Program Kerja Ditjen PPI Tahun 2015 ppi

DIREKTORAT JENDERAL
PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI

ISU STRATEGIS DAN PROGRAM AKSI TAHUN 2015 
DITJEN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI
Disampaikan pada Rapat Kerja Kementerian Perindustrian
Jakarta, 5 Februari 2015

DAFTAR ISI
KESENJANGAN WILAYAH ANTARA JAWA DAN
3
LUAR JAWA
PERWILAYAHAN INDUSTRI DALAM PERPRES
II NO.2/2015 TENTANG RPJMN 2015‐2019
4
III PERWILAYAHAN INDUSTRI
8
IV PROGRAM QUICK WINS 2015‐2019
24
I


2

I. KESENJANGAN WILAYAH ANTARA
JAWA DAN LUAR JAWA
Kontribusi Ekonomi

57,99

Kontribusi Sektor Industri Non Migas

42,01

72,78

Jumlah Unit Usaha Industri Besar
Sedang

27,22

83,04


Investasi Sektor Industri (PMA)

16,96

74,11

Investasi Sektor Industri (PMDN)

25,89

64,67

Ekspor Sektor Indutri

35,33

58,18

Impor Sektor Industri


41,82
83,91

Luas Lahan Kawasan Industri

16,09

71,99
0

20

40

28,01
60

80
Jawa


100

Luar Jawa
3

II. PERWILAYAHAN INDUSTRI DALAM PERPRES NO.2/2015
TENTANG RPJMN 2015-2019
SASARAN
Pertumbuhan industri Tahun 2015-2019 ditargetkan lebih tinggi dari pertumbuhan PDB
dengan sasaran sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut. Untuk mencapai
sasaran tersebut, jumlah industri berskala menengah dan besar perlu meningkat
sekitar 9.000 unit usaha selama 5 tahun ke depan

4

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
1. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa: (a) Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b) Kawasan
Peruntukan Industri; (c) Kawasan Industri; dan (d) Sentra IKM.

Strategi
pengembangan perwilayahan industri adalah:
a. Memfasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri (KI) yang mencakup: (i) Bintuni Papua Barat; (ii) Buli - Halmahera Timur-Maluku Utara; (iii) Bitung – Sulawesi
Utara, (iv) Palu - Sulawesi Tengah; (v) Morowali - Sulawesi Tengah; (vi) Konawe –
Sulawesi Tenggara; (vii) Bantaeng - Sulawesi Selatan; (viii) Batulicin - Kalimantan
Selatan; (ix) Jorong - Kalimantan Selatan; (x) Ketapang - Kalimantan Barat; (xi)
Landak – Kalimantan Barat, (xii) Kuala Tanjung, Sumatera Utara, (xiii) Sei Mangke
– Sumatera Utara; dan (xiv) Tanggamus, Lampung.
b. Membangun paling tidak satu kawasan industri di luar Pulau Jawa.
c. Membangun 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang terdiri dari 11 di
Kawasan Timur Indonesia khususnya Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur), dan 11 di Kawasan Barat Indonesia.
d. Berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam membangun
infrastruktur utama (jalan, listrik, air minum, telekomunikasi, pengolah limbah, dan
logistik), infrastruktur pendukung tumbuhnya industri, dan sarana pendukung
kualitas kehidupan (Quality Working Life) bagi pekerja.

5

PEMBANGUNAN 14 KAWASAN INDUSTRI


6

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI (2)

2. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah
paling tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala
besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar
Jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu
unit usaha. Strategi utama penumbuhan populasi
adalah dengan mendorong investasi baik melalui
penanaman modal asing maupun modal dalam
negeri,
3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai
Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja)

7

III. PERWILAYAHAN INDUSTRI


(Berdasarkan UU No.3/2014 tentang Perindustrian)

Masterplan Pengembangan 
Perwilayahan Industri

WPPI
Infrastruktur Pendukung 
(Soft dan Hard)
Tata Ruang
(lokus industri)

Perwilayahan 
Industri

KPI
REPIDA
(fokus industri)

KI


Pembangunan/
Pengembangan

Sentra IKM

Pembangunan/
Revitalisasi di Luar Jawa

Keterangan :
Wilayah NKRI terbagi dalam 10 (Sepuluh) Wilayah Pengembangan Industri (WPI)
WPPI
: Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri
KPI
: Kawasan Peruntukan Industri
KI
: Kawasan Industri
Sentra IKM  : Sentra Industri Kecil dan Menengah
Didukung dengan Forum Koordinasi dan Komunikasi Pengembangan Industri Daerah

8


WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI (WPI)
a. Definisi : WPI adalah pengelompokan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan keterkaitan
backward dan forward sumberdaya dan fasilitas
pendukungnya, serta memperhatikan jangkauan
pengaruh kegiatan pembangunan industri
b. Kriteria : Pengelompokkan tersebut didasarkan atas
beberapa kriteria seperti : (1) kedekatan rantai pasokan
dari suatu sumberdaya alam, (2) kedekatan dari sisi
spasial, (3) konektivitas antar daerah, dan (4) jangkauan
pengaruh pembangunan sektor industri di suatu daerah
terhadap peningkatan PDRB di daerah lain.

9

PEMBAGIAN 10 (SEPULUH)
WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI

(Dalam RPP Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional/RIPIN)


10

1.WILAYAH PUSAT PERTUMBUHAN INDUSTRI
a.

b.

Definisi : WPPI adalah wilayah yang dirancang dengan pola berbasis
pengembangan industri dengan pendayagunaan potensi sumberdaya
wilayah melalui penguatan infrastruktur industri dan konektivitas yang
memiliki keterkaitan ekonomi kuat dengan wilayah di sekitarnya
Kriteria:
No.

Uraian

1

Potensi sumber daya alam (agro, mineral, migas)


2

Kelengkapan sistem logistik dan transportasi

3

Kebijakan affirmatif untuk pengembangan industri ke luar Pulau Jawa

4

Penguatan dan pendalaman rantai nilai

5

Kualitas dan kuantitas SDM

6

Memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara, panas bumi, air)

7

Memiliki potensi sumber daya air industri

8

Potensi pewujudan industri hijau

9

Kesiapan jaringan pemanfaatan teknologi & inovasi

Catatan : Daerah yang sudah memiliki pusat‐pusat pertumbuhan industri berupa kawasan industri dan yang
mempunyai rencana pengembangan kawasan industri yang telah didukung oleh industri pendorong
utama (anchor industry) dapat langsung ditetapkan sebagai WPPI.

11

B. DAERAH YANG DITETAPKAN SEBAGAI WPPI (DALAM RPP RENCANA INDUK
PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL/RIPIN)
No
1
2










9

Lokasi 
Mimika
Teluk Bintuni
Halmahera Timur‐Halmahera 
Tengah ‐ Pulau Morotai
Bitung‐Manado‐Tomohon‐
Minahasa‐Minahasa Utara 
(termasuk KAPET MANADO 
BITUNG) 
Kendari‐Konawe‐Konawe 
Utara‐Konawe Selatan‐Kolaka‐
Morowali (termasuk KAPET 
BANK SEJAHTERA SULTRA) 

Provinsi
Papua
Papua Barat
Maluku Utara

No
10 

Sulawesi Utara

12

Palu‐Donggala‐Parigi 
Mountong‐Sigi (termasuk 
KAPET PALAPAS) 
Makassar‐Maros‐Gowa ‐
Takalar‐Jeneponto‐Bantaeng
Pontianak‐Landak‐Sanggau‐
Ketapang –Sambas‐
Bengkayang (sebagian KAPET 
Khatulistiwa)
Tanah Bumbu‐Kotabaru 
(termasuk KAPET BATULICIN) 

Sulawesi Tengah 

11 

13

Sulawesi 
Tenggara 

Sulawesi Selatan
Kalimantan Barat 

14
15

Provinsi
Kalimantan Timur

Banda Aceh, Aceh Besar dan Pidie ‐
Bireun‐ Lhokseumawe (termasuk 
KAPET BANDAR ACEH DARUSSALAM)
Medan‐Binjai‐Deli Serdang‐Serdang 
Bedagai ‐ Karo‐Simalungun‐Batubara
Dumai‐Bengkalis‐Siak 
Batam‐Bintan 

Aceh 

Kalimantan Utara 

Sumatera Utara
Riau
Kep. Riau

16

Banyuasin ‐Muara Enim 

Sumatera Selatan

17

Lampung

18

Lampung Barat‐Lampung Timur‐
Lampung Tengah‐Tanggamus‐
Lampung Selatan
Cirebon‐Indramayu‐Majalengka 

19

Kendal‐Semarang‐Demak 

Jawa Tengah

20

Tuban‐Lamongan‐Gresik‐Surabaya‐
Sidoarjo‐Mojokerto‐Bangkalan
Cilegon‐Serang‐Tangerang 

Jawa Timur

21

Kalimantan 
Selatan

Lokasi 
Samarinda, Balikpapan, dan Kutai 
Kertanegara ‐Bontang‐Kutai Timur  
(termasuk KAPET SASAMBA)
Tarakan‐Nunukan

22

Bogor‐Bekasi‐Purwakarta‐Subang‐
Karawang

Jawa Barat 

Banten
Jawa Barat

12

KOMPONEN‐KOMPONEN DALAM WPPI
Bandara
Rel Kereta Api
JALAN

Pelabuhan
Jalan

PELABUHAN

BANDARA

WPPI
SDM

Pusat Riset
Perguruan Tinggi dan
Balai Latihan Kerja

Kawasan Industri
dan Sentra IKM

13

2. KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI
a. Definisi : Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan
lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri
berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan
b. Kriteria :
Uraian

No
1

Ketersediaan sumber air

: Memiliki akses ke sumber air permukaan

2

Akses jaringan transportasi

3

Ketersediaan energi

: Memiliki akses ke jaringan transportasi (jalan dan
pelabuhan)
: Memiliki akses ke sumber energi (listrik dan gas)

4

Ketersediaan tenaga kerja

: Memiliki akses ke sumber tenaga kerja

5

Lingkungan hidup

6

Kondisi lahan

: Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan
hidup
: Tidak mengubah lahan produktif; Relatif tidak subur;  
Peruntukan lahan non pertanian, non permukiman
dan non konservasi
14

LOKASI INDUSTRI DI DALAM SUATU WILAYAH
KAWASAN INDUSTRI

IK

IPLK

IM

Industri Kecil dan Industri Menengah
Mencemari Lingkungan
Industri Menengah (IM)
Industri Besar (IB)

IK

IK

2% Luas Dialokasikan untuk IKM

IBKK

KI TERTENTU 

IK

KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI

 Industri Kecil
 Industri
Menengah

IK

DI LUAR KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI
Keterangan :
IK = Industri Kecil ; IM =Industri Menengah; IBKK = Industri yang menggunakan bahan baku
khusus; IPLK = Industri yang proses produksinya memerlukan lokasi khusus

15

3. KAWASAN INDUSTRI
KEWAJIBAN BERLOKASI DI DALAM KAWASAN INDUSTRI
Dasar Hukum (Pasal 106 UU No.3/2014 tentang Perindustrian)
(1) Perusahaan Industri yang akan menjalankan Industri wajib berlokasi di Kawasan Industri.
(2) Kewajiban berlokasi di Kawasan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi Perusahaan Industri yang akan menjalankan Industri dan berlokasi di
daerah kabupaten/kota yang:
a. belum memiliki Kawasan Industri;
b. telah memiliki Kawasan Industri tetapi seluruh kaveling Industri dalam Kawasan
Industrinya telah habis;
(3) Pengecualian terhadap kewajiban berlokasi di Kawasan Industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) juga berlaku bagi: a. Industri kecil dan Industri menengah yang tidak
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup yang berdampak luas; atau b.
Industri yang menggunakan Bahan Baku khusus dan/atau proses produksinya
memerlukan lokasi khusus.
(4) Perusahaan Industri yang dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
Perusahaan Industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a wajib
berlokasi di kawasan peruntukan Industri.
(5) Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri.
16

IMPLEMENTASI STANDAR KAWASAN INDUSTRI
Dasar Hukum (Pasal 105, UU No.3/2014 tentang Perindustrian)
a. Setiap kegiatan usaha kawasan industri wajib memiliki izin
usaha kawasan industri
b. Izin usaha kawasan industri diberikan oleh Menteri
Perindustrian
c. Menteri Perindustrian dapat melimpahkan sebagian
kewenangan pemberian izin usaha kawasan industri kepada
Gubernur dan Bupati/Walikota
d. Perusahaan kawasan industri wajib memenuhi standar
kawasan industri yang ditetapkan oleh Menteri
e. Setiap perusahaan kawasan industri yang melakukan
perluasan wajib memiliki izin perluasan kawasan industri.

17

GENERASI KAWASAN INDUSTRI

G‐1

G‐2

G‐3

•1970‐1989
•Permendagri No. 5/1974 ttg penyediaan dan pemberian tanah untuk keperluan perusahaan
•Kawasan industri hanya dapat dimiliki dan dikelola oleh BUMN/BUMD






1989‐2009
Keppres No.53/1989 diperbaharui menjadi Keppres No. 41/1996 ttg kawasan industri
Membuka kesempatan kepada swasta nasional/asing berusaha kawasan industri
Pemerintah berperan dalam pengawasan dan pengendalian












Mulai tahun 2010
PP No.24/2009 ttg Kawasan Industri, diperkuat dengan UU No.3/2014 tentang Perindustrian
Mewajibkan industri berlokasi di kawasan industri, sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Berorientasi bukan pada penjualan lahan, tetapi ke arah pelayanan (services)
Fokus pada pengembangan industri tertentu
Didukung oleh fasilitas infrastruktur terpadu
Berwawasan lingkungan 
Inovatif dengan ketersediaan lembaga litbang industri
Didukung lembaga pendidikan untuk pengembangan sumber daya manusia
Dilengkapi dengan fasilitas sarana penunjang (kawasan pemukiman, komersial, rekreasi dan penghijauan) 
yang dituangkan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

18

ARAH PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
LUAR JAWA

 Kawasan industri berbasis sumberdaya alam (terbarukan dan
tidak berbarukan)
 Meningkatkan efisiensi sistem logistik
 Kawasan industri sebagai penggerak utama pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi baru

JAWA

 Kawasan industri berbasis teknologi tinggi
 Kawasan industri padat karya
 Kawasan industri yang berorientasi pada industri yang
menghasilkan Consumer Goods

19

Isu Strategis Kawasan Industri di Jawa
Ketersediaan Lahan
Lahan yang sesuai untuk lokasi KI sulit didapat karena masalah harga, luasan dan
peruntukan lahan.
Daya dukung lingkungan
Kondisi lingkungan di Jawa untuk mendukung keberadaan kawasan industri relatif
mendekati ambang kritis, terkait ketersediaan air akibat kerusakan lingkungan,
kepadatan penduduk, dan prioritas peruntukan lahan akibat kepadatan penduduk.
Isu perburuhan
Konsentrasi KI di Jawa Barat menimbulkan dampak terhadap tuntutan kenaikan upah
buruh (UMR) setiap tahun yang umumnya dipaksakan melalui demo buruh dan mogok
kerja secara besar-besaran.
Relokasi industri
 Dampak terjadinya peningkatan UMR industri padat karya yang relatif tinggi setiap tahunnya di
kawasan industri di Jawa Barat dan Banten, mengakibatkan adanya kecenderungan relokasi
industri ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki lahan KI yang masih luas dan
tingkat UMR nya lebih rendah.
 Pendirian industri yang lahap sumberdaya air atau mengolah hasil tambang atau industri yang
20
menghasilkan polutan tinggi pada kawasan industri di Jawa akan berdampak pada makin
menurunnya daya dukung lingkungan di Jawa. Untuk itu seyogyanya pendirian jenis industri
20
tersebut diarahkan/direlokasi ke kawasan industri di Luar Jawa.

Isu Strategis Kawasan Industri di Luar Jawa
Infrastrutkur
Infrastruktur pendukung seperti jalan, rel kereta api, pelabuhan dan sebagainya
dirasa kurang memadai.
Tata Ruang
Belum semua Kabupaten/Kota telah mempersiapkan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) khususnya kawasan peruntukan industri
SDM
Kemampuan tenaga kerja dan SDM industrial yang terlatih di daerah kurang baik

Minat Pembangunan

Minat swasta untuk membangun kawasan industri masih kurang

21

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
Standar Kawasan Industri, Menjamin mutu kawasan industri
sesuai dengan ketentuan pemerintah sehingga memberikan
kepastian kualitas kawasan industri di Indonesia

Kawasan Industri Award, Memacu pengelola kawasan
industri untuk meningkatkan mutu kawasan industri

Penetapan Kawasan Industri sebagai Objek Vital Nasional 
Industri (OVNI)  
Kawasan Industri Halal, Memberikan kemudahan bagi 
kegiatan industri, dalam mencari  lokasi, sarana dan 
prasarana yang memenuhi persyaratan halal.  Produk halal  
tidak lagi diasosiasikan sebagai isu agama, tetapi  juga 
aspek kebersihan, kesehatan dan kualitas.
Eco Industrial Park, Meminimalisasi dampak negatif yang 
ditimbulkan pembangunan industri

22

4.SENTRA IKM
a. Definisi : Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra
IKM) adalah lokasi pemusatan kegiatan industri kecil dan
industri menengah yang menghasilkan produk sejenis,
menggunakan bahan baku sejenis dan atau mengerjakan
proses produksi yang sama, dilengkapi sarana dan prasarana
penunjang.
b. Tujuan : Mendorong daya saing IKM melalui pemanfaatan
teknologi, inovasi dan kreativitas dalam suatu lokasi yang
terintegrasi.
c.

Daerah : Dalam periode 2015‐2019, pemerintah memprioritaskan
pembangunan 22 Sentra IKM baru di luar Pulau Jawa (Papua 3
sentra, Maluku 2 Sentra, Nusa Tenggara 4 Sentra, Sulawesi 2
Sentra, Kalimantan 5 Sentra dan Sumatera 6 Sentra)

23

IV. PROGRAM QUICK WINS 2015-2019
A. PEMBANGUNAN 13 KAWASAN INDUSTRI DI LUAR PULAU JAWA

1. Kawasan Industri Teluk Bintuni (Papua Barat)
2. Kawasan Industri Bitung (Sulawesi Utara)
3. Kawasan Industri Palu (Sulawesi Tengah)
4. Kawasan Industri Morowali (Sulawesi Tengah)
5. Kawasan Industri Konawe (Sulawesi Tenggara)
6. Kawasan Industri Halmahera Timur (Maluku Utara)
7. Kawasan Industri Bantaeng (Sulawesi Selatan)
8. Kawasan Industri Batulicin (Kalimantan Selatan)
9. Kawasan Industri Ketapang (Kalimantan Barat)
10. Kawasan Industri Landak (Kalimantan Barat)
11. Kawasan Industri Kuala Tanjung (Sumatera Utara)
12. Kawasan Industri Sei Mangkei (Sumatera Utara)
13. Kawasan Industri Tanggamus (Lampung)
B. PEMBANGUNAN 22 SENTRA IKM DI LUAR PULAU JAWA
24

Rencana Alokasi APBN-P Tahun 2015 untuk
Pembangunan 13 Kaw asan I ndustri
Ada 5(Lima) jenis kegiatan dalam pengalokasian APBN‐P
tahun 2015:
1. Pembebasan lahan
2. Pembangunan infrastruktur di dalam kawasan industri
(jalan poros).
3. Pembangunan fasilitas pendukung di dalam kawasan
industri
4. Penyiapan SDM untuk mendukung kawasan industri
5. Fasilitasi penyusunan RDTR di sekitar kawasan industri

25

KAWASAN INDUSTRI TELUK BINTUNI

TENAGA KERJA
PRODUK

LANGSUNG

TDK 
PENDUKUNG
LANGSUNG

Polipropilena

3.000

4.500

15.000

Urea

4.000

5.000

20.000

7.000

9.500

35.000

Jumlah
Total

51.500

Profil

1. Desa Onar Baru, Distrik Sumuri, Kabupaten Teluk
Bintuni Papua Barat 
2. Luas Lahan ±2112 Ha
3. Basis Industri Pupuk dan Petrokimia
4. Nilai Investasi ± Rp 31,4 T
5. Pengelola kawasan PT Pupuk Indonesia

Progres

1. Status lahan sudah dalam bentuk APL (Area 
Penggunaan Lain); 
2. Sudah dilakukan pengukuran lahan oleh BPN 
Propinsi Papua Barat; 
3. Penyusunan Perda tentang penetapan tanah hak
ulayat marga agofa;

Masalah

1.
2.
3.
4.

Penyelesaian Hak Ulayat
Relokasi Penduduk setempat sebanyak 88 KK
Belum ada akses jalan ke Kawasan Industri ±30 Km
Belum ada ketersediaan jaringan listrik dan power 
plant  ±200 MW
5. Belum ada ketersediaan air baku ± 2000 L/detik
6. Belum ada penugasan dari Menteri BUMN kepada
PT Pupuk Indonesia sebagai pengelola kawasan

Rencana  1. Pendidikan dan Pelatihan SDM lokal dan bantuan 
peralatan pengelasan, electrical, dan permesinan
Aksi 
2. Penyusunan RDTR sekitar kawasan industri 
2015
26

KAWASAN INDUSTRI BITUNG
Profil

1.
2.
3.
4.
5.

Kelurahan Tanjung Merah Bitung
Luas Lahan ±534 Ha
Basis Industri Kelapa, Perikanan dan Logistik
Nilai Investasi ± Rp 2 T
Pengelola kawasan PT Sulut Membangun

Progres

1.

Status lahan 92,6 Ha Ex HGU milik Propinsi Sulawesi Utara  sedang dalam
proses dari HGU ke HPL oleh BPN.
Sedang dilakukan pembangunan jalan Tol Manado‐Bitung ±43Km oleh
Pemerintah Pusat
Penyelesaian penyediaan tenaga listrik ±150 MW
Penyelesian rencana reklamasi seluas ±247 Ha 

2.
3.
4.

Masalah

1.
2.
3.
4.

Rencana 
Aksi 2015

Penyerapan tenaga kerja
sebanyak 90.000 TK

Kajian Amdal di bakal areal reklamasi untuk perluasan Kawasan Industri
seluas 247 Ha pada DPA APBD Kota Bitung belum dilakukan.
Belum ada infrastruktur jalan menuju kawasan ±5 Km maupun di dalam
kawasan.
Belum ada ketersediaan air baku ± 1200 L/detik
Belum selesainya pembebasan seluruh lahan sesuai kebutuhan Masterplan

1. Pembebasan lahan jalan masuk 400 m dan lahan 100 Ha
2. Pembangunan infrastruktur kawasan
a. Pematangan lahan 50 Ha
b. Pembangunan kantor Administrator KEK
c. Pembangunan jalan masuk KI 400 meter
d. Pembangunan pagar sayap kanan dan kiri
e. Drainase dan trotoar
f. Pembangunan pos jaga
g. Pembangunan pintu gerbang
h. Pembangunan Portal
3. Studi perencanaan detail KI Bitung 
a. RDTR di sekitar kawasan industri
b. DED Kawasan Industri (100 Ha)

27

KAWASAN INDUSTRI PALU
Profil

1.
2.
3.
4.
5.

Progres

1.
2.
3.
4.

Masalah
Por
t Of
Pa n
t olo
an

Lo
gis
t ic
Zo
ne

Penyerapan tenaga kerja
sebanyak 165.000 TK

1.
2.
3.
4.

Rencan a
Aksi 
2015

Kecamatan Tawaeli, Kota Palu, Provinsi Sulawesi 
Tengah. 
Luas Lahan ±1500 Ha
Basis Industri Rotan, Rumput laut, kakao dan Mineral 
Nilai Investasi ± Rp 12,5 T
Pengelola kawasan PT Bangun Palu Sulteng
Status lahan seluas 110 Ha telah dikuasai oleh Pemkot
Palu
Pembangunan konstruksi pabrik industri karet dan minyak
atsiri
Sudah terbangun infrastruktur jalan menuju kawasan
Sudah ada interkoneksi jaringan listrik Sulawesi 
Belum selesainya pembebasan seluruh lahan sesuai
kebutuhan Masterplan
Belum ada infrastruktur jalan di dalam kawasan.
Belum ada ketersediaan air baku
Belum ada jalan layang dari kawasan menuju pelabuhan

1. Pembebasan Lahan 
2. Pembangunan infrastruktur kawasan :
a. Pembangunan jalan poros (jalan utama) dalam kawasan 
9,96 km
b. Pembangunan komplek manajemen perkantoran 
pengelola dalam kawasan
3. Studi Perencanaan Detail Kawasan Industri Palu
a. RDTR di sekitar kawasan industri
b. DED Kawasan Industri (300 Ha)
28

INDONESIA MOROWALI INDUSTRIAL PARK
Profil

1.
2.
3.
4.
5.

Progres

1.
2.

3.
4.
Masalah 1.
2.
3.
4.
5.

Penyerapan TK sebanyak
80.000 TK

Rencana 
Aksi 
2015

Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali
Luas Lahan ±1200 Ha
Integrated Industri Ferronikel, Stainles Steel dan Produk
hilirnya
Nilai Investasi ± Rp 49,7 T
Pengelola kawasan Tsinghang Industrial Morowali
Industrial Park
Status lahan seluas 1200 Ha telah dikuasai oleh TIMIP
Pembangunan konstruksi pabrik ferronikel tahap I 
kapasitas 300.000 ton/tahun sudah 90% dan Tahap II 
kapasitas 600.000 ton/tahun telah dilakukan
pemancangan dan konstruksi dasar
Pembangunan power plant 65x2 MW sudah 90%
Pembangunan pelabuhan dan bandara sedang dalam
proses perijinan
Belum tersedianya instalasi air baku 16.500 Liter/detik
Belum tersedianya transmisi listrik menuju kawasan
industri
Kurangnya jumlah dan kualitas SDM Lokal
Belum tersedianya perumahan untuk buruh yang saat ini
mencapai 3.000 tenaga kerja
Belum tersedianya rumah sakit tipe C

1. Pembangunan infrastruktur kawasan
a. Pembangunan gedung pusat layanan manufaktur 
industri dan peralatannya
b. Pembangunan gedung politeknik industri
2. Penyusunan RDTR sekitar kawasan industri

29
29

KAWASAN INDUSTRI HALMAHERA TIMUR
Profil

1.
2.
3.
4.
5.

Progres

1.
2.
3.
4.

Masalah 1.
2.
3.

4.

Penyerapan tenaga kerja
sebanyak 10.000 TK

Rencana 
Aksi 
2015

Kecamatan Buli, Kabupaten Halmahera Timur
Luas Lahan ±300 Ha
Integrated Industri Ferronikel, Stainles Steel dan Produk
hilirnya
Nilai Investasi ± Rp 4,4 T
Pengelola kawasan PT FeNi Haltim
Status lahan seluas 300 Ha telah dikuasai oleh PT Antam
Persero
Terselesaikannya pembangunan pelabuhan yang 
terintegrasi dengan kawasan industri.
Telah terbangunnya fasilitas kawasan industri antara lain: 
mess, kantor pengelola dan oxygen plant.
Permohonan tax holiday PT FeNi Haltim dalam proses
pembahasan di tim fiskal Kementerian Keuangan.
Belum tersedianya instalasi air baku ± 1.000 L/dtk
Belum tersedianya unit pengolahan air limbah dan TPA
Belum tersedianya jalan akses pelabuhan ke kawasan
sepanjang 1 Km  dan Kawasan ke Town site sepanjang 2 
Km
Belum tersedianya PLTU sebesar 2x110 MW

1. Pembangunan jalan kawasan industri
2. Research and Training Centre Building dan Peralatannya
3. Studi perencanaan detail kawasan industri  :
a. RDTR di sekitar kawasan industri
b. DED Kawasan Industri (1900 ha)
30
c. Studi potensi sumber daya air kawasan industri

KAWASAN INDUSTRI KONAWE
Profil

1.
2.
3.
4.
5.

Progres

1.

2.
Masalah 1.
2.

3.
4.

Penyerapan tenaga kerja
sebanyak 18.200 TK

Rencana 
Aksi 
2015

Kecamatan Bondoiala dan Kapoiala Kabupaten Konawe
Luas Lahan ±5500 Ha
Integrated Industri Ferronikel, Stainles Steel dan Produk
hilirnya
Nilai Investasi ± Rp 28,7 T
Pengelola kawasan PT Konawe Putra Propertindo
Sudah dilakukan tahap land clearing dan kontruksi awal
berupa pembangunan kantor dan mess serta penyelesaian
pelabuhan
Telah ada surat dukungan Gubernur Sultra dan Bupati
Konawe
Belum disesuaikannya RTRW Kabupaten Konawe dalam
RTRW Propinsi Sulawesi Tenggara 
AMDAL Kawasan Industri telah disetujui oleh komite
AMDAL Kabupaten namun belum diajukan di Komite
AMDAL tingkat Propinsi
Belum keluarnya rekomendasi ijin pelabuhan dari
Gubernur Sulawesi Tenggara
Belum tersediannya tenaga listrik untuk pembangunan
awal konstruksi industri sebesar 10 MW

1. Penyiapan SDM lokal (200 orang)
2. Penyusunan RDTR sekitar kawasan industri 

31

KAWASAN INDUSTRI BANTAENG
Profil

1. Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng
2. Luas Lahan ± 3000 Ha
3. Integrated Industri Ferronikel, Stainles Steel dan
Produk hilirnya
4. Nilai Investasi ± Rp 24,4 T
5. Pengelola kawasan PT  Bantaeng Industrial Persada

Progres

1. Telah diselesaikannya penyusunan Masterplan dan 
Renstra Kawasan Industri untuk lahan perencanaan 
seluas 3000 ha.
2. Telah dilakukan peletakan batu pertama untuk 
pembangunan PLTU 2x300MW oleh PT Hwadi (China‐
Malaysia) dan PT Bantaeng Sigma Energi.
3. Telah dilakukan Land Clearing oleh PT Titan untuk
industri Ferronickel seluas 300 Ha

Masalah 1. Belum terselesaikannya AMDAL untuk Kawasan

Penyerapan tenaga kerja
sebanyak 163.200 TK

industri.
2. Belum tersedianya pelabuhan untuk kawasan industri.
3. Belum tersedianya pengolahan air baku untuk kawasan
industri.
4. Terhalangnya koneksi jalan ke pelabuhan oleh jalan
propinsi
Rencana  Penyusunan RDTR sekitar kawasan industri  dan 
Aksi 
perencanaan kawasan lainnya
2015

32
32

Kawasan Industri Kuala Tanjung
(Sumatera Utara)

-

Lokasi : Kec. Sei Suka, Kab. Batubara
Luas : 1.000 Ha
Fokus: Industri Alumina
Estimasi Penyerapan TK : ± 113.239 TK

Rencana Aksi 2015
1. Koordinasi dalam penyiapan lahan, 
infrastruktur logistik dan penunjang  
kawasan industri  seluas 1000 Ha
2. Pembebasan lahan (100 Ha)
3. Penyusunan RDTR sekitar kawasan 
industri 

33

Kawasan Industri Sei Mangkei
(Sumatera Utara)

-

Lokasi : Kab. Simalungun
Luas : 2.002 Ha
Fokus : Industri Pengolahan CPO
Estimasi Penyerapan TK : ± 83.300 TK

Rencana Aksi 2015
1. Koordinasi dalam penyiapan lahan, 
infrastruktur logistik dan penunjang  
kawasan industri 
2. Pembangunan tangki timbun CPKO
3. Pembangunan tangki timbun CPO
4. Pembangunan jalur kereta api
5. Pembangunan Instalasi Air Bersih
6. Pembangunan jalan poros (1,9km)
7. Pembangunan infrastruktur 
pendukung berupa dry port
34

Kawasan Industri Tanggamus
(Lampung)
- Lokasi : Kec. Kota Agung Timur, Kec.
Limau dan Kec. Cukuh Balak
- Luas : 3.500 Ha
- Fokus : Industri Maritim
- Estimasi Penyerapan TK : ± 104.800 TK

Rencana Aksi 2015
1. Koordinasi dalam penyiapan 
lahan, infrastruktur logistik dan 
penunjang  kawasan industri  
seluas 3500 Ha
2. Penyusunan RDTR sekitar 
kawasan industri 

35

Kawasan Industri Batulicin
(Kalimantan Selatan)
- Lokasi : Kec.Simpang Empat dan Kec.
Karang Bintang
- Luas : 530 Ha
- Fokus : Industri Besi Baja
- Estimasi Penyerapan TK : ± 10.000 TK

Rencana Aksi 2015
1. Koordinasi dalam penyiapan 
lahan, infrastruktur logistik dan 
penunjang  kawasan industri  
seluas 530 Ha
2. Penyusunan DED Kawasan 
Industri
3. Penyusunan RDTR sekitar 
kawasan industri 
36

Kawasan Industri Ketapang
(Kalimantan Barat)
LUAS (Ha)

PENGGUNAAN LAHAN

INDUSTRI
Ke Pelabuhan

13
04

12

01
02
03
04

l
Ja
an

05
06
07
08
09
10

Pr
si
in
op

ng
pa
eta
(K
ga
an
aw
nd
Ke
n)

25

25

01

05

01

25

18

FASILITAS PENUNJANG
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

PERUMAHAN
SARANA OLAH RAGA
PARKIR ANGKUTAN KARYAWAN
SARANA PERIBADATAN
AREA KOMERSIAL
KANTOR MANAJEMEN
MEDIA CENTER
PERKANTORAN
TRADE CENTER
CONVENTION CENTER
MEDICAL CENTER

22,92
2,94
1,19
3,83
21,69

Rencana Aksi 2015
1. Koordinasi dalam penyiapan 
lahan, infrastruktur logistik dan 
penunjang  kawasan industri 
seluas 1000 Ha
2. Penyusunan RDTR sekitar 
kawasan industri 

07

21

IPAL

42,24
10,12
7,11
11,27
15,86
17,23

02

25

,

PUSAT PENGEPAKAN
PENGELOLAAN AIR BERSIH
PENGELOLAAN LIMBAH KERING
IPAL

Lokasi : Kec. Matan Hilir Selatan
Luas : 1.000 Ha
Fokus : Industri Alumina
Estimasi Penyerapan TK : ± 10.000 TK

FASILITAS PENUNJANG

Selat Karimata

13

-

5,93
10,70
12,45

PEMADAM KEBAKARAN
POWER STATION
FUEL STATION
PERGUDANGAN
LIQUID STORAGE CENTER

11
12
13

06
03

ANEKA INDUSTRI
INDUSTRI SEDANG
INDUSTRI BESAR

INFRASTRUKTUR KAWASAN

08

04

25,41
61,44
101,63
270,58

UMKM

23
22
20

19

24
17

25

18

15 16
25

14

14

08

25

10

09
07

01

03
02

11

2,52
2,16
13,68
2,68
6,04
3,70

04

12
13

RUANG TERBUKA HIJAU
25

TAMAN, MEDIAN, JALUR
HIJAU JALAN, BUFER, KOLAM

JALAN DAN SALURAN
LUAS KAWASAN INDUSTRI

217,40
117,12
1.009,90

37

Kawasan Industri Mandor
(Kalimantan Barat)
P O W E R
S T A T IO N

KIM II

P E N G E L O L A A N
A IR
B E R S IH
M E D IA
C E N T E R

I N O V A T IO N
C E N T E R

K A N T O R
M A N A J E M E N

P E R K A N T O R A N

E X H I B IT I O N
C E N T E R

KIM I

P E R K A N T O R A N

F U E L
S T A T IO N

A R E A
K O M E R S IA L

C O N V E N T IO N
C E N T E R
P E R D A G A N G A N

P A R K IR
A N G K U T A N
K A R Y A W A N

M E D IC A L
C E N T E R

S A R A N A
P E R IB A D A T A N

P E R U M A H A N
C O M M U N IT Y
C E N T E R

0 7

P U S A T
P E N G E P A K A N

P E M A K A M A N

-

Lokasi : Kec. Mandor
Luas : 306 Ha
Fokus : Industri Pengolahan Karet
Estimasi Penyerapan TK : ± 33.600 TK

IN D U S T R I
K E C IL
M E N E N G A H
IN D U S T R I
K E C IL
M E N E N G A H

Rencana Aksi 2015

IN D U S T R I
K A R E T

IN D U S T R I
K A R E T

IN D U S T R I
K A R E T

A N E K A
IN D U S T R I

A N E K A
IN D U S T R I

A N E K A
IN D U S T R I

A N E K A
IN D U S T R I

P E M A D A M
K E B A K A R A N

IN D U S T R I
S E D A N G

IN D U S T R I
S E D A N G

IN D U S T R I
S E D A N G

IN D U S T R I
B E S A R

IP A L

1. Koordinasi dalam penyiapan 
lahan, infrastruktur logistik dan 
penunjang  kawasan industri  
seluas 306 Ha
2. Penyusunan DED Kawasan 
Industri
3. Penyusunan RDTR sekitar 
kawasan industri 

IN D U S T R I
B E S A R

P E N G E L O L A A N
L IM B A H
K E R IN G

38

Rencana Alokasi APBN‐P Tahun 2015 untuk 
Pembangunan 6 Sentra IKM
Mekanisme : kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, dengan
syarat Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai komitmen yang tinggi
antara lain:
1. Menyediakan lahan untuk pembangunan sentra IKM (minimal 5 Ha)
dengan status clear and clean.
2. Menyiapkan rencana bisnis untuk pengelolaan sentra IKM.
3. Menyiapkan SDM dan anggaran yang memadai untuk pengelolaan
sentra IKM setelah diserahterimakan dari Ditjen PPI.
4. Melakukan pembinaan terhadap IKM yang berlokasi di sentra, yang
difasilitasi oleh Ditjen IKM.
Kegiatan Fisik Pembangunan Sentra IKM:
1. Pembangunan landscape dan jalan lingkungan di dalam sentra;
2. Pembangunan gedung standar tempat produksi;
3. Pembangunan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) sederhana;
4. Pembangunan ruang pamer produk‐produk IKM
5. Kantor pengelola sentra
39

Lokasi Pembangunan Sentra IKM Tahun 2015
No

Wilayah

Jumlah Sentra

1 Sumatera dan
Kalimantan



2 Sulawesi, Nusa 
Tenggara, Maluku 
dan Papua



Lokasi

Industri Unggulan

Kabupaten Ogan Komering  Industri kerajian batu aji
Ulu
Kota Tanjung Pinang
Industri pengolahan hasil 
laut
Kota Pontianak
Industri pengolahan lidah
buaya
Kota Palu
Industri Mebel Rotan
Kota Bitung
Pengolahan hasil laut
Kabupaten Konawe
Industri Mebel Rotan

40

TERIMA KASIH
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
Gedung Kementerian Perindustrian Lt. 13-14
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta Selatan 12950

41