Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Penyinaran yang Berbeda

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penting dalam mencegah
timbulnya penyakit di dalam tubuh. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut, serta mahalnya biaya perawatan gigi
antara lain merupakan penyebab banyaknya masalah gigi dan mulut yang ditemukan
pada masyarakat. Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut adalah karies. Karies
adalah penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme
yang ditandai dengan terjadinya demineralisasi jaringan email yang disertai dengan
kerusakan jaringan organiknya. Karies merupakan penyebab penyakit gigi dengan
prevalensi tertinggi di Indonesia.1
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007,menyatakan
prevalensi karies aktif di Indonesia tahun 2007 mencapai 43,3%, namun perawatan
masih belum sepenuhnya dilakukan, terutama di daerah pedalaman yang tidak
terjangkau aliran listrik dan mahalnya bahan tambalan.2
Salah satu cara penanggulangan karies adalah dengan membuang jaringan keras
yang rusak akibat karies dan menumpatnya dengan bahan restorasi. Bahan restorasi
berfungsi memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang rusak. Saat ini, terdapat
banyak pilihan bahan restorasi gigi yang dapat digunakan dengan berbagai metode

penambalan pula. Material – material restorasi yang digunakan yaitu amalgam, resin
komposit, semen ionomer kaca, serta semen ionomer kaca modifikasi resin.3,4
Hibrid Ionomer atau yang biasa disebut dengan semen ionomer kaca modifikasi
resin merupakan perkembangan dari semen ionomer kaca konvensional. Pada awal
tahun 1990, hibrid ionomer diperkenalkan pada dunia kedokteran gigi dengan
keunggulan yang lebih baik dari semen ionomer kaca serta tetap mempertahankan
estetika yang menjadi keunggulan resin komposit.5
Keunggulan hibrid ionomer dibandingkan dengan semen ionomer kaca adalah
waktu kerja yang dapat dikontrol, berkurangnya sensitivitas terhadap kelembaban,

Universitas Sumatera Utara

estetik yang baik, biokompatibel, perlekatan ke jaringan lunak gigi, dan kekasaran
permukaan tinggi.4,5 Komposisi dari hibrid ionomer adalah glass powder, poly
(acrylic acid), air, dan 2-hydroxyethylmetacrylate (HEMA). Bahan ini juga
mengandung inisiator untuk menghasilkan suatu polimerisasi dari HEMA.5craig
Pengerasan hibrid ionomer ini merupakan kombinasi dari reaksi asam basa dan
polimerisasi photo chemicalatau dengan penyinaran.3
Penyerapan air adalah jumlah air yang diserap material dari waktu ke waktu per
luas permukaan atau volume. Ketika bahan restorasi menyerap air, maka akan terjadi

perubahan sifat, dan efektivitas bahan restorasi akan berkurang. Penyerapan air ini
akan memperlemah ikatan antar molekul, mengurangi kemampuan sifat fisik dari
restorasi dan memperburuk pembentukan marginal seal, karena kelarutan daerah
margin akan meningkat.4,6
Penelitian terdahulu telah menunjukkan hubungan antara penurunan sifat fisik
dari hibrid ionomer dengan penyerapan air.6,7 Toledano, dkk (2002) dalam
penelitiannya mendapatkan adanya penyerapan air yang tinggi pada hibrid ionomer.
Penyerapan air berbeda pada setiap bahan tergantung pada komposisi resinnya dan
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan air. Bahan hibrid ionomer
yang mengandung HEMA menunjukkan penyerapan air lebih tinggi.8
Hibrid Ionomer merupakan material hybrid dari GIC konvensional, dengan
penambahan resin, sehingga mampu meningkatkan sifat fisik dari bahan
restorasinya.5 Pada hibrid ionomer, reaksi pengerasannya terdiri dari reaksi
polimerisasi dan reaksi berbasis asam.4Reaksi polimeriasasi pada hibrid ionomer
menyebabkan terjadinya shrinkage selama proses pengerasan berlangsung.9
Geetha, dkk (2011) menyatakan hibrid ionomer memiliki komposisi HEMA
yang memiliki sifat hidrofilik sehingga menyebabkan penyerapan air, plastisitas, dan
higroskopis ekspansi yang tinggi.10
Hadi, dkk (2010) melakukan penelitian tentang penyerapan air pada hybrid
ionomer dan semen ionomer kaca konvensional. Sebelum melakukan pengukuran

penyerapan air, sampel disinari dengan light cured unit dengan lama penyinaran 60

Universitas Sumatera Utara

detik. Hasil yang diperoleh dari penelitiannya adalah penyerapan air pada hibrid
ionomer lebih tinggi dibandingkan dengan semen ionomer kaca konvensional.6
Nilufer dan Dilek (2009) menyatakan bahwa terjadi peningkatan penyerapan air
yang signifikan pada hibrid ionomer dengan waktu perendaman yang berbeda dalam
air deionisasi, yaitu 10 menit, 1 jam, 24 jam, dan 7 hari. Namun pada penelitian ini
menggunakan lama penyinaran yang sama, yaitu 20 detik.11 Sedangkan penelitian
tentang penyerapan air pada hibrid ionomer terhadap lama penyinaran yang berbeda
dan tanpa perendaman belum diteliti lebih lanjut.
Berdasarkan fakta di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai penyerapan air pada hibrid ionomer terhadap lama penyinaran 20, 30, 40,
dan 50 detik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
apakah terdapat perbedaan penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama
penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik.


1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penyerapan air
pada hibrid ionomer dengan waktu penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik.

1.4 Hipotesis
Ada perbedaan penyerapan air pada hibrid ionomer setelah penyinaran 20 detik,
30, detik, 40 detik, dan 50 detik.

1.5 Manfaat Penelitian
1.

Dapat memberikan kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan

ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di bidang Ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran Gigi.
2.

Memberikan informasi dan pengetahuan kepada praktisi tentang

penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik.


Universitas Sumatera Utara

3.

Sebagai data awal bagi peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut

mengenai penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 20, 30, 40,
dan 50 detik.

Universitas Sumatera Utara