EVALUASI IMPLEMENTA SI SISTEM ELECTRONIC HEALTH RECORD (EHR) DI RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITA S GADJAH MADA BERDASARKAN METODE ANALISIS PIECES | Nuryati | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 66 222 1 PB

eValuaSI IMPleMeNtaSI SISteM ELECTRONIC HEALTH
RECORD (ehr) dI ruMah SaKIt aKadeMIK uNIVerSItaS
GadJah Mada BerdaSarKaN Metode aNalISIS PIeCeS

Nuryati1; Nurzara anggar Widayanti2
rekam Medis Sekolah Vokasi universitas Gadjah Mada
email: 1nur3yati@yahoo.com; 2nurzara.anggar@rocketmail.com
abstract
The purpose of this study was to evaluate an electronic health record (ehr) at the Academic hospital of
the University of Gadjah Mada reviewed based on the PIeCeS method analysis to determine the aspects
of performance, information / data, economic, control, eficiency, and service. This study used descriptive
research with quantitative approach and cross-sectional study design. The result of the research showed Aspects
performance (performance), information / data (information / data), eficiency (eficiency), service (leyanan)
Academic hospital ehr system UGM rated as good by users of ehr systems, while aspects of control /
security (control / security) considered quite good and economic aspects (economic) Academic hospital ehr
system UGM rated poorly by users of ehr systems. while the ehr system in UGM Academic hospital when
viewed from the characteristics of users with various categories of age, past education, tenure, and work unit
showed different results in every aspect of the study (performance, information / data, economic, control /
security, eficiency, service).
Keywords: evaluation, implementation, electronic health record, PIeCeS
abstrak

Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi sistem electronic health record (EHR) di Rumah Sakit
Akademik Universitas Gadjah Mada ditinjau berdasarkan metode analisis PIECES untuk mengetahui aspek
performance, information/data, economic, control, eficiency, dan service. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian
menunjukkan Aspek performance (kinerja), information/data (informasi/data), eficiency (efisiensi), service
(leyanan) sistem EHR di RS Akademik UGM dinilai baik oleh pengguna sistem EHR, sedangkan aspek control/
security (kontrol/keamanan) dinilai cukup baik dan aspek economic (ekonomi) sistem EHR di RS Akademik
UGM dinilai kurang baik oleh pengguna sistem EHR. Sedangkan sistem EHR di RS Akademik UGM apabila
ditinjau dari karakteristik pengguna dengan berbagai kategori usia, pendidikan terakhir, masa kerja, dan unit
kerja menunjukkan hasil yang berbeda dalam setiap aspek yang diteliti (performance, information/data,
economic, control/security, eficiency, service).
Kata kunci: evaluasi, implementasi, Electronic Health Record, PIECES

standar pelayanan rumah sakit, pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua
dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan, dan penyelenggaraan penelitian

dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

PeNdahuluaN
Rumah sakit adalah institusi yang menyediakan
tempat tidur rawat inap, pelayanan medis, dan
pelayanan keperawatan terus-menerus untuk
diagnosis dan pengobatan oleh staf medis yang
terorganisir (Huffman,1994). Fungsi rumah
sakit adalah sebagai penyelenggaraan pelayanan
pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

17

17

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan (UU No 44 tahun

2009 pasal 5).
Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan
rekaman atau catatan dari segala pelayanan yang
diberikan kepada pasien yang disebut rekam medis.
Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah
rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa,
bilamana, dan bagaimana pelayanan yang diberikan
kepada pasien selama masa perawatan, yang memuat
pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang
diperoleh serta memuat informasi yang cukup untuk
mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis
dan pengobatan serta merekam hasilnya. Berkas
rekam medis sangat menentukan terciptanya laporan
kesehatan yang valid, untuk itu proses penulisan,
pengolahan, dan pelaporan rekam medis harus
terjaga kualitasnya. Dengan demikian perekam medis
memegang peranan penting sebagai pengumpul,
pengolah, dan penyaji informasi kesehatan. Baik
dilakukan secara manual maupun elektronik.
Sistem electronic health record (EHR) adalah

salah satu sistem rekam kesehatan elektronik yang
merupakan kegiatan mengkomputerisasi isi rekam
medis kesehatan dan proses yang berhubungan
dengannya. EHR adalah rekaman atau catatan
elektronik informasi terkait kesehatan (healthrecord-Information) seseorang yang mengikuti
standar interoperabilitas nasional dan dapat
dibuat, dikumpulkan, dikelola, digunakan, dan
dirujuk oleh dokter atau tenaga kesehatan yang
berhak (authorized) pada lebih dari satu organisasi
pelayanan kesehatan (National Alliance for health
Information Technology, 2008). Menurut Fuad
(2008), EHR juga berarti sebagai rekaman atau
informasi catatan elektronik terkait kesehatan
(health-related-information) yang mengikuti
standar interoperabilitas nasional dan dapat ditarik
dari berbagai sumber, namun dikelola, dibagi, serta
dikendalikan oleh individu.
Penyelenggaraan sistem electronic health record
(EHR) di rumah sakit sejalan dengan adanya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang semakin

berkualitas karena salah satu keuntungan yang dapat
diperoleh dengan sistem EHR, yaitu mencegah
kejadian medical error melalui tiga mekanisme
yaitu (1) pencegahan adverse event, (2) memberikan
respon cepat segera setelah terjadinya adverse event,
dan (3) melacak serta menyediakan umpan balik
mengenai adverse event (Fuad, 2008).

18

Menurut AHIMA dalam Journal of AhIMA 83 No.7
(2012), yaitu Data Quality Management Model
(Updated), semakin lama sistem electronic health
record (EHR) menjadi lebih banyak diterapkan
di semua pengaturan kesehatan. Sistem ini telah
dikembangkan dan digunakan dengan berbagai
metode dokumentasi sebagai salah satu catatan
elektronik. Oleh karena itu, dibutuhan pengelolaan
kualitas data, pelayanan, manajemen, dan pengukuran
yang lebih ketat/besar dari sebelumnya. Selain itu,

hal ini dapat menimbulkan perhatian untuk menjamin
integritas data dalam pelaksanaan kegiatan, metode
pengumpulan, atau sistem yang digunakan untuk
merekam, menyimpan, dan mengirimkan data pada
pelayanan kesehatan.
electronic health record (EHR) terdiri dari
data baik terstruktur dan tidak terstruktur. Hal
ini mengakibatkan berbagai peluang terjadinya
kesalahan. Karena penggunaannya yang sangat
penting, timbul peningkatan tekanan entitas
kesehatan dan penyedia pelayanan untuk memberikan
data kesehatan yang berkualitas. Selain itu, data
harus dipercaya untuk mendukung keputusan klinis,
keuangan, dan administrasi. Sebab EHR dan seberapa
baik kualitas data kesehatan sangat penting untuk
memberikan kualitas pelayanan yang baik. Dalam
Journal of AhIMA 83 No. 7 (2012), juga dijelaskan
checklist to assess data quality management efforts
(ceklis untuk menilai upaya data manajemen mutu),
salah satunya adalah:

“...quality (i.e., accuracy) is routinely monitored
and meaningful use is achieved via the evaluation
of EHR data.”
Hal tersebut berarti kualitas (yaitu, akurasi) secara
rutin perlu dipantau dan penggunaan bermakna dicapai
melalui evaluasi data EHR. Dalam KEPMENKES
No. 377/Menkes/SK/III/2007 juga disebutkan salah
satu kompetensi perekam medis, yaitu menjaga mutu
rekam medis. Hal ini disebutkan dalam kode unit
kompetensi MIK.MU.04.005.01, yaitu melakukan
penilaian dan memberikan solusi terhadap sistem
komputerisasi pelayanan Manajemen Informasi
Kesehatan (MIK)/Rekam Medis (RM). Selain itu,
dijelaskan pula dalam kode unit kompetensi MIK.
MU.04.009.01, yaitu meningkatkan kualitas data
klinis dalam proses menjaga mutu MIK/RM. Oleh
karena itu, dalam suatu sistem informasi kesehatan,
salah satunya sistem EHR perlu dilakukan evaluasi.
RS Akademik UGM merupakan salah satu rumah
sakit di Yogyakarta yang telah menerapkan electronic


Nuryati, dkk. Evaluasi Implementasi Sistem electronic ...

health record (EHR) pada Instalasi Rawat Jalan dan
Gawat Darurat. Pada saat ini, RS Akademik UGM
masih dalam tahap pengembangan EHR agar dapat
sesuai dengan kebutuhan dan harapan rumah sakit.
Oleh karena itu, peneliti melakukan evaluasi sistem
EHR di RS Akademik UGM untuk mengetahui
keinginan dan pendapat pengguna terhadap aspekaspek yang mempengaruhi sistem EHR. Dengan
evaluasi terhadap sistem EHR yang sudah berjalan
tersebut, diharapkan agar RS Akademik UGM
dapat mengetahui dan lebih memahami hambatanhambatan maupun keuntungan dari penggunaan
sistem yang selama ini berjalan.
Dalam memberikan analisis atau evaluasi terhadap
suatu sistem, dapat dilakukan dengan beberapa model
analisis. Dalam penelitian ini akan digunakan model
analisis PIECES yang mampu menganalisa sistem
dari segi kekuatan maupun kelemahan berdasarkan
aspek performance (kinerja), information/data

(informasi/data), economic (ekonomi), control/
security (kontrol/keamanan), eficiency (efisiensi),
dan service (pelayanan). Teknik analisis ini
dijelaskan oleh Whitten (2007) bahwa sebuah sistem
dilakukan analisis terlebih dahulu untuk mengetahui
permasalahan dan kebutuhan dalam pembuatan
sistem itu sendiri. Sebuah sistem informasi perlu
ditemukan permasalahan yang ada agar suatu sistem
dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan
tersebut digunakan sebagai bahan referensi dan
kontrol untuk perubahan sistem, sehingga dapat
menjadi masukan dalam pengembangan sistem EHR
RS Akademik UGM lebih lanjut.
Menurut UK Institute of health Informatics (2000),
tujuan evaluasi sistem informasi, antara lain:
a.
b.
c.


Menentukan peningkatan yang diperlukan
dalam produk individu tunggal atau tim.
Mengkonfirmasi bagian bagian dari sebuah
produk dimana peningkatan tidak diperlukan
atau dibutuhkan.
Mencapai kerja kualitas teknik yang lebih baik,
paling tidak lebih seragam dan lebih dapat
diprediksi dan untuk membuat kinerja teknis
menjadi lebih dapat diatur.

Tantangan utama sistem informasi di rumah sakit
khususnya dalam hal pengembangan rekam medis
terkomputerisasi selain aspek finansial adalah
aspek legal, keselamatan pasien (patient safety),
dan security. Masih banyak pihak yang mencurigai
bahwa rekam medis elektronik tidak memiliki payung

hukum yang jelas. Hal ini juga terkait dengan upaya
untuk menjamin agar data yang tersimpan dapat
melindungi aspek privacy, conidentiality, maupun

safetyi (keselamatan) informasi secara umum. Kini,
teknologi informasi memberikan harapan baru,
yaitu teknologi enkripsi maupun berbagai penanda
biometrik (sidik jari maupun pemindai retina) yang
justru lebih protektif daripada tandatangan biasa.
Menurut Sabarguna (2010) Ada 4 hal yang menjadi
keuntungan dari rekam medis terkomputerisasi yaitu:
a.
b.
c.
d.

Fasilitas yang lebih lengkap,
Dapat bergerak pada sistem inforamsi lain,
Sebagai alat bantu yang lengkap,
Sebagai bagian dari pekerjaan yang berlanjut
secara otomatis

electronic health record (EHR) merupakan kegiatan
mengkomputerisasikan isi rekam kesehatan dan
proses yang berhubungan dengannya. EHR bukanlah
sistem informasi yang dapat dibeli dan diinstall
seperti paket word-procesing atau sistem informasi
pembayaran dan laboratorium yang secara langsung
dapat dihubungkan dengan sistem informasi lain
dan alat yang sesuai dalam lingkungan tertentu.
EHR merupakan sistem informasi yang memiliki
framework lebih luas dan memenuhi satu set fungsi.
Menurut Amatayakul (2004), electronic health
record (EHR) harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a.
b.
c.

Mengintegrasikan data dari berbagai sumber
(Integrated data from multiple source);
Mengumpulkan data pada titik pelayanan
(Capture data at the point of care);
Mendukung pemberi pelayanan dalam
pengambilan keputusan (Support caregiver
decision making).

Hatta (2011) menjelaskan bahwa electronic health
record (EHR) terdapat dalam sistem yang secara
khusus dirancang untuk mendukung pegguna dengan
berbagai kemudahan fasilitas untuk kelengkapan dan
keakuratan data, memberi tanda waspada, peringatan,
memiliki sistem untuk mendukung keputusan klinik
dan menghubungkan data dengan pengetahuan
medis serta alat bantu lainnya.Berdasarkan definisi
International Organization for Standarisasi (ISO)
dalam Hayrinen, dkk (2008), sistem EHR berarti
repositori data pasien dalam bentuk digital, disimpan
dan dipertukarkan dengan aman, dan dapat diakses
oleh beberapa pengguna yang berwenang. EHR
berisi informasi retrospektif (masa lalu), konkuren

19

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

(saat ini), dan informasi prospektif (kemungkinan
dimasa depan), serta tujuan utamanya adalah untuk
selalu mendukung keberlanjutan, efisiensi dan
kualitas pelayanan kesehatan yang terintegrasi. ISO
juga memberikan sejumlah istilah lain yang umum
digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis
sistem EHR.
Dalam menganalisa suatu sistem informasi terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan dan dilihat, yaitu
aspek kinerja, ekonomi, keamanan, efisiensi, dan
pelayanan. Dalam hal ini analisis yang digunakan
adalah analisis PIECES (Performance, Information/
Data, economic, Control/Security, eficiency,
Service). Analisis PIECES digunakan untuk
mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada
dan digunakan sebagai bahan referensi dan kontrol
untuk perubahan sistem itu sendiri. Teknik analisa ini
dijelaskan oleh Whitten, dkk (2007) untuk membuat
sebuah sistem yang dibuat secara prototyping dengan
melakukan analisa terlebih dahulu untuk mengetahui
permasalahan dan kebutuhan untuk membuat sistem.
Sebuah sistem perlu ditemukan permasalahan yang
ada agar sistem dapat berjalan dengan baik dan bisa
mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun beberapa
aspek yang dapat dilihat dari analisa ini adalah
sebagai berikut:
a.

b.

20

Performance (kinerja) diperlukan untuk
menilai kinerja dari sistem informasi yang telah
dirancang, terdiri dari:
1) Throughput, dimana sistem dinilai dari
banyaknya kerja (output) yang dilakukan
pada beberapa periode waktu dalam
memenuhi kebutuhan.
2) respon time, yaitu waktu yang diperlukan
oleh sistem informasi untuk melakukan
proses kerja.
3) Audibilitas, yaitu kecocokan dimana
keselarasan terhadap standar dapat diperiksa.
4) Kelaziman komunikasi, yaitu terkait user
interface yang digunakan dalam sistem
informasi dinilai dalam kemudahan untuk
dipahami.
5) Kelengkapan, yaitu derajat di mana sistem
informasi mempunyai fungsi yang penuh
dalam mendukung pekerjaan.
6) Toleransi kesalahan, yaitu kerusakan yang
terjadi pada saat program mengalami
kesalahan.
Information and data (informasi dan data) yaitu
untuk menilai informasi yang dihasilkan dan
data yang digunakan, terdiri dari:

1)

2)
3)
4)

Accuracy (akurat), dimana informasi atas
hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat
ketepatan/ketelitian yang tinggi.
Relevansi informasi, dimana informasi
yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan.
Penyajian informasi, dimana informasi
disajikan dalam bentuk yang sesuai.
Aksesibilitas informasi, dimana informasi
dapat tersedia sewaktu-waktu ketika
dibutuhkan.

c.

Economic (ekonomi) yaitu untuk menilai sistem
informasi dari aspek ekonomi yang terdiri dari:
1) Reusabilitas, yaitu tingkat dimana sebuah
program atau bagian dari program tersebut
dapat digunakan kembali di dalam aplikasi
yang lain.
2) Sumber daya, yaitu jumlah sumber daya
yang digunakan dalam pengembangan
sistem, meliputi sumber daya manusia serta
sumber daya ekonomi.

d.

Control and security (kontrol dan keamanan)
yaitu untuk menilai sistem informasi dari aspek
keamanan dan kontrol data yang terdiri dari:
1) Integritas, yaitu tingkat dimana akses ke
perangkat lunak atau data oleh orang yang
tidak berhak dapat dikontrol.
2) Keamanan, yaitu mekanisme yang
mengontrol atau melindungi program dan
data dalam sistem informasi.

e.

Eficiency (efisiensi) yaitu untuk menilai sistem
informasi dari aspek efisiensi yang terdiri dari:
1) Usabilitas, yaitu usaha yang dibutuhkan
untuk mempelajari, mengoperasikan,
menyiapkan input, dan menginterpretasikan
output suatu program.
2) Maintanabilitas, yaitu usaha yang
diperlukan untuk mencari dan membetulkan
kesalahan pada sebuah program.

f.

Service (pelayanan), yaitu untuk mengetahui
bagaimana meningkatkan kepuasan pelanggan,
pegawai dan manajemen. Aspek service
(pelayanan) terdiri dari:
1) Akurasi, yaitu ketelitian komputasi dan
kontrol.
2) Reliabilitas, tingkat dimana sebuah
program dapat dipercaya dan diandakalkan
untuk melakukan fungsi yang diminta.
3) Kesederhanaan, yaitu tingkat dimana
sebuah program dapat dipahami tanpa
kesukaran.

Nuryati, dkk. Evaluasi Implementasi Sistem electronic ...

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah
ada perbedaan persepsi pengguna terhadap aspek
PIECES (Performance, Information/data, economic,
Control/security, Eficiency dan Service) dan serta
apakah ada perbedaan bermakna terkait karakteristik
pengguna pada implementasi sistem electronic
health record (EHR) di Rumah Sakit Akademik
Universitas Gadjah Mada.

c.

Masa kerja
tabel 4 distribusi Karakteristik Masa Kerja
responden
No.

Metode PeNelItIaN
Penelitian yang telah dilakukan di RS Akademik
Universitas Gadjah Mada. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah pengguna sistem electronic health record
(EHR) di RS Akademik UGM yang berjumlah 153
orang. Besar sampel dalam penelitian ini adalah
112 orang yang diamnil dengan teknik purposive
sampling.

d.

1.

20 th - 25 th

40

36

2.

26 th - 30 th

33

29

3.

31 th - 35 th

30

27

4.

36 th - 40 th

9

8

112

100

Total

b.

%

Pendidikan Terakhir
tabel 3 distribusi Karakteristik Pendidikan
terakhir responden
No.

Pendidikan
terakhir

f

%

1.

SMA/SMK

2

2

2.

D3

54

48

3.

S1/ D4

13

12

4.

S1 Profesi

32

28

5.
Total

S2

11

10

112

100

18

16

1 Tahun 1
Bulan - 2
Tahun

44

39

3.

2 Tahun 1
Bulan - 3
Tahun

30

27

4.

≥3 Tahun 1
Bulan

20

18

112

100

No.

tabel 2 distribusi Karakteristik
usia responden
f

≤1 Tahun

2.

tabel 5 distribusi Karakteristik unit Kerja
responden
unit Kerja

f

%
22

1.

IGD & IMC

25

2.

Poliklinik lantai 1

10

9

3.

Poliklinik lantai 2

17

15

4.

Poliklinik lantai 3

10

9

5.

Klinik lantai 4

8

7

6.

Instalasi Hemodialisa

9

8

7.

Instalasi farmasi

6

5

8.

Instalasi gizi

4

3

9.

Instalasi radiologi

6

5

10.

Laboratorium patologi
klinik

9

8

Kelompok usia

usia

%

Unit Kerja

1. Karakteristik responden

No.

f

1.

Total

haSIl PeNelItIaN daN
PeMBahaSaN

a.

Masa Kerja

11.

Instalasi Rekam medis

5

4

12.

Kasir (Billing)

4

3

112

100

Total

2. analisis deskriptif
a.

Persepsi Pengguna Sistem ehr
Berdasarkan Aspek PIeCeS
Tingkat aspek PIECES sistem EHR di
RS Akademik UGM dalam penelitian
ini diukur dengan instrumen angket
(kuesioner) yang terdiri dari 19 item
pertanyaan dengan skor 1 sampai dengan
5 (skala Likert).
tabel 6 distribusi frekuensi tingkat aspek
PIeCeS
No.
1

Kategori
jawaban
Sangat baik

rentang
Skor
4,201 s.d
5,00

frekuensi
f

%

5

4,46

21

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

No.

Kategori
jawaban

rentang
Skor

frekuensi

No.

f

%

2

Baik

3,401 s.d
4,200

67

59,82

3

Cukup baik

2,601 s.d
3,400

35

31,25

4

Kurang baik

1,800 s.d
2,600

5

4,46

5

Kategori
jawaban
Tidak baik

rentang
Skor
1,000 s.d
1,800

Total

frekuensi
f

%

0

0

112

100

tabel 7 distribusi Jawaban responden untuk Variabel Persepsi aspek Performance (Kinerja)
distribusi hasil Kuesioner
No

Indikator

rata-rata
1

2

3

4

Persepsi

5

1

Throughput

0

17

20

75

0

394

Baik

2

respon time

0

8

15

89

0

415

Baik

3

Audabilitas

0

20

37

55

0

371

Cukup Baik

4

Kelaziman komunikasi

3

5

24

77

4

407

Baik

5

Kelengkapan

0

24

29

57

3

373

Cukup Baik

6

Toleransi kesalahan

0

18

27

56

9

386

Baik

tabel 8 distribusi Jawaban responden untuk Variabel Persepsi aspek Information/Data
distribusi hasil Kuesioner
No

Indikator

rata-rata
1

2

3

4

Persepsi

5

1

Akurasi

0

27

35

47

3

3,232

CukupBaik

2

Relevansi Informasi

1

17

19

74

1

3,509

Baik

3

Penyajian Informasi

0

9

19

73

1

3,500

Baik

4

Aksesibilitas Informasi

0

3

11

89

9

3,929

Baik

tabel 9 distribusi Jawaban responden untuk Variabel Persepsi aspek Economic (ekonomis)
distribusi hasil Kuesioner
No

Indikator

rata-rata
1

2

3

4

Persepsi

5

1

Reusabilitas

1

22

62

24

2

3,009

CukupBaik

2

Sumber Daya

1

19

42

45

5

3,303

CukupBaik

tabel 10 distribusi Jawaban responden untuk Variabel Persepsi aspek Control/Security
distribusi hasil Kuesioner
No

Indikator

rata-rata
1

2

3

4

5

Persepsi

1

Integritas

0

11

22

75

4

3,643

Baik

2

Keamanan

2

23

33

50

4

3,277

CukupBaik

tabel 11 distribusi Jawaban responden untuk Variabel Persepsi aspek Eficiency (Eisiensi)
distribusi hasil Kuesioner
No

Indikator

rata-rata
1

22

2

3

4

Persepsi

5

1

Usabilitas

0

4

17

85

6

3,850

Baik

2

Maintanabilitas

0

16

43

49

3

3,321

CukupBaik

Nuryati, dkk. Evaluasi Implementasi Sistem electronic ...

tabel 12 distribusi Jawaban responden untuk Variabel Persepsi aspek Service (layanan)
distribusi hasil Kuesioner
No

Indikator

rata-rata
1

2

4

Persepsi

5

1

Akurasi

1

15

23

71

2

3,518

Baik

2

Reliabilitas

0

14

32

62

3

3,455

Baik

3

Kesederha-naan

0

6

19

81

5

3,732

Baik

3. analisis Perbedaan PIeCeS Berdasarkan Karakteristik Pengguna
tabel 13 analisis Perbedaan rata-rata aspek
PIeCeS
No

3

Karakteristik responden
Usia

0,5110

2

Pendidikan Terakhir

0,1560

3

Masa Kerja

0,7240

4

Unit Kerja

0,0001

Control/security

tabel 14 analisis Perbedaan rata-rata Indikator
aspek PIeCeS
Karakteristik
responden

aspek yang dinilai
Performance

Information/data

economic

p-value

1

Karakteristik
responden

aspek yang dinilai

Eficiency

p-value

p-value

Masa kerja

0,1360

Unit kerja

0,0001

Usia

0,2770

Pendidikan terakhir

0,1360

Masa kerja

0,6460

Unit kerja

0,0020

Usia

0,2240

Pendidikan terakhir

0,0240

Masa kerja

0,2570

Unit kerja

0,0001

Usia

0,0560

Pendidikan terakhir

0,0750

Masa kerja

0,2350

Unit kerja

0,1840

Usia

0,5910

Usia

0,2480

Pendidikan terakhir

0,2090

Masa kerja

0,1410

Pendidikan terakhir

0,1960

Unit kerja

0,0020

Masa krja

0,6910

Usia

0,4750

Unit kerja

0,0450

Pendidikan terakhir

0,1730

Service

tabel 15. Kruskal Wallis test Pada aspek Performance berdasarkan unit Kerja
Mean rank
unit Kerja

N
Performance

Information

economic

Control

Eficiency

Services

IGD & IMC

25

71.38

70.88

50.50

57.60

67.74

66.38

Poliklinik lantai 1

10

41.15

47.55

70.60

68.05

64.00

61.15

Poliklinik lantai 2

17

55.32

68.18

46.71

52.53

64.79

52.79

Poliklinik lantai 3

10

61.55

79.55

70.50

83.00

58.45

62.90

Poliklinik lantai 4

8

61.50

34.00

95.00

20.12

60.12

59.75

Instalasi Hemodialisa

9

44.22

47.17

54.33

51.33

37.61

48.22

Instalasi Farmasi

6

55.58

41.08

57.08

63.17

39.50

49.83

Instalasi Gizi

4

98.00

72.62

70.12

86.50

47.00

86.00

Instalasi Radiologi

6

24.08

16.92

25.08

14.33

42.83

18.92

Instalasi Laboratorium Patologi Klinik

9

56.72

61.11

56.78

67.33

53.39

62.56

Instalasi Rekam Medis

5

19.70

12.80

51.70

48.90

48.10

32.50

Bagian Kasir (Billing)

3

69.00

59.00

22.83

66.67

28.67

45.50

23

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

tabel 16. uji Mann Whitney aspek
Performance berdasarkan unit Kerja

p-value

Poliklinik Lantai 1Bagian Kasir

0,049

p-value

Poliklinik Lantai 2Poliklinik Lantai 4

0,003

IGD & IMCPoliklinik Lantai 2

0,023

Poliklinik Lantai 3Poliklinik Lantai 4

0,043

IGD & IMCHemodialisa

0,033

Poliklinik Lantai 3Instalasi Radiologi

0,007

Poliklinik Lantai 2Instalasi Rekam Medis

0,031

Poliklinik Lantai 3Bagian Kasir

0,028

Poliklinik Lantai 3Instalasi Gizi

0,024

Poliklinik Lantai 4Hemodialisa

0,006

Poliklinik Lantai 4Instalasi Rekam Medis

0,003

Poliklinik Lantai 4Instalasi Gizi

0,028

HemodialisaInstalasi Gizi

0,003

Poliklinik Lantai 4Instalasi Rekam Medis 0,003

Instalasi GiziLab. Patologi Klinik

0,011

Poliklinik Lantai 4Instalasi Radiologi

0,001

Lab. Patologi KlinikInstalasi Rekam Medis

0,042

Poliklinik Lantai 4Lab. Patologi Klinik

0,015

unit Kerja

tabel 17. uji Mann Whitney aspek Information
berdasarkan unit Kerja
unit Kerja

p-value

Poliklinik Lantai 4Bagian Kasir

0,012

Instalasi GiziRadiologi

0,019

tabel 19. uji Mann Whitney aspek Control
berdasarkan unit Kerja

IGD & IMCPoliklinik Lantai 1

0,034

IGD & IMCPoliklinik Lantai 4

0,001

IGD & IMCHemodialisa

0,045

IGD & IMCPoliklinik Lantai 3

IGD & IMCInstalasi Radiologi

0,000

IGD & IMCPoliklinik Lantai 4

0,002

IGD & IMCInstalasi Rekam Medis

0,000

IGD & IMCInstalasi Radiologi

0,001

Poliklinik Lantai 1Poliklinik Lantai 3

0,029

Poliklinik Lantai 1Poliklinik Lantai 4

0,001

Poliklinik Lantai 1Instalasi Radiologi

0,031

Poliklinik Lantai 1Instalasi Radiologi

0,000

Poliklinik Lantai 1Instalasi Rekam Medis

0,013

Poliklinik Lantai 2Poliklinik Lantai 3

0,035

Poliklinik Lantai 2Poliklinik Lantai 4

0,043

Poliklinik Lantai 2Poliklinik Lantai 4

0,019

Poliklinik Lantai 2Instalasi Radiologi

0,003

Poliklinik Lantai 2Instalasi Radiologi

0,013

Poliklinik Lantai 2Instalasi Rekam Medis

0,001

Poliklinik Lantai 3Poliklinik Lantai 4

0,000

Poliklinik Lantai 3Poliklinik Lantai 4

0,000

Poliklinik Lantai 3Hemodialisa

0,013

Poliklinik Lantai 3Hemodialisa

0,013

Poliklinik Lantai 3Instalasi Radiologi

0,000

Poliklinik Lantai 3Instalasi Farmasi

0,031

Poliklinik Lantai 3Instalasi Rekam Medis

0,004

Poliklinik Lantai 3Radiologi

0,000

Poliklinik Lantai 4Instalasi Hemodialisa

0,015

Poliklinik Lantai 3Instalasi Rekam Medis

0,001

Poliklinik Lantai 4Lab. Patologi Klinik

0,002

Poliklinik Lantai 4Instalasi Gizi

0,004

Poliklinik Lantai 4Instalasi Farmasi

0,043

Poliklinik Lantai 4Lab. Patologi Klinik

0,046

Poliklinik Lantai 4Instalasi Gizi

0,004

Poliklinik Lantai 4Instalasi Rekam Medis

0,045

Poliklinik Lantai 4Bagian Kasir

0,048

HemodialisaInstalasi Radiologi

0,036

HemodialisaInstalasi Radiologi

0,003

HemodialisaInstalasi Rekam Medis

0,029

Instalasi GiziInstalasi Radiologi

0,010

Instalasi GiziInstalasi Radiologi

0,010

Instalasi GiziInstalasi Rekam Medis

0,017

0,016

Instalasi RadiologiLab. Patologi Klinik

0,000

Instalasi RadiologiLab. Patologi Klinik

0,005

Instalasi RadiologiBagian Kasir

0,048

Lab. Patologi KLinikInstalasi Rekam Medis

0,004

Instalasi GiziInstalasi Rekam Medis

tabel 18. uji Mann Whitney aspek Economic
berdasarkan unit Kerja
unit Kerja
IGD & IMCPoliklinik Lantai 4
Poliklinik Lantai 1Poliklinik Lantai 4
Poliklinik Lantai 1Instalasi Radiologi

24

unit Kerja

unit Kerja

p-value
0,038

tabel 20. uji Mann Whitney aspek Service
berdasarkan unit Kerja
unit Kerja

p-value

IGD & IMCInstalasi Radiologi

0,001

0,002

Poliklinik Lantai 1Instalasi Radiologi

0,011

0,034

Poliklinik Lantai 3Instalasi Radiologi

0,003

0,007

Poliklinik Lantai 4Instalasi Radiologi

0,008

p-value

Nuryati, dkk. Evaluasi Implementasi Sistem electronic ...

unit Kerja

p-value

Instalasi GiziInstalasi Radiologi

0,010

Instalasi RadiologiLab. Patologi Klinik

0,012

Sistem informasi kesehatan berada dalam tahap
perkembangan yang pesat dengan banyak
pertanyaan yang masih belum terpecahkan
dalam hal arsitektur, fungsi, dan manajemen
(Haux, 2006). Dalam penelitian yang dilakukan
Soyoung, dkk (2013) yang menganalisis
permintaan jangka panjang layanan sistem
EHR di Rumah Sakit Bundang, diperoleh hasil
bahwa pengguna terus-menerus memberikan
permintaan mengenai sistem EHR. Hal ini
membuat sistem menjadi lebih kompleks, tetapi
menghasilkan sistem yang tepat dan lebih baik
untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.
Dalam penelitian tersebut, pengguna pada
berbagai kelompok memberikan respon paling
tinggi berupa permintaan peningkatan kegunaan
dan efisiensi dari fitur dan fungsi sistem EHR,
seperti perbaikan tampilan (user interface) untuk
memudahkan dalam penggunaan; dan perluasan
fungsionalitas untuk mengakomodasi proses
kerja baru, peningkatan kualitas perawatan serta
keselamatan pasien.
Sistem EHR di RS Akademik UGM belum
diimplementasikan pada seluruh instalasi.
Implementasi penuh baru dilaksanakan pada
Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat
Darurat, sedangkan Instalasi Rawat Inap saat ini
baru terbatas pada sistem pembayaran (billing).
Pada Instalasi Gawat Darurat pendokumentasian
rekam medis pasien dilakukan pada sistem EHR
dan berkas rekam medis.Untuk mengevaluasi
sistem EHR di RS Akademik UGM digunakan
metode analisis PIECES, metode tersebut adalah
kerangka yang dipakai untuk mengklasifikasikan
suatu masalah, peluang, dan petunjuk/arahan
yang terdapat pada bagian lingkup analisa
dan perancangan sistem (Whitten, 2007).
Dengan kerangka ini, dapat dihasilkan hal-hal
baru yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pengembangan sistem.
Untuk mengetahui permasalahan tersebut, datadata dan informasi diperoleh dari partisipasi
pengguna sistem EHR di RS Akademik
UGM. Pengguna dalam penelitian ini adalah
berbagai profesional tenaga kesehatan dan staf

administrasi, yaitu tenaga kesehatan, antara lain:
(1) tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi;
(2) tenaga keperawatan meliputi perawat dan
bidan; (3) tenaga kefarmasian meliputi apoteker,
dan asisten apoteker; (4) tenaga gizi meliputi
nutrisionis dan dietisien; (5) tenaga keterapian
fisik meliputi fisioterapis, okupasi terapis dan
terapis wicara.
Berdasarkan evaluasi aspek PIECES sistem
EHR di RS Akademik UGM dari 112 responden,
sebagian besar menyatakan baik (59,82%).
Sebanyak 31,25% responden menyatakan
cukup baik dan pada persentase yang sama
sebanyak 4,46% responden menyatakan sangat
baik dan tidak baik. Tidak ada responden
yang menyatakan sangat tidak baik terhadap
aspek PIECES sistem EHR di RS Akademik
UGM.Berdasarkan hasil analisis data, dapat
diketahui bahwa tingkat PIECES sistem EHR
pada aspek performance (kinerja) dinilai baik,
sebab persentase distribusi jawaban responden
tertinggi yaitu 60,86% memberikan jawaban
baik. Aspek performance tersebut terdiri dari
indikator throughput, respon time, audabiltas,
kelaziman komunikasi, kelengkapan, dan
toleransi kesalahan.
Pada indikator throughput yaitu output yang
dihasilkan oleh sistem EHR dinilai sudah sesuai
dengan kebutuhan, yaitu ditunjukkan dengan
rata-rata jawaban sebesar 3,518 sehingga
termasuk ke dalam kategori baik. Namun,
masih terdapat beberapa kekurangan, seperti
yang dijelaskan responden 80 dalam kuesioner
terbuka, yaitu kadang terjadi sistem error, seperti
output yang dihasilkan tidak sinkron antara
beberapa instalasi. Hal tersebut kurang sesuai
dengan salah satu indikator aspek performance
(kinerja), yaitu throughput yang menjelaskan
bahwa output yang dihasilkan oleh sistem
EHR dapat memenuhi kebutuhan pengguna
(Whitten, 2007). Pada indikator respon time
atau ecepatan kerja pada sistem EHR dinilai
baik oleh pengguna dengan rata-rata jawaban
3,518, sehingga disimpulkan pengguna sudah
merasakan kerja sistem EHR yang cepat.
Sedangkan menurut persepsi pengguna tentang
kesesuaian proses kerja sistem EHR dengan
standar yang ditetapkan (audabilitas) dinilai
cukup baik, dengan rata-rata jawaban sebesar
3,313. Tampilan menu dalam sistem EHR dinilai
mudah dipahami, dengan hasil rata-rata jawaban

25

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

3,634 atau termasuk ke dalam kategori baik.
Namun, menurut beberapa pengguna, seperti
responden 94 mengungkapkan bahwa, beberapa
menu masih ada yang dirasakan tidak sesuai
dengan bidangnya. Responden 94 pada instalasi
kejiwaan menjelaskan terdapat beberapa menu
yang kurang sesuai dengan kebutuhan dan
terdapat beberapa menu yang belum tersedia,
seperti isian untuk silsilah keluarga maupun
riwayat psikis masa lalu pasien, sehingga perlu
diperhatikan kembali format input data pada
sistem EHR di RS Akademik UGM dengan
mempertimbangkan kebutuhan pengguna
karena beberapa pengguna masih merasa ada
item yang tidak disediakan dalam sistem EHR.
Secara umum, komponen data medis yang
seharusnya tercatat dalam sistem EHR antara
lain, keluhan saat ini (misalnya gejala), riwayat
medis masa lalu, gaya hidup, pemeriksaan fisik,
diagnosis, tes/uji (misalnya tes laboratorium
dan radiologi), tindakan dan prosedur yang
diberikan kepada pasien, perawatan, pengobatan
dan pengeluaran (discharge) (Hayrinen,dkk,
2008). Dalam penelitian Hayrinen, dkk (2008),
pada tiga makalah (paper) yang dianalisis
ditemukan bahwa, format catatan pada sistem
EHR telah memiliki struktur SOAP, dalam satu
penelitian, format rekaman POMR sistem EHR
lebih disukai oleh dokter.
Kelengkapan sistem EHR dalam mendukung
pekerjaan dinilai cukup baik oleh pengguna
dengan rata-rata jawaban sebesar 3,330.
Namun, beberapa pengguna merasa sistem
EHR belum memenuhi indikator kelengkapan.
Hal ini berdasarkan jawaban kuesioner terbuka
dari responden 73, 56, 67, 43 dan 66, yang
mengatakan bahwa, bridging system alat
laboratorium ke sistem EHR belum dapat
dilaksanakan; masih terdapat beberapa kendala
yang mengharuskan pekerjaan harus dilakukan
secara manual, seperti kalkulasi resep racikan;
antrian pasien di pelayanan rawat jalan
kadang tidak mucul, sehingga perawat harus
mengurutkan secara manual; loor stock yang
tercantum pada sistem EHR kadang tidak sesuai
dengan yang ada di lapangan; sistem EHR
belum dapat mendukung kebutuhan pelaporan
di Instalasi Farmasi; dan sistem EHR juga
belum memiliki gambar penunjang, seperti
morfologi mata, sehingga pengguna (dokter)
memiliki kendala dalam menjelaskan lokasi
yang dimaksud dengan tepat dan lebih jelas.
26

Frekuensi kerusakan sistem EHR sedikit
dirasakan oleh pengguna, sebab rata-rata
jawaban responden sebesar 3,456, sehingga
sistem EHR dinilai baik berdasarkan indikator
toleransi kesalahan. Berdasarkan telaah yang
dilakukan Hayrinena, dkk (2008) pada 27
penelitian, diperoleh bahwa tidak ada bukti
kalau sistem informasi dapat membantu untuk
menghemat waktu, atau bahwa kegiatan
dokumentasi mengambil lebih banyak waktu,
maupun waktu yang dibutuhkan sedikit untuk
kegiatan dokumentasi ketika menggunakan
sistem informasi. Namun, diyakini bahwa
sistem informasi yang baik dapat mempermudah
pekerjaan dan memberikan manfaat yang
besar bagi organisasi. Oleh karena itu,
diperlukan keterlibatan pengguna EHR
dalam pengembangan sistem EHR di RS
Akademik UGM, baik dalam perencanaan
maupun implementasi, sehingga kebutuhan dan
keinginan pengguna dapat terpenuhi, serta dapat
membantu memperlancar pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh
bahwa aspek information/data (informasi/
data) sistem EHR di RS Akademik UGM
dinilai baik, sebab persentase responden
tertinggi yaitu 63,69% memberikan jawaban
baik. Aspek information/data ini terdiri dari
indikator akurasi, relevansi informasi, penyajian
informasi, dan aksesibilitas informasi.
Indikator akurasi informasi yang dihasilkan
sistem EHR dinilai cukup baik dengan ratarata jawaban sebesar 3,232. Namun, menurut
responden 80 dalam kuesioner terbuka
mengatakan bahwa kadang billing dari unit
tertentu (radiologi) tidak sinkron dengan
Bagian Kasir. Contohnya, Instalasi Radiologi
melakukan 1 input pemeriksaan, dalam sistem
EHR di Bagian Kasir menjadi 2 pemeriksaan
kembar. Sehingga akurasi data perlu dilakukan
perbaikan. Akurasi informasi tersebut terkait
kemampuan sistem EHR dalam menghasilkan
informasi yang memiliki ketepatan dan ketelitian
yang tinggi (Whitten, 2007). Selain itu,
responden 103 juga memberikan kritik dan saran,
yaitu sistem EHR di rumah sakit harus memiliki
data yang akurat dan valid karena sangat
berpengaruh pada ketepatan dari hasil pekerjaan.
Pada indikator relevansi informasi dari sistem
EHR dinilai baik dengan rata-rata jawaban 3,509.

Nuryati, dkk. Evaluasi Implementasi Sistem electronic ...

Pengguna EHR mengatakan bahwa informasi
yang dihasilkan sistem EHR sudah sesuai dengan
kebutuhan. Dalam penelitian Bellika, dkk
(2002), analisis relevansi didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menghasilkan informasi
yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna.
Apabila dokumen medis dikirim dari rumah
sakit ke praktek umum, dokumen medis tersebut
relevan sesuai masukan data pada rekam medis.
Sedangkan pada indikator penyajian informasi
dinilai pengguna sistem EHR baik dengan ratarata jawaban sebesar 3,500, sehingga informasi
dalam sistem EHR telah disajikan sesuai dengan
kebutuhan. Penyajian informasi dalam hal tata
letak dan struktur pada sistem EHR tersebut
adalah penting karena dapat mempengaruhi
pengambilan data, interpretasi, dan pengambilan
keputusan klinis (Soyoung, dkk, 2013). Pada
indikator aksesibilitas informasi dalam sistem
EHR dinilai baik dengan rata-rata jawaban
sebesar 3,929.
Menurut penelitian Hayrinena, dkk (2008),
dimensi kualitas informasi dalam sistem
informasi biasanya diukur dari dua kriteria,
yaitu kelengkapan dan akurasi. Namun, dimensi
lain yang relevan dengan keberhasilan sistem
informasi juga dianalisis. Masukan data
yang terstruktur dapat meningkatkan akurasi
dokumentasi maupun kelengkapan data. Dalam
analisis ini kelengkapan informasi berfungsi
sebagai ukuran prevalensi informasi yang tidak
tercantum (hilang). Beberapa studi menunjukkan
bahwa penggunaan sistem informasi sangat
mendukung untuk dokumentasi yang lebih
lengkap oleh para profesional perawatan
kesehatan. Selain itu, diungkapkan pula bahwa
kelengkapan catatan bervariasi antara komponen
data yang berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian, persentase
tertinggi jawaban responden terhadap aspek
economic (ekonomi) yaitu sebesar 46,43%
memberikan jawaban cukup baik. Aspek
economi ini terdiri dari indikator reusabilitas
dan sumber daya.Menurut persepsi pengguna
sistem EHR, indikator reusabilitas, yaitu
program pada sistem EHR dapat digunakan
dalam aplikasi lain dinilai cukup baik dengan
rata-rata jawaban sebesar 3,009. Responden 33
menjelaskan bahwa, sistem EHR masih dalam
proses pengembangan dan perbaikan, sehingga
belum dapat diakses melalui aplikasi lain.

Sampai saat sistem EHR baru dapat dipindah ke
dalam program Ms. excel. Sistem EHR di RS
Akademik UGM baru mulai beroperasi sejak 2
tahun yang lalu, oleh karena itu masih terdapat
kekurangan dan kebutuhan yang belum dapat
terpenuhi karena masih dalam tahap adaptasi
dan berbagai pengembangan serta perbaikan.
Menurut Sabarguna (2009), terdapat 4 hal
yang menjadi keuntungan dari rekam medis
terkomputerisasi yaitu, fasilitas yang lebih
lengkap, dapat bergerak pada sistem informasi
lain, sebagai alat bantu yang lengkap, serta
sebagai bagian dari pekerjaan yang berlanjut
secara otomatis.
Pada indikator sumber daya yang digunakan
sistem EHR dinilai cukup baik rata-rata jawaban
sebesar 3,303. Menurut Amatayakul (2004),
data untuk menentukan biaya proyek EHR
seharusnya diperoleh dari biaya perangkat
keras (hardware), perangkat lunak (software),
implementasi (implementation), perawatan
(maintenance), dan biaya pendukung lainnya
(support). Kumpulan semua biaya yang terkait
dengan EHR tersebut disebut sebagai biaya
total kepemilikan (total cost of ownership).
Beberapa sistem pembiayaan ada yang akan
dilakukan satu kali, dan lainnya ada yang
dilakukan saat proses berlangsung. Beberapa
biaya ada yang akan langsung ditentukan, dan
lainnya ada yang bervariasi. Periode waktu
berakhirnya dimana analisis biaya-manfaat
(cost-beneit) dilakukan, dengan demikian biaya
berkelanjutan dapat diproyeksikan, maka dapat
ditentukan terlebih dahulu oleh manajemen atau
oleh para estimasi periode pengembalian biaya
(payback) dari investasi yang telah dilakukan.
Menurut responden 15 menjelaskan bahwa
sistem EHR jelas membutuhkan sumber daya
(power) yang tidak sedikit. Oleh karena itu,
untuk menambahkan item gambar saja sistem
EHR di RS Akademik UGM masih kesulitan,
sebab sumber daya yang dibutuhkan akan
meningkat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum
diperoleh bahwa aspek control/security (kontrol/
keamanan) sistem EHR di RS Akademik UGM
memiliki persentase jawaban tertinggi sebesar
55,80% memberikan jawaban cukup baik.
Aspek control/security ini terdiri dari indikator
integritas dan keamanan. Hal terkait hak akses
sistem EHR yang sesuai dengan kebutuhan
27

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

Hayrinena (2008), aspek kualitas sistem yang
sering dibahas adalah kemudahan dalam
penggunaan. Beberapa penelitian juga melihat
dimensi kepuasan pengguna, penggunaan,
informasi, serta dampak sistem EHR yang
dirasakan individu dan organisasi.

dan peraturan yang berlaku dinilai baik oleh
pengguna sistem EHR dengan rata-rata sebesar
3,643. Namun, pada indikator keamanan data
dalam sistem EHR dinilai cukup dengan ratarata jawban responden sebesar 3,227. Responden
14 mengatakan bahwa, sistem EHR yang sudah
berjalan belum dapat menjaga privasi pasien
karena dapat diakses oleh siapapun. Hal tersebut
diungkapkan pula oleh responden 112 yang
merasa privasi sistem EHR masih kurang karena
masing-masing staf medis dapat melihat EHR
semua orang yang dikehendaki meskipun bukan
pasien yang dikelola. Selain itu, legalitas sistem
EHR dirasa pengguna sistem EHR kurang
terpenuhi. Responden 74 mengatakan bahwa
lembar informed consent belum terdapat dalam
sistem EHR, sehingga mungkin dapat di-scan
dan dijadikan satu pada sistem EHR.
Selain sistem EHR yang terus dikembangkan
dan diperbaiki agar dapat memenuhi
kebutuhan pengguna, banyak hal yang perlu
diperhatikan, sebab banyak tantangan yang
perlu dipertimbangkan secara matang, yaitu
terkait masalah kompleks yang berhubungan
dengan berbagai kebutuhan yang berbeda,
masalah terkait persetujuan (concern) pasien
dan tenaga kesehatan, persyaratan khusus
tertentu dari spesialisasi medis, serta segi
keamanan dan persetujuan kerahasiaan yang
harus dipenuhi (Beard, 2011).
Indikator usabilitas sistem EHR dinilai mudah
dipelajari oleh pengguna dengan rata-rata
jawaban 3,830 sehingga termasuk ke dalam
kategori baik. Hal ini didukung dengan
pernyataan responden 48 yang merasa bahwa
dalam menggunakan sistem EHR sampai saat
ini belum menemui kesulitan. Kemudahan
dalam penggunaan ini dapat didukung oleh user
interface yang mudah dipahami oleh pengguna
sistem EHR di RS Akademik UGM. Dalam
penelitian Miller (2004), diungkapkan bahwa
teknologi inovatif user interface diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan yang semakin
meningkat untuk kemudahan penggunaan dan
kemampuan dalam menetapkan preferensi,
terutama di kalangan profesional kesehatan.
Merancang perangkat lunak yang mudah
digunakan sesuai dengan pengetahuan pengguna
merupakan sebuah tantangan bagi seluruh
industri perangkat lunak user interface, bukan
hanya pengembang software kesehatan. Menurut
28

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
pada aspek PIECES ditinjau dari karakteristik
jenis unit kerja pengguna sistem EHR, hasil
analisis menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil p
(sign.) < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang
signifikan pada tingkat PIECES ditinjau dari unit
kerja, sedangkan diketahui perbedaan PIECES
berdasarkan karakteristik pengguna terjadi
pada aspek performance antara berbagai unit
kerja, aspek information/data antara berbagai
unit kerja, aspek economic antara berbagai unit
kerja, aspek control/security antara berbagai
tingkat pendidikan terakhir dan antara unit kerja
responden, serta aspek service antara berbagai
unit kerja pengguna sistem EHR.

KeSIMPulaN
1.

2.

Tingkat aspek PIECES sistem EHR di RS
Akademim UGM adalah baik dengan sebagian
besar responden memberikan jawaban baik
sebesar 59,82%, sedangkan pada masing-masing
aspek yaitu aspek performance dinilai baik
dengan persentase 60,86%, aspek information/
data dinilai baik dengan persentase 63,17%,
aspek economic dinilai cukup baik dengan
persentase 46,43%, aspek control/security
dinilai baik dengan persentase 55,80%, asspek
eficiency dinilai baik dengan persentase 59,82%,
dan aspek service dinilai baik dengan persentase
63,69%. Dengan demikian, tingkat PIECES
tertinggi terletak pada aspek information/data
dan tingkat PIECES terendah terletak pada
aspek economic.
Ada perbedaan yang signifikan pada aspek
PIECES ditinjau dari unit kerja, dan pada
masing-masing aspek terdapat perbedaan pada
aspek performance antara berbagai unit kerja,
aspek information/data antara berbagai unit
kerja, aspek economic antara berbagai unit
kerja, aspek control/security antara berbagai
tingkat pendidikan terakhir dan antara unit kerja
responden, serta aspek service antara berbagai
unit kerja pengguna sistem EHR.

Nuryati, dkk. Evaluasi Implementasi Sistem electronic ...

daftar PuStaKa
AHIMA. (2012). “Data Quality Management Model
(Updated).” Journal of AHIMA 83 (7) p. 6267 [Internet]. Tersedia dalam http://library.
ahima.org. [Diakses tanggal 12 November
2013]
Amatayakul, M. K. (2004). electronic health
record: A Practical, Guide for Professionals
and Organizations. Chicago: AHIMA.
Azwar, S. (2000). Pengantar Administrasi Kesehatan.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Beard, L., Schein, R., Morra, D., Wilson, K., Keelan, J.
(2001). “The Challenges in Making Electronic
Health Records Accessible to Patients”.
Journal of the American Medical Informatics
Association 19 (1) p.116–120 [Internet].
Tersedia dalam http://jamia.bmjjournals.com.
[Diakses tanggal 12 November 2013].
Bellika, J.G., Bones, E., Hartvigsen, G. (2002).
“Pasent—the Patient’s Personal Health
Adviser”. Journal of Telemedicine & Telecare
vol.8 (Suppl. 2) p.41–43 [Internet]. Tersedia
dalam http://web.a.ebscohost.com/. [Diakses
tanggal 12 November 2013].
Depkes RI. (1997). Pedoman Pengelolaan rekam
Medis rumah Sakit di Indonesia. Jakarta:
DirJen YanMed.
Fuad, A. (2008). Persiapan Tenaga Medis dalam
Persiapan RKE di Indonesia. (Makalah
dalam Seminar Sehari Rekam Kesehatan
Elektronik). Jakarta.
Hatta, G. (2011). Pedoman Manajemen Informasi
Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI-Press.
Haux, R. (2006). “Health Information Systems—
Past, Present, Future”. International Journal
of Medical Informatics 75 (3–4) p.268–281
[Internet]. Tersedia dalam http://www.
ijmijournal.com/. [Diakses tanggal 12
November 2013].
Hayrinen, K., Saranto, K., Nykanen, P. (2008).
“Definition, Structure, Content, Use and
Impacts of Electronic Health Records:
A Review of The Research Literature”.
International Journal of Medical Informatics
vol. 77, p. 291–304 [Internet]. Tersedia dalam

www.intl.elsevierhealth.com/journals/ijmi.
[Diakses tanggal 29 Februari 2014].
HIMSS Analytics. (2011). EMR Adoption Model
[Internet]. Tersedia dalam http://www.
himssanalytics.org/ [Diakses tanggal 28
Januari 2014].
Huffman, E.K. (1994). Health Information
Management. Illionis: Phsycian Record
Company Berwin.
Jamison, R.N., Raymond, S.A., Levine, J.G.,
Slawsby, E.A., Nedeljkovic, S.S., Katz, N.P.
(2001). “Electronic Diaries for Monitoring
Chronic Pain: 1-Year validation Study.”
Journal of the International Association for
Study of Pain vol. 91, Issue 3 , Pg. 277285 [Internet]. Tersedia dalam http://www.
painjournalonline.com/article/ [Diakses
tanggal 12 Januari 2014].
MenKes RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis. Jakarta: MenKes RI.
MenKes RI. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 377/Menkes/SK/III/2007
tentang Kompetensi Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan. Jakarta: MenKes RI.
Miller, R.H., Sim, I. (2004). “Physicians’s Use of
Electronic Medical Records: Barriers And
Solutions”. Journal of Health Affairs 23 (2)
p.116–126 [Internet]. Tersedia dalam http://
content.healthaffairs.org/content/. [Diakses
tanggal 4 Januari 2014].
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurgiyantoro, B., Gunawan, M. (2004). Statistik
Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial
cetakan ke-3. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Riana, A. (2006). Evaluasi Kinerja Sistem
Informasi Manajemen Ditinjau dari Aspek
Persepsi Pengguna dalam Mendukung
Proses Manajemen di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis (Tidak
Dipublikasikan). Semarang: Universitas
Diponegoro.

29

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015

S a b a rg u n a , B . S . ( 2 0 0 9 ) . R e k a m M e d i s
Terkomputerisasi. Jakarta: UI Press.
Sooyoung, Y., Seok, K., Seungja, L., Kee-Hyuck, L.,
Rong-Min, B., Hee, H. (2013). “A Study of
User Requests Regarding the Fully Electronic
Health Record System at Seoul National
University Bundang Hospital: Challenges for
Future Electronic Health Record Systems”.
International Journal of Medical Informatics
No. 82 p.387-389 [Internet]. Tersedia dalam
http://www.ijmijournal.com/article/. [Diakses
tanggal 29 Februari 2014].
Stratmann, W.C., Goldberg, A.S., Haugh, L.D.
(1982). “The Utility for Audit of Manual and
Computerized Problem-Oriented Medical
Record Systems.” International Journal
Health Serv. Res. 17 (1) 5–26. [Internet].

30

Tersedia dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC1068659/. [Diakses tanggal
12 Januari 2014].
Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data
Penelitian. Bandung: Refika Aditama.
vishwanath, A., Singh, S.R., Winkelstein, P.
(2010). “The Impact of Electronic Medical
Record Systems on Outpatient Workflows:
A Longitudinal Evaluation of Its Workflow
Effects.” International Journal of Medical
Informatics 79 (11) p.778–791 [Internet].
Tersedia dalam http://www.ijmijournal.com/
article/. [Diakses tanggal 7 Januari 2014].
Whitten, J. L., Bentley, L. D., Dittman, K. C. (2007).
System Analysis and Design Methods,
seventh edition. Boston: McGraw-Hill Irwin.

Dokumen yang terkait

EVALUASI SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN DENGAN METODE Evaluasi Sistem Informasi Pendaftaran Dengan Metode Pieces Di Rumah Sakit TNI AD Dr. Soedjono Magelang.

0 5 15

ANALISIS KECELAKAAN KERJA DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS GADJAH MADA Analisis Kecelakaan Kerja Di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

0 4 21

ANALISIS KECELAKAAN KERJA DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS GADJAH MADA Analisis Kecelakaan Kerja Di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

0 8 17

ANALISIS SISTEM INFORMASI REGISTRASI PASIEN DENGAN METODE PIECES DI RUMAH SAKIT Analisis Sistem Informasi Registrasi Pasien Dengan Metode Pieces Di Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri.

1 3 15

ANALISIS SISTEM INFORMASI REGISTRASI PASIEN DENGAN METODE PIECES DI RUMAH SAKIT Analisis Sistem Informasi Registrasi Pasien Dengan Metode Pieces Di Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri.

1 4 21

EVALUASI KETEPATAN KODE DIAGNOSIS PENYEBAB DASAR KEMATIAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PANTI RAPIH YOGYAKARTA | Nuryati | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 41 126 1 PB

0 0 8

EVALUASI KETEPATAN DIAGNOSIS DAN TINDAKAN DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PADA PENERAPAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) | Nuryati | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 19 44 1 PB

0 0 10

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN DENGAN METODE SERVQUALDI RUMAH SAKIT CONDONG CATUR YOGYAKARTA | Mardikanto | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 101 356 1 PB

0 0 4

PENILAIAN TEKNOLOGI PADA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT RAWAT INAP DENGAN METODE TEKNOMETRIK DAN SMART DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER | Khafidhoh | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 40 122 1 PB

0 0 8

Implementasi Algoritme 3DES pada Sistem Sharing Electronic Health Record (EHR) Berbasis Cloud

0 0 7