Pengaruh Pemberian Azospirilum sp. Menggunakan Carrier Kompos Dan Pupuk Urea Dalam Meingkatkan Serapan Nitrogen Serta Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum

TINJAUAN PUSTAKA

Nitrogen (N)
Nitrogen adalah unsur hara utama yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah cukup banyak, unsur ini penting artinya dalam pembentukan klorofil daun,
sintesa protein dan lain-lain. Sebagian besar nitrogen dalam tanah berasal dari
bahan organik tanah, karena itu jika kandungan bahan organik di dalam tanah
rendah biasanya diikuti oleh rendahnya kandungan nitrogen ( Purwanti, 2008).
Nitrogen (N) merupakan unsur hara yang paling penting. Kebutuhan
tanaman akan N lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara lainnya, selain itu N
merupakan faktor pembatas bagi produktivitas tanaman. Kekurangan N akan
menyebabkan tumbuhan tidak tumbuh secara optimum, sedangkan kelebihan N
selain menghambat pertumbuhan tanaman juga akan menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan (Duan et al., 2007).
Nitrogen bebas di atmosfir menempati 78% volume atmosfir. Cara utama
nitrogen bebas masuk ke tanah melalui kegiatan-kegiatan jasad renik mengikat
nitrogen dari udara, baik yang bebas atau yang bersimbiosis dengan tanaman.
Sumber kedua nitrogen dalam tanh adalah dari hasil dekomposisi bahan organik.
Bahan organik mengandung protein, selanjutnya dalam dekomposisi akan
dilapuki oleh jasad renik menjadi asam amino, kemudian amonia dan nitrat. Suber
ketiga nitrogen berasal dari peristiwa loncatan listrik di atmosfir yang akhirnya

turun ke bumi melalui hujan ( Damanik et al., 2011).

Universitas Sumatera Utara

Nitrogen diserap oleh tanaman dengan kuantitas terbanyak dibandingkan
dengan unsur lain yang didapatkan dari tanah. Sumber nitrogen di dalam tanah
adalah dari fiksasi oleh mikroorganisme, air irigasi dan hujan, absorpsi amoniak,
perombakan bahan organik, dan pemupukan. Nitrogen di dalam tanah mempunyai
dua bentuk utama, yaitu nitrogen organik dan nitrogen anorganik berupa amonium
(NH 4 ), amoniak (NH 3 ), nitrit (NO 2 ), dan nitrat ( NO 3 ) (Stevenson, 1982).
Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NO 3 dan NH 4. Nitrogen dalam bentuk
anorganik dijumpai dalam bentuk ion-ion yang berada di dalam larutan tanah,
yang berada di kompleks adsorpsi, atau dalam bentuk ion amonium yang
terfiksasi pada kisi mineral liat ( Hanafiah et al., 2009). Pemberian nitrogen pada
tanaman tebu akan meningkatkan populasi batang tebu, peningkatan pupuk
nitrogen akan selalu meningkatkan jumlah tunas hingga tercapai suatu optimum,
sehingga penambahan nitrogen berikutnya tidak akan memberikan pengaruh lagi
(Pawirosemadi, 1996).
Pupuk Urea [CO(NH 2 ) 2 ]
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar

tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman.
Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia
CO(NH 2 ) 2 , merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat
mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat
kering dan tertutup rapat. Pupuk Urea mengandung unsur hara N sebesar 46%
dengan pengertian setiap 100 kg Urea mengandung 46 kg Nitrogen
(Damanik et al ., 2011). Beberapa tuntutan yang bersifat menekan sebagai
konsekuensi penggunaan pupuk terutama nitrogen. Hal ini dikarenakan beberapa

Universitas Sumatera Utara

kenyataan bahwa efisiensi serapan kembali (recovery efficiency) pupuk N jarang
melebihi 50% ( Mukhlis et al., 2011).
Pemberian urea pada tanah berpH kurang dari 6.3, amonium hilang
melalui volatilisasi dan terdekomposisi sebagai berikut :
CO(NH 2 ) 2 + 2H+ + 2H 2 O → 2NH 4 + + H 2 CO 3
Dikonsumsi 2 H+ untuk setiap molekul urea, sehingga reaksi ini cenderung
menaikkan pH diawal, tetapi ion amonium diubah menjadi nitrat dengan
membebaskan empat ion H+ sehingga pH akan menurun lebih besar, scara
keseluruhan urea akan mengasamkan tanah ( Mukhlis et al., 2011).

Biologi Azospirillum sp
Azospirillum

sp.

merupakan

bakteri

tanah

penambat

nitrogen

nonsimbiotik. Bakteri ini hidup bebas di dalam tanah, yang berada disekitar atau
dekat dengan perakaran (Nurosid et al., 2008). Azospirillum mempunyai ciri
berupa sel yang berbentuk setengah spiral yang padat dan bergetar dengan sebuah
flagel polar, sehingga bergerak secara berputar. Pertumbuhan genus Azospirillum
pada media semi padat dicirikan dengan pembentukan pellicle berwarna putih di

permukaan media dengan diameter 2-4 mm. Koloni berbentuk irregular berwarna
putih dan berukuran besar (Nurhayati, 2006). Spesies Azospirillum berbentuk
polimorf, motil, dan termasuk gram negatif (Pitriana, 1999).
Bakteri Azospirillum merupakan endofit, endofit didefinisikan sebagai
mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan efek
negatif . Meskipun pada perkembangannya saat ini yang dikategorikan endofit
adalah semua mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman baik bersifat
netral, menguntungkan maupun merugikan yang mampu mempertahankan dan

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kesuburan tanah melalui penyediaan P dan fiksasi N 2 . Bakteri
pemfiksasi

N2

seperti

Azospirillum,


Enterobactercloacae,

Alcaligenes,

Acetobacter diazotrophicus, Herbaspirillum seropedicae, Ideonella dechlorantans
(Yulianti, 2012).
Azospirillum sp. dikenal juga sebagai mikroorganisme diazotrof yang
simbiotik, artinya Azospirillum sp. mampu menambat N 2 dan mengadakan
asosiasi yang erat dengan tanaman inang tertentu. Azospirillum sp. mampu
tumbuh pada tanaman tebu dan membentuk seperti kapsul yang mampu
menambat N 2 (Berg et al., 1980 ; Rusmana dan Hadijaya, 1994).
Spesies dari Azospirillum yang dikenal adalah A. brasilense, A. lipoferum
dan A. amazone. Keduanya adalah bakteri gram negatif, memiliki sel berbentuk
batang, diameter 1 ηm, sangat motile dan memiliki flagellum panjang dan polar
untuk dapat berenang dan kadang-kadang peritrichous flagella untuk berkumpul
dipermukaan. Sel dari Azospirillum berubah bentuk dan ukuran tergantung pada
umur kultur, dan memproduksi cysts (Hanafiah et al., 2009).
Pertumbuhan Bakteri Azospirillum sp.
Azospirillum dapat tumbuh pada glukosa, fruktosa, serta pada garam dan
asam organik seperti malat, suksinat, laktat atau piruvat. Beberapa galur

membutuhkan biotin. Azospirillum mampu menambat nitrogen bebas pada
medium agar dibawah kondisi aerob ataupun dalam medium cair bebas nitrogen.
Pada medium semi solid bebas nitrogen berlangsung aktivitas penambatan
nitrogen oleh Azospirillum (Pitriana, 1999). Dari hasil penelitian maka diketahui
bahwa pada umumnya Azospirillum banyak dijumpai pada tanaman C4 yang

Universitas Sumatera Utara

mana

pada

tanaman

ini

bakteri

berkembang


dengan

baik

(Okon et al., 1976 ; Purushotman et al.,1980).
Beberapa spesies hidup bebas dalam tanah atau berasosiasi dengan akar
tanaman rumput-rumputan, sayur-sayuran dan legum. Penambatan nitrogen
maksimum terjadi pada pH 6-7 (Pitriana, 1999). Azospirillum tumbuh baik pada
kultur yang bersumber C dan energi berasal dari malate, succinat, laktat maupun
pyruvat (Hanafiah et al., 2009). Azospirillum sp terdapat di tanah sekitar akar,
permukaan akar dan didalam akar, asosiasi antara Azospirillum dengan tanaman
diduga bersifat simbiosis karena Azospirillum menggunakan senyawa malat
sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya. Dugaan ini diperkuat dengan
adanya

aktivitas

nitrogenase

Azospirillum


dalam

kalus

tebu

( Berg et al., 1980 ; Rusmana dan Hadijaya, 1994). Inokulasi campuran
Azospirillum sp. dengan mikroorganisme yang menguntungkan memungkinkan
terjadinya keseimbangan nutrisi untuk meningkatkan kandungan hara N, P, dan
hara lainnya pada tanaman ( Bashan dan Holguin, 1997)
Azospirillum sp. diisolasi pertama kali dari permukaan akar rumputrumputan makanan ternak dan beberapa tanaman serealia. Selain pada Gramineae
Azospirillum dapat juga diisolasi dari non Gramineae (Gamo dan Ahn, 1991;
Rusmana dan Hadijaya, 1994). Azospirillum sp. terdapat di sekitar akar,
permukaan akar dan di dalam akar. Pertumbuhan Azospirillum sp. sangat baik
pada medium yang mengandung asam malat, asam suksinat dan asam piruvat dan
akan cukup baik pada medium yang mengandung galaktosa dan asetat sedangkan
pada medium yang mengandung glukosa dan asam sitrat pertumbuhannya kurang
baik (Konde dan Mahandale, 1984; Rusmana dan Hadijaya, 1994).


Universitas Sumatera Utara

Dua komponen dalam medium untuk pertumbuhan yang dapat
mempengaruhi pembentukan asosiasi tanaman-bakteri, yaitu N dan C .
Konsentrasi N di media mempengaruhi metabolisme Azospirillum (Pedrosa, 1988;
Dubrovsky et al., 1994) serta pertumbuhan tanaman. Glukosa atau sukrosa
biasanya digunakan sebagai sumber C untuk media pertumbuhannya (Wilson et
al., 1990 ; Dubrovsky et al., 1994) Azospirillum tumbuh-aktif pada akar dalam
media tersebut yang mengeluarkan berbagai sumber C di

eksudat akar dan

dimetabolisme oleh bakteri rizosfir (Curl and Truelove, 1986; Dubrovsky et al.,
1994) yang dapat mempengaruhi fungsi yang efisiensi dari asosiasi akar-bakteri.
Karena itu, penting untuk menemukan C dan N

kombinasi yang tidak

mengganggu asosiasi dan optimal untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Pemberian pupuk N, selain digunakan untuk kebutuhan tanaman,

dekomposisi bahan organik juga sangat ditentukan oleh ketersediaan N tanah,
terutama N-NO 3 - yang berfungsi sebagai substrat jasad renik. Azospirillum sp.
juga memerlukan N sebagai sumber energi untuk kehidupannya sehingga pada
akhirnya dapat menghasilkan N melalui aktivitasnya dalam memfiksasi N 2
( Nurmayulis dan Maryati, 2008).
Peran Azospirillum sp.
Tanaman yang berasosiasi dengan Azospirillum akan mempeioleh banyak
keuntungan, antara lain karena adanyasuplai: amonium dalam jumlah yang
tidakberlebihan atau sesuai kebutuhan secara terus menerus dan adanya hormon
tumbuh seperti auksin IAA dan giberelin yang diproduksi pada kondisi
tertentu.Auksin ini berfungsi memacu pembentukan akardan rambut-rambut akar,
sehingga daerah serapanakar terhadap unsur hara dan air diperluas serta

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan

vitamin

berupa


tiamin,

niasindan

pantotenin,

yangbersamadenganhormon tumbuh berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan dan
produksi tanaman (Karti, 2005).
Salah satu organisme yang terlibat dalam mekanisme fiksasi N 2 adalah
Azozpirilum. Meskipun peran bakteri ini dalam memfikasi sedikit, namun
berpotensi
lainnya

menyumbangkan nitrogen yang lebih besar dari pada pemfikasi
tergantung pada kelangsungan hidup dalam tanah

dan interaksi

Azospirillum dengan bakteri di rizosfer lainnya (Holguin and Bashan, 1996).
Azospirillum sp. juga mempunyai kemampuan merombak bahan oganik di dalam
tanah. Bahan organik yang dimaksud adalah bahan organik yang berasal dari
kelompok karbohidrat seperti selulosa, amilosa, dan bahan organik yang
mengandung sejumlah lemak dan (Nurosid et al., 2008).
Bakteri Azospirillum mampu menyediakan unsur N dan P bagi
pertumbuhan tanaman, serta sekaligus sebagai bakteri pemantap agregat
tanahyang juga dapat merombak bahan organik kelompok karbohidrat, seperti
selulosa dan amilosa, serta bahan organik yang mengandung sejumlah lemak dan
protein di dalam tanah. Hidupnya dalam habitat rhizosfer tanaman dapat
berasosiasi dan berinteraksi dengan perakaran sehingga berperan dalam mengubah
morfologi akar. Seperti bertambahnya jumlah akar rambut, akar semakin panjang
dan permukaan akr yang semakin luas (Widiawati dan Muharam , 2012).
Nitrogen tanaman pada kentang meningkat dengan diberikannya inokulan
Azospirillum. N tanaman meningkat karena aktivitas Azospirillum membentuk
koloni pada perakaran tanaman yang membantu sistem perakaran tanaman, ini
tergantung pada ketersediaan N pada tanah (Nurmayulis dan Maryati, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Azospirillum sp menambat nitrogen pada kondisi mikroaerofil. Nitrogen
yang dihambat tersebut akan diserap oleh tanaman dalam bentuk NO 3 - dan NH 4 +
(Rao, 1982 ; Rusmana dan Hadijaya, 1994) kemudian diubah menjadi glutamin
dan alanin menggunakan enzim nitrogenase (Widiawati dan Muharam, 2012).
Azospirillum sp. memfiksasi N dengan kemampuannya menghasilkan nitrogenase
dengan memutuskan ikatan rangkap N 2 dan menggabungkannya dengan fotosintat
untuk membentuk NH 3 . Selanjutnya di sitoplasme sel mikroba tersebut NH 3 yang
terbentuk segera dirubah menjadi bentuk amonium (NH 4 +) yang digunakan
sebagai komponen untuk mensintesa berbagai molekul biologi penting lainnya
seperti asam amino, protein, vitamin, asam nukleat dan material genetik seperti
DNA. Secara umum reaksinya adalah : N 2 + 16 ATP + 8 e- + 8H+ → 2NH 3 + 16
ADP + 16 Pi + H 2 (Hanafiah et al., 2009)
Aplikasi Azospirillum sp. pada berbagai Tanaman
Dari hasil penelitian Gadagi et al. (2003) yang membandingkan pengaruh
inokulasi Azospirillum sp. dengan pemupukan urea terhadap serapan nitrogen
pada tanaman bunga Gaillardia pulchella menunjukkan bahwa serapan nitrogen
tertinggi dari seluruh perlakuan adalah pemberian Azospirillum yang diisolasi dari
bunga hias. Sedangkan pada penelitian Ferriera et al. (2013) menunjukkan hasil
bahwa Azospirillum memberikan hasil yang nyata dengan berat kering tajuk dan
berat kering akar tertinggi pada tanah liat. Dengan demikian dalam penelitian ini
menyimpulkan bahwa inokulasi Azospirillum dilapangan lebih baik pada tanah
liat.
Kemampuan Azospirillum dalam memfiksasi nitrogen sebanyak 40-80%
dari total nitrogen dalam rotan dan 30% dari total nitrogen tanaman jagung

Universitas Sumatera Utara

(Eckert et, al. 2001; Widiawati dan Muharam, 2012).beberapa hasil penelitian
seperti Pitriana (1999) juga telah menununjukkan bahwa pemberian inokulan
Azospirillum memberikan hasil serapan N sebesar 187.96- 288.58% sedangkan
dengan pupuk NP sebesar 150.98-189%
Kim et al.(2010) pada penelitiannya menunjukkan bahwa Azospirillum sp.
dapat meningkatkan serapan N pada tanaman cabe merah, tomat dan padi sebesar
12.0- 26.7%. Nurmayulis da Maryati (2008) juga menunjukkan bahwa hasil bobot
kentang dan

serapan N lebih tinggi pada aplikasi Azospirillum dari pada

pemupukan N, Hungria et al.(2010) produksi jagung dan gandum meningkat 2731%.

Pada

hasil

penelitian

Karti

(2005)

penambahan

isolat

bakteri

Azospirillum sp. pada tanah podsolik merah kuning pada rumput yang toleran
( S. splendida) meningkatkan produksi dan kadar N tajuk, akar serta serapan N
total
Menurut Eckert et al. (2001) isolasi Azospirillum sp. dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut. Akar tanaman tertentu dan tanah rhizosfer diambil
dari lapangan di mana tanaman tersebut telah tumbuh lama di sana. Akar-akar
tanaman dicuci dengan air steril dan kemudian digerus dalam larutan sukrosa 4%
dengan menggunakan mortar dan pastel. Wadah kecil (sekitar 10 ml) yang
mengandung 5 ml medium NFb semi-solid bebas nitrogen diinokulasi dengan
larutan berseri dari gerusan akar atau suspensi tanah rhizosfer.
Inokulan Azospirillum sp menggunakan carrier Kompos
Kultur murni bakteri Azozpirilum dapat dilarutkan pada media cair okon
sebagai nutirisi pertumbuhan dan perkembangan bakteri yang akan diaplikasikan

Universitas Sumatera Utara

pada media pembawa seperti, gambut, kompos, dan lain-lain,. Adapun komposisi
okon (Lampiran 1.) (Danapriatna dan Simarmata, 2011)
Inokulan bakteri adalah suatu formulasi yang mengandung satu atau
beberapa strain bakteri bermanfaat di dalam suatu material bahan pembawa yang
mudah digunakan dan ekonomis. Bahan pembawa merupakan medium yang
digunakanuntuk memindahkan mikroorganisme hidup darilaboratorium atau
pabrik ke lapang. Bahan pembawa harus mampu menopang pertumbuhan dan
kelangsungan hidup mikroorganisme targetselama periode penyimpanan dan
pengirimannya kelapang (Larasati et al., 2012).
Umumnya mikroba dalam pupuk hayati dikemas dalam bahan pembawa
berbentuk serbuk atau bentuk cairan. Sebagai bahan pembawa inokulan serbuk,
dapatdigunakan bahan organik seperti gambut, arang, sekam, dan kompos
(Danapriatna dan Simarmata, 2011). Pada penelitian Widiawati et al. (2012)
menggunakan gambut sebagai inokulan pembawa untuk bakteri Azospirillum
dimana gambut perlu di sterilkan terlebih dahulu. Gambut halus steril sebagai
bahan pembawa dicampur dengan inokulan cair dengan perbandingan 100 g
gambut dan 60 ml inokulan cair. Inokulan padat tersebut digunakan sebanyak
10 g per pot.
Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses
dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehinga dapat dimanfatkan untuk
memperbaiki sifat tanah. Bahan organik yang dapat digunakan sebagai sumber
kompos dapat berasal dari limbah hasil pertanian dan non pertanian
(Setyorini et al., 2006). Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa
15-60%, hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-40%, bahan mineral (abu)

Universitas Sumatera Utara

3-5%, bahan larut panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam, aonium)
sebanyak 2-30% dan 1-5% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lain laun
(Barat, 2006).
Disamping CO 2 , pengomposan juga mengakibatkan lepasnya N dalam
bentuk NH 3 dan N 2 O. NH 3 terbentuk jika kompos terlalu kering, sementara N 2 O
terbentuk jika proses nitrifikasi dan denitrifikasi terjadi pada tumpukan kompos
(Fukumoto et al., 2003).

Lepasnya N akan menyebabkan ketersediaannya

berkurang, sehingga perlu adanya mikroorganisme penambat N dari udara seperti
Azozpirilum.
Nisbah karbon dan nitrogen (nisbah C/N) sangat penting untuk memasok
hara yang dibutuhkan mikroorganisme selama proses pengomposan berlangsung.
Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen untuk
membentuk protein (Sutanto, 2002). Karbon dibutuhkan oleh mikroba sebagai
sumber energi untuk pertumbuhannya dan nitrogen diperlukan untuk membentuk
protein (Setyorini et al., 2006).. Hubungan antara C dan N yang hilang dalam
proses pengomposan menunjukkan bahwa 85% dari total awal N kompos tersedia
bagi mikrobia untuk tumbuh dan 70% dari C tersedia hilang sebagai CO 2 selama
proses immobilisasi(Sabrina et al., 2011).
Pada proses dekomposisi bahan organik terutama yang mengandung kadar
nitrogen rendah, nitrogen tersebut digunakan untuk menyusun jaringan-jaringan
jasad renik (mikroorganisme tanah) ( Damanik et al., 2011). Azospirillum dapat
mengunakan NH 4 +, NO 3 -, N 2 sebagai sumber N untuk pertumbuhannya (
Hanafiah et al., 2009). Keefektifan asosiasi Azospirillum sp. dengan tanaman

Universitas Sumatera Utara

bergantung pada ketersediaan N sebagai sumber nutrisi dan C sebagai sumber
energi dalam rizosfer ( Nurmayulis dan Maryati, 2008)
Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak
cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisne
untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Apabila ketersediaan karbon berlebihan
(nisbah C/N >40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga merupakan faktor
pembatas pertumbuhan mikroorganisme (Sutanto, 2002).
Bahan organik yang diberikan pada tanah dapat menyediakan unsur hara
yang optimal untuk pertumbuhan tanaman, mampu mempertahankan jalannya
siklus hara dan dapat mengikat/mengadsorpsi kation dan anion serta sebagai
sumber energi karbon dan mineral untuk mikrobia (Hanafiah et al., 2009).
pemberian kompos dapat meningkatkan C-organik tanah, semakin banyak
kompos

yang

diberikan

C-organik

tanah

akan

semakin

meningkat

( Zulkarnain et al., 2013).
Tanaman Tebu ( Sacharum officinarum L)
Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber
karbohidrat. Tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga kebutuhannya terus
meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Namun peningkatan
konsumsi gula belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Hal
tersebut terbukti pada tahun 2010 - 2011 produksi gula dalam negeri hanya
mencapai 3.159 juta ton dengan luas wilayah 473.923 Ha. Penyebab rendahnya
produksi gula dalam negeri salah satunya dapat dilihat dari sisi on farm,
diantaranya penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu serta media tanam
(Putri et al., 2013).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman tebu termasuk ke dalam tanaman Monocotyledone, ordo
Glumaceae, famili Graminae, Kelompok Andropogonae dan genus Saccharum
dan species yang paling banyak dibudidayakan adalah Saccharum officinarum L.
Spesies ini termasuk spesies yang diusahakan karena sebagai penghasil gula
utama sedangkan yang lainnya haya memiliki kandungan gula rendah hingga
sedang (Setyamidjaja dan Azhami, 1992 ; Musarofah, 2002).
Menurut James (2004 dalam Leovici 2012), tanaman tebu memiliki
perakaran serabut, yang dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar sekunder.
Tebu memiliki batang yang beruas-ruas dibatasi oleh buku sebagai tempat duduk
daun.. Bentuk batang konis, susunan antar ruas berbuku, dengan penampang
melintang agak pipih, warna batang hijau kekuningan, lapisan lilin tipis, retakan
tumbuh ada, tetapi tidak di semua ruas, cincin tumbuh melingkar datar di atas
puncak mata, dengan warna kuning kecoklatan, teras dan lubang masif dengan
penampang melintang agak pipih, bentuk buku ruas : konis terbalik, dengan 3-4
baris mata akar, baris paling atas tidak melewati puncak mata alur mata tidak ada
(Purwanti, 2008).
Daun tanaman tebu merupakan jenis daun tidak lengkap, karena terdiri
dari helai daun dan pelepah daun saja. Sendi segitiga terdapat di antara pelepah
daun dan helaian daun. Pada bagian sisi dalamnya, terdapat lidah daun yang
membatasi antara helaian daun dan pelepah daun. dalamnya terdapat lidah daun
yang membatasi helaian dan pelepah daun. Warna daun tebu bermacam-macam
ada yang hijau tua, hijau kekuningan, merah keunguan dan lain-lain. Ujung daun
tebu meruncing dan tepinya bergerigi. Bunga tebu merupakan malai yang

Universitas Sumatera Utara

berbentuk piramida yang terdiri dari 3 helai daun tajuk bunga, 1 bakal buah, dan 3
benang sari. Kepala putiknya berbentuk bulu (Putri et al., 2013).
Pembungaan tebu berlangsung setelah pertumbuhan vegetatif selesai,
biasanya bunga muncul pada bulan april sampai mei. Bunga tebu memiliki satu
bakal buah dan tiga benang sari dengan kepala putiknya berbentuk bulu-bulu
(Supriyadi, 1992 ; Musarofah, 2002).
Untuk mendapatkan tanaman yang rata dengan produksi yang tetap, maka
perbanyakan tanaman tebu dengan cara vegetatiflah yang dilaksanakan, yaitu
dengan cara memperbanyak tanaman tebu dengan mempergunakan stek. Oleh
karena tanaman tebu yang berasal dari stek itu harus berbunga pada bulan April
dan selambat-lambatnya bulan Juni dengan umur 13 bulan kurang lebih, maka
penanaman dilakukan biasanya pada tiap bulan Maret dan selambatnya bulan Mei
(Direktorat Jendral Perkebunan, 1975 ; Purwanti, 2008). Bibit tebu bud chips
merupakan bibit yang baik dan sedang digalakkan untuk digunakan pada
pembudidayaan tebu. Bibit bud chips yang ideal tumbuh normal susunan akar,
batang, daun dan tunas tidur terbentuk sempurna berumur 75 sampai 90 hari siap
dipindahkan ke lapang (Balai penelitian tanaman pemanis dan serat, 2013).
Tebu merupakan tanaman asli tropika basah. Tanaman ini tumbuh baik di
daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen
mencapai kurang lebih 1 tahun. Tebu tergolong tanaman perkebunan semusim
yang memiliki sifat tersendiri, yakni terdapat zat gula di dalam batangnya
(Supriyadi, 1992; Leovici, 2012).
Tanaman tebu memerlukan curah hujan yang berkisar antara 1.0001.300mm/tahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan kering. Curah hujan yang

Universitas Sumatera Utara

ideal adalah selama 5-6 bulan dengan rata-rata curah hujan 200 mm, curah hujan
yang tinggidiperlukan untuk pertumbuhan vegetatif yang meliputi perkembangan
anakan, tinggidan besar batang.. Suhu udara minimum yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman tebu adalah 24°C dan maksimum adalah 34°C sedangkan
temperatur optimum adalah 30°C. Pertumbuhan tanaman akan terhenti apabila
suhu dibawah 15°C (Kuntohartono, 1982 ; Leovici, 2012).
Tebu menghendaki tanah yang gembur sehingga aerasi udara dan
perakaran berkembang sempurna. Tekstur tanah ringan sampai agak berat dengan
berkemampuan menahan air cukup dan porositas 30 % merupakan tekstur tanah
yang ideal bagi pertumbumbuhan tanaman tebu. Kedalaman (solum) tanah untuk
pertumbuhan tanaman tebu minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air dan
permukaan air 40 cm. Tanaman ini membutuhkan banyak nutrisi dan memerlukan
tanah subur. tebu dapat ditanam pada tanah dengan kisaran pH 5.5-7.0. Pada pH di
bawah 5.5 dapat menyebabkan perakaran tanaman tidak dapat menyerap air
sedangkan apabila tebu ditanam pada tanah dengan pH di atas 7.0 tanaman akan
sering kekurangan unsur fosfor (Leovici, 2012).

Universitas Sumatera Utara