S PEA 1103073 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Reformasi pengelolaan keuangan daerah di Indonesia diawali dengan
berlakunya Undang-Undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 kemudian diperbaharui
menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua Undang-Undang tersebut menuntut
pemerintah mampu mengelola keuangan secara mandiri serta memberikan
pertanggungjawaban kepada masyarakat melalui laporan keuangan.
Dalam
PP
No.
58
tahun
2005
tentang
pengelolaan
dan
pertanggungjawaban keuangan daerah disebutkan bahwa pemerintah wajib
melaksanakan pelaporan keuangan dimana pelaporan tersebut merupakan bagian
dari financial Accountability yang harus dipertanggungjawabkan oleh kepala
daerah untuk mempertanggungjawabkan penggunaan dana negara selama masa
pemerintahannya. Pelaporan ini memuat Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
Laporan Arus Kas yang merupakan satu kesatuan yang disebut laporan keuangan.
Laporan
keuangan
menunjukkan
kinerja
dari
kepala
daerah
dalam
mengalokasikan sejumlah dana penerimaan publik dan alokasi pembiayaan publik
yang dilakukan selama periode jabatannya. Dalam PP tersebut juga disebutkan
bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di
dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
tersebut. Hak dan kewajiban tersebut berupa pendapatan dan pengeluaran suatu
daerah. Apabila pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan baik sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka tentunya akan meningkatkan
kinerja pemerintah daerah itu sendiri (Ebit Julitawati, 2012).
Salah satu instrumen untuk menilai kinerja Pemerintah Daerah dalam
mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan
terhadap APBD yang telah ditetapkan dan disahkan (Halim, 2004). Salah satu
rasio dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu dengan
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
2
menggunakan rasio aktivitas berupa rasio keserasian antara belanja modal dan
belanja operasi. Sesuai amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5 Tahun 2010
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
dan amanat Permendagri Nomor 27 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2014, belanja modal yang harus diterapkan untuk
anggaran tahun 2014 adalah sebesar 30% dari total APBD. Sedangkan untuk
tahun sebelumnya belanja modal seharusnya sebesar 26-27%. Namun masih
banyak pemerintah daerah yang belum mampu mencapai target tersebut.
Merujuk pada kondisi di Indonesia saat ini, kinerja keuangan daerah
dengan menggunakan data Rasio Aktivitas berupa belanja modal/total APBD dan
belanja operasi/total APBD menunjukkan kinerja keuangan yang masih belum
dapat memenuhi tujuan reformasi pengelolaan keuangan tersebut dalam
pengalokasian belanja daerah. Perbandingan kinerja keuangan dari tahun 2009
hingga 2013 dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Kinerja Keuangan Kabupaten dan Kota di Indonesia
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Belanja Modal
22,73%
18,84%
18,41%
19,73%
24,66%
Belanja Operasi
64,49%
69,60%
68,14%
66,05%
64,14%
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, pemerintah daerah masih minim dalam
membiayai belanja modal. Rata-rata untuk belanja modal dalam lima tahun
terakhir sebesar 20,87% sangat kecil jika dibandingkan dengan alokasi pada
belanja operasi sebesar 66,48%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah
daerah belum mengalokasikan belanjanya secara optimal, terutama pada belanja
modal. Saragih (2003, hlm. 1) menyatakan bahwa “pemanfaatan belanja
hendaknya dialokasikan untuk hal-hal yang produktif seperti melakukan aktivitas
pembangunan.”
Dengan demikian organisasi sektor publik dihadapkan pada tekanan untuk
lebih efisien dengan memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial serta
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
dampak negatif dan aktivitas yang dilakukan (Mardiasmo, 2005, hlm. 1). Di
dalam praktik otonomi daerah, pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 105 Tahun 2000 yang menegaskan bahwa pengelolaan
keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan keadilan dan kepatuhan.
Usaha pemerintah meningkatkan kinerja keuangan dalam mewujudkan
tujuan otonomi daerah tidak terlepas dari masalah mengenai pengelolaan
pendapatan daerahnya. Pendapatan terbesar pemerintah daerah dapat berupa
Pendapatan Asli Daerah dan Dana perimbangan. Menteri Dalam Negeri menilai
salah satu masalah utama yang selalu muncul di daerah adalah manajemen tata
kelola keuangan. Mendagri mengatakan, berdasarkan data BPK dan KPK, dalam
10 tahun terakhir, hanya 36 persen provinsi, kabupaten/kota yang mampu
melaksanakan pertanggungjawaban keuangan daerah dengan baik. Menurutnya,
yang terjadi selama ini kebanyakan aparatur daerah tidak memprioritaskan
perencanaan keuangan dengan baik. Tjahjo juga menyatakan bahwa sejak mulai
maraknya pembentukan daerah otonomi baru dari tahun 1999 hingga sekarang,
sebanyak 60 persen daerah otonomi baru tersebut tidak mampu meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga tujuan pemerataan pembangunan tidak
tercapai (http://keuda.kemendagri.go.id).
Saat ini pemerintah dihadapkan pada permasalahan dari sisi pengeluaran
tampaknya bahwa kinerja keuangan keuangan diprioritaskan untuk belanja
pegawai dibandingkan dengan belanja publik. Sementara dari sisi penerimaan,
adanya pertumbuhan PAD dan Dana Perimbangan tidak memberikan dampak
kepada kinerja pemerintah tersebut. Perbandingan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Dana Perimbangan perimbangan dengan kinerja keuangan dapat dilihat pada
tabel 1.2.
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Tabel 1.2
PAD, Dana Perimbangan, dan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di
Indonesia
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
average
Pertumbuhan PAD
Pertumbuhan DP
9.34%
11.01%
42.19%
30.44%
22.26%
23.05%
2.88%
7.11%
13.84%
17.77%
3.79%
9.08%
Belanja Modal
Belanja Operasi
22.73%
18.84%
18.41%
19.73%
24.66%
20.87%
64.49%
69.60%
68.14%
66.05%
64.14%
66.48%
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id dan BPS Jawa Barat (data diolah)
Selama periode 2009-2013 yang tergambar pada tabel 1.2, rata-rata kinerja
keuangan pemerintah dalam rasio belanja modal yaitu 20,8% per tahun. Angka
tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan besarnya rata-rata pertumbuhan
PAD per tahun yaitu 23,05%. Hal tersebut disebabkan masih besarnya alokasi
belanja pegawai yaitu mencapai 66,48%. Sedangkan pertumbuhan Dana
Perimbangan hanya berkisar sekitar 9% per tahun dalam lima tahun terakhir. Hal
tersebut berarti pemerintah belum dapat mengoptimalkan penerimaan dana
perimbangan. Untuk optimalisasi penerimaan daerah, selain melakukan
optimalisasi PAD, pemerintah daerah perlu mengoptimalkan penerimaan dari
dana perimbangan (Mahmudi, 2009). Pada tahun 2010 tampak bahwa
pertumbuhan PAD dan Dana Perimbangan mengalami peningkatan. Namum
kinerja keuangan pemerinta daerah pada belanja modal tidak semakin baik.
Alokasi dana justru meningkat pada belanja operasi. Melihat fenomena ini, sangat
jelas bahwa pemerintah dihadapkan pada dua permasalahan dari sisi pengeluaran
tampaknya bahwa kinerja keuangan keuangan diprioritaskan untuk belanja
pegawai dibandingkan dengan belanja publik. Sementara dari sisi penerimaan,
adanya pertumbuhan PAD dan Dana Perimbangan tapi tidak memberikan dampak
kepada kinerja pemerintah tersebut.
Fenomena tersebut merupakan salah satu bukti nyata sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Mendagri bahwa sejak mulai maraknya pembentukan
daerah otonomi baru dari tahun 1999 hingga sekarang, sebanyak 60 persen daerah
otonomi baru tersebut tidak mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
sehingga tujuan pemerataan pembangunan tidak tercapai. Sebab pendapatan
kabupaten maupun kota di Indonesia masih didominasi pendapatan transfer. Dari
sisi penerimaan, keuangan daerah yang berhasil adalah keuangan daerah yang
mampu ditingkatkan penerimaan daerah yang berkesinambungan seiring dengan
perkembangan perekonomian (Mardiasmo, 2004). Terlepas dari siap atau tidaknya
suatu daerah untuk melaksanakan kedua undang-undang tersebut, otonomi daerah
diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka mendorong pembangunan daerah
karena melalui otonomi daerah kemandirian dalam menjalankan pembangunan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien (Yuliandrianyah, 2009). Dengan
demikian pemerintah diharapkan dapat melaksanakan urusan pemerintah dan
pembangunan serta pengelolaan keuangan dengan adanya Pendapatan Asli Daerah
dan dana perimbangan. Hubungan antara PAD, dana perimbangan, dan kinerja
keuangan juga dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini.
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
Pertumbuhan PAD
40,00%
Pertumbuhan DP
30,00%
Belanja Modal
Belanja Operasi
20,00%
10,00%
0,00%
1
2
3
4
5
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id dan BPS Jawa Barat (data diolah)
Gambar 1.1
PAD, Dana Perimbangan, dan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di
Indonesia
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Beberapa penelitian kinerja keuangan telah dilakukan sebelumnya. Banyak
faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan. Hasil penelitian Mirna (2012)
menyebutkan bahwa kinerja keuangan dapat dipengaruhi oleh leverage, ukuran
legislatif, intergovernmental revenue, dan pendapatan pajak daerah.
Adanya pengaruh antara PAD terhadap kinerja keuangan dibuktikan oleh
beberapa penelitian diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Asha Florida
(2008), dan Ebit Julitawati (2012). Hasil penelitian keduanya menyebutkan bahwa
PAD berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Ebit Julitawati (2012) juga menyebutkan bahwa dana
perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Beberapa indikator
digunakan untuk menguku kinerja keuangan pemerintah daerah dalam kedua
penelitian tersebut diantaranya rasio Tingkat Kemandirian Pembiayaan, rasio
Tingkat Ketergantungan, Desentralisasi Fiskal dan rasio efisiensi. Sedangkan
penelitian ini menggunakan rasio aktivitas berupa rasio keserasian belanja modal
dengan rasio keserasian belanja operasi.
Pada penelitian lainnya, Toni Heryana (2014) menggunakan Vector
Autoregressive (VAR) sebagai alat analisis untuk mengetahui hubungan antara
PAD, DAU, dan Belanja Daerah berupa Belanja Operasi serta Belanja Modal.
VAR sendiri digunakan untuk melihat hubungan timbal balik antar variabelvariabel yang diteliti. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel
penelitian dimana adanya penambahan variabel yaitu Dana Bagi Hasil (DBH).
DBH sebagaimana halnya dengan DAU, merupakan bagian dari Dana
Perimbangan.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, peneliti ingin
melihat hubungan antara PAD, Dana Perimbangan dan kinerja keuangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
peneliti menggunakan teknik analisis berupa pendekatan Vector Autoregressive
(VAR) guna melihat adanya hubungan timbal balik pada variabel-variabel yang
diteliti. Sehingga judul penelitian yang peneliti angkat adalah Analisis Hubungan
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia Berbasis Vector Autoregressive.
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan resiprokal antara PAD dan kinerja keuangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
2. Apakah terdapat hubungan resiprokal antara dana perimbangan dan kinerja
keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
3. Apakah terdapat hubungan resiprokal antara PAD dan dana perimbangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan resiprokal antara PAD dan
kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan resiprokal antara dana
perimbangan dan kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan resiprokal antara PAD dan dana
perimbangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan penulis tentang hubungan PAD, Dana Perimbangan dan kinerja
keuangan Kabupaten dan Kota di Indonesia
2. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai informasi kepada Kabupaten dan Kota di
seluruh Indonesia mengenai kinerja keuangan
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan
penelitian selanjutnya yang sejenis
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Reformasi pengelolaan keuangan daerah di Indonesia diawali dengan
berlakunya Undang-Undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 kemudian diperbaharui
menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua Undang-Undang tersebut menuntut
pemerintah mampu mengelola keuangan secara mandiri serta memberikan
pertanggungjawaban kepada masyarakat melalui laporan keuangan.
Dalam
PP
No.
58
tahun
2005
tentang
pengelolaan
dan
pertanggungjawaban keuangan daerah disebutkan bahwa pemerintah wajib
melaksanakan pelaporan keuangan dimana pelaporan tersebut merupakan bagian
dari financial Accountability yang harus dipertanggungjawabkan oleh kepala
daerah untuk mempertanggungjawabkan penggunaan dana negara selama masa
pemerintahannya. Pelaporan ini memuat Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
Laporan Arus Kas yang merupakan satu kesatuan yang disebut laporan keuangan.
Laporan
keuangan
menunjukkan
kinerja
dari
kepala
daerah
dalam
mengalokasikan sejumlah dana penerimaan publik dan alokasi pembiayaan publik
yang dilakukan selama periode jabatannya. Dalam PP tersebut juga disebutkan
bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di
dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
tersebut. Hak dan kewajiban tersebut berupa pendapatan dan pengeluaran suatu
daerah. Apabila pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan baik sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka tentunya akan meningkatkan
kinerja pemerintah daerah itu sendiri (Ebit Julitawati, 2012).
Salah satu instrumen untuk menilai kinerja Pemerintah Daerah dalam
mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan
terhadap APBD yang telah ditetapkan dan disahkan (Halim, 2004). Salah satu
rasio dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu dengan
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
2
menggunakan rasio aktivitas berupa rasio keserasian antara belanja modal dan
belanja operasi. Sesuai amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5 Tahun 2010
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
dan amanat Permendagri Nomor 27 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2014, belanja modal yang harus diterapkan untuk
anggaran tahun 2014 adalah sebesar 30% dari total APBD. Sedangkan untuk
tahun sebelumnya belanja modal seharusnya sebesar 26-27%. Namun masih
banyak pemerintah daerah yang belum mampu mencapai target tersebut.
Merujuk pada kondisi di Indonesia saat ini, kinerja keuangan daerah
dengan menggunakan data Rasio Aktivitas berupa belanja modal/total APBD dan
belanja operasi/total APBD menunjukkan kinerja keuangan yang masih belum
dapat memenuhi tujuan reformasi pengelolaan keuangan tersebut dalam
pengalokasian belanja daerah. Perbandingan kinerja keuangan dari tahun 2009
hingga 2013 dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Kinerja Keuangan Kabupaten dan Kota di Indonesia
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Belanja Modal
22,73%
18,84%
18,41%
19,73%
24,66%
Belanja Operasi
64,49%
69,60%
68,14%
66,05%
64,14%
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, pemerintah daerah masih minim dalam
membiayai belanja modal. Rata-rata untuk belanja modal dalam lima tahun
terakhir sebesar 20,87% sangat kecil jika dibandingkan dengan alokasi pada
belanja operasi sebesar 66,48%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah
daerah belum mengalokasikan belanjanya secara optimal, terutama pada belanja
modal. Saragih (2003, hlm. 1) menyatakan bahwa “pemanfaatan belanja
hendaknya dialokasikan untuk hal-hal yang produktif seperti melakukan aktivitas
pembangunan.”
Dengan demikian organisasi sektor publik dihadapkan pada tekanan untuk
lebih efisien dengan memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial serta
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
dampak negatif dan aktivitas yang dilakukan (Mardiasmo, 2005, hlm. 1). Di
dalam praktik otonomi daerah, pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 105 Tahun 2000 yang menegaskan bahwa pengelolaan
keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan keadilan dan kepatuhan.
Usaha pemerintah meningkatkan kinerja keuangan dalam mewujudkan
tujuan otonomi daerah tidak terlepas dari masalah mengenai pengelolaan
pendapatan daerahnya. Pendapatan terbesar pemerintah daerah dapat berupa
Pendapatan Asli Daerah dan Dana perimbangan. Menteri Dalam Negeri menilai
salah satu masalah utama yang selalu muncul di daerah adalah manajemen tata
kelola keuangan. Mendagri mengatakan, berdasarkan data BPK dan KPK, dalam
10 tahun terakhir, hanya 36 persen provinsi, kabupaten/kota yang mampu
melaksanakan pertanggungjawaban keuangan daerah dengan baik. Menurutnya,
yang terjadi selama ini kebanyakan aparatur daerah tidak memprioritaskan
perencanaan keuangan dengan baik. Tjahjo juga menyatakan bahwa sejak mulai
maraknya pembentukan daerah otonomi baru dari tahun 1999 hingga sekarang,
sebanyak 60 persen daerah otonomi baru tersebut tidak mampu meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga tujuan pemerataan pembangunan tidak
tercapai (http://keuda.kemendagri.go.id).
Saat ini pemerintah dihadapkan pada permasalahan dari sisi pengeluaran
tampaknya bahwa kinerja keuangan keuangan diprioritaskan untuk belanja
pegawai dibandingkan dengan belanja publik. Sementara dari sisi penerimaan,
adanya pertumbuhan PAD dan Dana Perimbangan tidak memberikan dampak
kepada kinerja pemerintah tersebut. Perbandingan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Dana Perimbangan perimbangan dengan kinerja keuangan dapat dilihat pada
tabel 1.2.
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Tabel 1.2
PAD, Dana Perimbangan, dan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di
Indonesia
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
average
Pertumbuhan PAD
Pertumbuhan DP
9.34%
11.01%
42.19%
30.44%
22.26%
23.05%
2.88%
7.11%
13.84%
17.77%
3.79%
9.08%
Belanja Modal
Belanja Operasi
22.73%
18.84%
18.41%
19.73%
24.66%
20.87%
64.49%
69.60%
68.14%
66.05%
64.14%
66.48%
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id dan BPS Jawa Barat (data diolah)
Selama periode 2009-2013 yang tergambar pada tabel 1.2, rata-rata kinerja
keuangan pemerintah dalam rasio belanja modal yaitu 20,8% per tahun. Angka
tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan besarnya rata-rata pertumbuhan
PAD per tahun yaitu 23,05%. Hal tersebut disebabkan masih besarnya alokasi
belanja pegawai yaitu mencapai 66,48%. Sedangkan pertumbuhan Dana
Perimbangan hanya berkisar sekitar 9% per tahun dalam lima tahun terakhir. Hal
tersebut berarti pemerintah belum dapat mengoptimalkan penerimaan dana
perimbangan. Untuk optimalisasi penerimaan daerah, selain melakukan
optimalisasi PAD, pemerintah daerah perlu mengoptimalkan penerimaan dari
dana perimbangan (Mahmudi, 2009). Pada tahun 2010 tampak bahwa
pertumbuhan PAD dan Dana Perimbangan mengalami peningkatan. Namum
kinerja keuangan pemerinta daerah pada belanja modal tidak semakin baik.
Alokasi dana justru meningkat pada belanja operasi. Melihat fenomena ini, sangat
jelas bahwa pemerintah dihadapkan pada dua permasalahan dari sisi pengeluaran
tampaknya bahwa kinerja keuangan keuangan diprioritaskan untuk belanja
pegawai dibandingkan dengan belanja publik. Sementara dari sisi penerimaan,
adanya pertumbuhan PAD dan Dana Perimbangan tapi tidak memberikan dampak
kepada kinerja pemerintah tersebut.
Fenomena tersebut merupakan salah satu bukti nyata sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Mendagri bahwa sejak mulai maraknya pembentukan
daerah otonomi baru dari tahun 1999 hingga sekarang, sebanyak 60 persen daerah
otonomi baru tersebut tidak mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
sehingga tujuan pemerataan pembangunan tidak tercapai. Sebab pendapatan
kabupaten maupun kota di Indonesia masih didominasi pendapatan transfer. Dari
sisi penerimaan, keuangan daerah yang berhasil adalah keuangan daerah yang
mampu ditingkatkan penerimaan daerah yang berkesinambungan seiring dengan
perkembangan perekonomian (Mardiasmo, 2004). Terlepas dari siap atau tidaknya
suatu daerah untuk melaksanakan kedua undang-undang tersebut, otonomi daerah
diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka mendorong pembangunan daerah
karena melalui otonomi daerah kemandirian dalam menjalankan pembangunan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien (Yuliandrianyah, 2009). Dengan
demikian pemerintah diharapkan dapat melaksanakan urusan pemerintah dan
pembangunan serta pengelolaan keuangan dengan adanya Pendapatan Asli Daerah
dan dana perimbangan. Hubungan antara PAD, dana perimbangan, dan kinerja
keuangan juga dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini.
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
Pertumbuhan PAD
40,00%
Pertumbuhan DP
30,00%
Belanja Modal
Belanja Operasi
20,00%
10,00%
0,00%
1
2
3
4
5
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id dan BPS Jawa Barat (data diolah)
Gambar 1.1
PAD, Dana Perimbangan, dan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di
Indonesia
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Beberapa penelitian kinerja keuangan telah dilakukan sebelumnya. Banyak
faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan. Hasil penelitian Mirna (2012)
menyebutkan bahwa kinerja keuangan dapat dipengaruhi oleh leverage, ukuran
legislatif, intergovernmental revenue, dan pendapatan pajak daerah.
Adanya pengaruh antara PAD terhadap kinerja keuangan dibuktikan oleh
beberapa penelitian diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Asha Florida
(2008), dan Ebit Julitawati (2012). Hasil penelitian keduanya menyebutkan bahwa
PAD berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Ebit Julitawati (2012) juga menyebutkan bahwa dana
perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Beberapa indikator
digunakan untuk menguku kinerja keuangan pemerintah daerah dalam kedua
penelitian tersebut diantaranya rasio Tingkat Kemandirian Pembiayaan, rasio
Tingkat Ketergantungan, Desentralisasi Fiskal dan rasio efisiensi. Sedangkan
penelitian ini menggunakan rasio aktivitas berupa rasio keserasian belanja modal
dengan rasio keserasian belanja operasi.
Pada penelitian lainnya, Toni Heryana (2014) menggunakan Vector
Autoregressive (VAR) sebagai alat analisis untuk mengetahui hubungan antara
PAD, DAU, dan Belanja Daerah berupa Belanja Operasi serta Belanja Modal.
VAR sendiri digunakan untuk melihat hubungan timbal balik antar variabelvariabel yang diteliti. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel
penelitian dimana adanya penambahan variabel yaitu Dana Bagi Hasil (DBH).
DBH sebagaimana halnya dengan DAU, merupakan bagian dari Dana
Perimbangan.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, peneliti ingin
melihat hubungan antara PAD, Dana Perimbangan dan kinerja keuangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
peneliti menggunakan teknik analisis berupa pendekatan Vector Autoregressive
(VAR) guna melihat adanya hubungan timbal balik pada variabel-variabel yang
diteliti. Sehingga judul penelitian yang peneliti angkat adalah Analisis Hubungan
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia Berbasis Vector Autoregressive.
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan resiprokal antara PAD dan kinerja keuangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
2. Apakah terdapat hubungan resiprokal antara dana perimbangan dan kinerja
keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
3. Apakah terdapat hubungan resiprokal antara PAD dan dana perimbangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan resiprokal antara PAD dan
kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan resiprokal antara dana
perimbangan dan kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan resiprokal antara PAD dan dana
perimbangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia?
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan penulis tentang hubungan PAD, Dana Perimbangan dan kinerja
keuangan Kabupaten dan Kota di Indonesia
2. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai informasi kepada Kabupaten dan Kota di
seluruh Indonesia mengenai kinerja keuangan
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan
penelitian selanjutnya yang sejenis
Khaza Inir Rahmi, 2016
ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERBASIS VECTOR AUTOREGRESSIVE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu