Kekuatan Tekan Bahan Hibrid Ionomer Dengan Penyinaran yang Berbeda
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semen ionomer kaca modifikasi resin atau hibrid ionomer dikembangkan
untuk mengatasi keterbatasan semen ionomer kaca (SIK) konvensional dan bahan
komposit resin. Dengan kata lain, tujuan dikembangkan hibrid ionomer adalah
untuk mempertahankan sifat pelepasan fluor SIK konvensional dan menutupi
kekurangannya dengan penambahan resin komposit. 1-5
Pada tahun 1980-an, hibrid ionomer pertama kali diperkenalkan sebagai
lining, yaituVitrebind Liner / Base (3m) sebagai sistem dua bagian bubuk dan
cair.Dalam sistem ini, bubuk terdiri dari kacafluoroaluminosilicatedengan
fotoinisiator dan inisiator kimia. Cairannya mengandung 15 sampai 25 persen
komponen resin dalam bentuk hidroksil etil metakrilat(HEMA), kopolimer asam
poliakrilat bersama dengan fotoinisiator dan air.Hibrid ionomer terus dikembangkan
sebagai restorasi dalam bidang kedokteran gigi. 1-5
Hibrid ionomer memiliki beberapa sifat fisik dan mekanik. Sifat fisik antara
lain adalah polymerization shrinkage, konduktivitas termal, penyerapan air dan
kelarutan. Sifat mekaniknya antara lain adalah kekuatan fleksural, modulus
elastisitas, kekerasan permukaan dan kekuatan tekan.1-5 Kekuatan tekan adalah daya
tahan terhadap sesuatu beban atau internal resistance terhadap beban pada
permukaan dan ditentukan oleh aplikasi kekuatan tekan yang terus ditingkatkanpada
spesimen sampai spesimen fraktur.2 Kekuatan tekan dianggap sebagai indikator
penting dari keberhasilan restorasi karena kekuatan tekan yang tinggi diperlukan
untuk menahan tekanan parafungsional dan pengunyahan.6
Tekanan yang dapat diterima selama pengunyahan bervariasi dari seorang
individu dengan individu lainnya.Pada region molar, bervariasi dari 400-800N (90200 pound), pada regio premolar berkisar dari 222-445N (50-100 pound), pada
regio kaninus dari 133- 134 N (30-75 pound), dan pada insisivus dari 89-111N (2025 pound).2,4
1
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian Bayindir dan Yilmaz (2007) menunjukkan resin komposit dan
amalgam mempunyai kekutan tekan yang paling besar dibandingkan dengan hibrid
ionomer dan SIK.6 Selain itu, pada penelitian Mallmann,dkk (2007) dan penelitian
Ilie dan Hickel (2007) mengatakan bahawa hibrid ionomer mempunyai kekuatan
tekan lebih baik daripada bahan SIK konvensional.7,8
Polimerisasi yang adekuat merupakan dasar untuk mendapat sifat fisik dan
kimia yang optimal.Bahanhibrid ionomer disediakan tiga tipe yaitu polimerisasi
dengan kimia, polimerisasi dengan sinar atau dual cured yang mempunyai
kombinasi polimerisasi kimia dan sinar. Pada polimerisasi dengan sinar terdapat dua
reaksi yaitu reaksi asam basa dan reaksi radikal bebas.1-5
Faktor yang dapat mempengarui proses polimerisasi adalah ketebalan bahan,
intensitas
cahaya,
panjang
gelombang,
lama
penyinaran
dan
jarak
penyinaran.Ketebalan bahan adalah 2mm karena curing depth yang maximum
adalah kira-kira 2-3mm. Intensitas cahaya minimum adalah 300mW/cm2 dengan
panjang gelombang sinar 450-490nm.9
Hasil penelitian Alpoz AR, dkk (2008) menyatakan tidak ada perbedaan
kekuatan tekan yang signifikan pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran yang
berbeda yaitu 20 detik dan 40 detik dan perendaman sampel dalam larutan aquadest
selama 7 hari.9Pada penelitian Jadhav,dkk (2011) menunjukkan pada unit curing
dengan intensitas 400mW/cm2 dan sampel dengan ketebalan 2mm cukup dengan
lama penyinaran 40 detik.10
Dari pemaparan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai kekuatan tekan bahan hibrid ionomer dengan lama penyinaran yang
berbedayaitu 20, 30, 40, dan 50 detik.
2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan kekuatan tekan bahan hibrid ionomer dengan lama
penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40 dan 50 detik.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan kekuatan tekan bahan hibrid ionomer dengan
lama penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40 dan 50 detik.
1.4 Hipotesis Penelitian
Tidak ada perbedaan kekuatan tekan bahan hibrid ionomer dengan lama
penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40 dan 50 detik.
1.5 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dan dokter
gigi mengenai bahan restorasi hibrid ionomer.
2.
Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, dokter gigi
dan masyarakat mengenai pengaruh lama penyinaran yang berbeda terhadap
kekuatan tekan hibrid ionomer.
3.
Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya
di bidang ilmu material dan teknologi kedokteran gigi dan untuk penelitian lebih
lanjut.
3
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semen ionomer kaca modifikasi resin atau hibrid ionomer dikembangkan
untuk mengatasi keterbatasan semen ionomer kaca (SIK) konvensional dan bahan
komposit resin. Dengan kata lain, tujuan dikembangkan hibrid ionomer adalah
untuk mempertahankan sifat pelepasan fluor SIK konvensional dan menutupi
kekurangannya dengan penambahan resin komposit. 1-5
Pada tahun 1980-an, hibrid ionomer pertama kali diperkenalkan sebagai
lining, yaituVitrebind Liner / Base (3m) sebagai sistem dua bagian bubuk dan
cair.Dalam sistem ini, bubuk terdiri dari kacafluoroaluminosilicatedengan
fotoinisiator dan inisiator kimia. Cairannya mengandung 15 sampai 25 persen
komponen resin dalam bentuk hidroksil etil metakrilat(HEMA), kopolimer asam
poliakrilat bersama dengan fotoinisiator dan air.Hibrid ionomer terus dikembangkan
sebagai restorasi dalam bidang kedokteran gigi. 1-5
Hibrid ionomer memiliki beberapa sifat fisik dan mekanik. Sifat fisik antara
lain adalah polymerization shrinkage, konduktivitas termal, penyerapan air dan
kelarutan. Sifat mekaniknya antara lain adalah kekuatan fleksural, modulus
elastisitas, kekerasan permukaan dan kekuatan tekan.1-5 Kekuatan tekan adalah daya
tahan terhadap sesuatu beban atau internal resistance terhadap beban pada
permukaan dan ditentukan oleh aplikasi kekuatan tekan yang terus ditingkatkanpada
spesimen sampai spesimen fraktur.2 Kekuatan tekan dianggap sebagai indikator
penting dari keberhasilan restorasi karena kekuatan tekan yang tinggi diperlukan
untuk menahan tekanan parafungsional dan pengunyahan.6
Tekanan yang dapat diterima selama pengunyahan bervariasi dari seorang
individu dengan individu lainnya.Pada region molar, bervariasi dari 400-800N (90200 pound), pada regio premolar berkisar dari 222-445N (50-100 pound), pada
regio kaninus dari 133- 134 N (30-75 pound), dan pada insisivus dari 89-111N (2025 pound).2,4
1
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian Bayindir dan Yilmaz (2007) menunjukkan resin komposit dan
amalgam mempunyai kekutan tekan yang paling besar dibandingkan dengan hibrid
ionomer dan SIK.6 Selain itu, pada penelitian Mallmann,dkk (2007) dan penelitian
Ilie dan Hickel (2007) mengatakan bahawa hibrid ionomer mempunyai kekuatan
tekan lebih baik daripada bahan SIK konvensional.7,8
Polimerisasi yang adekuat merupakan dasar untuk mendapat sifat fisik dan
kimia yang optimal.Bahanhibrid ionomer disediakan tiga tipe yaitu polimerisasi
dengan kimia, polimerisasi dengan sinar atau dual cured yang mempunyai
kombinasi polimerisasi kimia dan sinar. Pada polimerisasi dengan sinar terdapat dua
reaksi yaitu reaksi asam basa dan reaksi radikal bebas.1-5
Faktor yang dapat mempengarui proses polimerisasi adalah ketebalan bahan,
intensitas
cahaya,
panjang
gelombang,
lama
penyinaran
dan
jarak
penyinaran.Ketebalan bahan adalah 2mm karena curing depth yang maximum
adalah kira-kira 2-3mm. Intensitas cahaya minimum adalah 300mW/cm2 dengan
panjang gelombang sinar 450-490nm.9
Hasil penelitian Alpoz AR, dkk (2008) menyatakan tidak ada perbedaan
kekuatan tekan yang signifikan pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran yang
berbeda yaitu 20 detik dan 40 detik dan perendaman sampel dalam larutan aquadest
selama 7 hari.9Pada penelitian Jadhav,dkk (2011) menunjukkan pada unit curing
dengan intensitas 400mW/cm2 dan sampel dengan ketebalan 2mm cukup dengan
lama penyinaran 40 detik.10
Dari pemaparan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai kekuatan tekan bahan hibrid ionomer dengan lama penyinaran yang
berbedayaitu 20, 30, 40, dan 50 detik.
2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan kekuatan tekan bahan hibrid ionomer dengan lama
penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40 dan 50 detik.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan kekuatan tekan bahan hibrid ionomer dengan
lama penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40 dan 50 detik.
1.4 Hipotesis Penelitian
Tidak ada perbedaan kekuatan tekan bahan hibrid ionomer dengan lama
penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40 dan 50 detik.
1.5 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dan dokter
gigi mengenai bahan restorasi hibrid ionomer.
2.
Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, dokter gigi
dan masyarakat mengenai pengaruh lama penyinaran yang berbeda terhadap
kekuatan tekan hibrid ionomer.
3.
Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya
di bidang ilmu material dan teknologi kedokteran gigi dan untuk penelitian lebih
lanjut.
3
Universitas Sumatera Utara