Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: TABOB (Kajian Sosio Antropologis Terhadap Pemahaman Masyarakat Nufit Haroa Tentang Tabob)

(1)

(2)

2

Lampiran I

INSTRUMEN PENELITIAN

NAMA : FRANSISKA NOVELINE ANMAMA

NIM : 752011007

1.

Bentuk dan Sifat Wawancara

Salah satu teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara. Untuk

membantu wawancara, disusun sejumlah pertanyaan sebagai pedoman wawancara.

Pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara dibawah ini merupakan panduan umum,

dalam arti akan ada pengembangan pertanyaan di lapangan sesuai dengan data yang

diperoleh dari informan selama wawancara.

2.

Informan

Informan dalam penelitian ini terdiri dari Raja Mantilur, Somlain, tokoh adat, tokoh

masyarakat, Badan Saniri Ohoi, perangkat ohoi, maupun anggota masyarakat terutama

mereka yang biasanya ikut terlibat dalam mencari dan menangkap

tabob

, yang memiliki

pengetahuan yang mendalam tentang masalah penelitian, serta lebih mengetahui informasi

yang diperlukan.

3.

Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini disusun untuk menjawab permasalahan pokok dalam penelitian,

yaitu: (1). Mendeskripsikan pemahaman masyarakat

Nufit

tentang

Tabob

dan (2).

Mendeskripsikan serta melakukan analisa kritis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

pemahaman masyarakat

Nufit

tentang

Tabob

.


(3)

3

Pertanyaannya sebagai berikut:

Pertanyaan Bagi Raja dan Tokoh Adat/Badan Saniri Ohoi

1.

Apa yang anda ketahui tentang

Nufit

?

2.

Bagaimana sejarah

Nufit

?

3.

Bagaimana asal mula kehadiran/sejarah tabob?

4.

Apakah ada ritual adat yang dilakukan sebelum melakukan pencarian terhadap

tabob?

5.

Bagaimana bentuk ritual itu?

6.

Dimana ritual tersebut dilakukan?

7.

Mengapa harus dilakukan ritual adat tersebut?

8.

Siapa yang melakukan ritual adat tersebut?

9.

Apa tujuan ritual adat tersebut?

10.

Apakah pencarian tabob dan ritualnya dilakukan bersama-sama di satu desa atau bisa

dilakukan di masing-masing desa?

11.

Bahan-bahan atau benda apa saja yang diperlukan atau digunakan dalam ritual adat

itu?

12.

Mengapa bahan atau benda itu yang digunakan?

13.

Apakah ada doa atau kata-kata khusus dalam ritual adat itu?

14.

Apa isi doa dan kata-kata dalam ritual adat tersebut?

15.

Siapa yang harus berdoa dan mengucapkan kata-kata tersebut dalam ritual adat itu?

16.

Apakah tabob sama dengan hewan lainnya?

17.

Apa yang membedakan tabob dari hewan lainnya? (berkaitan dengan pertanyaan no

5).

18.

Apakah ada hubungan antara tabob dengan acara khusus lainya di dalam

masyarakat? Misalnya pelantikan raja, sidang adat, dll.

Pertanyaan Bagi Tokoh Masyarakat dan Perangkat Ohoi dan Anggota Masyarakat

(terutama yang biasanya mencari dan menangkap Tabob)

1.

Siapa saja yang biasanya melakukan pencarian terhadap tabob?


(4)

4

3.

Kapan biasanya dilakukan pencarian tabob?

4.

Persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum melakukan pencarian tabob?

5.

Apakah ada ritual khusus yang dilakukan sebelum melakukan pencarian atau dalam

perjalanan pencarian?

6.

Apa ada larangan atau syarat tertentu dalam kaitan dengan pencarian tabob?

7.

Apakah larangan tersebut sudah pernah dilanggar? dan Apa yang terjadi jika aturan

tersebut dilanggar?

8.

Apa ada sanksi yang dikenakan jika melanggar larangan atau syarat tersebut?

9.

Apa yang harus dilakukan untuk memulihkan keadaan karena melanggar larangan

tersebut?

10.

Apakah pencarian tabob harus dilakukan bersama-sama di satu lokasi?

11.

Di daerah mana saja tabob bisa ditemukan?

12.

Apakah ada aturan khusus atau cara dalam pencarian tabob?

13.

Berapa jumlah tabob yang biasa dicari pada tiap musimnya?

14.

Bagaimana cara menangkap tabob?

15.

Bagaimana cara memanggil tabob?

16.

Apakah ada orang khusus yang memanggilnya?

17.

Mengapa orang tersebut yang memanggil tabob?

18.

Biasanya tabob dicari dan dipanggil untuk hal apa saja?

19.

Setelah tabob ditemukan, bagaimana cara pemotongan dan pembagian tabob?

20.

Mengapa harus dilakukan pembagian tersebut?

21.

Apakah ada hubungannya dengan leluhur?

22.

Bagaimana jika pembagian tersebut tidak dilakukan sesuai aturannya?

23.

Apakah daging tabob hanya dibagi kepada masyarakat sekampung atau juga kepada

masyarakat Nufit yang lain/desa lain?

Pertanyaan umum

1.

Apa yang anda ketahui tentang tabob?

2.

Dari siapakah pertama kali anda mengetahui tentang tabob?

3.

Mengapa masyarakat mencari tabob?


(5)

5

4.

Menurut anda apakah tabob akan punah jika terus dibunuh?

5.

Apakah tabob bisa dijual?

6.

Apakah yang anda lakukan jika ada hukum resmi yang melarang pencarian dan

pembunuhan tabob?

7.

Apakah tradisi tentang pencarian tabob sampai sekarang masih dilakukan?

8.

Bagaimana konservasi tabob?

JADWAL PENELITIAN

N

o

Keg

AGUSTUS

SEPTEMBER

OKTOBER

NOVEMBER

DES

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

I

1

Menuju Tual

x

2

Pengurusan

Perijinan

x

3

Ke Lokasi

Penelitian

x

4

Penelitian

Lapangan

x

x

x x

x

5

Kembali ke

Salatiga

x

6

Penyusunan

Laporan

Penelitian

x

x

x x

x

x

7

Penyerahan

Hasil

Penelitian


(6)

6

Lampiran II

DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN

OHOI MADWAER

No

Hari/Tgl

Nama Informan

L

/P

Umur

Keterangan

1

Selasa, 7 Agustus 2012

Ny M. Jamlean/R

P

66

Isteri Raja Mangrib

2

Selasa, 7 Agustus 2012

Bpk Y. Renfaan

L

37

Anggota Masyarakat

3

Selasa, 7 Agustus 2012

Bpk S. Belnard

L

43

Anggota Masyarakat

4

Selasa, 7 Agustus 2012

Bpk S. Rumohoira

L

62

Kepala Urusan

Pembangunan

5

Rabu, 8 Agustus 2012

Bpk Z. Renfan

L

50

Sekretaris Majelis

Jemaat

6

Rabu, 15 Agustus 2012

Bpk A. Lumyar

L

32

Tuan Tanah

7

Rabu, 15 Agustus 2012

Bpk R. Ohoimurin

L

34

Sekretaris Ohoi

8

Sabtu, 18 Agustus 2012

Bpk J. Renfaan

L

39

Pejabat Ohoi

9

Sabtu, 18 Agustus 2012

Bpk Y. Renfaan

L

58

Badan Saniri Ohoi

Saniri Kemasyarakatan

10

Minggu, 19 Agustus 2012

Bpk M. Ohoimurin

L

42

Anggota Badan Saniri

Ohoi

11

Minggu, 19 Agustus 2012

Bpk P. Ohoimurin

L

53

Kepala Urusan Umum

12

Minggu, 19 Agustus 2012

Bpk D. Rumohoira

L

53

Tetua Adat

13

Selasa, 21 Agustus 2012

Bpk M. Renfaan

L

60

Tetua Adat

14

Selasa, 21 Agustus 2012

Bpk O. Renfaan

L

47

Anggota Masyarakat

15

Rabu, 22 Agustus 2012

Bpk V. Lumyar

L

38

Anggota Masyarakat

16

Kamis, 23 Agustus 2012

Bpk M. Renyaan

L

52

Guru SD

17

Kamis, 30 Agustus 2012

Bpk J. Lumyar

L

37

Anggota Masyarakat

18

Sabtu, 1 September 2012

Ny O. Lumyar

P

46

Anggota Masyarakat

19

Minggu, 2 September

2012

Bpk N. Renfaan

L

54

Anggota Masyarakat

20

Senin, 3 September 2012

Bpk J. Lumyar

L

50

Kepala Marga

21

Senin, 3 September 2012

Bpk A. Ngabalin

L

32

Anggota Masyarakat

22

Senin, 3 September 2012

Bpk S. Rumohoira

L

28

Anggota Masyarakat

23

Senin, 3 September 2012

Elis Renfaan

L

22

Mahasiswa

24

Rabu, 5 September 2012

Bpk H. Renfaan

L

Anggota Masyarakat

25

Rabu, 12 September 2012

B. Lumyar

L

23

Anggota Masyarakat


(7)

7

OHOI OHOIREN

No

Hari/Tgl

Nama Informan

L

/

P

Umur

Keterangan

1

Rabu, 22 Agustus 2012

Bpk A. Janwarin

L 43

Kepala Ohoi

2

Rabu, 22 Agustus 2012

Bpk A. Frawowan

L 58

Sekretaris Badan

Saniri Ohoi

3

Rabu, 5 September 2012

Bpk F. Rahayaan

L 57

Tuan Tanah

4

Rabu, 5 September 2012

Bpk R. Rahayaan

L 42

Guru SDNaskat

Ohoiren

5

Jumat, 7 September 2012

Bpk K. Rahayaan

L 71

Tetua

6

Jumat, 7 September 2012

Bpk A. Ngamel

L 50

Anggota Masyarakat

7

Jumat, 7 September 2012

Bpk A. Welafubun

L 66

Anggota Masyarakat

8

Jumat, 7 September 2012

Bpk M. Janwarin

L 53

Anggota Masyarakat

9

Jumat, 7 September 2012

Bpk H. Rahayaan

L 48

Anggota Masyarakat

10

Jumat, 7 September 2012

Bpk Y. Janwarin

L 51

Anggota Masyarakat

11

Jumat, 7 September 2012

Bpk G. Rahayaan

L 53

Ketua Badan Saniri

Ohoi

12

Sabtu, 8 September 2012

Bpk B. Janwarin

L 79

Kapitan

13

Sabtu, 8 September 2012

Bpk M. Rahayaan

L 52

Anggota Masyarakat

14

Minggu, 9 September 2012

Bpk S. Rahayaan

L 57

Tokoh Adat

15

Minggu, 9 September 2012

Bpk P. Rahayaan

L 35

Sekretaris Dewan

Pastoral Stasi

Ohoiren

16

Minggu, 9 September 2012

Bpk S. Rahayaan

L 54

Anggota Masyarakat

17

Minggu, 9 September 2012

Bpk N. Rahayaan

L 62

Anggota Masyarakat

18

Minggu, 9 September 2012

Bpk R. Rahayaan

L 50

Anggota Masyarakat

19

Minggu, 9 September 2012

Bpk T. Rahayaan

L 37

Anggota Masyarakat

20

Minggu, 9 September 2012

Bpk G. Rahayaan

L 50

Guru Agama Katolik

21

Minggu, 9 September 2012

Bpk M. Rahakbauw

L 62

Anggota Masyarakat

OHOI SOMLAIN

1

Rabu, 12 September 2012

Bpk A.Y. Ngamel

L

83

Raja Mantilur

2

Rabu, 12 September 2012

Ny M. Ngamel/E

P

75

Isteri Raja Mantilur

3

Rabu, 12 September 2012

Bpk A. Ngamel

L

47

Pejabat Ohoi

4

Kamis, 13 September 2012 Bpk H. Ngamel

L

44

Staf Ohoi

5

Kamis, 13 September 2012 P. Welafubun

L

26

Anggota Masyarakat

6

Kamis, 13 September 2012 Bpk A. Ngamel

L

35

Anggota Masyarakat

7

Kamis, 13 September 2012 C. Welafubun

L

25

Anggota Masyarakat

8

Jumat, 14 September 2012

Bpk A. Welafubun

L

63

Mantan Kepsek SD


(8)

8

OHOI OHOIRA

1

Sabtu, 4 Agustus 2012

Bpk G. Rumheng,

SH

L

Camat Kei Kecil Barat

2

Rabu, 8 Agustus 2012

Bpk M. Renyaan

L

59

Kepala Sekolah Dasar

Kristen Ohoira

3

Kamis, 30 Agustus 2012

Bpk Th. Warbal

L

45

Guru SD Madwaer

4

Selasa, 4 September 2012

Bpk O. Yalmav

L

38

Anggota Masyarakat

5

Selasa, 4 September 2012

Bpk N. Sedubun

L

72

Kepala Marga

Sedubun Yumaiubun

6

Selasa, 11 September 2012 Bpk H. Sedubun

L

41

Sekretaris Ohoi

7

Selasa, 11 September 2012 Bpk L. Sedubun

L

50

Anggota Masyarakat

OHOI UR

1

Selasa, 4 September 2012

Bpk T. Wirin

L

70

Tuan Tanah

2

Sabtu, 8 September 2012

Bpk Z. Rahakbauw L

71

Tokoh Masyarakat

3

Jumat, 14 September 2012

Bpk Y. Rumheng

L

57

Anggota Masyarakat

Lampiran IV

SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN ADAT

N

o

Ratschap

Nama

Raja

Negeri

Kedudukan

Desa/Kampung

1

Famur

Famur

Danar

Danar, Ngursoin, Elaar, Ohoitom, Ternat, Ohoiseb,

Ohoidertutu, Ohoidertom, Ngurwul, Let, Lumefar, Uf

dan Mar

2

Dit

Sakmas

Sakmas

Wain

Wain, Semav, Wain Baru, Abean, Iso, Disuk,

Vatngon, Yafadin, Ohoinol, Denfet, Ohoilus, Mastur.

3

Baldu

Hadat

Baldu

Hadat

Namser

(Dullah)

Namser, Rahangirit, Tamadan, Ngadi, Fidwatan,

Duroa.

4

Mantilur

Mantilur

Somlain

Somlain, Ohoira, Ohoiren, Warbal.

5

Si Sormas

Sor Mas

Ohoitahait

Ohoitahait, Ohoitel, Lairkamar, Watraan.

6

Meum Fit

Elkel

Yamtel

Ohoitel, Ngifut Tahit, Ngifut Nangan, Waur, Waur

Tahit, Yamtel Nabaheng, Vako, Rejamru Ohoilim.


(9)

9

Ohoiwut

Holat, Ohoifau, Ohoifruan, Efruan, Banda Eli,

Renfaan, Fanfau, Ragiar, Ohoilean, Ur, Wasar, Har,

Ohoirat, Ohoisoen, Wair Hor, Ngurbloat, Lor

Nguwul, Ad Mun, Weafan, Ngurditwain, Ohoitejun,

Ohoisoi dan Ohoi Ir

8

Pulau Kur

Kilmas

Kilmas

Kilmas, Kanara, Sermav, Bokwarin, Tobyal, Kamear

9

Meun Fit

Varat

Katel

Ohoinangan

Ohoinangan, Wulurat, Elat, Rahareng, Fatugirit,

Karkarit, Katlarat Vangamas

10

Matwaer

Mangrib

Matwaer

Matwaer, Tanimbar Kei, Ur

11

Yarbadan

Yarbadan

Tetoat

Tetoat, Dian, Letvuan, Evu, Marvuut, Arso, Watngil,

Ngufar, Ohoibadar, Madwat, Ngursit dan Wirin.

12

Tabab

Yamlin

Bamav

Fer

Fer, Weduafer, Rahangiar, Rerean, Hoat, Ngavan,

Farafus, Sungai, Hako, Tamangil, Duvin, Vatngon,

Kilwat, Weduar, Sather dan Tutrean.

13 Lo Ohoitel

Ibes

Nerong

Nerong, Larat, Mathoat, Wetuar, Lerohoilin,

Ohoiwait, Ohoirenan dan Harangur.

14

Songli

Songli

Rumat

Rumat, Rat dan Revav

15

Kirkes

Kirkes

Ibra

Ibra, Ngabul, Sathean

16

Lus Tuvle

Tuble

Tual

Tual, Taar, Ohoidertawun, Ohoililir

17

Jab Faan

Jab

Faan

Faan, Wearlilir, Langgur, Kolser, Ohoijang, Watdek,

Loon, Kelanit, Ohoider ratan (Ohoider Atas)

18

Manyeu

Manyeu

Rumadian

Rumadian, Lilboy, Debut, Lorngangas, Namar,

Ngilngof, Ngurbloat, Ngayub, dan Ohoiluk.

19

Pulau

Toyandu

Yamtel

Yamtel

Kampung-kampung di pulau Toyandu

20

Ub Ohoi

Faak

Elralang

Elralang

Elralang, Reyaan, Wear, Uwat, Ngurwalek, Hagur,

Ohoituf, Maar, Dangarat, Fravav, Wer, Wakal,

Ohoiker, Ngaat, Sirbante, Watsin, Vatroa, Bombay,

Ohoimai, Ngurdu, Hoartav.

Sumber: J.A.Pattikayhatu, dkk

, Sejarah Pemerintahan Adat di Kepulauan Kei Maluku

Tenggara

(Ambon:Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku, 1998), 23-25.


(10)

10

Lampiran IV

LAGU-LAGU TABOB

Lagu untuk mengiringi tarian tabob

1

O me he komkai tobi ni tom tom tabi tabai

Tabi ni tom bok bo nali tom dunyai

Nyai an mehe tom tabi tom tabai

Tom tabi tabai. Cerlele tom tabi tabai

Am kako nuhu fit bam sang

Mam tabob o yau e

Amyaruk vehe namris an bov harmes

Am veheyas bung sae e yau e

Artinya: Kamu sendiri baru mengetahui cerita tabob? Tabi punya cerita bagus, lebih

dari semua cerita di dunia ini, sejak dunia diciptakan. Kita Nufit pergi

mencari tabob, kita angkat penggayung sama-sama dan cepat mengelilingi

lokasi tabob.

Lagu yang dinyanyikan saat sementara mendayung untuk mencari tabob

2

Tarkihin bes ndok so wat’u mur nam lo

Mur horan lek

(tarkihin sudah digunakan untuk menikam tabob)

Artinya: Mengarahkan dan membawa perahu dengan lurus supaya bisa meniikam

tabob dengan tepat.

Lagu ini dinyanyikan saat mendayng dari pantai saat berangkat dan kembali dari

pencarian.

3

1 Wawancara dengan Ny M. Jamlean/R pada hari Selasa, 7 Agustus 2012. 2 Wawancara dengan Bpk M. Renfaan pada hari Selasa 21 Agustus 2012. 3


(11)

11

Lus yab kuk war me ron lai

Wad ban bo

Met ngodam el

Wad ban bo

Artinya: Tabob berenang pelan-pelan dan menunggu untuk ditikam.

Lagu untuk mencari Tabob

4

Wad laay ni rotan vit mam wang hob

O am mehe lin war Rat mangrib nas no

Mam wang hob o

Artinya: Kita mencari tabob karena perintah dari Raja Mangrib dan bukan sengaja

untuk mencari sendiri. Karena belum dapat, kita datang dan ingin mendapat

bagian untuk di makan.

Jika kembali dan mendapat:

Sir minan mwa yatan sir minan o

War mero lai ne wad ban bo

Artinya: Gemuk dari daging tabob jika diletakkan di atas api, minyaknya akan

meleleh.

Lagu-lagu yang biasa di gunakan untuk mencari Tabob

5

1.

Lagu ini dinyanyikan saat melakukan pencarian Tabob, dinyanyikan secara

berbalasan.

Rerek (solo):

nu fit mam ring hal haling o human nas wai o

Rombongan:

wai o human nas wai ntut ur siuw lor lim human nas wai o

Artinya : Lagu ini digunakan untuk menceritakan kepada orang lain bahwa

sejarah Nufit lain dari sejarah orang lain.

Ohot do nleb na u vel o mkas ni hoho

Mkas ni hoho nam hangat o mkas ni hoho

4 Wawancara dengan Bok Z. Rahakbauw pada hari Sabtu 8 September 2012. 5


(12)

12

Artinya: Segera menyiapkan peralatan untuk menikam tabob, karena sudah

dekat.

Mna Nuhu Yamko nfaneak mam ub naksor waro

Artinya: Kalau melihat pulau Nuhu Yamko berarti disitulah tempat tabob

berada.

Nak sor war mna nuhu yan ko nfaneak mam ub nak sor war o

Artinya: Telah sampai di tempat tabob

2.

Saat kembali dari pencarian

Rerek:

mwang bina win ru win tel mwang bina o

Rombongan:

bina o nim ru win tel mwang bina o

Artinya: Lagu ini memberikan tanda kepada masyarakat di

Ohoi

jumlah

tabob yang di peroleh saat itu.

Win tel

berarti tiga ekor.

3.

Lagu ini dinyanyikan untuk mengundang semua saudara di

ohoi

untuk

melakukan pemotongan dan pembagian, dan makan bersama-sama.

Sir minan mwai yatan o hel dit dok do mwai yatan o

Yatan o mwai yatan o hel dit dok do mwai yatan o

Artinya: Saudara-saudara perempuan (

dit dok )

datanglah dan masak bagian

hati tabob

Lampiran V

Berbagai

versi

sejarah

tabob

yaitu:

Versi pertama diperoleh dari Raja Mantilur yang berkedudukan di Somlain.

6

Versi ini

sama dengan yang diceritakan oleh beberapa informan dari Madwaer.

7

Ceritanya sebagai

berikut:

6A. J. Ngamel, “Sejarah Nufit” (kumpulan tulisan tentang berbagai cerita sejarah di Nufit, 1997)


(13)

13

Pada masa sebelum terbentuknya batas wilayah Nufit Haroa, tiba di Nufit dua musafir asal Bali (Soat Bal). Kedua Musafir itu adalah Tabi dan Tabai. Tabi beristrikan Nendai dan Tabai beristrikan Afmas. Perjalanan mereka dari Bali singgah di Pulau Kuur. Di sana mereka memancangkan bendera Sair Lak di Tanjung Watsua Song. Dari Kuur (Watsua) mereka meneruskan perjalanan ke pulau Kei Kecil (Nuhu Roa) melalui Nuhu Tawun (P.Dulang, yang sekarang dikenal dengan Pulau Dullah) dan mendarat di Kalvik. Dari Kalvik mereka menuju ke Vaan/ Faan dan mendarat di Rumheng dan terus masuk ke Woma Furngas. Barang bawaan mereka saat itu dari Soat Bal (Bali) adalah satu tempat sirih besar, dengan sebuah batu papan (tebal 10 cm, lebar 70 cm, panjang 1 meter). Tempat sirih itu adalah Baan Rit dan dinamakan Ngutun Rit Tenan Bes.8 Setelah Tabi dan Tabai berada (tinggal) beberapa lama di Lorngas Vaan/Faan, berangkatlah mereka menyusuri pesisir barat pulau Kei Kecil menuju ke selatan dan sampailah di Nufit. Di Nufit mereka mendarat dan bermukim di Arlo’on Tanjung Yale. Barang bawaan mereka yaitu Baan Rit ditinggalkan di Vaan/Faan (wilayah vaan disebut Ohoivut). Tabi dan Tabai merasa nyaman bermukim di Nufit Arloon. Di sana, Tabi beristerikan Dai, Tabai beristerikan Afmas. Tabi memperoleh seorang anak laki-laki yang diberi nama Boimas. Pada suatu hari Boimas ingin mencuci rambut dengan santan kelapa. Ia menyiapkan parutan kelapa yang dijemur dalam nyiru. Saat hendak mencuci rambut, ia mencari parutan kelapa yang dijemurnya, tetapi tidak ditemukan. Ternyata angin telah menerpa/melayangkan tempat jemur kelapa kukur (Nyiru /sifat) itu dan terhempas hilang. Tempat jemuran (nyiru/sifat) terbawa angin sampai di Kei Besar (tersangkut di pulau kecil dekat Elat). Pulau itu kemudian dinamakan Sifat atau Ifat. Boimas menangis menuntut agar orang tuanya mencari kelapa pembasuh/pencuci rambut tersebut (Nuur Ferfer). Pada masa itu belum ada kelapa di kepulauan Kei jadi harus dicari di luar kepulauan Kei. Oleh karena itu, Tabi dan Tabai mulai melengkapi perahunya dengan menggunakan ular (Yatel) menjadi tali layar, ikan bibi (Ngis) sebagai penimba ruang, ikan gurita sebagai tali sauh, sedang tali pengikat kemudi digunakan ular laut belang (vurek). Di ujung tiang layar ditempatkan burung elang (Lus). Sesudah itu mereka mulai berlayar ke utara dengan tujuan Dai Kovyai (Dai= Seram, Kovyai=Irian). Akhirnya sampailah mereka di Kovyai-Karas Bastul - wilayah Kaimana-Karoi. Di Kaimana/Karoi, penguasa (Rat Badmar) tidak menerima kehadiran mereka karena itu penguasa hendak menyerang mereka.

Peperangan antara Rat Badmar dan Tabi, Tabai pun terjadi. Dalam Perang, mereka tidak menggunakan senjata tajam tetapi menggunakan kekuatan alam (cuaca). Rat Badmar (penguasa Kaimana-Karoi) memberitahukan kepada Tabi dan Tabai, bahwa akan ada perang (saling menyerang). Serangan pertama dilakukan oleh Rat Badmar, ia peringatkan Tabi dan Tabai agar bersiap menghadapi serangan yang akan muncul malam hari nanti. Rat Badmar menggunakan angin utara untuk menyerang Tabi dan Tabai. Agar bertahan terhadap serangan Rat Badmar, Tabi dan Tabai memanggil burung elang datang membuka sayap untuk melindungi mereka dari hujan. Mereka memerintahkan ikan gurita untuk menahan perahu mereka agar kuat/ bertahan ketika datangnya hembusan angin taufan. Mereka juga mengingatkan ikan bibi agar siap menimba ruang bila air masuk dalam perahu. Lalu Tabi dan Tabai memanggil ikan paus datang mengelilingi perahu mereka agar terlindung dari serangan angin badai dan gelombang. Ketika matahari terbenam mulailah kilat, guntur, dan angin badai utara menyerang mereka (Tabi dan Tabai). Semalam suntuk badai, angin, hujan, kilat dan guntur menimpa perahu mereka. Namun mereka tetap berlabuh dengan aman sampai terbitnya matahari. Setelah berakhir serangan Rat Badmar, datanglah giliran Tabi dan Tabai untuk menyerang. Pada siang hari mereka menyampaikan pada Rat

7

Cerita yang sama dalam bentuk tertulis diperoleh dari Ny M. Jamlean/R yang adalah isteri Raja Mangrib, Madwaer.

8

Ketika mereka meninggalkan Faan, dibangunlah suatu hubungan pela darah yang merupakan sebuah hubungan kekerabatan antara Nufit dengan Ohoivut. Wakil dari kedua pihak saling menyayat tangan, dan menghisap darah (Teabel). Setelah sayatan tangan dan hisapan darah, Ohoivut (meliputi beberapa ohoi yaitu Faan, Weralilir, Ohoijang, Watdek, Tual, Taar, Kolser, Laon, Kelanit, Namar, Selayar, Lairngangas, Ngilngof, Ngurboat, Ngayub, Ohoiluk, Rumadian dan Debut) dan Nufit telah menjadi sedarah sedaging. Ngutun Rit disamakan dengan pria, sedangkan Tenan Bes sebagai wanita. Dengan demikian, di antara mereka dilarang untuk melakukan perkawinan.


(14)

14

Badmar serta semua penduduk agar bersiap-siap. Rumah-rumah penduduk harus kuat dan kokoh terhadap hembusan angin badai karena nanti malam akan diserang badai dari selatan. Ketika matahari mulai terbenam, kilat, guntur, hujan dan angin badai datang menghembus rumah penduduk. Gelombang pantai mengamuk hingga air laut naik dan masuk ke perkampungan. Di tengah amukan badai dan gelombang, Tabi dan Tabai memerintahkan ikan paus pergi ke tepi pantai dan menyembur air laut sebanyak-banyaknya sampai dalam kampung Rad Badmar, hingga rumah-rumah penduduk terbongkar dan hanyut. Rat Badmar beserta rakyatnya berteriak meminta ampun serta pertolongan. Serta merta angin taufan / badai mulai reda dan amukan ombak pun berhenti. Pada pagi hari setelah peristiwa badai dari selatan, Tabi dan Tabai disambut Rad Badmar (penduduk menerima mereka turun ke darat). Di darat penduduk mempersilahkan mereka memilih menurut kesukaan mereka dari tawaran penduduk. Tabi dan Tabai diberikan beberapa pilihan, diantaranya daratan seluas berapa saja yang mereka mau, atau pulau mana saja yang ingin mereka miliki, sebagai pemenang (Tatak Tab), agar peperangan tidak berlanjut, tidak terbawa keluar (Oba). Mereka tidak menginginkan daratan atau pulau, tetapi mereka memilih ikan bulus yang banyak berada di atas pasir pantai, yang akan bertelur untuk dijadikan bahan Tatak Tab. Dengan itu peperangan terselesaikan atau berakhir di tempat (Oba). Oleh karena itu ikan bulus dikenali (oleh Tabi dan Tabai) dengan nama Tabob (Tab-Ob). Kini yang dipikirkan oleh mereka yaitu bagaimana cara membawa ikan bulus yang telah mati. Rat Badmar dan penduduk memberikan pada Tabi dan Tabai daun dab dengan menerangkan bahwa bila berangkat (berlayar pulang) gunakan daun tersebut dan gamailah, nanti ikan bulus akan ikut sampai tujuan dan akan tinggal menetap di sana. Sewaktu Tabi dan Tabai hendak pulang, seorang penduduk Kovyai yang bernama Karas Bastul Karoi menghiasi ikan bulus dengan membuat kalung leher ikan bulus. Dan yang menjadi pengiring ikan bulus, diberikan satu pasang ikan bandeng (Wumur) dan sepasang ikan bubara (Lanur Besbes). Pada batang ekor ikan bubara, ditaruhnya gelang anyaman dari rotan. Berangkatlah mereka pulang disertai dengan sekawanan ikan bulus yang terdiri dari tujuh ekor vevan fit-ikan bandeng (wumur) dan ikan bubara (langer besbes). Pada pertengahan perjalanan kembali menuju Kei, mereka menggamai/memanggil Tabob dengan menggunakan daun dab, sampai di Kei (Nuhu Muar) nuhu tawun (Dullah), Tabi dan Tabai berlayar langsung menuju Faan-Rumheng turun di Faan Woma Lorngas bertemu dengan penduduk dan membujuk mereka agar tabob bisa dipelihara di Rumheng. Karena penduduk Faan melihat ukuran tabob yang begitu besar, maka mereka menolak dipelihara di Rumheng dengan alasan bahwa nanti kalau air surut (meti) pelabuhan akan dirusakkan, penduduk Faan memerintah untuk memelihara ikan bandeng (wumur) di Faan.

Setelah itu, Tabi dan Tabai berangkat menuju Nufit, mereka berlayar membawa tabob dan LanurBesbes menyusuri tepi barat sampai di Sit Ni Ohoi (Dudunwahan). Mereka singgah di Sit Ni Ohoi. Tabi dan Tabai mendarat dan memangkur sagu. Saat itu ampas sagu (ela) dibuang ke depan Sit Ni ohoi, dan menjadi sebuah pulau yang kemudian dinamakan pulau Uut. Dari Sit Ni Ohoi, mereka berangkat lagi ke Wair (tanjung Nayuun). Di Wair, anak Tabi yang bernama Falikormas wafat. Mayat anak itu diletakkan dalam goa di Wair dan goa itu dinamakan Wa Sa’ai. Mereka terus berlayar dan tiba di pulau kecil dekat Ngursit. Mereka berlabuh dan memasak. Ampas/sisa parutan kelapa syang telah diambil santannya dibuang di pulau itu, akhirnya pulau itu dinamakan Nuur Nguva (ampas kelapa). Mereka berlayar lagi dan sampai di Tahai Dee (daerah pelabuhan Wab). Di Wab mereka kehabisan air minum. Mereka turun mengambil air membawa bambu (tempat air), sisa dari bambu yang dibawa ditanam di situ, air sumur itu dinamakan wearLoar/Wear Loan. Tabi dan Tabai berlayar lagi di atas meti Silak Rahar. Saat merokok, puntung rokoknya di buang ke laut. Puntung rokok yang dibuang ke laut menjelma menjadi ikan serseran. Ketika makan sirih, sisa kapur sirih dihempaskan ke laut. Kapur sirih yang dihempaskan ke laut menjadi ikan kapas-kapas (kaon diil). Meti silak sahar terletak di depan kampung Ohoira (yamlim) dan Ohoiren. Mereka berlayar terus dan saat tiba di depan kampung/desa/ohoi Somlain, mereka membuang penggalan buah sirih. Penggalan buah sirih yang dibuang ke laut itu menjadi ikan kepala batu (ngam). Selanjutnya, mereka berlayar lagi untuk mencari tempat pemeliharaan tabob dan ikan bubara, akhirnya mereka sampai di tanjung Doan, mereka berlabuh dan mulai mencicipi bekal (ketupat). Sesudah makan Tabi memungut kulit ketupat dan melempar ke darat (tangjung Doan) dan menembus batu tanjung di situ (Tabi Ntev Lehe Tuun). Karena mereka tidak menemukan tempat yang cocok untuk pemeliharaan tabob dan ikan bubara, mereka kembali dan singgah di Ngur Mun Watwahan nama aslinya Ded Watma. Di situ mereka menempatkan ikan Bubara di satu goa dan kembali mengantar


(15)

15

tabob menuju Arlo’on. Sampai di Arlo’on mereka tingalkan tabob di antara Tanjung Arat dan Laye (tabob ni Lutur). Penempatan ikan bubara di Laer En Tel dan tabob di Tuun En Fit. Setelah mereka menemukan tempat pemeliharaan bubara dan tabob, mereka kembali berlabuh di pelabuhan pemukimannya. Mereka mendirikan tokong (tongkat/galah) di situ dan menjadi batu (Tabi ni lead), daun Dab diikat di tangar ikan bubara untuk dijaga dan dipelihara oleh Tabai, sedangkan tabob dipelihara oleh Tabi. Setelah itu mereka turun ke darat dan ke pemukiman untuk beristirahat. Pagi hari berikutnya, mereka ke satu telaga untuk membasuh muka. Tai/kotoran mata yang dibuang ke telaga menjadi siput kecil namanya El. Dengan demikian telaga itu dinamakan Telaga El. Perkembangan tabob dan ikan bubara seiring dengan perkembangan waktu. Masyarakat Nufit memanggil tabob dengan sebutan UB. Tabi bisa menangkap tabob dan ikan bubara untuk dimakan kapan saja, jika mereka mau/perlu. Pada suatu hari, Tabai ingin mencicipi daging tabob maka ia ketemu Tabi untuk meminta kalau boleh memberikan kepadanya seekor tabob. Tabi mempersilahkan Tabai menangkap sendiri karena Tabai belum tahu cara menangkap tabob.Tabi memberikan petunjuk menggunakan alat tikam (horan Tal) yang tajam (Tarkihin) dibuat dari gaba-gaba untuk menangkap tabob. Setelah Tabi mendengarkan petunjuk dari Tabai, ia turun ke pantai. Pada saat itu, kebetulan seekor tabob muncul lalu Tabai menikamnya. Namun ternyata alat tikamnya rusak, maka ia pulang memberitahukan kepada Tabai, lalu Tabai pergi ke tempat persembunyian alat tikam yang terbuat dari besi. Saat Tabai keluar mengambil alat tikamnya Tabi dengan diam-diam mengikuti Tabai dari belakang dan melihat alat tikam kepunyaan Tabai. Tabai pergi menagkap Tabob dan berikan kepada Tabi, tetapi Tabai sangat terkejut ketika mendengar cerita bahwa Tabi sudah mengetahui dan melihat alat tikam milik Tabai. Berselang beberapa waktu, Tabi meminta tabob dari Tabai. Karena sudah ketahuan Tabi mengetahui alat tikam Tabai, ia (Tabai) mengatakan (peringatan) bahwa Tabi boleh pergi sendiri asalkan tabob yang berkepala putih jangan ditikam karena itu adalah induknya (Uun Yedyed), karena kalau engkau (Tabi) menikam yang berkepala putih, niscaya tabob akan memutuskan tali dan liar mengganas; tabob akan membongkar luturnya sehingga semua tabob akan lari dan liar. Tabi tanpa menghiraukan nasehat /peringatan Tabai, ia ke Pantai Ngev untuk menangkap Tabob. Saat di pantai Ngev, kebetulan yang muncul adalah yang berkepala putih. Tanpa mempedulikan peringatan/pesan Tabai, ia menikamnya (yang berkepala putih). Induk tabob merontak dengan ganas hingga tali tikaman putus. Pada saat itu mulai tabob liar, ganas serta buas dan lari ke laut setelah membongkar luturnya (pagar batu). Pada saat itu tabob berpesan; ”Bila kalian mencari dan untuk bertemu dengan kami, makanan dan minuman (bekal yang dibawa) harus dihabiskan, baru kita berjumpa di Meti Ngon ten Baf”. Nyanyian pernyataan tabob saat keluar dari tempat pemeliharan ialah “Venan fot ro mtubur tahai nendai mu o … Nen dai mu mavav taan ruslak Nen dai mu o...

Versi kedua, diceritakan secara garis besarnya sebagai berikut:

Tabob berasal dari Papua, kekuasaan Raja Namatota (pulau tersendiri). Ada sebuah keluarga yaitu Tobi dan isterinya, Tobai dan adik perempuan mereka yang bernama Boimas. Reli adalah desa Tobi dan isterinya sedangkan Badangmas adalah desa Tobai (dia tidak menikah). Pada suatu hari, Tobi dan isterinya serta Tobai berangkat ke kebun, sedangkan Boimas yang adalah adik perempuan mereka tinggal di rumah. Pada saat itu, angin selatan (manusia yang menjelma menjadi angin) meniup nyiru miliknya. Di dalam nyiru tersebut diletakkan kelapa untuk mencuci rambut. Boimas pun menangis sampai mereka kembali ke rumah. Ia menceritakan semua yang terjadi dan mereka sepakat untuk mencari nyiru tersebut karena mereka juga telah mengetahui siapa yang mengambil benda tersebut. Mereka berangkat dan membawa Boimas untuk tinggal di desa Ur. Mereka pun berangkat dengan rute perjalanan yaitu mereka ke Faan bertemu dengan Hila e Rumangun (Raja) untuk mengambil bekal dan mencari nyiru. Kemudian di depan kota Elat, mereka menemukan nyiru yang dicari tetapi benda tersebut telah menjadi batu (sekarang pulau depan Elat disebut Ifat). Maka mereka pun tiba di Papua, daerah kekuasaan Raja Namatota. Sampai di sana, mereka berperang dengan penduduk setempat. Perlengakapan mereka yaitu Tali Jangkar (gurita), ikan saku (buah sauh), ikan duri/bibi menjadi timba ruang, dan burung Rajawali


(16)

16

sebagai pelindung. Raja pun menyerang mereka dengan angin yang kencang tetapi mereka tidak apa-apa. Sekarang giliran mereka kembali menyerang dengan cara ikan duri menyemburkan air ke desa mereka dan hampir tenggelam sehingga mereka pun menyerah. Karena kemenangan tersebut, mereka mendapat pemberian tabob, sepasang ikan bubara, ikan bandeng (wumur) yang mengikuti belakang perahu mereka. Mereka pun membawa tempat sirih (Ngutunrit). Perjalanan pulang, mereka ke Faan dan memberikan ikan bandeng (wumur) dan bagian bawah dari tempat sirih (tenanbes). Di sini, mereka mengangkat pela dalam bentuk mengisap darah agar menyatu dalam segala hal, susah bersama, dan tidak bisa saling kawin. Dalam perjalanan selanjutnya, mereka memangkur sagu lalu sisa/ampas yang disebut ela di buang ke laut dan menjadi pulau Uut. Kemudian perjalanan dilanjutkan, dan anak laki-laki Tobi yang bernama Sowe Kurmas meninggal. Selanjutnya, mereka melakukan perjalanan dan tiba di Larngangas, membuang abu rokok di teluk dan menjadi ikan samandar yang bagian kepalanya terasa pahit. Mereka terus melakukan perjalanan, dan di tengah laut, mereka membuang sisa/ampas kelapa dan menjadi pulau Nur Ngufa. Kemudian puntung rokok di buang dan menjadi ikan serseran/ikan terbang, kotoran badan di buang dan menjadi ikan kepala batu. Mereka pun tiba di Arat dan di sini tongkat/tokong berubah menjadi batu. 9

Versi ketiga pada umumnya sama dengan cerita sebelumnya, namun memiliki

perbedaan-perbedaan tertentu. Ceritanya sebagai berikut:

Tabob berasal dari Papua/Irian (et nabai). Tobi dan Tobai berasal dari Irian/Papua. Bukan mereka mencari nyiru yang hilang, tetapi tempurung/kulit yang digunakan untuk mencuci rambut. Oleh karena itu mereka mencari benda ini dan berperang dengan orang di sekitar tempat mereka berasal yaitu Papua dalam arti bertaruh kekuatan. Masyarakat disitu membuat angin kencang, namun Tobi dan Tobai tidak apa-apa. Giliran mereka membalas, angin kencang membuat rumah-rumah roboh dan hancur. Karena memenangkan pertarungan maka mendapatkan tabob sebagai hadiah. Mereka pun berangkat dan kembali ke Kei Besar Utara membawa tabob sebagai imbalan kemenangan dan tinggal di situ. Mereka juga membawa ikan bubara. Kemudian berlabuh di pulau depan Elat, dan ke Faan. Mereka kemudian merangkat ke luar dari Faan mengangkat penutup besi, kuningan dan mengangkat pela dengan Faan. Mereka berangkat dari situ dan ditengah perjalanan mereka membuang ampas sagu dan menjadi pulau Uut. Mereka melanjutkan perjalanan ke tanjung Nudin, di sini anak lelaki mereka meninggal dan dikuburkan di situ dengan tanda batu. Sampai di Debut, mereka membuang ampas kelapa dan menjadi pulau Nur Nguva. Lanjut lagi ke Waab, dan berlabuh. Mereka bertemu dengan seseorang yang sedang mencari ikan dan memberitahukan bahwa mereka mencium bau api. Mereka singgah di Waab dan menaruh bambu air di situ sebagai batas Nufit. Mereka pun melanjutkan perjalanan ke meti Sirlak. Di situ mereka meninggal ikan serseran, ngam di tanjung. Mereka berangkat ke Tanjung Arat dan mengambil tokong dan menancapkan ke daratan. Tokong ini pun menjadi batu. Mereka berlabuh satu dua hari di sini. Mereka kemudian ke tanjung Doan, mengambil ketupat, memakannya dan mengambil daun ketupat melempar ke arah tanjung hingga berlubang. Mereka ke abwavan dan tinggal di situ dengan membawa tabob. Tobai memelihara tabob. Mereka membagi batas tanah dari Waab hingga ke Ohoidertutu adalah batas wilayah Nufit. Batas-batas Nufit karena perjalanan Tobi Tobai yang bertemu dengan orang Waab dan menentukan batas tanah. Di sini Nufit terbentuk.10

9Wawancara dengan Bpk G. Rumheng, SH (camat Kei Kecil Barat, anggota masyarakat ohoi Ur)

pada hari Sabtu, 4 Agustus 2012.

10Wawancara dengan Bpk J. Janwarin (bergelar kapitan karena menurut sejarah adat beliau pernah


(17)

17

Versi keempat memiliki kesamaan dalam hal perbuatan ajaib yang dilakukan Tobi

dan Tobai, namun berbeda dalam hal asal usul kedua orang ini. Garis besar ceritanya

sebagai berikut:

Tabi dan Tabai bukan dari Bali atau Irian, tetapi adalah orang Kei Kecil Barat asli. Dulu, apa yang dilakukan seseorang akan jadi seperti ang dinginkan. Anak mereka sementara membersihkan padi, lalu ditiup angin selatan. Nyiru itu pun diterbangkan angin (sekarang menjadi pulau depan Elat yaitu Sifat artinya nyiru). Anak ini pun menangis meminta untuk mencari benda tersebut. Kedua orang ini pun mencari melewati Kei Kecil, Kei Besar hingga ke Papua daerah kekuasaan Raja Mata Ampat. Kemudian mereka mengambil keputusan untuk berperang namun bukan dengan senjata namun dengan angin, ombak. Raja Mata Ampat terlebih dahulu menyerang. Dulu, perahu yang digunakan Tabi dan Tabai memiliki semang dari ikan saku, jangkar dari gurita, timba ruang dari ikan durian, rumah dari burung elang. Selama tiga malam mereka diserang namun tidak apa-apa. Mereka kemudian membalas menyerang, dan berhasil menghancurkan rumah penduduk. Karena itu mereka menyerah kalah. Karena menang, maka mereka di berikan imbalan dengan memilih sendiri apa yang disukai untuk dibawa pulang, karena itu mereka memilih tabob. Tiba waktunya mereka pulang, membawa tabob dan daun dab afmas. Mereka pun ke Wair (Kei Besar Utara Timur), kemudian ke Ohoiel dan menitipkan ikan bibi di situ. Mereka kemudian ke tanjung Kei Besar Atas dan menyeberang ke Elar, dan ke Rumaat dan menitipkan ikan bulana di situ. Kemudian ke Faan, karena mereka ingin mengambil bekal maka singgah di sini. Mereka mengambil sagu sebagai bekal dan mengambil bagian atas/penutup dari tempat bekal, bagian bawahnya ketinggalan di Faan. Dari sini muncullah ikatan pela dengan Faan. Jangkar mereka lepas dan menjadi pulau Fair. Lalu mereka tiba di Dudunwahan/Sidniohoi mereka mengangkat kucing dan membawa ke Ngursit. Mereka tiba di tanjung Nadiun, anak laki-laki meninggal dan ada tanda batu. Dulu semuanya serba jadi batu. Mereka pun tiba di Namar sudah siang. Isterinya mencuci rambut dan sisa/ampas kelapa di buang di depan Debut menjadi pulau Nur Nguva. Membuang puntung rokok menjadi ikan balobo yang kepalanya pahit (Ohoira-Ohoiren). Bagian Somlain, mereka membuang kotoran kulit menjadi ikan kepala batu. Tiba di El, mereka membuang kotoran mata menjadi siput bernama El dan telaga itu dinamakan telaga El. Tokong/tongkat pun ditancapkan dan menjadi batu. Tabob di bawa ke abwavan. Mereka meletakan ikan bubara di ohoi Ohoidertutu. Kemudian mereka meletakkan perahu di Ohoidertom. Melewati tanjung, ia melemparkan ketupat hingga tanjung terbelah dan terpisah menjadi sebuah pulau.11

Versi kelima berbeda dengan versi-versi sebelumnya. Secara garis besarnya sebagai

berikut:

Nama sebenarnya bukan Tobi Tobai tetapi Labi Labai beasal dari Buton. Mereka berjalan mencari seseorang yang terdampar/hanyut sejak kecil di meti Ngon Ten Baf dan ditemukan oleh orang Madwaer. Orang Madwaer kemudian menjadikannya sebagai pesuruh (mengambil air, kayu bakar, dan sebagainya), tetapi ketika dia menjadi orang suruhan, mereka kemudian sakit. Dari sini mereka berpikir orang tersebut bukan sembarang orang dan mereka menjadikan dia Raja Mangrib (karena ia terdampar sore hari). Labi Labai ingin mencari anak yang hilang ini untuk memberikan harta yang menjadi bagiannya. Mereka mencari anak yang hilang ini dengan melakukan perjalan hingga ke Papua. Di sana mereka melakukan

11Wawancara dengan Bpk Z. Rahakbau (tokoh masyarakat ohoi Ur) pada hari Sabtu, 8 September


(18)

18

pertarungan dan menang, sehingga membawa tabob dari Papua/Irian. Mereka meninggalkan ikan wumur di Faan, beserta Ngutunrit. Di Madwaer ada telaga kecil sebagai bukti perjalanan mereka.12

Lampiran VI

Peta Ohoi Madwaer

Peta Ohoi Ohoiren

12Wawancara dengan Bpk M. Rahakbau (anggota masyarakat ohoi Ohoiren) pada hari Minggu, 9


(19)

19


(20)

20

Lampiran VI


(21)

21

Lampiran VII

Rumah Raja Mangrib di Madwaer

Kantor desa yang sementara dalam

pembangunan, karena itu rumah

pejabat difungsikan sementara sebagai

kantor dan tempat pertemuan.


(22)

22

Gereja Jemaat Madwaer yang sementara digunakan sambil

menunggu pembangunan gedung gereja baru

Gedung Gereja Jemaat Madwaer yang sementara

dalam pembangunan


(23)

23

Rumah kepala desa sekaligus sebgai kantor

desa.

Siran

sebagai tempat pertemuan adat

Nuift yang sudah tidak difungsikan lagi.

Posyandu di ohoi Ohoiren

Sekolah Dasar Nasional Katolik di

Ohoiren


(24)

24

Aktivitas peneliti bersama beberapa warga mengunjungi tempat-tempat sejarah

tabob di Madwaer


(25)

25

Wawancara dengan beberapa

anggota masyarakat Ohoi

Ohoiren

Wawancara dengan kapitan

Ohoiren

Bersama beberapa warga Madwaer dan

seorang warga Ohoira yang ikut mencari

dan menikam tabob

Peneliti bersama dengan Pejabat dan


(26)

26

Wawancara dengan tokoh masyarakat dan tuan tanah

ohoi Ur

Wawancara dengan seorang kepala

marga dan anggota masyarakat ohoi

Ohoira

Wawancara dengan kepala sekolah

dasar Kristen Ohoira


(27)

27

Wawancara dengan pejabat

dan staf ohoi serta beberapa

warga Somlain

Seorang warga Somlain sedang

menjelaskan tentang lagi-lagu

tabob kepada peneliti

Peneliti bersama dengan Raja

Mantilur di Somlain.

Bersama Ketua dan anggota

Majelis Jemaat GPM


(28)

28

Lampiran VIII

Dokumentasi Tradisi Pencarian Tabob di Madwaer

Beberapa warga Madwaer saling membantu mendorong perahu untuk melakukan

pencarian tabob

Tabob yang telah ditemukan di tarik bersama-sama ke atas daun kelapa dan dibawa

ke pesisir pantai di tempat pemotongan/

siran


(29)

29

Beberapa orang warga sedang melakukan pemotongan tabob sambil

berpedoman pada syarat dan aturan yang telah ditetapkan yaitu

memisahkan bagian-bagian terlarang/

pamali

terlebih dahulu yang

dikhususkan kepada orang yang mencari tabob dengan bagian


(30)

30

Bagian tali perut tabob yang sedang dibersihkan oleh beberapa anak

Bagian kulit dan kepala yang sedang di potong dan dibersihkan

Selanjutnya daging tabob dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan dibagikan

kepada seluruh angota masyarakat yang hadir saat itu mau pun yang tidak hadir.


(31)

31

Setelah mendapat bagian masing-masing ada keluarga yang langsung mengolah daging

dengan bakar batu/umun tetapi ada juga yang melakukannya di besok hari


(1)

26

Wawancara dengan tokoh masyarakat dan tuan tanah ohoi Ur

Wawancara dengan seorang kepala marga dan anggota masyarakat ohoi

Ohoira

Wawancara dengan kepala sekolah dasar Kristen Ohoira


(2)

27 Wawancara dengan pejabat

dan staf ohoi serta beberapa warga Somlain

Seorang warga Somlain sedang menjelaskan tentang lagi-lagu

tabob kepada peneliti

Peneliti bersama dengan Raja Mantilur di Somlain.

Bersama Ketua dan anggota Majelis Jemaat GPM


(3)

28 Lampiran VIII

Dokumentasi Tradisi Pencarian Tabob di Madwaer

Beberapa warga Madwaer saling membantu mendorong perahu untuk melakukan pencarian tabob

Tabob yang telah ditemukan di tarik bersama-sama ke atas daun kelapa dan dibawa ke pesisir pantai di tempat pemotongan/siran


(4)

29

Beberapa orang warga sedang melakukan pemotongan tabob sambil berpedoman pada syarat dan aturan yang telah ditetapkan yaitu memisahkan bagian-bagian terlarang/pamali terlebih dahulu yang dikhususkan kepada orang yang mencari tabob dengan bagian


(5)

30

Bagian tali perut tabob yang sedang dibersihkan oleh beberapa anak

Bagian kulit dan kepala yang sedang di potong dan dibersihkan

Selanjutnya daging tabob dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan dibagikan kepada seluruh angota masyarakat yang hadir saat itu mau pun yang tidak hadir.


(6)

31

Setelah mendapat bagian masing-masing ada keluarga yang langsung mengolah daging dengan bakar batu/umun tetapi ada juga yang melakukannya di besok hari


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Sosio-Antropologis Tentang Sasi dan Denda 9-9 di Negeri Hunitetu Kabupaten Seram Bagian Barat

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: TABOB (Kajian Sosio Antropologis Terhadap Pemahaman Masyarakat Nufit Haroa Tentang Tabob)

1 2 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: TABOB (Kajian Sosio Antropologis Terhadap Pemahaman Masyarakat Nufit Haroa Tentang Tabob) T2 752011007 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: TABOB (Kajian Sosio Antropologis Terhadap Pemahaman Masyarakat Nufit Haroa Tentang Tabob) T2 752011007 BAB II

2 13 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: TABOB (Kajian Sosio Antropologis Terhadap Pemahaman Masyarakat Nufit Haroa Tentang Tabob) T2 752011007 BAB IV

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: TABOB (Kajian Sosio Antropologis Terhadap Pemahaman Masyarakat Nufit Haroa Tentang Tabob) T2 752011007 BAB V

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Suatu Kajian Sosio-Budaya Tentang Sakralnya Pusat Pulau dalam Pemahaman Orang Abubu di Pulau Nusalaut – Maluku Tengah

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Suatu Kajian Sosio-Budaya Tentang Sakralnya Pusat Pulau dalam Pemahaman Orang Abubu di Pulau Nusalaut – Maluku Tengah

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Budaya Ganti Nama dalam Masyarakat Amarasi di Pulau Timor: Kajian Sosio Teologi

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Imajinasi Orang Kupang tentang Arwah: Studi Antropologis Teologis terhadap Pemahaman Orang Penfui tentang Arwah Korban Kecelakaan Lalu Lintas

0 0 1