ART Simon T Nuhamara Fungi jamur atau

BioS-

Majalah Ilmiah Semipopuler

Penanggung Jawab
Ir. Ferry F. Karwur, M.Sc., Ph.D.

Pengantar Redaksi

Ketua Dewan Redaksi
Drs. Jubhar Mangimbulude, M.Sc.

Bios Vol.5 No.2, Oktober 2011-Maret 2012
mengangkat topik utama tentang mikoriza.
Simbiosis ュ オエ
。ャゥ
ウ ュ セ ~ antara kelompok jamur
tertentu dengan perakaran tur:nbuhan merupakan suatu fenomena menarik yang telah diamati
oleh ilmuwan di berbagai negara di dunia sejak
lama, namun baru tahun 1885, seorang ilmuwan
Jerman memberikan nama terhadap fenomena

ini dengan istilah mikoriza. Sejak itu, istilah ini
digunakan secara lazim dan menjadi pokok
penelitian yang menarik hingga saat ini.
Penjelasan tentang distribusi dan variasi, fungsi
dan peran, evolusi, serta aplikasi mikoriza dalam
meningkatkan produktivitas tanah dibahas
dalam majalah ini. Tak lupa juga disajikan sekilas
informasi tentang A.B.Frank ilmuwan Jerman
yang berjasa dalam pemberian nama mikoriza.
Selain artikel tentang mikoriza, disajikan
juga artikel lepas tentang manajemen sampah
perkotaan di Kota Dili, Timor Leste. Artikellepas
lainnya yang dapat dibaca dalam edisi ini adalah
pigmen alami yang terdapat dalam kelapa sawit
dan manfaat bagi kesehatan manusia serta
pemucatan warna pada minyak sa wit mentah.
Pada bagian flora dan fauna, disajikan
artikel tentang sembukan dan rayap, sementara
untuk rubrik biologi di ruang kelas disajikan:
mitos nama-nama ilmiah makhluk, yang ditulis

oleh biologiwan Indonesia yang telah lama
bergumul dalam bidang taksonomi tumbuhan.
Kami dewan redaksi tetap menunggu
kontribusi Anda berupa tulisan-tulisan ilmiah
yang sesuai dengan rubrik-rubrik bacaan dalam
BioS.

Dewan Redaksi
Prof. Dr. lr. Haryono Semangun
Prof. Dr. Mien A. Rifai
Prof. Dr. Ocky Karnaradjasa, M.Sc.
Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd, M.Sc, Ph.D.
Dr. AB Susanto, M. Sc.
Drs. Langkah Sembiring, M.Sc, Ph.D.
Dr. lr. Martanto Martosupono
Drs. Soenarto Notosoedarmo, M.Sc.
Dr. Simon Taka Nuhamara
Redaksi Pelaksana
Masya Famely Ruhulessin, S.Si.
.

Administrasi dan Keuangan
Anastasia Natalia KurniasarL S.Si.
Iklan, Promosi, dan Distribusi
Masya Famely Ruhulessin, S. Si.
Penerbit
BioS - Majalah Ilmiah Semipopuler
Alamat Redaksi
Laboratorium Carotenoid and Antioxidant
Research Center (CARC)
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro No. 52-60
Salatiga 50711 Jawa Tengah
Telp.
(0298)321212 (ext-441)
Fax.
(0298)329200
email : bios.uksw@gmail.com
Rekening BioS:
Ferry Fredy Karwur QQ Majalah BioS
No Rek: 0196318983

Bank BNI Cabang UKSW
Jl. Diponegoro No. 52-60 Salatiga
Cerita Sampul:
Sistem perakaran pada Eupatorium riparium yang
diduga terdapatmikoriza.
Foto oleh Dhanang Puspita

Janajemen
セ~

Karoten, Pigme

dan Manfaab

)emucatan Warn

lora
セ ・ュ「

オ ォ。ョ


Z :

Kura1

Pauna
セ 。 ケ 。 ー p

si Perusak

Biologi di Rua

Selamat membaca.

\1itos-Mitos Nar
Salam,
Jubhar Mangimbulude

Kolom Pemba


TopiJ

Vol. 5 No.2 (

xGセオョァゥZ@

LZ[セᄋ@ ....:-''

DAR I
JAMUR. Itulah judul artikel di Harian
KOMPAS Jumat 23 Desember 2011, yang
ditulis oleh Nawa Tunggal. Tulisan Nawa
Tunggal ini dibuat berdasarkan hasil
wawancaranya dengan pakar di bidang
jamur, Profesor Riset Netty Widyastuti, pada
Pusat Teknologi Bioindustri, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
Kamis 22 Desember 2011 di Jakarta.
Pada bagian tulisan yang menjelaskan
proses pemisahan (tahap ekstraksi)

komponen beta-glukan, dibuatlah hagan
proses ekstraksi tersebut persis apa adanya
menurut hagan asli dokumen karya Netty
Widyastuti. Judul hagan tersebut: Ekstraksi
Beta-glukan Larut Air dari Cendawan
Basidiomycetes. Beta-glukan adalah bahan
berkhasiat untuk kesehatan tubuh manusia.
Selanjutnya dalam artikel tersebut dijelaskan
bahwa 'Cendawan Basidiomycetes' yang
dimaksud adalah: jamur tiram (Pleurotus sp.),
jamur merang (Volvariella volvacea), jamur
kuping (Auricularia auric.ula), jamur kancing
(Agaricus sp.), dan jamur shitake (Lentinus
edodes). Semua jamur tersebut adalah jamurjamur yang sudah dikenalluas masyarakat
sebagai jamur-jamur yang biasa dimakan.

Empat Kelompok
Sementara pembaca mungkin
bertanya-tanya sekitar penggunaan istilah
jamur dan cendawan dalam artikel ini. Boleh

jadi terdapat em pat kelompok (lebih tepatnya
pengikut) pembaca terkait istilah jamur dan
cendawan yang sedang dibicarakan ini.
Kelompok pertama, adalah mereka
yang biasa memaknai jamur dan cendawan
sebagai konsep yang maknanya sama untuk
(padanan) istilah fungi dalam bahasa
Inggrisnya. Hal seperti ini banyak dijumpai
dalam berbagai artikel di 'internet'.
Setidaknya ada kesan seperti itu.
· Kelompok kedua, adalah mereka yang
berpendapat bahwa cendawanlah pandanan
istilah 'fungi'. Menurut kelompok ini 'fungi'
23

Jamur atau Cendawan?

juga ada]
cenderu
pengikutJ

dipermas
di kalan
ilmuwan
istilah 'ft.
selama in
bakteri ya
bahasa In
virus. Unt
adanya,

Simon Taka Nuhamara
yang besar-besar (macro-fungi) dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai 'mushroom'
padanannya jamur; sementara micro-fungi
adalah 'mold' padanannya kapang; dan 'fungi'
bersel tunggal disebut 'yeast' padanannya
khamir. Sebagai contoh ungkapan seperti ini:
'Cendawan Mikoriza Arbuskula' biasa disingkat
CMA. Cendawan dalam konteks ini dimaknai
sebagai 'fungi'.

Kelompok ketiga, adalah mereka yang
berpendapat bahwa jamurlah padanan yang
tepat untuk istilah 'fungi'. Pendapat mereka
didasarkan pada beberapa hal, antara lain
sebagai berikut: (i) istilah jamur sudah lazim
dikenal/digunakan secara luas di dalam
masyarakat, utamanya masyarakat awarn, (ii)
istilah ini sudah pemah diteliti dengan
kesimpulan bahwa jamur adalah istilah yang
sesuai sebagai padanan 'fungi', (iii) istilah
jamur maupun cendawan telah didefinisikan
dan disebarluaskan dalam bentuk: KAMUS
BIOLOGI: Fitopatologi 1993. Di dalam kamus
ini, 'fungi' dipadankan dengan jamur dan
'mushroom' dipadankan dengan cendawan.
Baik kelompok kedua maupun
kelompok ketiga sepakat bahwa 'macrofungi' adalah 'mushroom', namun mereka
berbeda ketika memaknai 'mushroom'.
Kelompok kedua memaknai mushroom
sebagai jamur, kelompok ketiga memaknai

mushroom itu adalah cendawan.
Sekitar awal tahun 2000-an muncul
gagasan lain terkait masalah ini sebagai jalan
tengah. Kelompok keempat
ini
menganjurkan penggunaan istilah fungi
sebagai kompromi. Sebagai contoh adalah
kutipan kalimat sebagai berikut: 'Tesis
(sebenamya disertasi) ini merupakan kombinasi
dari penelitian dasar dan aplikasi, dengan fokus
utama adalah peran dan identitas fungi
ektomikoriza pada dipterokarpa serta
hubungannya dengan perubahan lahan di Jambi,
Sumatra' (Tata 2008).
Alasan kelompok ini cukup logis:
Pertama, untuk memenuhi kebutuhaan
keseragaman yang sejak tahun 1970-an belum
BioS- Majalah Ilmiah Semipopuler

memang
bta

diperl
dengan sel
Rencana 1
Indonesia (

r

I

1970 di Pa
terse but
pemaham
mukadima
Tumbuh-tu
tujuan tate
dalam bet
-peraturat
tatanama
tertib, terat
Oleh
Fitopatolog
perlu aga1
penyusunat
yang sera1
dipercayakc
(sekarang P
Siti Soetarm
Ir. Siti Soe·
Semen tara
diserahkan I
(sekarang Pr

Kerajaan 'Fll
Untul
melakukan 1
kita perhatil
yang men

Vol. 5 No.2(

juga ada kesepakatan bahkan masing-masing
cenderung "menjual" istilah pilihan
pengikut/kelompoknya; kedua, istilah yang
dipermasalahkan ini utamanya justru terjadi
di kalangan ilmuwan, sementara para
ilmuwan sudah tidak asing lagi dengan
istilah 'fungi'; ketiga, kalangan ilmuwan
selama ini tidak mempermasalahkan istilah
bakteri yang begitu saja kita serap ke dalam
bahasa Indonesia, demikian halnya dengan
virus. Untuk yang terakhir ini mereka benar
adanya, sebab baik bakteri maupun virus
memang belurn ada padanannya dalam kosakata Bahasa Indonesia.
Kesepakatan

Kesepakatan atau kompromi jelas
diperlukan. Hal seperti ini memang sesuai
dengan semangat yang terkandung dalam
Rencana Kerja Perhimpunan Fitopatologi
Indonesia (PFI) hasil Kongres pertama tahun
1970 di Pagilaran, Pekalongan. Pemikiraan
tersebut didasari antara lain pada
pemahaman yang terkandung dalam
mukadimah Kode Intemasional Tatanama
Tumbuh-tumbuhan yang menyatakan bahwa
tujuan tatanama ialah menyediakan jalan
dalam bentuk asas-asas, dan peraturan
-peraturan dan saran-saran sehingga
tatanama tumbuh-tumbuhan menjadi
tertib, teratur, dan mantap (Rifai 1970).
Oleh karena itu peserta Kongres
Fitopatologi pertama tersebut memandang
perlu agar perkuliahan, publikasi dan
penyusunan buku diperlukan istilah-istilah
yang seragam. Istilah-istilah Mikologi
dipercayakan kepada Dr. Mien A. Rifai
(sekarang Prof. Dr. Mien A. Rifai) dan Dr. Ir.
Siti Soetarmi Tjitrosoma, sekarang Prof. Dr.
Ir. Siti Soetarmi Tjitrosoma, MSc (almh).
Sementara istilah-istilah Fitopatologi
diserahkan kepada Dr. Ir. Harjono Semangun
(sekarang Prof. Dr. Ir. Haryono Semangun).
Kerajaan 'Fungi'

Untuk memudahkan kita dalam
melakukan pilihan yang tepat, ada baiknya
kita perhatikan terlebih dulu apa itu fungi'
yang menjadi pokok pembicaraan
Vol. 5 No.2 Oktober 2011-Maret 2012

sebagaimana telah menjadi pengetahuan
umum saat ini. Fungi adalah nama umum
semua anggota kelompok makhluk hidup
tertentu sebagai suatu 'Regnum' tersendiri.
'Regnum' dari bahasa Latin artinya Kerajaan
atau dalam bahasa Inggris disebut 'Kingdom'.
Dahulu kelompok makhluk hidup ini
menjadi satu kelompok/satu kerajaan dengan
tumbuhan. Alasannya karena baik tumbuhan
maupun fungi' sama-sama tidak berpindahpindah tempat dan sama-sama mempunyai
dinding sel. Namun kemudian kedua
kelompok makhluk hidup ini dipisahkan
karena tumbuhan mempunyai klorofil,
sementara fungi tidak mempunyai klorofil.
Perbedaan sifat tumbuhan yang autotrof
dengan fungi yang heterotrof ini sangat
mendasar. Kemudian, cara hidup/sifat 'fungi'
yang heterotrof ini dipandang lebih dekat
dengan Kerajaan Binatang/Hewan, terutama
setelah diketahui bahwa baik fungi maupun
binatang menyimpan bahan makanan dalam
tubuh mereka dalam bentuk yang sama yaitu
glikogen, sementara tumbuhan menyimpan
bahan makanannya dalam bentuk pati.
Dalam perkembangan selanjutnya,
fungi sekali lagi harus dipisahkan dari
Kerajaan binatang karena fungi mencema
makanannya di luar tubuhnya dan baru
kemudian menyerapnya ke dalam tubuhnya,
sementara binatang menelan bahan makanan
kemudian mencemanya di dalam tubuhnya.
Demikianlah para ilmuwan sekarang
menerima bahwa fungi adalah suatu kerajaan
tersendiri. Sebagai suatu kerajaan tersendiri,
maka masuk akal apabila ada keinginan
untuk mempunyai satu nama kerajaan yang
jelas dan mantap.
Kerajaan 'fungi' yang sekarang
dipahami--dicirikan sebagai organisme yang
eukariotik (mempunyai inti terbungkus
membran), tubuhnya berupa satu sel
(uniseluler) hingga yang tubuhnya terdiri
atas banyak sel (multiseluler), berbentuk
benang-benang atau hifa kalau tunggal dan
miselium kalau banyak, benang-benang
tersebut ada yang tidak bersekat, tetapi ada
juga yang bersekat, tidak mengandung
pigmen hijau daun (klorofil), berkembang
24

biak secara aseksual rnaupun secara seksual.
Beberapa ciri lain rnasih dapat ditarnbahkan
untuk rnenggarnbarkan fungi. Di antaranya
adalah ternpat hidupnya yang rnenyukai
keadaan yang lernbap.
Ten tang Mushroom
'Mushroom' sebagai salah satu
kelornpok anggota Kerajaan Fungi
dipertelakan sebagai berikut: 'Mushroom is an
edible fungi, having a white stalk which bears a

convex or even flattish expanded portion called the
pileus'. Kelornpok 'fungi' ini dalarn KAMUS
BIOLOGI: Fitopatologi dinarnakan
cendawan. Dalarn karnus ini cendawan
didefinisikan sebagai: jarnur anggota
Agaricales dengan tubuh buah lunak,
berdaging, berbentuk payung terbuka, dan
berbilah-bilah, beberapa di antaranya dapat
bersifat patogenik pada tanarnan. Dengan
dernikian, berdasarkan karnus ini cendawan
adalah padanan 'mushroom', sernentara jarnur
sebagai padanan 'fungi' sebagairnana
penggunaan istilah jarnur dan cendawan oleh
Prof. Netty Widyastuti dalarn artikelnya di
Harian Kompas. Hingga sekarang belurn jelas
asal usul kata cendawan dalarn khazanah
bahasa Indonesia.
Lain halnya dengan istilah jarnur,
walaupun belurn juga jelas benar asal
usulnya, narnun sirnaklah permainan jamuran
anak-anak yang bernyanyi sarnbil
berdendang dan dilakukan sarnbil berjoget
berikut ini:

]amuran ya ge ge thok
]amur apa ya ge ge thok
]amur gajih mbrejijih sak oro-oro
Semprat-semprit jamur apa?
a tau

]amuran ... ya ge ge thok
jamur apa ya ge ge thok
]amur payung, ngrembuyung kaya lembayung
sira badhe jamur apa?
. Konon, penggalan lagu tersebut di atas
rnerupakan nyanyian yang sudah dikenal
luas di kalangan anak-anak kecil di Jawa.
Sekelornpok anak saling bergandengan

25

tangan rnembentuk lingkaran sarnbil
bemyanyi, berdendang, dan terus berputar
rnengitari salah seorang dari rnereka yang
terundi berdiri di tengah lingkaran. Ternan
yang satu ini ikut rnendengarkan nyanyian
dengan rnata tertutup sapu tangan (dapat
juga tanpa rnenutup mata, tergantung
kesepakatan tentang cara berrnain). Begitu
nyanyian berakhir, sernua berhenti di tern pat
dan pada saat itulah ternan yang dengan mata
rnasih tertutup tadi dirninta rnenebak
ternannya di dalarn lingkaran yang persis
berada di depannya. Jika tebakannya tepat
rnaka itulah saatnya dia rnasuk ke dalam
kelornpok lingkaran dan ternan yang tertebak
benar itulah yang rnenggantikannya.
Dernikian seterusnya perrnainan anak-anak
itu dengan asyiknya rnenyanyikan lagu
jarnuran itu. Perrnainan ini rnenggarnbarkan
ada saat rnuncul dan ada saat rnenghilangnya
jarnur terkait dengan situasi tertentu. ]amur
gajih rnernberi kesan tentang jarnur yang
berwarna putih seperti lernak hewani.
Mbrejijih rnernberi kesan rnenyebar. Sa oro-oro,
garnbaran tentang padang rurnput yang luas,
dan banyaknya jarnur yang terlihat itu.
Permainan jamuran ini banyak
variasinya, tergantung daerahnya atau
kesepakatan. Misalnya, jika terhukum (yang
berada di tengah lingkaran) setelah tiba pada
syair sira badhe jamur apa? Si terhukum lantas
rneneriakkan sebuah gerakan pura-pura yang
wajib diperbuat oleh rekan-rekannya. Anakanak lain yang sernula bergandengan tangan
rnernbentuk lingkaran, kontan berharnburan,
rnenirukan seperti apa yang diucapkan si
anak yang kalah tadi. Misalnya seperti ini:
'jarnur rnontor!, jarnur rnonyet, jarnur patung
dan sebagainya (Diposkan rnelalui internet
oleh: Nuri Cahyono pada Februari 27, 2009).
Ada lagi kisah lain - jamur, begjane
wong larnur, untungnya/rnujumya orang
yang rnatanya sedang kabur. Diduga istilah
jarnur berasal dari kata larnur. Ungkapan ini
pun rnengacu pada pengalarnan rnasyarakat
untuk rnenggarnbarkan sesuatu - kalau
sengaja rnencari - rnalah sulit rnenernukan,
tetapi justru ketika tidak sedang rnencari-cari,
rnalah menernukan walaupun matanya
···- Majalah Ilrniah Sernipopuler

kabur. Ha:
sementara
jamur. Jan
ditemukan
mungkin c
seperti pel
ungkapan
menjelaska
dapat 、・ョセ@

yang

politilc di Zllli
tumbuhnyaJ

I
l

f

ungkapan
jamuran'. U
jelas meng<
yang sama·
oleh semuc
benar hadi.J
itu dapat 1
awam me1
dalamartiu
Sem1
pengalamru
bahwadim
mana-mana
Demikianla
ADA(Djojo:
Jamu
kelompok
artinya jam
nama terte1
suatunama
kata yang c
konsep, pro:
dibidangte
hubunganil
Mikologi.
Sean
cendawanla
sebagaimar
Vol. 5 No.2

sambil

Sa oro-oro,
yangluas,
itu.
ban yak
a tau

kabur. Hal seperti ini bagaimanapun bagi
sementara orang tentulah mengacu kepada
jamur. Jamur, tidak selalu dengan mudah
ditemukan di tempat-tempat seperti yang
mungkin diharapkan. Maka dari itu, sama
seperti penggalan lagu anak-anak di atas,
ungkapan dalam bahasa Jawa ini pun
menjelaskan sifat jamur yang tidak setiap saat
dapat dengan mudah ditemukan kecuali di
musim penghujan, jamur dapat muncul di
tempatyang tidak terduga.
Secara langsung atau tidak langsung,
penggalan lagu tersebut di atas, maupun
ungkapan begjane wong lamur merupakan
deskripsi dan atau arti yang dikandung oleh
apa yang terlihat, 'the being', yaitu jamur.
Ceritera lain di sekitar jamur yang lazim di
masyarakat adalah ungkapan: 'Seperti jamur
yang tumbuh di musim hujan'; Partai-partai
politik di zaman Presiden Habibi muncul seperti
tumbuhnya jamur di musim hujan. Simak juga
ungkapan seperti ini: 'pakaiannya sudah
jamuran'. Ungkapan yang terakhir ini pun
jelas mengacu pada micro-fungi atau 'mold'
yang sama-sama dimaknai sebagai kapang
oleh semua kelompok. Kalau ungkapan ini
benar hadir di dalam masyarakat, maka hal
itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat
awam memaknai kapang sebagai jamur
dalam arti umum.
Semua kisah tersebut merupakan
pengalaman yang umum dalam masyarakat,
bahwa di musim penghujan jamur muncul di
mana-mana di tempat yang tidak terduga.
Demikianlah, bahasa adalah rumah dari yang
ADA(Djojosuroto 2007).
Jamur, pertama-tama adalah nama
kelompok makhluk hidup tertentu. Itu
artinya jamur adalah istilah. Istilah adalah
nama tertentu yang bersifat khusus atau
suatu nama yang berisi kata atau gabungan
kata yang cermat, mengungkapkan makna,
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas
di bidang tertentu (Djojosuroto 2007). Dalam
hubungan ini jamur adalah istilah di bidang
Mikologi.
Seandainya disepakati bahwa
cendawanlah sebagai nama Kerajaan Fungi,
sebagaimana contoh penggunaan yang
Vol. 5 No.2 Oktober 2011-Maret 2012

diwakili oleh istilah CMA di atas, kelak
dikuatirkan akan terjadi ketidaktertiban dan
ketidakmantapan dalam tatanama. Sebab,
seperti telah diuraikan di atas, tatanama
menyediakan jalan dalam bentuk asas-asas,
peraturan-peraturan dan saran-saran yang
taat asas. Setidaknya sejak tahun 1993, istilah
cendawan telah didefinisikan sebagai jamur
yang (umumnya yang besar-besar) dapat
dimakan dan seterusnya seperti telah
diuraikan di atas. Sementara kelompok CMA
bukanlah termasuk jamur yang besar karena
ukuran tubuhnya kecil-kecil saja. Memang
tergantung siapa memaknai apa? Dalam hal
ini tidak dapat dipaksakan dan istilah
Indonesia termasuk dalam bidang Mikologi,
akan mantap dengan sendirinya tergantung
pemakainya - demikian seperti dijelaskan
secara arif oleh Prof. Anton M. Moeliono
pakar bahasa Indonesia menjawab
pertanyaan Ir. Agustin Wydia Gunawan,MS
sekitar istilah-istilah ini dua puluhan tahun
lalu dalam suatu pertemuan para pakar di
BIOTROP, Bogar.
Kemudian jika fungi yang hendak
diserap menjadi bahasa resmi demi
menghindari perbedaan, sebagaimana
sekarang ini semakin luas pemakaiannya,
masih ada satu pertimbangan yakni
sepanjang telah tersedia kata padanan dalam
bahasa Indonesia, maka kata atau istilah
itulah yang dianjurkan untuk diutamakan
dalam penggunaan bahasa resmi, utamanya
bahasa tulis (Anonim 1987).
Tentang KAMUS BIOLOGI:
Fitopatologi. Kamus ini merupakan hasil
kerjasama dalam bidang kebahasaan antara
Indonesia dan Malaysia dengan Majelis
Bahasa Indonesia-Malaysia (MABIM).
Setelah Brunei Darusalam turut serta, maka
kerjasama ini berkembang menjadi Majelis
Bahasa Brunei Darusalam-IndonesiaMalaysia (MABBIM). Di dalam kamus ini,
'fungi' dipadankan dengan jamur.
Kesepakatan ini menunjukkan bahwa istilah
jamur sebagai padanan 'fungi' telah diterima
secara luas melampaui batas negara/lembaga,
dalam hal ini Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia dan
26

negara-negara serumpun. Lebih dari itu
semua, seperti diungkapkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu Prof.
Dr. Fuad Hasan dalam sambutan tertulisnya
tentang kehadiran KAMUS BIOLOGI:
Fitopatologi bahwa 'usaha alih bahasa mengenai
peristilahan bukanlah sekedar usaha
penerjemahan, karena sesuatu istilah ilmiah pada
hakikatnya adalah konsepsi yang kandungannya
ditera dan lingkupnya dibatasi. Maka sesuatu
istilah dapat dijabarkan melalui perumusan
dengan nuansa yang berlainan, namun arti
intinya tidak berbeda '.

untuk membuat tulisan ini, berikut sumbersumber bacaan yang sangat berharga antara
lain berupa kamus-kamus istilah. Demikian
pula kepada Dr. Ir. Martanto Martosupono
dan Drs. Soenarto Notosoedarmo, M.Sc,
untuk sumbangan mereka mengenai lagu
dan ungkapan dalam bahasa Jawa serta
kedalaman pengertian yang disumbangkan.
Demikian pula kepada Ir. Agustin Wydia
Gunawan, M. S. untuk penjelasannya yang
sangat berguna.

U cap an terima kasih
Penulis berterima kasih kepada Prof.
Dr. Ir. Haryono Semangun atas sarannya

Simon Taka Nuhamara adalah Dosen
Program Magister Biologi, UKSW, Sa"!atiga.
Email: nuhamarataka®gmail.com

Arl
Mern
pilihan, ke
hubungan
antar.kedua
sosial ケセ@

sehari-hari.,

berlangsu
keberadaan
Intera
bukan ィ。ョセ@
terjadi juga
belakangan
ュ・ョオセ@

mengungl
persahaba
tumbuhan
Devonian a·
(Karandash
Tulisc
evolusi jam
interaksi
simbiotik)d

Bibliografi
Anonim. 1987. Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Edisi Terbaru- Lengkap. 99 hal.
Djojosuroto, K. 2007. Filsafat Bahasa. Pustaka Book Publisher. 550 hal.
Rifai, MA., EA Widya, & Ermitati. 1993. KAMUS BIOLOGI Fitopatologi. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Jakarta. 111 hal.
Rifai, MA. 1970. Problema-problema Taksonomi dan Tatanama Jamur dalam Fitopatologi.
Masalah Penyakit· Tumbuhan di Indonesia. Risalah Kongres Fitopatologi Indonesia I
Pagilaran, Pekalongan. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Yogyakarta.
Tata, MHL. 2008. Mycorrhizae on dipterocarps in rubber agroforests (RAF) in Sumatra. Disertasi.
(dengan rangkuman dalam bahasa Indonesia). Universiteit Utrecht.

Persahabat
Jamu
ditandai de1
yang bercc
vesikula d<
jamur dari fi
berinteraksi
tumbuhan t1
Gimnosper:
(Hause dan I
Munc
dari persal
tumbuhan?
hubungan セ@

Hubungan sesama jenis muncul dalam banyak spesies hewan. Binatang
homoseksual paling terkenal adalah simpanse kerdil, salah satu kerabat manusia paling
dekat. Umumya dijumpai, mereka bukan homoseksual murni namun termasuk golongan
biseksual. Seks merupakan metode pemecahan konflik yang paling khas yang terjadi dalam
dunia primata.
Singa juga merupakan golongan homoseksual. Singa jantan sering berkelompok
dengan singa jantan lainnya untuk memperkuat posisinya dalam komunitas. Untuk
memastikan adanya loyalitas, mereka memperkuat ikatan dengan sering berhubungan seks
satu sama lain. Homoseksualitas juga cukup umum terjadi di antara lumba-lumba dan paus
pembunuh. Jika hubungan antara hewan jantan dan betina cepat berlalu, sementara antara
kelompok jantan, pasangan dapat tinggal bersama-sama selama bertahun-tahun. Hingga
saat ini, perilaku homoseksual hewan telah dipelajari pada 1.500 spesies (MR).
Sumber: www.news-medical.net

27

セNL@

makanan. 1
membutulrk.
bagi pertur
Dalam bany
terestrial be
dalam air. 1

BioS- Majalah Ilmiah Semipopuler

Vol. 5 No.2'

l