Penerapan Pembelajaran Inovatif dalam pelajaran Aqidah Ahklak Siswa Kelas VII di MTsN Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran Inovatif a. Pembelajaran inovatif

Inovatif (innovative) yang berarti new ideas or techniques, merupakan kata sifat dari inovasi (innovation) yang berarti pembaharuan, juga berasal dari kata kerja innovate yang berarti make change atau introduce new thing (ideas or techniques) in oerder to make progress.1 Pembelajaran, merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar, atau pembelajaran.2 Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh guru atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar.3 Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi pebelajar untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran inovatif tersebut, tampak di dalamnya terkandung makna pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul sebagai akibat seseorang

1 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007),hal. 2

2 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hal. 3

3 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007),hal. 9


(2)

merasakan adanya anomali atau krisis pada paradigma yang dianutnya dalam memecahkan masalah belajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan masalah tersebut. Perubahan paradigma seyogyanya diakomodasi oleh semua manusia, karena manusia sebagai individu adalah makhluk kreatif. Namun, perubahan sering dianggap sebagai pengganggu kenyamanan diri, karena pada hakikatnya seseorang secara alamiah lebih mudah terjangkit virus rutinitas.4 Padahal, di dalam pendidikan, banyak kalangan mengakui bahwa pekerjaan rutin cenderung tidak merangsang, membuat pendidikan ketinggalan zaman, dan akan mengancam eksistensi negara dalam perjuangan dan persaingan hidup. Rutinitas kinerja dapat bersumber dari beberapa faktor yang dianggap menghambat inovasi. Faktor-faktor yang dapat dikategorikan sebagai penghambat inovasi, adalah: keunggulan inovasi relatif sulit untuk dijelaskan dan dibuktikan, sering dianggap time dan cost consumming, pelaksanaan cenderung partial, complexity innovation sering menghantui orang untuk diam di jalan rutinitas, dan simplification paradigm dalam innovation dissemination berpotensi mengurangi keyakinan dan pemahaman bagi para praktisi terhadap inovasi. Inovasi pembelajaran muncul dari perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pembelajaran berawal dari hasil refleksi terhadap eksistensi paradigma lama yang mengalami anomali menuju paradigma baru yang dihipotesiskan mampu memecahkan masalah.5Terkait dengan perkuliahan di perguruan tinggi, paradigma pembelajaran yang dirasakan telah mengalami anomali, adalah (1)

4Ibid…, hal. 2


(3)

kecenderungan guru untuk berperan lebih sebagai transmiter, sumber pengetahuan, mahatahu, (2) kuliah terikat dengan jadwal yang ketat, (3) belajar diarahkan oleh kurikulum, (4) kecenderungan fakta, isi pelajaran, dan teori sebagai basis belajar, (5) lebih mentoleransi kebiasaan latihan menghafal, (6) cenderung kompetitif, (7) kelas menjadi fokus utama, (8) komputer lebih dipandang sebagai obyek, (9) penggunaan media statis lebih mendominasi, (10) komunikasi terbatas, (11) penilaian lebih bersifat normatif. Paradigma tersebut diduga kurang mampu memfasilitasi siswa untuk siap terjun di masyarakat. Paradigma pembelajaran yang merupakan hasil gagasan baru adalah (1) peran guru lebih sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan, dan kawan belajar, (2) jadwal fleksibel, terbuka sesuai kebutuhan, (3) belajar diarahkan oleh siswa sendiri, (4) berbasis masalah, proyek, dunia nyata, tindakan nyata, dan refleksi, (5) perancangan dan penyelidikan, (6) kreasi dan investigasi, (7) kolaborasi, (8) fokus masyarakat, (9) komputer sebagai alat, (10) presentasi media dinamis, (11) penilaian kinerja yang komprehensif. Paradigma pembelajaran tersebut diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dalam proses pembelajaran, paradigma baru pembelajaran sebagai produk inovasi seyogyanya lebih menyediakan proses untuk mengembalikan hakikat siswa ke fitrahnya sebagai manusia yang memiliki segenap potensi untuk mengalami becoming process dalam mengembangkan kemanuasiaanya.6Oleh sebab itu, apapun fasilitas yang dikreasi untuk memfasilitasi siswa dan siapapun fasilitator yang akan menemani siswa belajar, seyogyanya bertolak dari dan berorientasi pada apa yang menjadi tujuan belajar


(4)

siswa. Tujuan belajar yang orisinil muncul dari dorongan hati (mode = inrtinsic motivation). Paradigma pembelajaran yang mampu mengusik hati siswa untuk membangkitkan mode mereka hendaknya menjadi fokus pertama dalam mengembangkan fasilitas belajar. Paradigma hati tersebut akan membangkitkan sikap positif terhadap belajar, sehingga siswa siap melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam menjalani ivent belajar. Memformulasi dimensi belajar menjadi lima tingkatan, (1) sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar, (2) perolehan dan pengintegrasian pengetahuan baru, (3) perluasan dan penyempurnaan pengetahuan, (4) penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan (5) pembiasakan berpikir efektif dan produktif. Lima dimensi belajar tersebut akan terinternalisasi oleh siswa apabila mereka mampu melakukan oleh pikir, rasa, dan raga dalam belajar yang semuanya bersumber dari dorongan hati yang paling dalam. Asas quantum teaching yang menyatakan: “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka”, mungkin perlu diterjemahkan oleh para guru dalam mengembangkan fasilitas belajar yang mampu mengusik hati siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap belajarnya.7Kompetensi tanggung jawab merupakan salah satu kompetensi sikap yang potensial dalam membangun kompetensi-kompetensi lainya, seperti berpikir kreatif-produktif, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, belajar bagaimana belajar, kolaborasi, pengelolaan dan/atau pengendalian diri. Kompeten sikomepetensi tersebut mutlak diperlukan oleh siswa agar mampu

7 Bobbi de Porter, dan Mike Hernacki, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa,2000), hal.50


(5)

menjadi manusia yang adatable, flexible, dan versatil dalam segala aspek kehidupan yang senantiasa berubah.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk menyiapkan siswa mengungkap dan memahami realitas alam. Pemahaman terhadap realitas alam merupakan landasan bagi siswa untuk siap hidup di dunia nyata, berinteraksi sosial, dan mencintai alam dalam setiap perubahannya.

Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma ketimbang menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar.8 Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model-model yang di kembangkan oleh guru sendiri. Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi konstruktivistik, (1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa, (2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama, (3) menghargai pandangan siswa, (4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa, (5) menilai pembelajaran secara kontekstual. Hal yang lebih penting, bagaimana guru mendorong dan menerima otonomi siswa, investigasi bertolak dari data mentah dan sumber-sumber primer (bukan hanya buku teks), menghargai pikiran siswa, dialog, pencarian, dan teka-teki sebagai pengarah pembelajaran. Secara tradisional, pembelajaran telah dianggap sebagai bagian “menirukan”suatu proses yang melibatkan pengulangan siswa, atau meniru-niru informasi yang baru disajikan dalam laporan atau quis dan tes.

8 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007),hal. 2


(6)

Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih diutamakan untuk membantu siswa dalam menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Untuk menginternalisasi serta dapat menerapkan pembelajaran menurut paradigma konstruktivistik, terlebih dulu guru diharapkan dapat merubah pikiran sesuai dengan pandangan konstruktivistik. Guru konstruktivistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.9

1. Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.

2. Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis.

3. Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengana nalisis, memprediksi, dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas.

4. Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.

5. Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.

6. Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun dengan siswa yang lain.

7. Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka untuk berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.

8. Mengelaborasi respon awal siswa.


(7)

9. Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan kontradiksi terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi.

10. Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan mengerjakan tugas-tugas.

11. Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang beragam.

2. Perencanaan Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif mengandung makna sebagai cara yang dipakai oleh perancang media, dan ahli kurikulum yang ditujukan untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi guna keperluan dalam belajar.10 Pembelajaran inovatif adalah proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut dituangkan dalam bentuk perencanaan pembelajaran. Proses penyusunan perencanaan pembelajaran memerlukan pemikiran sistematis untuk memperkirakan mengenai apa yang akan dilakukan dalam waktu melaksanakan pembelajaran.11 Perencanaan pembelajaran inovatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran di kelas.12 Hal ini mengingatkan bahwa pembelajaran inovatif itu sendiri merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Jika tidak

10 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hal. 30

11Ibid…,hal. 19


(8)

direncanakan dengan baik, pembelajaran tidak dapat terlaksana secara efektif, dan tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai secara optimal.13

Perencanaan pembelajaran inovatif mengandung 2 kata kunci yaitu perencanaan dan pembelajaran. Perencanaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai proses, pembuatan, cara merencanakan. Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses pembuatan rencana, model, bentuk, pola dan konstruksi sesuatu hal yang akan dilakukan, sedangkan pembelajaran dibentuk dari kata dasar ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada seseorang agar diketahui. Perencanaan pembelajaran diartikan sebagai proses penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran, serta penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada mas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.14

Perencanaan pembelajaran inovatif bukan hanya merupakan materi untuk diketahui saja, melainkan pula harus dipahami dan dikuasai hingga mencapai tingkatan terampil. Hal ini didasari oleh pendapat yang mengatakan bahwa bagi para pengembang dan pelaksanaan pembelajaran, merencanakan pembelajaran dengan baik merupakan sebagian besar keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa pembelajaran akan berjalan lancar, tujuan akan tercapai lebih optimal, dan dapat menggambarkan keberhasilan pembelajaran, bila direncanakan dengan sebaik mungkin.

Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran inovatif merupakan tugas utama guru professional. Perencanaan pembelajaran inovatif menunjukkan bagaimana

13Ibid…,hal. 109


(9)

keterampilan guru dalam merencanakan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada RPP yang telah dibuatnya. Agar perencanaan yang dibuat dapat dilaksanakan dengan baik, guru perlu belajar bagaimana cara mengajar siswa-siswa yang memiliki berbagai macam karakteristik.15

Guru profesional harus mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang baik, logis, dan sistematis. Sebab, di samping untuk melaksanakan pembelajaran, persiapan tersebut mengemban professional accountability sehingga guru dapat mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya. Anderson membedakan perencanaan dalam dua kategoriyaitu perencanaan jangka panjang (unit plans) dan perencanaan jangka pendek (outline). Yang mana dapat dilihat aktivitas yang direncanakan guru selama satu semester.

Adapun rencana pembelajaran yang berisi garis besar (outline) adalah apa yang akan dikerjakan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, baik untuk satu kali pertemuan maupun meliputi beberapa kali pertemuan. Mengisyaratkan bahwa dalam mengembangkan rencana pembelajaran untuk mengembangkan kualitas pembelajaran perlu memerhatikan empat asumsi sebagaimana berikut : (1) rencana pembelajaran perlu dikembangkan dengan baik dan menggunakan pendekatan system, (2) rencana pembelajaran harus dikembangkan berdasarkan pengetahuan tentang siswa, (3) rencana pembelajaran harus dikembangkan untuk memudahkan siswa belajar dan membentuk kompetensi dirinya, (4) rencana pembelajaran hendaknya tidak dibuat asal-asalan, apalagi hanya untuk memenuhi syarat administrasi. 16

Perencanaan sudah dilakukan oleh setiap indivindu dalam kegiatan sehari-hari, perencanaan merupakan sebuah kegiatan yang sangat penting secara sadar maupun tidak sadar.

15Ibid…,hal. 110


(10)

Perencanaan pembelajaran inovatif pada hakekatnya adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Husaini Usman dalam buku berjudul Manajemen Teori Praktek dan Riset Pendidikan mengemukakan pendapat Bintoro Tjokroaminoto bahwa perencanaan ialah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematika yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.17

Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya sebuah perencanaan yang matang agar pelak sanaan kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.

Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran.

Perencanaan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam implementasi kurikulum 2013, yang akan menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan dan menentukan kualitas pendidikan serta kualitas sumber daya manusia, baik di masa sekarang maupun masa depan.18

Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan adalah proses pelaksanaan pengajaran.

17 Husain Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hal. 8

18 Mida Latifatul Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013, (Jakarta : Penata Aksara, 2013), hal.95


(11)

Di dalam pembelajaran tidak terlepas dari pada pengajaran itu sendiri, yang mana pengajaran berintikan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk suatu kesatuan.19 Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru, kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Apabila guru mengajar dengan pendekatan yang bersifat menyajikan, maka para siswa akan belajar dengan cara menerima, dan apabila guru mengajar dengan menggunakan pendekatan yang lebih mengaktifkan siswa, maka para siswa akan belajar dengan cara yang aktif pula.

Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien maka diperlukan perencanaan yang tersusun secara sistematis, dengan proses belajar mengajar yang lebih bermakna dan mengaktifkan siswa serta dirancang dalam suatu scenario yang jelas.20

Pembelajaran yaitu bagaimana membelajarkan siswa, yang mana hal itu dilakukan oleh guru itu sendiri. perlu adanya persiapan mengajar yang dilakukan oleh guru. Adapun yang dimaksud dengan “persiapan mengajar” adalah suatu perencanaan pemikiran yang sistematis berupa prinsip-prinsip mengajar, yang akan diterapkan dalam situasi khusus dalam pengajaran dikelas.21 Semakin baik persiapan mengajar, maka semakin baik pula hasil yang akan diperoleh atau dicapai.

19 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007), hal. 57

20 Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007), hal. 2

21 J. Mursell, S. Nasution, Mengajar dengan Sukses, (Bandung : Jammers, 1980), hal,149


(12)

Yang harus termuat dalam persiapan mengajar itu adalah, persiapan terhadap situasi umum, persiapan terhadap murid yang akan dihadapi, persiapan dalam tujuan yang hendak ingin dicapai, persiapan dalam bahan yang akan disajikan, persiapan dalam metode mengajar yang digunakan, persiapan dalam alat-alat pembantu atau media pengajaran, persiapan dalam teknik-teknik evaluasi pengajaran.22

1) Persiapan terhadap situasi umum

Supaya dalam mengajar itu dapat berhasil dengan baik, maka sebelum mengajar guru harus telah memiliki pengetahuan mengenai situasi umum yang akan dihadapi di kelas. Misal : tempat, suasana atau situasi kondisi, dan lain-lain di sekitar lingkungan sekolah atau tempat mengajar.

2) Persiapan terhadap murid yang akan dihadapi

Agar pengajaran dapat dengan tepat dalam arti sesuai dengan keadaan murid (tingkat umumnya, minatnya, bakatnya, dan perhatiannya), maka guru sebelum mengajar harus mampu menggambarkan tentang siswa yang akan diajarnya.

3) Persiapan dalam tujuan yang hendak dicapai

Sebelum mengajar harus sudah jelas bagi guru mengenai tujuan yang akan dicapai setelah terlaksananya proses pengajaran di kelas. Guru harus mampu mengungkapkan tujuan-tujuan yang akan dicapai itu dari sudut kepentingan murid.23

22 Tayor Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hal 24-25

23Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 109


(13)

4) Persiapan dalam bahan yang akan disajikan

Sebelum mengajar guru harus sudah mengetahui “scope dan sequence” bahan yang akan disajikan, dengan mempertim bangkan situasi umum, keadaan murid, serta tujuan yang akan dicapai.

5) Persiapan dalam metode mengajar yang digunakan

Setiap kali sebelum mengajar, guru harus mampu menetapkan dan memilih mana di antara metode-metode mengajar yang tepat dan cocok diterapkan, dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan faktor mengenai kewajaran metode tertentu, dalam situasi khusus yang dihadapi.

6) Persiapan dalam alat-alat pembantu atau media pengajaran

Alat berfungsi sebagai pembantu dalam mencapai tujuan. Pencapaian tujuan dapat diwujudkan secara baik manakala dalam pengajaran didukung dan mempergunakan berbagai alat peraga atau media pengajar.24

Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru dan siswa dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran sehingga memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan belajar.25 Perencanaan pembelajaran yang baik sangat membantu pelaksanaan pembelajaran, karena baik guru maupun siswa mengetahui dengan pasti tujuan yang ingin dicapai dan cara mencapainya.

Komponen perencanaan pembelajaran komponen terpenting pada perencanaan pembelajaran diarahkan pada lima aspek yaitu : (1) perumusan tujuan pembelajaran, (2) pemilihan dan penorganisasi materi ajar, (3) pemilihan

24Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif konteporer, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hal. 15


(14)

sumber belajar/media pembelajaran, (4) scenario/kegiatan pembelajaran, (5) penilaian hasil belajar.26

Perencanaan proses pembelajaran inovatif meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetesi (SK), kompetensi dasar (KD) indicator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar.27

3. Model Pembelajaran Inovatif

Model pembelajaran inovatif merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Model mengajar merupakan suatu pola atau rencana yang dipakai guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran, maupun kegiatan siswa dan dapat dijadikan petunjuk bagaimana guru mengajar di depan kelas (seperti alur yang diikutinya). Penggunaan model mengajar tertentu akan menghasilakan pencapaian tujuan-tujuan yang telah diprogramkan.28Menurut Babbage, Byers, & Redding, model pembelajaran yaitu : (1) sebuah filosofi yang mendasar sebagai landasan teori dan rincian tahapan dari teknik pembelajaran, (2) sebuah filosofi yang mendikte pendekatan-pendekatan dan metode-metode dan biasanya disajikan dalam satu paker, (3) sebuah penjelasan dari gaya mengajar dan ditunjukan oleh

26 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 111

27Ibid…,hal. 114


(15)

praktik pengajaran, yang mana menjelaskan bagaimana siswa-siswa tersebut dibelajarkan. Model pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja program multimedia dan bantuan melalui program computer. Menurut Paul D. Eggen model dijabarkan menjadi potensi yang tidak terbatas lingkupnya, yang mana ia mampu mengorganisasikan beberapa pelajaran atau satuan pembelajaran. Menurut Arends model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.29Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.30 Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.31

Pembelajaran inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pembelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori belajar konstruktifis dan teori lainnya.32Teori konstruktivistik ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merivisinya

29Ibid…,hal. 143

30Ibid…,hal. 145

31Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hal. 9

32 Triato, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), hal. 3


(16)

apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori belajar konstruktivistik, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidik adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan member kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.33

Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah barang tentu perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari sebelumya.34Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak.

Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects—hasil

33 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 148


(17)

belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).35

Dengan demikian model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa.

Model pembelajaran menurut Jamil Suprihatiningrum ada lima sebagaimana berikut :

1. Model Reasoning and Problem Solving

Di abad pengetahuan ini, isu mengenai perubahan paradigma pendidikan telah gencar didengungkan, baik yang menyangkut content maupun pedagogy. Perubahan tersebut meliputi kurikulum, pembelajaran, dan asesmen yang komprehensif. Perubahan tersebut merekomendasikan model reasoning and problem solving sebagai alternatif pembelajaran yang konstruktif.36

Rasionalnya, bahwa kemampuan reasoning and problem solving merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki siswa ketika mereka meninggalkan kelas untuk memasuki dan melakukan aktivitas di dunia nyata.

Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan memahami konsep.

Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkan dan

35Ibid…,hal. 7

36 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), hal. 66


(18)

mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi.

Kemampuan-kemampuan creative thinking adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks, inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide.37

Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut.38 Jadi aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah.

Kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning. Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah pembelajaran yaitu: (1) membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah, memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan, (2) mengeks plorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi, melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar), (3) menseleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis, menulis persamaan), (4) menemukan jawaban (mengestimasi,

37Ibid…,hal. 75


(19)

menggunakan keterampilan komputasi, aljabar, dan geometri), (5) refleksi dan perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternatif pemecahan lain, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformu lasikan masalah-masalah variatif yang orisinil).

Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya peran guru sebagai transmitter pengetahuan, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan. Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Peran tersebut ditampilkan utamanya dalam proses siswa melakukan aktivitas pemecahan masalah.

Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses berpikir dasar, kritis, kreatif, berpikir tingkat tinggi, dan strategi pemecahan masalah non rutin, dan masalah-masalah non rutin yang menantang siswa untuk melakukan upaya reasoning dan problem solving. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, keterampilan mengunakan pengetahuan secara bermakna. Sedangkan dampak pengiringnya adalah hakikat tentatif keilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin.39

2. Model Inquiry Training

39 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal.215


(20)

Untuk model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan indivuality secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.40

Model inquiry training memiliki lima langkah pembelajaran yaitu: (1) menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan), (2) menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa tampilnya masalah), (3) mengkaji data dan eksperimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis), (4) mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan, dan (5) menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.41

Sistem sosial yang mendukung adalah kerjasama, kebebasan intelektual, dan kesamaan derajat. Dalam proses kerjasama, interaksi siswa harus didorong dan digalakkan. Lingkungan intelektual ditandai oleh sifat terbuka terhadap berbagai ide yang relevan. Partisipasi guru dan siswa dalam pembelajaran dilandasi oleh paradigma persamaan derajat dalam mengakomodasikan segala ide yang berkembang. Prinsip-prinsip reaksi yang harus dikembangkan adalah: pengajuan pertanyaan yang jelas dan lugas, menyediakan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki pertanyaan, menunjukkan butir-butir yang kurang sahih, menyediakan bimbingan tentang teori yang digunakan, menyediakan suasana

40Ibid…,hal. 162


(21)

kebebasan intelektual, menyediakan dorongan dan dukungan atas interaksi, hasil eksplorasi,formulasi, dan generalisasi siswa.42

Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang menantang siswa untuk melakukan penelitian. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah strategi penelitian dan semangat kreatif. Sedangkan dampak pengiringnya adalah hakikat tentatif keilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi siswa, toleransi terhadap ketidak pastian dan masalah-masalah non rutin.

3. Model Problem-Based Instruction

Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik.43Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasi kan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.

Model problem-based instruction memiliki lima langkah pembelajaran yaitu: (1) guru mendefisikan atau mempresentasikan masalah atau isu yang berkaitan (masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan satu, dua, atau tiga minggu, bisa berasal dari hasil seleksi guru atau dari eksplorasi

42Ibid…,hal. 167


(22)

siswa), (2) guru membantu siswa mengklarifikasi masalah dan menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-sumber belajar, informasi, dan data yang variatif, melakukan surve dan pengukuran), (3) guru membantu siswa menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa rasionalnya), (4) pengorganisasian laporan (makalah, laporan lisan, model, program komputer, dan lain-lain), dan (5) presentasi (dalam kelas melibatkan semua siswa, guru, bila perlu melibatkan administator dan anggota masyarakat). Sistem sosial yang mendukung model ini adalah: kedekatan guru dengan siswa dalam proses teacher-asisted instruction, minimnya peran guru sebagai transmitter pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, latihan investigasi masalah kompleks.

Prinsip reaksi yang dapat dikembangkan adalah: peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah. Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan korsi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.

Dampak pembelajaran adalah pemahaman tentang kaitan pengetahuan dengan dunia nyata, dan bagaimana menggunakan pengetahuan dalam pemecahan masalah kompleks. Dampak pengiringnya adalah mempercepat pengembangan


(23)

self-regulated learning, menciptakan lingkungan kelas yang demokratis, dan efektif dalam mengatasi keragaman siswa.

4. Model Pembelajaran Perubahan Konseptual

Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya berasal dari pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan. Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari intervensi di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, atau masing-masing berdiri sendiri.44

Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu: (1) mempertahankan intuisinya semula, (2) merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi, dan (3) merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan mengakomodasikan pengetahuan baru. Perubahan konseptual terjadi ketika siswa memutuskan pada pilihan yang ketiga.

Agar terjadi proses perubahan konseptual, belajar melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran ini berarti bahwa mengajar bukan melakukan transmisi pengetahuan tetapi memfasilitasi dan memediasi agar terjadi proses negosiasi makna menuju pada proses perubahan konseptual. Proses negosiasi makna tidak hanya terjadi atas aktivitas individu secara perorangan, tetapi juga muncul dari interaksi individu dengan orang lain.

Model pembelajaran perubahan konseptual memiliki enam langkah pembelajaran yaitu: (1) Sajian masalah konseptual dan kontekstual, (2) konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah tersebut, (3) konfrontasi

44 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), hal. 155


(24)

sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi, analogi, atau contoh-contoh tandingan, (4) konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip secara ilmiah, (5) konfrontasi materi dan contoh-contoh kontekstual, (6) konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman dan penerapan pengetahuan secara bermakna.

Sistem sosial yang mendukung model ini adalah: kedekatan guru sebagai teman belajar siswa, minimnya peran guru sebagai transmiter pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, latihan menjalani learning to be. Prinsip reaksi yang dapat dikembangkan adalah: peranan guru sebagai fasilitator, negosiator, konfrontator.45

Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan atau tertulis melalui pertanyaan-pertanyaan resitasi dan konstruksi. Pertanyaan resitasi bertujuan memberi peluang kepada siswa memangil pengetahuan yang telah dimiliki dan pertanyaan konstruksi bertujuan memfasilitasi, menegosiasi, dan mengkon frontasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru. Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan korsi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.

Dampak pembelajaran dari model ini adalah: sikap positif terhadap belajar, pemahaman secara mendalam, keterampilan penerapan pengetahuan yang variatif. Dampak pengiringnya adalah: pengenalan jati diri, kebiasaan belajar dengan

45 Jamil Suprihatinigrum, Guru Profisional Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan kompetensi Guru, (Jogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 74


(25)

bekerja, perubahan paradigma, kebebasan, penumbuhan kecerdasan inter dan intrapersonal

5. Model Group Investigation

Ide model pembelajaran geroup investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman.46Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan adalah: (1) siswa hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.47

Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group-investigation yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi.

Model group-investigation memiliki enam langkah pembelajaran yaitu: (1) grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan), (2) planning (menetapkan apa yang akan

46 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), hal. 68


(26)

dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya), (3) investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi), (4) organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis), (5) presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan), dan (6) evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.48

Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan. Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan.

Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah.49 Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh informasi tersebut. Pemaknaan perseorangan berkenaan dengan inferensi yang diorganisasi oleh kelompok dan bagaimana membedakan kemampuan perseorangan. Sarana pendukung model

48Ibid…, hal. 18


(27)

pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan korsi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.

Sebagai dampak pembelajaran adalah pandangan konstruktivistik tentang pengetahuan, penelitian yang berdisiplin, proses pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam. Sebagai dampak pengiring pembelajaran adalah hormat terhadap HAM dan komitmen dalam bernegara, kebebasan sebagai siswa, penumbuhan aspek sosial, interpersonal, dan intrapersonal.

Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana, mudah dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang disasar. Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut. Namun secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa dalam penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar, sehingga mampu melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam memecahkan masalah kehidupan di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada paradigm konstruktivistik sebagai paradigma alternatif.

Menurut Trianto model pembelajaran inovatif ada beberapa model sebagaimana berikut :


(28)

1. Model pengajaran langsung (direct instruction) adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

2. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) belajar yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

3. Model pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. 4. Model pengajaran dan pembelajaran konstektual (CTL) adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni : konstruktivisme, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik.

5. Model pembelajaran diskusi kelas melibatkan saling tukar pendapat secara lesan, teratur, dan untuk mengekspresikan pikiran tentang pokok pembicaraan tertentu.


(29)

6. Model pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relative singkat.50 4. Langkah-langkah Pembelajaran Inovatif

1. Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung a. Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa

b. Menyampaikan tujuan c. Menyiapkan siswa

d. Presentasi dan demonstrasi e. Mencapai kejelasan

f. Melakukan demonstrasi

g. Mencapai pemahaman dan penguasaan h. Berlatih

i. Melakukan latihan terbimbing

j. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik k. Memberikan kesempatan mandiri

l. Memberikan kesempatan berkreasi

2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif a. menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa b. menyajikan informasi

c. mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif d. membimbing kelompok bekerja dan belajar

e. evaluasi

50 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), hal. 129


(30)

f. memberikan penghargaaan

3. Langkah-langkah model pengajaran berdasarkan masalah a. Orientasi siswa pada masalah

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

4. Langkah-langkah model pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL) a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara 5. Langkah-langkah pembelajaran model diskusi kelas

a. Menyampaikan tujuan dan mengatur siswa b. Mengarahkan diskusi

c. Menyelenggarakan diskusi d. Mengakhiri diskusi


(31)

6. Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri a. Menyajikan pertanyaan atau masalah b. Membuat hipotesis

c. Merancang percobaan

d. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi e. Mengumpulkan dan menganalisis data

f. Membuat kesimpulan

7. Langkah-langkah model peta konsep

a. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. b. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide

utama.

c. Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut

d. Kelompokkan ide-ide sekunder di sekiling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.51

Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Dengan kata lain, bahwa proses pembelajaran adalah proses yang berkesinambungan antara pembelajar dengan segala sesuatu yang menunjuang terjadinya perubahan tingkah laku. Dalam proses yang berkesinambungan itulah diperlukan model pembelajaran yang tepat. Model

51 Trianto, Model-Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), hal. 160


(32)

apa saja yang diperlukan dalam pembelajaran, yang jelas tujuan utamanya adalah agar para siswa mudah memahami materi.

Model pembelajaran inovatif sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran. Karena dalam inovatif terdapat teknik atau model yang sangat jelas memanfaatkan kata-kata, kesan-kesan, angka-angka, logika, irama, warna, dan keterampilan-keterampilan ruang. Dengan model inovatif tentu akan membantu siswa dalam mengoptimalkan potensi kedua belah otak. Karena adanya interaksi yang luar biasa antara kedua belah otak, akan memicu kreativitas yang akan memberikan kemudahan dalam proses mengingat dan berfikir. Dengan telah terbiasanya siswa dalam mengoptimalkan kedua belah otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa aspek yaitu konsentrasi, kreativitas, daya ingat, dan pemahaman sehingga siswa dapat mengambil keputusan berkualitas yang tepat.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran inovatif: (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai setelah pembelajaran dilakukan, serta memberikan contoh nyata dari manfaat mempelajari materi dan kemudian guru menjelaskan secara garis besar tentang pokok bahasan materi; (2) Siswa dibentuk kelompok yang terdiri dari 2-3 orang agar lebih efisien karena dengan anggota kelompok yang sedikit akan memberikan kesempatan yang sama bagi tiap anggota.setelah itu guru memperkenalkan mencatat model inovatif/inovasi/ perubahanpeta pikiran/peta jalan dan setiap kelompok dengan kebebasan berfikirnya membuat catatan atau meringkas materi dalam bentuk inovatif dengan contoh dari guru sehingga siswa tinggal membuat cabang-cabang jalannya; (3) Secara acak beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dan


(33)

kelompok lain menanggapi. Guru memancing siswa agar bertanya sehingga yang belum diketahui siswa dapat terlihat; (4) Setelah paham, guru melakukan tanya jawab guna penguatan pemahaman siswa; (5) Guru memberikan masalah yang akan menjadi permasalahan baru yang harus dicari siswa beserta penyelesaiannya; (6) Siswa mencari permasalahan tersebut dengan membuat cabang-cabang jalannya. Guru mengamati pekerjaan siswa; (7) Guru meminta semua siswa untuk berdiri, dan sesuai instruksi dari guru tiap kelompok mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain dengan nilai masing-masing 1 untuk permasalahan dan penyelesaian benar, dan nilai masing-masing 0 untuk permasalahan dan penyelesaian yang salah (8) Sebagai kegiatan akhir, kelompok pemilik inovatif (perubahan) diminta menjelaskan kesalahan hasil kerja kelompok dan cara pembenarannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa hakikat pembelajaran inovatif adalah suatu cara yang digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik efektif, kreatif dan imajinatif dengan memproyeksikan masalah yang dihadapi dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan tujuan agar siswa menjadi lebih mudah dalam memahami pokok bahasan danmateri.

Model pembelajaran inovatif sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa. Dari berbagai langkah pembelajaran diatas, peneliti mengambil langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Siswa dibentuk kelompok yang terdiri dari 2-3 orang agar lebih efisien karena dengan anggota kelompok yang sedikit akan


(34)

memberikan kesempatan yang sama bagi tiap anggota.Setelah itu guru memperkenalkan mencatat model inovatif perubahan jalan dan setiap kelompok dengan kebebasan berfikirnya membuat catatan atau meringkas materi dalam bentuk inovatif dengan contoh dari guru sehingga siswa tinggal membuat cabang-cabang jalannya; (3) Secara acak beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dan kelompok lain menanggapi.; (4) Setelah paham, guru melakukan tanya jawab guna penguatan pemahaman siswa; (5) Guru memberikan masalahyang akan menjadi permasalahan baru yang harus dicari siswa beserta penyelesaiannya; (6) Siswa mencari permasalahan tersebut dengan membuat cabang-cabang jalannya.; (7) Guru meminta semua siswa untuk mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain;(8) Sebagai kegiatan akhir, kelompok pemilik inovatif (perubahan) diminta menjelaskan kesalahan hasil kerja kelompok dan cara pembenarannya.

Langkah-langkah pembelajaran ini dipilih karena anak di kelas menengah yang cenderung lebih suka bermain dari pada belajar, membuat para guru MTs kelas menengah sering kewalahan untuk mengkondisikan anak belajar di kelas dengan tenang. Sering kali anak-anak suka membuat ulah di kelas yang membuat proses pembelajaran terganggu dan tujuan pembelajaran banyak tidak tercapai dengan baik. Bagi anak pandai, mereka mungkin akan merasa terganggu dengan kebiasaan teman-teman mereka yang suka membuat gaduh di kelas. Tetapi bagi mereka yang mempunyai misi yang sama yaitu bermain, akan mendukung aksi teman-teman mereka yang bermain di dalam kelas dan boleh jadi mereka akan ikut bermain di dalam kelas.


(35)

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membuat mereka lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Seperti dengan kerja kelompok ini akan melatih kebersamaan dan setiakawan, mengingat anak-anak di kelas menengah masih cenderung lebih suka bersaing dan mencari kesalahan teman serta kebenarannya sendiri. Mereka masih suka bertindak individual dari pada kerja kelompok dan masih belum mengenal tenggang rasa antar teman.

Dibuat kelompok bertujuan untuk melatih kebersamaan dan kesetiakawanan antar teman, serta mereka akan terlibat langsung dalam pembelajaran. Dengan begitu rasa percaya diri dan tanggung jawab juga akan tertanam pada mereka untuk menyelesaiakan tugas yang telah diberikan. Sehingga proses belajar mengajar akan lebih aktif dan menyenangkan, suasana kelaspun jadi tidak gaduh.

Sehingga dalam pelajaran Aqidah Ahklak siswa kelas VII di MTsN Tulungagung dengan menggunakan model pembelajaran inovatif dapat meningkatkan hasil belajarnya.

5. Mata Pelajaran Aqidah Ahklak

Pendidikan Aqidah Ahklak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku ahklak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta pengunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dan hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.


(36)

Pelajaran Aqidah Ahklak berfungsi memberikan kemampuan dan keterampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ahklak Islami dan nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.

Pelajaran Aqidah Ahklak berisi bahan pelajaran dengan ketentuan di Madrasah Tsanawiyah, bahan pelajaran Aqidah Ahklak merupakan “pendalaman dan perluasan kemampuan dasar yang telah diberikan di Madrasah Tsanawiyah untuk dilaksanakan sebagai landasan dalam kehidupan sehari-hari orang yang beriman, bertaqwa dan berpelaku terpuji, serta sebagai bekal untuk jenjang berikutnya.52

1. Aqidah Islam

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu: ‘aqoda, ya’qidu, yang artinya adalah : ikatan atau perjanjian.53

Di dalam al-Qur’an kata Aqidah sering di sebutkan, antara lain dalam surat al-Maidah ayat 1 :

























.………

Artiya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.54

Dalam perundang-undangan aqidah berarti menyepakati antara dua perkara atau lebih yang harus dipatuhi bersama.55 Dalam hal ini, kaidah berkaitan dengan kata aqad yang digunakan untuk arti aqad nikah, aqad jual beli dan sebagainya.

52Depag, Standar Isi, Jakarta: Depdiknas 2006, hlm 21-22

53 Masan A.M, Aqidah Ahklak, (Semarang : Toha Putra, 1994),hlm 2

54 Depag, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Intermassa,1994),hlm.156

55 Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,2002),hlm.89


(37)

Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui bidang aqidah ini adalah bahwa aqidah islambersifat murni baik dalam isinya, ataupun prosesnya. Adapun isinya adalah mengakui bahwa hanya Allah yang patut di sembah sedangkan dalam prosesnya adalah keyakinan tersebut. Harus langsung dilakukan oleh seseorang tanpa melalui perantara.

Menurut istilah aqidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya.56 Aqidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib di sembah, dengan ucapan, dua kalimah syahadat yaitu Tiada Tuhan kecuali Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Dengan perbuatannya yaitu tingkah laku yang didasarkan atas mencari ridha Allah. Aqidah yang demikian itu mengandung arti bahwa orang yang beriman segala sesuatu baik itu rasa dalam hati, ucapan dan perbuatan secara keseluruhan menggambarkan keimananya kepada Allah. Dan segala sesuatu tersebut hanya diniatkan semata-mata beribadah kepada Allah. 2. Dasar Aqidah Islam

Dasar aqidah Islam adalah al-Qur’an dan Hadits, di dalam al-Qur’an banyak di sebutkan pokok-pokok aqidah seperti cara-cara dan sifat Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, hari kiamat, surge, dan neraka.

Aqidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan dan dengan tingkah lakuatau perbuatan, keyakinan dalam hati terhadap eksistensi Tuhan sebenarnya sudah ada sejak awal mula kehidupan manusia.57 Manusia memang tidak bisa melihat Tuhan, karena memang Tuhan lain dari ciptaannya.

56 Masan A.M, Aqidah Ahklak, (Semarang : Toha Putra,1994), hal.3


(38)

Adanya langit dan bumi dengan segala isinya merupakan bukti adanya Tuhan. Benda-benda tersebut semuanya terbatass dan bisa berubah. Dengan demikian segala sesuatu yang menempati ruang dan waktu pasti mempunyai awal dan akhir. Sesuatu yang mempunyai awal pasti membutuhkan sesuatu yang tidak berawal agar ada. Pencipta pasti satu berdiri sendiri, tanpa ada yang menyerupainya. Tuhan adalah melalui nabi-nabi yang Dia tunjuk sebagai pembawa wahyu-nya. Dengan demikian, kita harus menerima bimbingan dari wahyu jika ingin mengenal-Nya. Melalui para nabi, kita belajar merenungi dan menyebut sifat-sifatnya. Pemahaman yang benar tentang itu masyarakat kiat untuk mengikuti jalan nabi. Pengalaman dan kontemplasi batin hanya dapat dicapai dengan ketulusan dan kepatuhan total. Jika batin kita bisa berkembang maka kita dapat memahami makna dari penciptaan dan tidak dapat merenungi atribut Illahi yang dimanifestasikan dalam cipta.58

Aqidah dalam Islam juga meliputi aplikasi dalam perbuatan yang semata-mata didasarkan atas mencari ridho Allah. Dewasa ini, berbagai ketimpangan telah kita saksikan korupsi, perampokan, pemerkosaan, pembunuhan serta masih hal yang lain. Yang mencerminkan krisis moral dan perampasan hak-hak asasi manusia pada umumnya. Di zaman yang semakin kompetitif ini semakin banyak pula orang yang mengedepankan urusan kehidupan dunia. Sebenarnya jawaban dari segala fenomena social yang semakin menakutkan ini semuanya sudah ada pada agama kita. Tidak perlu manusia mengalami stress, frustasi bahkan semakin banyak dilakukan adalah bunuh diri, ketika sudah tidak mampu menghadapi permasalahan hidup, jika semuanya dikembalikan kepada Allah. Agama Islam


(39)

telah mengajarkan aturan hidup bagi umatnya baik dalam al-Qur’an ataupun sunah Rasul.

Dengan perpegang teguh dengan hal tersebut niscaya seorang hamba tidak akan tersesat untuk selama-lamanya. Yang demikian itu mengandung arti bahwa orang yang beriman segala suatu baik itu rasa dalam hati, ucapan dan perbuatan secara keseluruhan menggambarkan keimanannya kepada Allah. Dan segala suatu tersebut hanya diniatkan semata-mata beribadah pada Allah.59

3. Tujuan Aqidah Islam

a) Memupuk dan mengembangkan dasar ke-Tuhanan yang ada sejak lahir. b) Memelihara manusia

Kemungkinan manusia terjerat ke dalam lembah kemusyrikan selalu terbuka baik sirri atau terang-terangan maupun yang tersembunyi. Oleh karena itu tuntunan yang jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sangat diperlukan untuk mencegah manusia dari kemusyrikan.

c) Menghindarkan diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.

Akal dan pikiran merupakan anugerah Allah kepada manusia sehingga membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lain. Dengan akal dan pikiran manusia mempunyai ilmu pengetahuan bahkan mampu mengkaji ciptaan-ciptaan Allah yang lain. Agar akal dan pikiran berkembang selaras dengan Agama Islam dan tidak menjurus kearah yang sesaat maka perlu sebuah bimbingan oleh aqidah Islam.60

4. Ahklak

59 Ibid…,hal. 7 60 Ibid…,hal. 8


(40)

a) Pengerti ahklak

Kata “Ahklak” berasal dari bahasa arab yaitu : kholaqa, ahklaqa Yaitu tingkah laku, peragai, tabiat, watak moral atau budi pekerti. Sebagaimana Q.S. al-Qolam ayat : 4 disebutkan ahklak berarti budi pekerti:



Artinya : dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.61

Jadi ahklak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut akal dan agama maka disebut ahklak atau ahklakul karimah atau ahklak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek maka disebut ahklak tercela atau ahklakul madzmumah.

Berikut ini adalah definisi “ahklak” menurut beberapa ulama’ dan cendekiawan.

Al-Ghozali memberi pengertian “ahklak sebagai suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat memunculkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan-pertimbangan pikiran”.62

Ibrahim mengatakan bahwa “ahklak” adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan bermacam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.63

61 Depag, Al-Qur’an,hlm.960

62 Anwar, Ahklak, hlm,18


(41)

Dengan mempertimbangkan beberapa pendapat tersebut, jelaslah bahwa ahklak merupakan kehendak dan kebiasaan manusia yang menimbulkan kekuatan yang sangat besar untuk melakukan sesuatu. Kehendak merupakan keinginan yang ada pada diri manusia setelah dibimbing dan kebiasan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Proses internalisasi ahklak di awali dengan pengenalan pengertian ahklak itu sendiri. kemudian seseorang akan mengkajinya dan ahkirnya tertuang dalam setiap tindakan, tindakan tersebut atas dasar keinginan sendiri tanpa ada sebuah paksaan dari luar.

Menurut Abudin Nata, berdasarkan penjelasan para ulama’ di atas, setidaknya ada 5 ciri-ciri ahklak yaitu :

1. Ahklak adalah perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah menjadi bagian dari kepribadian.

2. Ahklak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. 3. Ahklak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang

mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

4. Ahklak adalah perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh bukan main-main atau bersandiwara dalam film

5. Sejalan dengan ciri yang ke-empat, perbuatan ahklak, (khususnya ahklak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ihklas semata-mata karena Allah bukan karena ingin di puji orang.64

b) Dasar Ahklak

Dasar ajaran agama Islam adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Jadi dasar ahklak adalah al-Qur’an dan al-Hadits karena merupakan pedoman hidup dalam Islam,


(42)

yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya perbuatan manusia, ketika ditanya tentang ahklah Rasulullah, Siti Aisyah berkata “ahklak Rasulullah adalah al-Qur’an.”

Dalam surat al-Maidah ayat 15-16 disebutkan sebagai berikut :

      

     

    



    

   

   



Artinya : “Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi al kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kapadamu cahaya dari Allah, dan kitab dan yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizing-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.65

c) Tujuan Ahklak

Manusia sebenarnya mampu menilai setiap perbuatannya, mengkategorikan, serta memilah dan memilih. Dengan mempelajari ahklak diharapkan mampu mengekspresikan perbuatan, tingkah laku dan perkataan. Dengan mempelajari ahklak manusia diharapkan mampu mengajarkan yang baik dan meninggalkan yang buruk menuju ridho Allah swt. Apa yang dilakukan manusia ini mungkin bersangkutan dengan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Diharapkan setiap


(43)

orang menyadari bahwa dirinya selain makhluk individu juga merupakan mahkluk sosial.66

Dalam buku aqidah ahklak untuk Madrasah Tsanawiyah disebutkan bahwa tujuan ahklak sebagai berikut :

1) Mendapat ridho Allah

2) Membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia 3) Terwujudnya perbuatan yang mulia

4) Terhindarnya perbuatan yang hina dan tercela.67

Tujuan ahklak sebagaimana tersebut di atas menempatkan ridho Allah pada urutan pertama karena jika ridho Allah sudah tertanam pada diri seseorang maka segala perpuatan orang itu akan dilakukan semata-mata karena beribadah kepada Allah. Ahkirnya dapat mewujudkan pula tingkah laku dan perbuatan-perbuatan yang mulia.

Dengan pembelajaran ahklak akan melahirkan perbuatan seimbang antara kata dan perbuatan, penghayatan dan pengalaman serta kepentingan duniawi dan uhkrawi. Ahklak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta berahklak mulia akan memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan dan sebagainya, namun tidak disertai dengan ahklak yang mulia, maka dia akan

66 Abudin Nata, Medologi Agama Islam, (Bandung : Grafindo Persada 2004),hlm. 8


(44)

menyalah gunakan apa yang dimilikinya bahkan bisa menyebabkan bencana dimuka bumi ini.

Suatu umat atau bangsa yang tinggi ilmunya tetapi rendah ahklaknya, maka kehidupannya akan kacau balau dan berantakan. Untuk menghindari kehancuran suatu umat atau bangsa, masyarakat khususnya para pemimpin yang menjadi suri tauladan harus berusaha mempraktekkan ahklak yang baik. Allah swt berfirman dalam al-Qur’an surat al-Ra’du dan ayat 11 yang artinya :

    

    

    

 

       



Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak dapat menolaknya : dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain dia. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah mengendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain dia.68

d) Pelajaran Aqidah Ahklak di Madrasah Tsanawiyah

Aqidah ahklak merupakan unsur mata pelajaran agama Islam pada Madrasah Tsanawiyah yang memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim berdasarkan dalil-dalil naqli serta aqli. Dan pemahaman kepada peserta didik tentang tingkah laku dan kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama Islam.


(45)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Studi tentang penerapan pembelajaran inovatif dalam pelajaran aqidah ahklak oleh penulis jarang ditemui, akan tetapi penulis menemukan beberapa karya yang hampir mirip dengan judul di atas. Berdasarkan temuan penulis, ada beberapa studi tentang penerapan pembelajaran inovatif dalam pelajaran aqidah ahklak di antaranya adalah :

No Nama Peneliti Tahun Judul Kesimpulan

1 Hasim Ashari 2008 Strategi

Pembelajaran Inovatif dalam Aqidah ahklak Terdapat strategi pembelajaran inovatif dalam pelajaran aqidah ahklak yaitu : 1. Menarik perhatian. 2. Meningkatkan relevansi. 3. Menumbuhka n keyakinan diri siswa.

Lanjutan tabel 2.1

No Nama Peneliti Tahun Judul Kesimpulan 2 Isma Laila Nur Azizah 2008 Peran

Pembelajaran Inovatif Dalam Aqidah Ahklak Terdapat Peran Pembelajaran inovatif dalam aqidah ahklak tarik yaitu : keefektifan, daya tarik, efisiensi 3. I Wayan Sudarsono 2008 Model

Pembelajaran Inovatif Dalam Aqidah Ahklak Terdapat model Pembelajaran inovatif


(46)

dalam aqidah ahklak yaitu : model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berdasarkan masalah, model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran diskusi, model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran konseptual

Lanjutan tabel 2.1 N

o

Nama Peneliti Tahun Judul Kesimpulan 4. Anis Mudawanah 2008

Langkah-langkah Pembelajaran Inovatif dalam Aqidah ahklak Terdapat langkah-langkah pembelajaran inovatif dalam pelajaran aqidah ahklak yaitu : menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,

mendemonstrasika n pengetahuan dan keterampilan, membimbing


(47)

pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Tabel 2.1

Penemuan Penelitian Terdahulu

C.Kerangka Berfikir Teoritis (Paradigma)

Berangkat dari judul penelitian tentang penerapan pembelajaran inovatif pada mata pelajaran aqidah ahklak kelas VII di MTsN Tulungagung.

Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan.

Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dari saling menbangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan menjadi titik acuan


(48)

seluruh perencanaan dan proses pembelajaran. Dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.

Di dalam pembelajaran di butuhkan sebuah perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik sangat membantu pelaksanaan pembelajaran, karena baik guru maupun siswa mengetahui dengan pasti tujuan yang ingin dicapai dan cara menyapainya. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP, SK, KD, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.69

Model pembelajaran inovatif memiliki empat ciri khusus yaitu : landasan teoretik, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, sintaks (tingkah laku mengajar), dan lingkungan belajar. Macam-macam model pembelajaran inovatif sebagai mana berikut : model pengajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran langsung, model pembelajaran CTL, model pembelajaran diskusi kelas, model pembelajaran inkuiri.70

Dengan pembelajaran aqidah ahklak akan melahirkan perbuatan seimbang antara kata dan perbuatan, penghayatan dan pengalaman serta kepentingan duniawi dan uhkrawi.

69 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal.

70 Trianto, model-model pembelajaran inovatif berrorientasi konstruktivistik,(Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007),hal. 29-165


(49)

Tujuan Pembelajaran Inovatif

Aqidah Ahklak

Perencanaan pembelajaran model pembelajaran inovatif inovatif


(50)

Langkah-langkah pembelajaran inovatif

Pelaksaanan pembelajaran inovatif

Bagan 2.1

Kerangka Berfikir Teoritis Penerapan Pembelajaran Inovatif Pada Mata Pelajaran Aqidah Ahklak Kelas VII di MTsN Tulungagung


(1)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Studi tentang penerapan pembelajaran inovatif dalam pelajaran aqidah ahklak oleh penulis jarang ditemui, akan tetapi penulis menemukan beberapa karya yang hampir mirip dengan judul di atas. Berdasarkan temuan penulis, ada beberapa studi tentang penerapan pembelajaran inovatif dalam pelajaran aqidah ahklak di antaranya adalah :

No Nama Peneliti Tahun Judul Kesimpulan

1 Hasim Ashari 2008 Strategi

Pembelajaran Inovatif dalam Aqidah ahklak Terdapat strategi pembelajaran inovatif dalam pelajaran aqidah ahklak yaitu : 1. Menarik perhatian. 2. Meningkatkan relevansi. 3. Menumbuhka n keyakinan diri siswa.

Lanjutan tabel 2.1

No Nama Peneliti Tahun Judul Kesimpulan

2 Isma Laila Nur Azizah 2008 Peran

Pembelajaran Inovatif Dalam Aqidah Ahklak Terdapat Peran Pembelajaran inovatif dalam aqidah ahklak tarik yaitu : keefektifan, daya tarik, efisiensi

3. I Wayan Sudarsono 2008 Model

Pembelajaran Inovatif Dalam Aqidah Ahklak Terdapat model Pembelajaran inovatif


(2)

dalam aqidah ahklak yaitu : model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berdasarkan masalah, model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran diskusi, model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran konseptual

Lanjutan tabel 2.1

N o

Nama Peneliti Tahun Judul Kesimpulan

4. Anis Mudawanah 2008

Langkah-langkah Pembelajaran Inovatif dalam Aqidah ahklak Terdapat langkah-langkah pembelajaran inovatif dalam pelajaran aqidah ahklak yaitu : menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,

mendemonstrasika n pengetahuan dan keterampilan, membimbing


(3)

pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Tabel 2.1

Penemuan Penelitian Terdahulu

C.Kerangka Berfikir Teoritis (Paradigma)

Berangkat dari judul penelitian tentang penerapan pembelajaran inovatif pada mata pelajaran aqidah ahklak kelas VII di MTsN Tulungagung.

Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan.

Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dari saling menbangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan menjadi titik acuan


(4)

seluruh perencanaan dan proses pembelajaran. Dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.

Di dalam pembelajaran di butuhkan sebuah perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik sangat membantu pelaksanaan pembelajaran, karena baik guru maupun siswa mengetahui dengan pasti tujuan yang ingin dicapai dan cara menyapainya. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP, SK, KD, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.69

Model pembelajaran inovatif memiliki empat ciri khusus yaitu : landasan teoretik, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, sintaks (tingkah laku mengajar), dan lingkungan belajar. Macam-macam model pembelajaran inovatif sebagai mana berikut : model pengajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran langsung, model pembelajaran CTL, model pembelajaran diskusi kelas, model pembelajaran inkuiri.70

Dengan pembelajaran aqidah ahklak akan melahirkan perbuatan seimbang antara kata dan perbuatan, penghayatan dan pengalaman serta kepentingan duniawi dan uhkrawi.

69 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal.

70 Trianto, model-model pembelajaran inovatif berrorientasi konstruktivistik,(Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007),hal. 29-165


(5)

Tujuan Pembelajaran Inovatif

Aqidah Ahklak

Perencanaan pembelajaran model pembelajaran inovatif inovatif


(6)

Langkah-langkah pembelajaran inovatif

Pelaksaanan pembelajaran inovatif

Bagan 2.1

Kerangka Berfikir Teoritis Penerapan Pembelajaran Inovatif Pada Mata Pelajaran Aqidah Ahklak Kelas VII di MTsN Tulungagung


Dokumen yang terkait

Penerapan Pembelajaran Inovatif dalam pelajaran Aqidah Ahklak Siswa Kelas VII di MTsN Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 12

Penerapan Pembelajaran Inovatif dalam pelajaran Aqidah Ahklak Siswa Kelas VII di MTsN Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

Penerapan Pembelajaran Inovatif dalam pelajaran Aqidah Ahklak Siswa Kelas VII di MTsN Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 42

Penerapan Pembelajaran Inovatif dalam pelajaran Aqidah Ahklak Siswa Kelas VII di MTsN Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI MTsN BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 21

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI MTsN BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 12

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI MTsN BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 40

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI MTsN BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 22

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI MTsN BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 35

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI MTsN BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 32