MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN PENELITIAN (1)

MPUL

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN
PENELITIAN CROSS SECTIONAL

KELOMPOK 1 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Adam Wibowo
( 1604001 )
Alifiasri Praptiwi Rohmah
( 1604002 )
Alvi Laila Hidayati
( 1604003 )
Amanda Thoetik Syhabil M

( 1604004 )
Anan Khusnul Latifah
( 1604005 )
Ani Astuti Rustya
( 1604006 )
Anggun Alfia R
( 1604008 )
8. Aprilia Kusuma Wardani ( 1604009 )
9. Apriliani Pradina Sari
( 1604010 )
10.Asnan Azwar Nugraha
( 1604011 )
11.Dayah Ainus Sholikah
( 1604012 )
12.Destiyana Rahmawati
( 1604013 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2017 / 2018


1

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Penelitian Cross
Section. Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
kefarmasian bagi kita semua.

Klaten, 24 Maret 2018

Penyusun


2

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.PENDAHULUAN........................................................................................1
A.LATAR BELAKANG...........................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................1
C.TUJUAN...........................................................................2
BAB II.PEMBAHASAN.........................................................................................3
A.PENGERTIAN...................................................................3
B.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN................................3
C.KEUNTUNGAN.................................................................5
D.KERUGIAN......................................................................5
E.CIRI-CIRI PENELITIAN CROSS SECTIONAL.........................7
F.PROTOKOL PENELITIAN....................................................8
G.CONTOH JUDUL PENELITIAN DENGAN METODE CROSS

SECTION.........................................................................15
BAB III.PENUTUP...............................................................................................17
A.KESIMPULAN.................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

3

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penelitian kedokteran dan penelitian epidemiologi dapat dilakukan
dengan mengikuti proses perjalanan penyakit secara prospektif atau secara
retrospektif untuk mencari hubungan sebab akibat.
Disamping itu, penelitian kedokteran juga dapat dilakukan tanpa
mengikuti perjalanan penyakit, tetapi dilakukan pengamatan sesaat atau
dalam suatu periode tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu
kali pengamatan selama penelitian.
Pengamatan demikian seolah-olah merupakan suatu penampang
melintang dan disebut penelitian cross sectional diantaranya adalah

penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, dan dalam hal hal tertentu,
penelitian analitik.
Pada umumnya, penelitian cross sectional disebut juga studi
prevalensi dengan tujuan mengadakan deskripsi subjek studi seperti pada
penelitian deskriptip murni atau mengadakan penelusuran seperti pada
penelitian

eksploratif.

Dalam

hal-hal

tertentu,

penelitian

dengan

pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk penelitian analitik.

B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud metodologi penelitian cross sectional ?
Apa tujuan dan manfaat penelitian cross sectional ?
Apa keuntungan penelitian cross sectional ?
Apa kerugian penelitian cross sectional ?
Jelaskan Protokol penelitian ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi metodologi penelitian cross sectional.
1

2.
3.
4.

5.

Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian cross sectional.
Menjelaskan keuntungan penelitian cross sectional.
Menjelaskan kerugian penelitian cross sectional.
Menjelaskan protokol penelitian

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau

2

variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua

subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Desain ini dapat
mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas
kaitannya hubungan sebab akibatnya.
Penelitian crosssectional ini, peneliti hanya mengobservasi
fenomena pada satu titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat
eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian cross-sectional
mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada
populasi yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan
hipotesis serta tingkat perbedaan di antara kelompok sampling pada satu
titik waktu tertentu. Namun penelitian cross-sectional tidak memiliki
kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau
hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang
berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Secara garis besar apat dikatakan bahwa penelitian cross sectional
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan utama penelitan cross sectional adalah untuk mencari
prevalensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di
masyarakat seperti pada studi deskriptif, tetapi pada keadaan
tertentu, studi cross sectional dapat juga digunakan untuk

memperkirakan insidensi, misalnya penyakit dengan bekas yang
permanen seperti variola. Dengan menemukan prevalensi bekas
yang ditinggalkan oleh variola dapat diperkirakan bahwa pada
masa lalu terjadi peningkatan insiden penyakit tersebut, tetapi cara
ini tidak dapat digunakan bila bekas yang ditinggalkan penyakit
akan hilang dalam waktu tertentu dan penemuan insidensi dengan
studi cross sectional hasilnya akan bias. Misalnya varicella,
walaupun menggialkan bekas, tetapi pada suatu waktu bekas

3

tersebut akan hilang dan pencarian insidensi penyakit tersebut
hanya dapat dilakukan seperti wawancara
2. Memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat pada penyakitpenyakit dengan perubahan yang jelas, misalnya, hubungan
golongan darah (ABO) dengan ulkus gaster dan duodenum. Dan
penelitian tersebut ditemukan bahwa ulkus gaster dan duodeni
banyak terdapat pada orang dengan golongan darah A.
3. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk menghitung
besarnya risiko kelompok, risiko relatif, dan risiko atribut.
Misalnya, suatu survei yang dilakukan di suatu desa untuk

mengetahui prevalensi diare pada anak-anak. Dan penelitian
tersebut ditemukan bahwa sebagian anak-anak yang menggunakan
kolam sebagai sarana air minum menderita diare dan sebagian lagi
tidak. Demikian pula anak-anak yang tidak menggunakan kolam
sebagai sarana air minum sebagian menderita diare dan sebagian
tidak. Dan ternuan tersebut dapat dihitung besarnya risiko diare
pada anak-anak yang menggunakan kolam dan risiko diane bagi
yang tidak menggunakan air kolam. Dan hasil perhitungan risiko
tiap kelompok dapat dihitung risiko relatif dengan membandingkan
besarnya nisiko tiap kelompok dan dapat dihitung pula risiko
atribut serta diuji secara statistik. Dengan cara demikian penelitian
cross

sectional

seolah-olah

menjadi

penelitian


prospektif.

Penelitian ini tidak menjamin komparabilitas kelompok yang
dibandingkan

dan

hasilnya

mempunyai

potensi

untuk

menimbulkan bias. Untuk penelitian epidemiologis dan penelitian
operasional, penelitian cross sectional sudah cukup memadai untuk
mengadakan perbaikan program pelayanan kesehatan. Seperti
rancangan penelitian yang lain, rancangan penelitian cross
sectional memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.
C. KEUNTUNGAN

4

Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional mempunyai
beberapa keuntungan sebagai berikut :
1. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan
adanya hubungan sebab-akibat dan penghitungan risiko relatif
dengan cara yang cepat dan biaya yang relatif kecil dibandingkan
dengan penelitian prospektif.
2. Data yang terdapat di rumah sakit dapat digunakan.
3. Dapat digunakan unruk membandingkan besarnya risiko kelornpok
yang terpajan oleh faktor yang dianggap sebagai penyebab
terjadinya penyakit dengan kelompok yang tidak terpajan dan
hasilnya

digunakan

untuk

memberikan

informasi

kepada

masyarakat serta berguna untuk rnenyusun perencanaan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
D. KERUGIAN
Di samping keuntungan yang telah disebutkan, penelitian cross sectional
tidak luput dari kerugian. Kerugiannya adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
yang terjadi dengan berjalannya waktu karena pengamatan pada
subjek studi hanya dilakukan satu kali selama penelitian.
2. Penelitian cross sectional dengan tujuan analisis sulir untuk
menentukan komparabilitas kedua kelompok yang dibandingkan
karena tidak díketahui apakah insidensi terjadi sebelum atau
sesudah terpajan.
3. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi pada populasi yang lebih
besar.
4. Penelinian cross sectional tidak dirancang untuk penelitian analitik.
5. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk menentukan
hubungan sebab akibat pada perubahan biokimia dan fisiologi
karena antara sebab dan akibat dapat saling mempengaruhi.
Misalnya, pada suatu survei ditemukan bahwa orang-orang dengan
hipertensi mempunyai kadar kolesterol yang tinggi maka dalam hal ini
tidak dapat diketahui secara pasti apakah tingginya kadar kolesterol
5

merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi atau setelah hipertensi
keimidian diikuti dengan tingginya kadar kolesterol.
Bila tingginya kadar kolesterol mendahului timbulnya hipertensi
dapat diasumsikan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor penyebab
timbulnya hipertensi, tetapi bila terjadi sebaliknya tidak dapat dikatakan
bahwa kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi. Untuk
membedakan kedua hal tersebut sangat sulit, bahkan tidak mungkin
dilakukan karena penentuan hipertensi dan tingginya kadar kolesterol
dilakukan pada saat bersamaan.
Contoh lain adalah pada penelitian cross sectional ditemukan kadar
kolesterol yang tinggi pada penderita penyakit jantung koroner. Dalarn hal
ini belum dapat dikatakan bahwa tingginya kadar kolesterol merupakan
faktor penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Untuk mengetahui
apakah tingginya kadar kolesterol merupakan risiko terjadinya penyakit
jantung koroner harus dilakukan penelitian analitik.

E. CIRI-CIRI PENELITIAN CROSS SECTIONAL
Dari uraian di atas dapat diketahui ciri-ciri penelitian cross sectional
sebagai berikut :
1. Sesuai dengan istilahnya, pengumpulan data dilakukan pada satu
saat atau satu periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya
dilakukan satu kali selama satu penelitian.
2. Penghitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan
kelompok yang terpajan atau tidak. Pada penelitian di rumah sakit,
besarnya sampel tidak dihitung, tetapi ditentukan berdasarkan
periode tertentu.
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek
studi. Misalnya, hubungan antara Cerebral blood flow pada
perokok, bekas perokok dan bukan perokok. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini

6

dikumpulkan sebanyak 268 orang secara sukarela dan dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok perokok, bekas perokok, dan
bukan

perokok.

Komparabilitas

ketiga

kelompok

dibagi

berdasarkan umur. Kemudian diperiksa aliran darah otak dan
hasilnya dibandingkan. Cara pengambilan dan besarnya sampel
tidak dipermasalahkan.
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis
spesifik.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat
digunakan sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau
eksperirnental.
Kelemahan penelitian ini terletak pada:
1. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi
2. Kemungkinan terdapat subjek studi yang terlalu sedikit dalam
salah satu kelompok.
3. Kriteria perokok, bekas perokok, dan bukan perokok tidak
dijelaskan secara rinci.
Contoh lain ialah penelitian tentang hubungan anemia dengan
kelahiran bayi prematur. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan rekam
medis di rumah sakit terhadap semua ibu ibu yang melahirkan selama
periode 1 tahun. Data yang diperoleh dibagi menjadi kelompok anemia
dan tidak anemia. Dan kelompok anemia dicatat jumlah kelahiran
prematur, demikian pula dengan kelompok tidak anemia. Selanjutnya,
dihitung risiko masing-masing kelompok, risiko relatif dan dibandingkan
dengan uji statistik chi-kuadrar. Penelitian ini seolah-olah dilakukan secara
prospektif.

F. PROTOKOL PENELITIAN

7

Untuk perencanaan dan pelaksanaan penelitian hendaknya
dilakukan dengan menuliskan protokol berupa langkah-langkah kegiatan
yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian.
Adapun susunan protokoL di bawab ini tidak mutlak, tetapi
disesuaikan dengan selera setiap institusi yang membenikan persetujuan
atau penyandang dana, tetapi dengan substansi yang tidak berbeda. Secara
garis besar, protokol penelitian cross sectional adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan pertanyaan penelitian
2. Menentukan tujuan penelitian
3. Populasi studi
4. Kriteria subjek studi
5. Cara pengambilan dan perkiraan besarnya sampel
6. Menentukan variabel yang akan diukur
7. Siapkan daftar pertanyaan atau pemeriksaan yang dibutuhkan
8. Pengumpulkan data
9. Analisis data

1. Merumuskan pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian hendaknya diarahkan sesuai dengan tujuan
penelitian. Misalnya, bila penelitian bertujuan untuk membandingkan
keadaan kesehatanpenduduk suatu daerah setelah adanya program
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status gizi anak maka
pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut. Apakah dengan
pemberian makanan tambahan, status gizi anak akan meningkat
dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat makanan tambahan?
2. Menentukan tujuan penelitian
Tujuan penelirian harus dirurnuskan dengan jelas tentang apa yang akan
dicari dalarn penelitian yang akan dilaksanakan. Misalnya, dan pertanyaan
tentang status gizi anak dapat diketahui bahwa penelitian yang akan
dilakukan

merupakan

penelirian

analitik

yang

bertujuan

untuk

membandingkan status gizi anak yang mendapatkan makanan tambahan
dengan status gizi anak yang tidak mendapat makanan tambahan.

8

3. Populasi Studi
Populasi studi pada studi cross sectional dapat berupa masyarakat daerah
tertentu dengan batas administratif atau institusi seperti rumah sakit,
sekolah atau industri, tergantung tempat penelitian dilakukan. Populasi
studi dapat pula berupa kelompok masyarakat dengan cmi rertentu,
misalnya wanita pasangan usia subur di suatu daerah. Populasi pada
penelitian di rumah sakit ditentukan berdasarkan banyaknya penderita
(subjek studi) yang dicatat selama kurun waktu rertentu.
4. Kriteria Subjek Studi
Penentuan kriteria subjek studi pada studi cross sectional sangat
penting untuk menentukan dengan jelas terhadap siapa penelitian ini
dilakukan terutama bila penelitian cross sectional yang digunakan sebagai
penelitian analitik untuk memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat
atau pengukuran faktor risiko.
Kriteria tersebut dapat berupa umur, tingkat pendidikan, status matrial,
pekerjaan atau kondisi lain yang berkaitan dengan perkiraan faktor risiko
timbulnya suatu penyakit.
Misalnya, pada penelitian tentang pemakaian alat kontrasepsi IUD
dengan tromboflebitis harus dijelaskan kriteria pasangan usia subur dan
kritenia pemakai alat kontrasepsi, apakah yang pernah memakai juga
dimasukkan dalam subjek studi atau tidak dan tentukan juga diagnosis
tromboflebitis yang digunakan, dan Lain-lain.
Setelah ditentukan kriteria subjek studi hendaknya diuraikan tentang
definisi operasional agar variabel penelitian yang bersifat abstrak dapat
diukur, misalnya untuk mengukur pengecahuan tentang pemakalan oralit
pada diare karena pengetahuan tidak dapat diukur secara langsung maka
pengukuran dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan,
misalnya, apakah ibu mengetahui arti diare?, apakah ibu mengetahui
tentang oralit?, apakah ibu mengetahui manfaat oralit?, di mana ibu dapat
9

memperoleh oralit?, sebanyak 10 pertanyaan, kemudian setiap jawaban
diberi angka 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang
salah hingga seluruhnya akan diperoleh nlai dan 0 sampai dengan 10.
Dan hasil ini kemudian direntukan nilainya misalnya 8—10 pertanyaan
dijawab dengan benar dikatakan pengetahuannya baik, nilai 6—8 termasuk
kategori sedang dan dibawah nilai 6 dikategorikan pengetahuannya
kurang.

5. Cara Pengambilan dan Besarnya Sampel
Cara Pengambilan
Cara pengambilan sampel dapat dilakukan dengan random sampling
bilapenelitian dilakukan di lapangan atau sampel diambil berdasarkan
rekam medispada suatu periode tertentu bila penelitian yang dilakukan
berbasis rumah sakit.

Besarnya Sampel
Penentuan perkiraan besarnya sampel pada penelitian cross sectional yang
bersifat analitis berbasis rurnah sakit dapat dijelaskan dengan tabel 2 x 2
sebagai berikur.

10

Dan tabel di atas jelaslah bahwa penentuan besarnya sampel
dilakukan tanpa memperhatikan ada atau ridaknya penyakit atau pajanan.
Setelah besarnya sampel diperoleh, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok yang terpajan oleh faktor risiko dan kelompok lain yang tidak
terpajan Dan kedua kelompok tersebut dicatar ada atau tidaknya penyakir
yang diteliti.
Kelemahan cara ini adalah kemungkinan terdapatnya nilai yang
terlalu kecil dalam satu sel hingga sulit untuk dianalisis.
Contoh:
Penelitian tentang hubungan antara anemia dan BBLR berbasis
rumah sakit maka semua ibu harniltrirnester3 yang melahirkan di rumah
sakit paJa perthde tertentu diambil sebagai sampel berdasarkan rekam
medis yang adir, kern udian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ibu-ibu
yang anemia sebagai kelompok audi dan tidak anemia sebagai kelompok
kontrol Selanjutnya, dicamt banyaknya bayi dengan Berat Rada,, Lahir
Rendab (BBLR) yang rerdiiparpada kelompok audi dan kelompok kontrol.
Dan hasil tersebut dihitung besarnya nisiko masing-masin
kelompok dan dihitung risiko re /at f dilaku kan uji stati.ctik dengan chikuadrat, dan ditirrik kesimpulan ada atau tidaknya hubungan antara
anemia dengan BBLR.
Dengan cara ini, besarnya sampel dutentukan dahulu kern udian
barre dibagi menjadi ke/ompok yang terpajan dan kelompok yang tidak
terpajan dan dilakukan pengamatan tentang terjadinya BBLRpada kedua
keornpok. Besarnya sampel dapat dihitung dengan runzus seperti pada
penelitian

analitik

(lihat

rancangan

penelitian

prospektif

atau

retrospektif).

11

6. Tentukan Voriabel yang Akan Diukur
karena tidak mungkin untuk mengumpulkan semua variabel maka
harus dipilih variabel-variabeÍ penting yang berkaitan dengan tujuan
penelitian dan dapat digunakan sebagai indikator.
Misalnya pada contoh tentang pola pemakaian alat kontrasepsi,
variabel yang diteliti adalah variabel umur, paritas, lama pemakaian,
pendidikan. pekerjaan, jenis alat kontrasepsi, tempat pelayanan, pemberi
layanan, dan lain-lain.
7. Siapkan Daftar Pertanyaan dan Daftar Pemeriksaan
Untuk penyusunan daftar pertanyaan sama seperti pada penelitian
deskriptif dan alat ukur yang akan digunakan, misalnya untuk pengukuran
status gizi anak yang menggunakan pengukuran LLA maka disiapkan
meteran yang akan digunakan.
Penelitian yang datanya diambil dan rekam medís di rumah sakit,
hal itu tidak dilakukan. ini merupakan salah satu kelemahan data sekunder,
misalnya, penelitian tentang anemia tidak dapat diketahui cara pengukuran
atau siapa yang melakukan pengukuran Hb.
8. Pengumpulon Data
Pengumpulan data penelitian cross sectional bersifat analitis
dilakukan dengan survei atau rekam medis di rumah sakit sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan. Mìsalnya, penelitian tentang hubungan
antara status gizi anak 1-5 tahun dengan cacingan.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan semua anak 1
5 tahun yang terdapat pada lokasi penelitian kemudian dipisahkan menjadi
dua kelompok. yairu anak-anak dengan gizi baik dan anak-anak dengan
gizi kurang. Pada semua anak dilakukan pemeriksaan tinja untuk
mendeteksi cacing kemudian frekuensi cacingan pada anak dengan gizi
baik dan gizi kurang dibandingkan.
Untuk penelitian di rumah sakit dengan rekam medís sebagai
sumber data. Misalnya, penelitian tentang hubungan antara primipara
dengan

preekiamsia.

Pengumpulari

data

dilakukan

dengan

cara

mengumpulkan semua ibu-ibu yang melahirkan selama periode tertentu

12

kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yairu kelompok primípara dan
multípara.
Selanjurnya, pada kelompok primipara dicatat jumlah preekiamsia,
demikian pula pada kelompok multipara kemudian díbandingkan.
Komparabilitas

kedua

kelompok

didasarkan

pada

umur,

tingkat

pendidikan. dan sosial ekonomi.
Penyajian data berupa karaktenistik subjek studi pada kelompok
studi dan kelompok kontrol. Karakteristik dapat berupa umur, jenis
kelainin, pendidikan, pekerjaan atau hal-hal yang berkaitan dengan tujuan
penelitian, misainva jenis alat kontrasepsi yang digunakan.
9. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menghitung risiko masing-masing
kelompok risiko relatif, risiko atribut, dan uji statistik sesuai dengan data
yang diperoleh.
Laporan hasil penelitian hendaknya dipublikasikan agar peneliti
lain dapat mengadakan evaluasi atau mengadakan penelitian serupa untuk
dibandingkan atau membandingkan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan di tempat lain.

13

G. CONTOH

JUDUL

PENELITIAN

DENGAN

METODE

CROSS

SECTION
Contoh judul penelitian cross sectional adalah “Kualitas menyusui
terhadap kelancaran pengeluaran air susu ibu”. Peneliti melakukan
pengukuran atau pengamatan terhadap kualitas menyusui, ketiganya
diukur secara bersamaan dengan kelancaran pengeluaran ASI setelah
melihat variabel yang termasuk dalam kualitas menyusui tersebut.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan
penelitian cross sectional:
Contoh judul penelitian: “Hubungan Kualitas Menyusui dengan
Kelancaran Pengeluaran ASI”
1.Mengidentifikasi variabel penelitian
Berdasarkan judul tersebut, maka variabel yang dapat diidentifikasi
adalah sebagai berikut:
Variabel Independen : kualitas menyusui
Variabel dependen
: kelancaran pengeluaran ASI
Variabel kendali
: usia, paritas
Kemudian ditentukan batasan parameter yang jelas tentang kualitas
menyusui dan kelancaran pengeluaran ASI.
2.Mengidentifikasi subjek penelitian
Contoh: Subjek penelitian adalah populasi ibu menyusui dengan
jumlah sampel yang telah ditentukan sesuai dengan teknik sampling.
3.Mengobservasi variabel
Contoh: Mengukur kualitas menyusui dengan parameter yang
digunakan adalah cara dan frekuensinya termasuk dalam kualitas baik
atau kurang. Pengukuran kelancaran pengeluaran ASI dilakukan
dengan mengamati tingkat kelancaran pengeluaran ASI-nya termasuk
baik atau tidak, lalu keduanya diamati dan diukur.

4.Melakukan analisis data
Contoh: Melakukan pengujian apakah kualitas menyusui termasuk
kategori baik atau kurang. Hal ini dapat memengaruhi kelancaran
pengeluaran ASI termasuk kategori lancar atau tidak.

14

Kelebihan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian
atau potong lintang) adalah:
1.Mudah untuk dilakukan
2.Murah
3.Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan
bersifat merugikan kesehatan (faktor resiko) dan tidak ada subyek
yang kehilangan kesempatan untuk memperoleh terapi yang
diperkirakan bermanfaat.
Kelemahan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian
atau potong lintang) adalah:
1. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili
sejumlah populasi yang akurat, oleh karena itu penelitian ini tidak
tepat bila digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan
dan penyakit.
2.Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data
risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan
3.Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak, terutama bila
variable yang dipelajari banyak
4.Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya
kanker lambung, karena pada populasi usia 45-49 tahun
diperlukan paling tidak 10.000 subyek untuk mendapatkan suatu
kasus

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu
waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel
independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek).

15

Beberapa tujuannya adalah, mencari prevalensi serta indisensi satu atau
beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat, Memperkirakan adanya
hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu dengan perubahan yang
jelas, Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto E, Anggraeni D. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo. 202. Metodologi Penelitian Kesehatan. P Rineka Citra : Jakarta
Nurdini, Allis. 2006. “Cross-Sectional vs Longitudinal: Pilihan Rancangan Waktu
dalam Penelitian Perumahan Pemukiman”. DIMENSI TEKNIK
ARSITEKTUR

Vo.

34,

No.

1,

Juli

Puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/

2006:

52-58.

download/…/16449.

Diakses tanggal 23 Mei 2016.
Sastroasmoro, S., Ismael, S. ,1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis,cetakan pertama, Jakarta : Binarupa Aksara.

16

Sayogo, Savitri. 2009. Studi Cross-sectional Atau Potong Lintang. Jakarta:
Universitas Indonesia.

17