa kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
observer selama proses tindakan. Selama proses pelayanan, observer mengamati aktivitas peserta
didik dan komunikasi interpersonal peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik dalam layanan bimbingan sosial tentang
komunikasi antarpribadi dengan menggunakan media slide Power Point siklus I, mencapai rata-rata
2,54 pada kategori baik. Berdasarkan hasil skala psikologi tersebut, diketahui bahwa komunikasi
antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 69,96% dengan rata-rata skor 2,80 pada kategori
komunikatif.
4. Refleksi
Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa
bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Adapun temuan hasil refleksi siklus I yaitu:
a. Aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 2,54 pada kategori cukup.
b. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus I secara klasikal
adalah 69,96% dengan rata-rata skor 2,80 pada kategori komunikatif .
c. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan bimbingan sosial dengan
menggunakan media slide Power Point Siklus I ada 11 peserta didik (30,6%) termasuk kategori
kurang komunikatif, 17 (47,2%) peserta didik sudah komunikatif, dan 8 peserta didik (22,2%)
kategori sangat komunikatif.
d. Berdasarkan temuan tersebut, tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses
pelayanan siklus I yang mencapai kategori sangat komunikatif baru 22,2% belum mencapai 75%
secara klasikal, sehingga dilakukan tindak lanjut berupa pelayanan siklus II.
Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pelayanan siklus II, peneliti menentukan kompetensi layanan,
yaitu: komunikasi antarpribadi dalam aspek keterbukaan (Openess) dan empati (emphaty); membuat
rencana layanan dengan menyusun satlan; membuat pedoman observasi.
21
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
2. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan layanan dengan langkah-langkah secara umum sebagai berikut :
a. Sebelum mengikuti kegiatan layanan, terlebih dahulu ditayangkan slide PowerPoint Orangorang di Sekitar Anda .
b. Memberikan motivasi dengan menjelaskan materi: dukungan (supportness), rasa positif
(positiveness).
c. Diskusi kelas untuk memvalidasi hasil layanan peneliti memvalidasi hasil disertai pemberian
simpulan.
d. Kegiatan Akhir: peserta didik mencatat rangkuman peneliti memberikan skala psikologi
kepada peserta didik.
e. Penutup : peneliti memberikan motivasi dengan menyanyikan lagu Es Lilin bersama-sama,
kemudian memberikan pesan moral kepada peserta didik.
f. Peneliti menutup layanan dengan doa.
3. Observasi
Guna memperoleh gambaran dan keberhasilan tahapan terhadap implementasi maka
dilakukan observasi terhadap proses layanan berupa kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti maupun kolaborator (guru pembimbing) selama proses tindakan. Selama proses pelayanan,
observer mengamati aktivitas peserta didik dan komunikasi interpersonal peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik dalam layanan bimbingan sosial tentang
komunikasi antarpribadi dengan menggunakan media slide Power Point siklus II, mencapai rata-rata
3,06 pada kategori baik. Berdasarkan hasil skala psikologi tersebut, diketahui bahwa komunikasi
antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori
sangat komunikatif .
4. Refleksi
Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa
bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Adapun temuan hasil refleksi siklus II yaitu:
a. Aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 3,1 pada kategori aktif
b. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus II secara klasikal
adalah 84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori komunikatif .
c. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan bimbingan sosial dengan
menggunakan media slide Power Point Siklus II ada 8 peserta didik (22,2%) termasuk kategori
sudah komunikatif, 28 (77,8%) peserta didik sangat komunikatif.
d. Berdasarkan temuan tersebut, tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses
pelayanan siklus II yang mencapai kategori sangat komunikatif telah mencapai 77,8% dan telah
melampaui indikator keberhasilan 75% secara klasikal, sehingga tindakan pelayanan siklus II
dinyatakan telah berhasil.
Adapun peningkatan hasil komunikasi antar pribadi pada kondisi awal, siklus I dan siklus II
dapat dilihat Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik
(Prasiklus, Siklus I dan Siklus II)
Tahapan
Prosentase
Rata-rata
Pra Siklus
55,19
2,30
Siklus I
69,96
2,80
Siklus II
84,88
3,39
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
22
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik
(Prasiklus, Siklus I dan Siklus II)
SIMPULAN
Layanan bimbingan sosial menggunakan media audio visual dapat meningkatkan
komunikasi antar pribadi siswa. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik sebelum kegiatan
layanan bimbingan sosial, 27 peserta didik (75%) termasuk kategori kurang komunikatif, 6 (16,7%)
anak komunikatif, dan 3 (8,3%) anak kategori sangat komunikatif. Pada Siklus I, aktivitas peserta
didik selama proses pelayanan rata-rata 2,54 pada kategori cukup. Tingkat komunikasi antarpribadi
peserta didik setelah proses pelayanan siklus I secara klasikal adalah 69,96% dengan rata-rata skor
2,80 pada kategori komunikatif . Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan
layanan Siklus I ada 11 peserta didik (30,6%) termasuk kategori kurang komunikatif, 17 (47,2%)
peserta didik sudah komunikatif, dan 8 peserta didik (22,2%) kategori sangat komunikatif.
Pada
siklus II, aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 3,1 pada kategori aktif . Tingkat
komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus II secara klasikal adalah
84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori komunikatif . Tingkat komunikasi antarpribadi
peserta didik setelah kegiatan layanan Siklus II ada 8 peserta didik (22,2%) termasuk kategori sudah
komunikatif, 28 (77,8%) peserta didik sangat komunikatif. Terjadi kenaikan 7,78% dibanding siklus I.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami berterima kasih kepada Bapak Heri Saptadi Ismanto,M.Pd. Kons. Sebagai Dosen
Pembimbing Skripsi. Kepala Sekolah, Guru dan Siswa kelas X SMK Islam Al-Amin Bonang Demak.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Sugiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
23
Jurnal Penelitian Tindakan
Bimbingan dan Konseling
Vol. 1, No. 2, Mei 2015
ISSN 2442-9775
UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI
BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL
Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto
Prodi BK Universitas PGRI Semarang, Jawa Tengah
Abstrak
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bimbingan sosial dengan media audio visual dapat
meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa. Subyek penelitian berjumlah 36 siswa Kelas X
dengan metode pengumpulan datanya menggunakan skala psikologis dan observasi. Teknik
analisis data menggunakan prosentase sederhana. Hasil penelitian bimbingan sosial dengan
menggunakan bantuan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa.
© 2015 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling
Kata Kunci: Bimbingan Sosial; Komunikasi antar Pribadi; Media Audio Visual
PENDAHULUAN
Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain atau pertukaran informasi yang bermakna diantara orang yang berkomunikasi
dapat terjalin. Ini berarti informasi atau pesan yang diterima dapat dipahami oleh kedua belah pihak.
Peserta didik dalam perkembangannya mempunyai kebutuhan yang kuat untuk berkomunikasi,
berbagi pengalaman, bekerjasama dengan orang lain dan keinginan untuk mempunyai banyak
teman, namun kadang-kadang untuk membangun hubungan antar teman itu sendiri tidak mudah,
peserta didik harus memiliki penerimaan diri yang baik agar tercipta suatu hubungan yang baik.
Dalam hal ini peserta didik`merupakan bagian dari masyarakat yang dituntut untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan dimana peserta didik bersosialisasi dan berinteraksi.
Lingkungan yang dimaksud tersebut adalah lingkungan sekolah. Karena hampir sebagian besar
waktu peserta didik, banyak digunakan untuk berinteraksi di lingkungan sekolah. Suatu
pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila kegiatan pembelajaran tersebut
mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya. Artinya
kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalam mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang (paling sedikit
dua orang) secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik verbal ataupun nonverbal atau ada umpan balik sehingga terjadi pemahaman
untuk mewujudkan tujuan bersama, pihak-pihak yang terdapat di dalamnya dapat memberikan
informasi, menukarkan ide, mengubah sikap dan perilaku sehingga saling mengerti dan berusaha
untuk melengkapi kekurangan yang dimiliki satu sama lain. Tujuan komunikasi antar pribadi
menurut Suranto (2011) yaitu (1) mengungkapkan perhatian kepada orang lain, (2) menemukan diri
18
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
sendiri, (3) menemukan dunia luar, (4) membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, (5)
mempengaruhi sikap dan tingkah laku, (6) mencari kesenangan, (7) memberi bantuan.
Komunikasi antarpribadi merupakan bagian dari perkembangan peserta didik untuk
mengetahui secara bertahap dan menggambarkan siapakah dirinya dengan cara berinteraksi sosial
dalam lingkungan, dari interaksi tersebut terdapat masukan atau kritikan dari orang lain serta
penilaian diri pribadi. Bila peserta didik cenderung menutup diri dengan berbagai kegiatan belajar
tanpa ada interaksi atau bersosialisasi dengan teman dan lingkungan maka peserta didik tersebut
tidak mempunyai informasi-informasi yang dapat membantunya dalam pembentukan konsep diri. Di
dalam proses belajar-mengajar peranan komunikasi antar-pribadi sangat diperlukan. Pada peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi banyak mengalami kesulitan pula dalam
menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru atau pembimbing.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru BK diperoleh informasi bahwa: (1)
Bimbingan sosial di sekolah telah dilaksanakan namun belum maksimal, dikarenakan beberapa
hambatan baik dari segi waktu, peserta didik, guru BK, serta sarana dan prasarana dan lain
sebagainya, (2) Hasil studi pendahuluan tentang kondisi keterampilan komunikasi antarpribadi
peserta didik SMK yang dilakukan pada seluruh peserta didik kelas X yang berjumlah 150 peserta
didik diperoleh hasil bahwa 24% peserta didik memiliki keterampilan komunikasi antarpribadi
kurang.
Dalam mengatasi rendahnya komunikasi antarpribadi, guru BK membutuhkan model
layanan yang dapat digunakan bagi peningkatan keterampilan komunikasi antarpribadi peserta didik
secara efektif dan menyenangkan untuk diikuti bagi peserta didik. Hal ini berdasarkan pemantauan
guru BK dan wali kelas bahwa hubungan antar peserta didik sering terjadi konflik baik perorangan
maupun kelompok yang mana peserta didik sulit menyesuaikan diri, sering marah, sehingga mudah
terlibat perselisihan dan perkelahian. Keterampilan komunikasi anatarpribadi pada peserta didik
menjadi sangat penting karena dalam bergaul dengan teman sebayanya peserta didik sering kali
dihadapkan dengan hal-hal yang membuatnya harus mampu menyatakan pendapat pribadinya tanpa
disertai emosi, marah atau sikap kasar. Salah satu cara untuk menumbuhkan agar dalam
berkomunikasi antara peserta didik yang satu dengan yang lain adalah dengan bimbingan sosial,
untuk menyesuaikan diri supaya dapat mengenal, memahami, dan menerima diri sendiri serta
lingkungan.
Menurut Tohirin (2011) bimbingan sosial adalah suatu bimbingan atau bantuan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah
konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau
bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara baik. Tujuan utama pelayanan
bimbingan sosial adalah agar individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik
dengan lingkungannya.
Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif
(mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual
yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan
kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide. Menurut Wina Sanjaya (2010)
media audio visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur
gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, film, slide suara, dan lain sebagainya.
Rumusan penelitian ini yaitu apakah bimbingan sosial dapat meningkatkan komunikasi
antar pribadi siswa dengan menggunakan media audio visual? Sedangkan tujuan dalam penelitian ini
untuk mengetahui bimbingan sosial dengan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi
antar pribadi siswa.
19
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2010)
mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari
empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaan atau planning,
Tindakan atau acting, Pengamatan atau observing, Refleksi atau reflecting.
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada bulan November 2014
bertempat di SMK Islam Al-Amin Bonang Demak dengan subjek penelitian yaitu 36 siswa kelas X.
Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi dan skala psikologis.
Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan persentase sederhana.
Hal ini untuk mengetahui persentase penguasaan konsep-konsep pada penelitian ini. Perhitungan
persentase dalam penelitian ini dibuat dari tiap tes sebelum layanan tindakan, tindakan kelas siklus I,
tindakan kelas siklus II, dan tindakan kelas siklus III, selanjutnya dibuat simpulan secara umum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil skala psikologis pada pra siklus, diketahui bahwa tingkat komunikasi
antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 55,19% dengan rata-rata skor klasikal 2,3 pada
kategori cukup.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta
didik Prasiklus
Interval Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
1,00 1,75
Tidak komunikatif
0
0%
1,76 2,50
Kurang komunikatif
27
75 %
2,51 3,25
Sudah komunikatif
6
16,7%
3,26 4,00
Sangat komunikatif
3
8,3%
Jumlah
36
100%
Data distribusi di atas dapat divisualisasikan dalam Gambar 1 sebagai berikut.
30
27
frekuensi
25
20
15
10
6
3
5
0
0
tidak
komunikatif
kurang
komunikatif
komunikatif
sangat
komunikatif
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta
didik Prasiklus
20
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pelayanan siklus I peneliti menentukan kompetensi layanan, yaitu:
komunikasi antarpribadi dalam aspek keterbukaan (Openess) dan empati (emphaty); membuat
rencana layanan dengan menyusun satlan; membuat pedoman observasi.
2. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan layanan dengan langkah-langkah secara umum sebagai berikut :
a. Sebelum mengikuti kegiatan layanan, terlebih dahulu ditayangkan slide PowerPoint keterbukaan
(Openess) dan empati (emphaty) .
b. Memberikan motivasi dengan menjelaskan materi: keterbukaan (Openess), empati (emphaty)
c. Diskusi kelas untuk memvalidasi hasil layanan peneliti memvalidasi hasil disertai pemberian
simpulan.
d. Kegiatan Akhir: peserta didik mencatat rangkuman peneliti memberikan skala psikologi kepada
peserta didik.
e. Penutup : peneliti memberikan motivasi dengan cara menyanyikan lagu dari cuplikan video
Sahabat Kecil bersama-sama, kemudian memberikan pesan moral kepada peserta didik.
f. Peneliti menutup layanan dengan doa.
3. Observasi
Guna memperoleh gambaran dan keberhasilan tahapan terhadap implementasi maka
dilakukan observasi terhadap proses layanan berupa kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
observer selama proses tindakan. Selama proses pelayanan, observer mengamati aktivitas peserta
didik dan komunikasi interpersonal peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik dalam layanan bimbingan sosial tentang
komunikasi antarpribadi dengan menggunakan media slide Power Point siklus I, mencapai rata-rata
2,54 pada kategori baik. Berdasarkan hasil skala psikologi tersebut, diketahui bahwa komunikasi
antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 69,96% dengan rata-rata skor 2,80 pada kategori
komunikatif.
4. Refleksi
Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa
bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Adapun temuan hasil refleksi siklus I yaitu:
a. Aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 2,54 pada kategori cukup.
b. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus I secara klasikal
adalah 69,96% dengan rata-rata skor 2,80 pada kategori komunikatif .
c. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan bimbingan sosial dengan
menggunakan media slide Power Point Siklus I ada 11 peserta didik (30,6%) termasuk kategori
kurang komunikatif, 17 (47,2%) peserta didik sudah komunikatif, dan 8 peserta didik (22,2%)
kategori sangat komunikatif.
d. Berdasarkan temuan tersebut, tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses
pelayanan siklus I yang mencapai kategori sangat komunikatif baru 22,2% belum mencapai 75%
secara klasikal, sehingga dilakukan tindak lanjut berupa pelayanan siklus II.
Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pelayanan siklus II, peneliti menentukan kompetensi layanan,
yaitu: komunikasi antarpribadi dalam aspek keterbukaan (Openess) dan empati (emphaty); membuat
rencana layanan dengan menyusun satlan; membuat pedoman observasi.
21
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
2. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan layanan dengan langkah-langkah secara umum sebagai berikut :
a. Sebelum mengikuti kegiatan layanan, terlebih dahulu ditayangkan slide PowerPoint Orangorang di Sekitar Anda .
b. Memberikan motivasi dengan menjelaskan materi: dukungan (supportness), rasa positif
(positiveness).
c. Diskusi kelas untuk memvalidasi hasil layanan peneliti memvalidasi hasil disertai pemberian
simpulan.
d. Kegiatan Akhir: peserta didik mencatat rangkuman peneliti memberikan skala psikologi
kepada peserta didik.
e. Penutup : peneliti memberikan motivasi dengan menyanyikan lagu Es Lilin bersama-sama,
kemudian memberikan pesan moral kepada peserta didik.
f. Peneliti menutup layanan dengan doa.
3. Observasi
Guna memperoleh gambaran dan keberhasilan tahapan terhadap implementasi maka
dilakukan observasi terhadap proses layanan berupa kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti maupun kolaborator (guru pembimbing) selama proses tindakan. Selama proses pelayanan,
observer mengamati aktivitas peserta didik dan komunikasi interpersonal peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik dalam layanan bimbingan sosial tentang
komunikasi antarpribadi dengan menggunakan media slide Power Point siklus II, mencapai rata-rata
3,06 pada kategori baik. Berdasarkan hasil skala psikologi tersebut, diketahui bahwa komunikasi
antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori
sangat komunikatif .
4. Refleksi
Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa
bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Adapun temuan hasil refleksi siklus II yaitu:
a. Aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 3,1 pada kategori aktif
b. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus II secara klasikal
adalah 84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori komunikatif .
c. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan bimbingan sosial dengan
menggunakan media slide Power Point Siklus II ada 8 peserta didik (22,2%) termasuk kategori
sudah komunikatif, 28 (77,8%) peserta didik sangat komunikatif.
d. Berdasarkan temuan tersebut, tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses
pelayanan siklus II yang mencapai kategori sangat komunikatif telah mencapai 77,8% dan telah
melampaui indikator keberhasilan 75% secara klasikal, sehingga tindakan pelayanan siklus II
dinyatakan telah berhasil.
Adapun peningkatan hasil komunikasi antar pribadi pada kondisi awal, siklus I dan siklus II
dapat dilihat Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik
(Prasiklus, Siklus I dan Siklus II)
Tahapan
Prosentase
Rata-rata
Pra Siklus
55,19
2,30
Siklus I
69,96
2,80
Siklus II
84,88
3,39
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
22
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 2, Mei 2015
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik
(Prasiklus, Siklus I dan Siklus II)
SIMPULAN
Layanan bimbingan sosial menggunakan media audio visual dapat meningkatkan
komunikasi antar pribadi siswa. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik sebelum kegiatan
layanan bimbingan sosial, 27 peserta didik (75%) termasuk kategori kurang komunikatif, 6 (16,7%)
anak komunikatif, dan 3 (8,3%) anak kategori sangat komunikatif. Pada Siklus I, aktivitas peserta
didik selama proses pelayanan rata-rata 2,54 pada kategori cukup. Tingkat komunikasi antarpribadi
peserta didik setelah proses pelayanan siklus I secara klasikal adalah 69,96% dengan rata-rata skor
2,80 pada kategori komunikatif . Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan
layanan Siklus I ada 11 peserta didik (30,6%) termasuk kategori kurang komunikatif, 17 (47,2%)
peserta didik sudah komunikatif, dan 8 peserta didik (22,2%) kategori sangat komunikatif.
Pada
siklus II, aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 3,1 pada kategori aktif . Tingkat
komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus II secara klasikal adalah
84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori komunikatif . Tingkat komunikasi antarpribadi
peserta didik setelah kegiatan layanan Siklus II ada 8 peserta didik (22,2%) termasuk kategori sudah
komunikatif, 28 (77,8%) peserta didik sangat komunikatif. Terjadi kenaikan 7,78% dibanding siklus I.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami berterima kasih kepada Bapak Heri Saptadi Ismanto,M.Pd. Kons. Sebagai Dosen
Pembimbing Skripsi. Kepala Sekolah, Guru dan Siswa kelas X SMK Islam Al-Amin Bonang Demak.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Sugiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
23