D3 PER 1205413 Chapter1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat membahagiakan, tapi ada beberapa kasus dapat menjadi momen yang menakutkan hal ini disebabkan pada wanita yang melahirkan sering mengalami perasaan sedih dan takut sehingga mempengaruhi
emosional dan sensitifitas ibu yang dikenal dengan istilah postpartum
blues (Rahmawati, 2009). Adapun pengertian postpartum blues menurut Machmudah (2010) adalah gangguan adaptasi mental yang terjadi pada
hari pertama setelah kelahiran bayi. Lamanya periode postpartum yaitu
sekitar 6-8 minggu dan wanita mengalami perubahan fisik yang kompleks.
Selain terjadinya perubahan-perubahan tubuh, pada periode postpartum
juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi psikologis (Bobak & Jensen, 2005).
Pada perubahan kondisi psikologis, seorang ibu postpartum akan
mengalami adaptasi psikologis postpartum yaitu periode taking in (ibu
pasif terhadap lingkungan), periode taking hold (ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan merawat bayinya), dan periode letting go (ibu menerima
tanggung jawab sebagai ibu) (Bahiyatun, 2009). Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lagi tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis seperti merasa sedih, jengkel, lelah, marah dan putus asa dan perasaan-perasaan itulah yang membuat seorang ibu enggan mengurus bayinya yang disebut postpartum blues (Marshall, 2009).
Postpartum blues merupakan fenomena yang terjadi pada hari-hari
pertama postpartum yang telah dilaporkan sejak akhir abad ke-19. Puncak
gejala postpartum blues terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 postpartum
dengan durasi mulai dari beberapa jam sampai beberapa hari (Gonidakis,
(2)
Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues antara lain fluktuasi hormonal, faktor psikologis dan kepribadian, adanya riwayat depresi sebelumnya, riwayat kehamilan dan persalinan dengan
komplikaskan. Sedangkan faktor eksternal yaitu: persalinan section
caesarea, kehamilan yang tidak direncanakan, bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan pada ibu yang menyusui dan mengalami kesulitan dalam menyusui serta ibu yang tidak mempunyai pengalaman merawat bayi (Henshaw, 2003).
Suatu penelitian di Negara yang pernah di lakukan seperti di Swedia,
Australia, Italia dan Indonesia dengan menggunakan EPDS (Edinburg
Postnatal Depression Scale) tahun 1993 menunjukkan 73% wanita
mengalami postpartum blues (Munawaroh, 2008). Prevalensi kejadian
postpartum blues dari berbagai negara, berkisar antara 10-34 % dari
seluruh persalinan. Angka kejadian postpartum blues di luar negeri
(Jepang) cukup tinggi mencapai 26-85%. Secara global diperkirakan 20%
wanita melahirkan menderita postpartum blues (Munawaroh, 2008).
Penelitian di Negara barat menunjukkan kejadian lebih tinggi dibandingkan dengan yang pernah dilaporkan dari asia, pada penelitian yang dilakukan terhadap 154 wanita pasca persalinan di Malaysia pada tahun 2009 dilaporkan angka kejadian 3,9% terbanyak dari ras India (8,9%), Melayu (3,0%), dan tidak adanya kasus pada ras Cina. Penelitian di Singapura dilaporkan angka kejadiannya sebesar 1%. Sedangkan
penelitian pada tahun 2010 didapatkan angka postpartum blues sekitar
10%-20%. Di belanda tahun 2001 diperkirakan 2-10% ibu melahirkan mengidap gangguan ini (Jofesson A, 2010).
Menurut Bobak (2005) di Indonesia kejadian posrpartum blues yaitu
50 – 70 % dan hal ini dapat berlanjut menjadi depresi postpartum dengan
jumlah bervariasi dari 5% hingga lebih dari 25% setelah ibu melahirkan. Dari kantor BKKBN Provinsi Aceh di temukan data bahwa 7 dari 10 ibu yang melahirkan di Provinsi Aceh pada tahun 2012 mengalami depresi berat setelah melahirkan, gejala depresi seperti tidak nafsu makan dan
(3)
susah tidur merupakan keluhan yang paling sering di utarakan para ibu pasca melahirkan (BKKBN, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2005) di DKI Jakarta menunjukkan 120 dari 580 (25%) ibu yang menjadi respondennya
mengalami sindroma postpartum blues. Dan dari beberapa penelitian yang
telah dilakukan di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadiannya 11-30 %, suatu jumlah yang tidak sedikit dan tidak mungkin dibiarkan begitu saja (Sylvia, 2006).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati dan Uke
(2006), menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya postpartum blues
disebabkan oleh pengalaman yang tidak menyenangkan pada periode kehamilan dan persalinan sebanyak 38,71%. Faktor psikososial (dukungan sosial sebanyak 19,35%, kualitas dan kondisi bayi baru lahir sebanyak 16,31%) serta faktor spiritual sebanyak 9,78% (Machmudah, 2010)
Persalinan lama dan persalinan dengan section caesarea merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues.
Postpartum blues terjadi karena kurangnya dukungan terhadap
penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan (Iskandar, 2007).
Proses persalinan yang lama akan menimbulkan kecemasan khususnya pada ibu primipara. Kehamilan dan persalinan pada ibu yang terlalu muda atau pada masa remaja memiliki beberapa resiko. Resiko biasanya timbul karena belum siap secara fisik maupun psikis. Secara psikis umumnya remaja belum siap untuk menjalankan perannya sebagai ibu, maka yang akan muncul seperti ketegangan mental, kebingungan akan peran sosial yang berubah dari seorang gadis remaja kemudian hamil dan menjadi seorang ibu. Sedangkan jika seorang ibu baru memiliki anak pertamanya pada umur dewasa madya (lebih dari 35 tahun) juga akan mempengaruhi psikologinya. Ibu yang berumur lebih dari 35 tahun seharusnya mulai mengembangkan minat pada kegiatan sosial disekelilingnya. Akan tetapi, ibu ini masih sibuk dengan kegiatannya
(4)
mengurus dan merawat anak yang masih kecil serta melakukan pekerjaan rumah tangga pada saat yang bersamaan (Mahlopah, 2013).
Beberapa dugaan postpartum blues disebabkan oleh beberapa faktor
dari dalam dan luar individu. Salah satu faktor penyebab dari dalam individu adalah adanya perubahan hormonal (Gondo, 2012). Selama kehamilan, kadar estrogen dan progesteron meningkat akibat dari plasenta yang memproduksi hormon tersebut. Akibat dari kelahiran plasenta saat persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun tajam mencapai kadar
sebelum kehamilan dimulai pada hari ke-5 postpartum. Selain perubahan
hormonal, jenis persalinan merupakan salah satu faktor penyebab dari luar
individu terhadap terjadinya postpartum blues. Penelitian dari Dirksen dan
Andriansen (1985, dalam Dewi, Mariati & Wahyuni, 2011) menunjukkan bahwa beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetric seperti caesarea, episiotomi) dalam pertolongan melahirkan dapat memicu postpartum blues.
Persalinan dengan operasi sectio caesarea merupakan intervensi
medis yang mungkin dapat menimbulkan reaksi emosional yang tidak diharapkan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmandani, Karyono dan
Dewi (2007) menunjukkan bahwa gejalan postpartum blues karena dipicu
proses persalinan secara sectio caesarea dengan alasan medis yang
menimbulkan konsekuensi beban finansial proses persalinan yang belum terfikir sebelumnya, munculnya pandangan negatif dari tetangga karena seharusnya bisa bersalin normal, luka operasi membekas, perasaan tidak bisa benar- benar menjadi perempuan, terganggu aktivitas keseharian karena luka operasi, luka operasi membuat subjek tidak bisa melakukan upaya- upaya langsung untuk mengecilkan berat badannya.
Persalinan normal juga diketahui sebagai pemicu munculnya gejala postpartum blues. Prevalensi gejala postpartum blues pada persalinan
nomal di kota Bengkulu sebesar 26%. Kualitas hidup wanita postpartum
dengan persalinan normal lebih baik dibandingkan dengan wanita
(5)
persalinan normal pervaginam tetap menjadi prioritas dalam mengakhiri kehamilan (Dewi, Mariati & Wahyuni, 2011).
Ibu postpartum blues harus ditangani secara adekuat, karena peran ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak juga dalam hubungannya dengan peran ibu di keluarga. Untuk itu seorang ibu yang berada dalam kondisi pasca melahirkan perlu mendapat dukungan dari orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam menjalankan peran perawat
sebagai pendidik untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang postpartum
blues dengan memberikan informasi melalui penyuluhan-penyuluhan agar
ibu-ibu pasca melahirkan yang mengalami gangguan psikologis pasca melahirkan tidak jatuh pada gangguan jiwa (Iskandar, 2007).
RSU Tingkat IV Sariningsih Bandung adalah rumah sakit negeri kelas D. Rumah sakit ini bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini juga
menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. Hampir semua pasien
di Rumah Sakit Sariningsih merupakan istri dari TNI. Menurut Kamilah (2011), dalam kehidupan seorang istri prajurit TNI, mereka akan dihadapkan dengan berbagai situasi di lingkungan masing-masing. Dibutuhkan kesiapan dalam mendukung dan setia mendampingi suami dimana pun mereka berada, tetapi beratnya tugas suami terkadang menjadi sebuah ancaman ketakutan bagi istri. Prajurit TNI pun seringkali mendapatkan tugas ke luar daerah tempat tinggal, sehingga mengharuskan untuk meninggalkan istri dan keluarga dalam waktu yang cukup lama. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan kecemasan pada istri TNI tersebut. Kecemasan pada istri TNI juga dapat meningkat saat istri TNI sedang hamil dan akan melahirkan namun suaminya sedang ditugaskan keluar kota dan tidak bisa mendampinginya disaat melahirkan, karena dukungan suami juga sangat berpengaruh pada proses persalinan. Hal ini bisa
menyebabkan kejadian postpartum blues.
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 11 April 2015 di Rumah Sakit Sariningsih belum pernah diadakan penelitian tentang
(6)
yang melahirkan di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih berjumlah 239 orang dalam waktu 3 bulan terakhir (Januari-Maret 2015). Dari 7 orang
ibu post partum di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Sariningsih
didapatkan bahwa 2 dari 3 orang ibu postpartum dengan persalinan normal
mengatakan merasa letih, susah tidur, tampak menangis kesakitan karena luka jahitan, merasa tidak bahagia dan merasa tidak berguna. Sedangkan
dari 4 orang ibu postpartum dengan persalinan sectio caesarea, terdapat 2
orang diantaranya mengatakan merasa letih dengan operasi tersebut serta merasakan sakit pada luka setelah operasi sehingga takut untuk bergerak, sering merasa sedih jika ASI tidak keluar, merasa cemas, tidak nafsu makan, dan mudah tersinggung.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Gambaran Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu
Nifas Berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Umum TK IV
Sariningsih Kota Bandung”.
B.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengangkat
rumusan masalah “Bagaimana gambaran kejadian postpartum blues pada
ibu nifas berdasarkan karakteristik di Rumah Sakit Umum TK IV
Sariningsih Kota Bandung ?”.
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues
pada ibu nifas berdasarkan karakteristik di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues
berdasarkan usia pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
(7)
b. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues berdasarkan pendidikan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
c. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues
berdasarkan paritas pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
d. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues
berdasarkan jenis persalinan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
e. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues
berdasarkan penghasilan perbulan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
f. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues
berdasarkan pekerjaan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
g. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues
berdasarkan status kehamilan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
h. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues
berdasarkan dukungan sosial pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan Ilmu Keperawatan Maternitas dan meningkatkan mutu pendidikan sebagai penyedia sumber
pengetahuan khususnya tentang postpartum blues. Penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama
(8)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai sumber
informasi tentang terjadinya postpartum blues pada ibu nifas dan
sebagai kajian dan bahan pada saat melakukan praktik keperawatan maternitas.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat di Rumah Sakit sebagai sumber informasi untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues pada ibu nifas untuk selanjutnya bisa diberi tindak
lanjut seperti pembuatan program penyuluhan tentang postpartum
blues.
c. Bagi Rumah Sakit Sariningsih
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pelaksanaan intervensi sesuai kebutuhan pasien dari Rumah Sakit Umum Sariningsih.
E.Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah
Untuk mempermudah dalam penyusunan selanjutnya, maka penulis memberikan rancangan isi dan materi yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori tentang Pengertian Masa Nifas, Tahapan Masa Nifas, Kebijakan Program Masa Nifas, Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa
Nifas, Pengertian Postpartum Blues, Gejala Postpartum Blues, Faktor
Penyebab Postpartum Blues, Karakteristik Postpartum Blues, Komplikasi
Postpartum Blues Akibat Tidak Ditangani, Pencegahan Postpartum Blues,
(9)
BAB III Metode Penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan analisa data.
BAB IV Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengolahan atau analisis data serta pembahasan temuan.
BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisis temuan. Selain itu, pada bab ini juga dibahas mengenai rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
(1)
mengurus dan merawat anak yang masih kecil serta melakukan pekerjaan rumah tangga pada saat yang bersamaan (Mahlopah, 2013).
Beberapa dugaan postpartum blues disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan luar individu. Salah satu faktor penyebab dari dalam individu adalah adanya perubahan hormonal (Gondo, 2012). Selama kehamilan, kadar estrogen dan progesteron meningkat akibat dari plasenta yang memproduksi hormon tersebut. Akibat dari kelahiran plasenta saat persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun tajam mencapai kadar sebelum kehamilan dimulai pada hari ke-5 postpartum. Selain perubahan hormonal, jenis persalinan merupakan salah satu faktor penyebab dari luar individu terhadap terjadinya postpartum blues. Penelitian dari Dirksen dan Andriansen (1985, dalam Dewi, Mariati & Wahyuni, 2011) menunjukkan bahwa beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetric seperti caesarea, episiotomi) dalam pertolongan melahirkan dapat memicu
postpartum blues.
Persalinan dengan operasi sectio caesarea merupakan intervensi medis yang mungkin dapat menimbulkan reaksi emosional yang tidak diharapkan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmandani, Karyono dan Dewi (2007) menunjukkan bahwa gejalan postpartum blues karena dipicu proses persalinan secara sectio caesarea dengan alasan medis yang menimbulkan konsekuensi beban finansial proses persalinan yang belum terfikir sebelumnya, munculnya pandangan negatif dari tetangga karena seharusnya bisa bersalin normal, luka operasi membekas, perasaan tidak bisa benar- benar menjadi perempuan, terganggu aktivitas keseharian karena luka operasi, luka operasi membuat subjek tidak bisa melakukan upaya- upaya langsung untuk mengecilkan berat badannya.
Persalinan normal juga diketahui sebagai pemicu munculnya gejala
postpartum blues. Prevalensi gejala postpartum blues pada persalinan
nomal di kota Bengkulu sebesar 26%. Kualitas hidup wanita postpartum dengan persalinan normal lebih baik dibandingkan dengan wanita persalinan dengan operasi sectio caesarea, dan bila tanpa indikasi medis
(2)
persalinan normal pervaginam tetap menjadi prioritas dalam mengakhiri kehamilan (Dewi, Mariati & Wahyuni, 2011).
Ibu postpartum blues harus ditangani secara adekuat, karena peran
ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak juga dalam hubungannya dengan peran ibu di keluarga. Untuk itu seorang ibu yang berada dalam kondisi pasca melahirkan perlu mendapat dukungan dari orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam menjalankan peran perawat sebagai pendidik untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang postpartum
blues dengan memberikan informasi melalui penyuluhan-penyuluhan agar
ibu-ibu pasca melahirkan yang mengalami gangguan psikologis pasca melahirkan tidak jatuh pada gangguan jiwa (Iskandar, 2007).
RSU Tingkat IV Sariningsih Bandung adalah rumah sakit negeri kelas D. Rumah sakit ini bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini juga menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. Hampir semua pasien di Rumah Sakit Sariningsih merupakan istri dari TNI. Menurut Kamilah (2011), dalam kehidupan seorang istri prajurit TNI, mereka akan dihadapkan dengan berbagai situasi di lingkungan masing-masing. Dibutuhkan kesiapan dalam mendukung dan setia mendampingi suami dimana pun mereka berada, tetapi beratnya tugas suami terkadang menjadi sebuah ancaman ketakutan bagi istri. Prajurit TNI pun seringkali mendapatkan tugas ke luar daerah tempat tinggal, sehingga mengharuskan untuk meninggalkan istri dan keluarga dalam waktu yang cukup lama. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan kecemasan pada istri TNI tersebut. Kecemasan pada istri TNI juga dapat meningkat saat istri TNI sedang hamil dan akan melahirkan namun suaminya sedang ditugaskan keluar kota dan tidak bisa mendampinginya disaat melahirkan, karena dukungan suami juga sangat berpengaruh pada proses persalinan. Hal ini bisa menyebabkan kejadian postpartum blues.
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 11 April 2015 di Rumah Sakit Sariningsih belum pernah diadakan penelitian tentang
(3)
yang melahirkan di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih berjumlah 239 orang dalam waktu 3 bulan terakhir (Januari-Maret 2015). Dari 7 orang
ibu post partum di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Sariningsih
didapatkan bahwa 2 dari 3 orang ibu postpartum dengan persalinan normal mengatakan merasa letih, susah tidur, tampak menangis kesakitan karena luka jahitan, merasa tidak bahagia dan merasa tidak berguna. Sedangkan dari 4 orang ibu postpartum dengan persalinan sectio caesarea, terdapat 2 orang diantaranya mengatakan merasa letih dengan operasi tersebut serta merasakan sakit pada luka setelah operasi sehingga takut untuk bergerak, sering merasa sedih jika ASI tidak keluar, merasa cemas, tidak nafsu makan, dan mudah tersinggung.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Kejadian Postpartum Blues Pada Ibu Nifas Berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung”.
B.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengangkat rumusan masalah “Bagaimana gambaran kejadian postpartum blues pada ibu nifas berdasarkan karakteristik di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung ?”.
C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues pada ibu nifas berdasarkan karakteristik di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues berdasarkan usia pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
(4)
b. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues berdasarkan pendidikan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
c. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues berdasarkan paritas pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
d. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues berdasarkan jenis persalinan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
e. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues berdasarkan penghasilan perbulan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
f. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues berdasarkan pekerjaan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
g. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues berdasarkan status kehamilan pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
h. Untuk mengidentifikasi gambaran kejadian postpartum blues berdasarkan dukungan sosial pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum TK IV Sariningsih Kota Bandung.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan Ilmu Keperawatan Maternitas dan meningkatkan mutu pendidikan sebagai penyedia sumber pengetahuan khususnya tentang postpartum blues. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama untuk meneliti faktor–faktor yang mempengaruhi postpartum blues.
(5)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai sumber informasi tentang terjadinya postpartum blues pada ibu nifas dan sebagai kajian dan bahan pada saat melakukan praktik keperawatan maternitas.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat di Rumah Sakit sebagai sumber informasi untuk mengidentifikasi gambaran kejadian
postpartum blues pada ibu nifas untuk selanjutnya bisa diberi tindak
lanjut seperti pembuatan program penyuluhan tentang postpartum blues.
c. Bagi Rumah Sakit Sariningsih
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pelaksanaan intervensi sesuai kebutuhan pasien dari Rumah Sakit Umum Sariningsih.
E.Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah
Untuk mempermudah dalam penyusunan selanjutnya, maka penulis memberikan rancangan isi dan materi yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori tentang Pengertian Masa Nifas, Tahapan Masa Nifas, Kebijakan Program Masa Nifas, Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas, Pengertian Postpartum Blues, Gejala Postpartum Blues, Faktor Penyebab Postpartum Blues, Karakteristik Postpartum Blues, Komplikasi
Postpartum Blues Akibat Tidak Ditangani, Pencegahan Postpartum Blues,
(6)
BAB III Metode Penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan analisa data.
BAB IV Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengolahan atau analisis data serta pembahasan temuan.
BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisis temuan. Selain itu, pada bab ini juga dibahas mengenai rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.