PENERAPAN MADRASAH UNGGULAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN DI MADRASAH ALIYAH BILINGUAL KRIAN-SIDOARJO.
PENERAPAN MADRASAH UNGGULAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN
DI MADRASAH ALIYAH BILINGUAL KRIAN-SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
M. Muammar Arif
D03212048
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016
PENERAPAN MADRASAH UNGGULAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN
DI MADRASAH ALIYAHBILINGUAL KRIAN-SIDOARJO
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
Muhammad Muammar Arif
NIM. D03212048
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
JANUARI
2016
i
ABSTRAK
M. Mu’ammar Arif, 2035: Penerapan Madrasah Unggulan Berbasis
Kewirausahaan Di Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo. Skripsi Jurusan
Kependidikan Islam Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. Penerapan madrasah
unggulan berbasis kewirausahaan di Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo,
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan madrasah unggulan
berbasis kewirausahaandi Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo, 3. Hasil
atau produk dari madrasah unggulan berbasis kewirausahaandi Madrasah Aliyah
Bilingual Krian-Sidoarjo.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data pada
penelitian ini mempergunakan berbagai teknik, yaitu: wawancara, observasi,
dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis data interaksi. Dan
pengecekan keabsahan data menggunakan trianggulasi, bahan referensi dan
member check.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan madrasah unggulan
berbasis kewirausahaan di Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo sudah
terlaksana dengan baik, meskipun program ini masih berumur kurang dari 5 tahun
akan tetapi pihak madrasah senantiasa melakukan evaluasi setiap tahunnya agar
visi dari program ini akan tercapai dengan maksimal. Dan di Madrasah Aliyah
Bilingual Krian-Sidoarjo terdapat unit-unit usaha yang berfungsi sebagai sarana
menerapkan pendidikan kewirausahaan sehingga teori yang dipelajari mampu
diaplikasikan langsung oleh para siswa di lingkungan madrasah ataupun yayasan,
sehingga madrasah mampu menciptakan lulusan yang seimbang antara aspek
kognitif dan psikomotoriknya dan mampu memenuhi espektasi dan mampu
berkompetisi di kehidupan masyarakat.
Faktor pendukung peran komite sekolah sebagai badan pengawas adalah: 1.
Saling kordinasinya antar pemangku tanggung jawab program madrasah, yaitu
antara madrasah dengan orangtua murid kemudian antara pihak madrasah dengan
pihak mitra program, 2. Lokasi madrasah yang strategis dan dekat dengan unitunit usaha kecil menengah dan lembaga-lembaga pendidikan formal maupun
nonformal. Sedangkan faktor penghambat peran komite sekolah sebagai badan
pengawas adalah: 1. Masalah akomodasi pelaksanaan praktek lapangan, 2.
Masalah waktu, yaitu kurang efektifnya waktu yang diberikan pihak madrasah
maupun pihak ma’had, 1. Pendanaan (Budgeting).
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi
madrasah atau sekolah terutama bagi kepala madrasah atau sekolah dan waka
kurikulumnya untuk menerapkan program pendidikan unggulan berbasis
kewirausahaan di satuan lembaga pendidikan, sehingga penelitihan ini dapat
dijadikan bahan informasi dan acuan untuk penerapannya.
Kata Kunci : Madrasah Unggulan dan Pendidikan Kewirausahaan
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................
i
PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI .......................................................... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI.......................................................... iii
MOTTO ............................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
C. TujuanPenelitian ................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
E. Ruang Lingkup penelitian .................................................................. 9
F. Definisi Operasional........................................................................... 10
G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Madrasah Unggulan ........................................................................... 19
1. Pengertian Madrasah Unggulan ................................................... 19
2. Karakteristik Madrasah Unggulan ................................................. 20
3. Konsep Dasar Strategi PengembanganMadrasah Unggulan ........ 26
B. Pendidikan Kewirausahaan ................................................................ 29
1. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan ........................................ 31
ix
2. Macam- Macam Jenis Kewirausahaan ......................................... 33
3. PengertianWirausahawan (Entrepreneur) ..................................... 35
4. Ciri-ciri Wirausahawan sukses (GreatEntrepreneur) ................... 36
5. Tahapan perkembangan sebuah usaha........................................... 38
6. Inti Dan Hakikat Kewirausahaan................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Data Dan Sumber Data ............................................................. 47
B. Tahap-tahap Penelitian ....................................................................... 48
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 51
D. Analisis Data ...................................................................................... 53
BAB IV LAPORANHASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MA.Bilingual Krian- Sidoarjo .............................. 55
1. Sejarah Madrasah ......................................................................... 55
2. Letak Geografis ............................................................................ 57
3. Idenditas Madrasah ....................................................................... 58
4. Visi, Misi, Tujuan dan Kondisi Madrasah.................................... 59
B. Sajian Data ......................................................................................... 91
1. Penerapan Madrasah Unggulan Berbasis Kewirausahaan di MA.
Bilingual Krian-Sidoarjo ............................................................... 68
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Bagi MA. Bilingual Dalam
Membekali Dan Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan
Peserta Didiknya ............................................................................ 72
3. Produk dari Penerapan Pendidikan Kewirausahaan di Ma
Bilingual Krian-Sidoarjo ............................................................... 74
C. Analisis Data ....................................................................................... 76
1. Analisis data tentang Penerapan Madrasah Unggulan Berbasis
Kewirausahaan di MA. Bilingual Krian-Sidoarjo ......................... 76
xi
2. Analisis data tentang Faktor Pendukung Dan Penghambat Bagi
MA. Bilingual Dalam Membekali Dan Meningkatkan
Kemampuan Kewirausahaan Peserta Didiknya............................. 86
3. Analisis data tentang Produk dari Penerapan Pendidikan
Kewirausahaan di Ma Bilingual Krian-Sidoarjo ........................... 90
BAB V PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................. 95
B. Saran ................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi merupakan kata yang sangat populer diperbincangkan
dewasa ini. Apa sebenarnya globalisasi? Globalisasi adalah sebuah istilah
yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan antar bangsa dan
antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,
budaya, dan bentuk bentuk interaksi yang lain. Globalisasi merupakan sebuah
istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan antar bangsa
dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain. Hal ini
yang menyebabkan globalisasi merupakan era tekhnologi informasi,
komunikasi, ekonomi dan transportasi lebih berkembang dan menggelobal
seluruh dunia.1
Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan
dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Di era globalisasi,
bangsa-bangsa bersatu secara mengglobal, tetapi bersamaan dengan itu
muncul pula rasa kebangsaan yang berlebih-lebihan (cauvinisme) masingmasing bangsa. Hal inilah yang menyebabkan globalisasi merupakan era
tekhnologi informasi, komunikasi dan transportasi yang sangat modern dan
canggih.
1
Adeng. Ghazali, Civic Education, (Bandung : Benang Merah Press, 2009), hlm. 22
1
2
Salah satu upaya untuk memberdayakan potensi ekonomi bangsa serta
membangun sebuah masyarakat yang mandiri adalah melahirkan sebanyakbanyaknya wirausahawan baru. Asumsinya sederhana, kewirausahaan
(entrepreneurship) pada dasarnya adalah kemandirian, terutama kemandirian
ekonomi, dan kemandirian adalah keberdayaan. Upaya pembentukan calon
wirausahawan baru sangatlah tidak gampang. Hal ini dikarenakan
kewirausahaan memuat nilai-nilai yang diwujudkan dalam perilaku seseorang
sebagai dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan
tujuan hasil yang diharapkan.2 Jiwa kewirausahaan ini ada pada setiap orang
yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, tantangan dan resiko.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka dunia pendidikan harus
menyikapi serius dengan menyiapkan tamatan (output) sebuah madrasah yang
tidak hanya mampu berdaya saing dalam segi kognitif saja, melainkan
mampu dan mempunyai ketrampilan khusus (soft skill) yang menjadi daya
tarik konsumen (stake holder) dan mempunyai daya saing dengan lulusan
madrasah
lain,
seperti
memiliki
budaya
khusus
atau
ketrampilan
berwirausaha.
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang
yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia
nyata secara kreatif. Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan
"Entrepreneurship", yang dapat diartikan
sebagai "the backbone of
economy", yaitu syaraf pusat perekonomian atau pengendali perekonomian
2
Cucu Cuanda, Pengembangan Masyarakat Islam, dari Ideologi, Strategi, sampai
Tradisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 48.
3
suatu bangsa. Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang
diperlukan untuk memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan
sesuatu yang baru dan berbeda.3
Menurut Thomas W. Zimmerer, kewirausahaan merupakan penerapan
kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya
untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan
merupakan
gabungan
dari
kreativitas,
keinovasian
dan
keberanian
menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk
dan memelihara usaha baru.4
Pendidikan yang berwawaskan kewirausahaan telah menjadi motto
dan perhatian khusus pada dunia pendidikan saat ini. Banyak lembaga
pendidikan Islam yang ingin mendesain madrasah mereka menjadi madrasah
yang berwawaskan kewirausahaan demi menghasilkan lulusan yang tidak
hanya unggul dalam segi kognitif saja, akan tetapi unggul dalam segi
keterampilan juga. Namun kenyataannya lingkungan sekolah belum
sepenuhnya sadar akan pentingnya membentuk jiwa kewirausahaan, sebagian
mereka kurang menyadari akan arti penting mengembangkan usaha produktif.
Sistem
operasional
pendidikan
tidak
selalu
kondusif
untuk
mengaktualisasi dan mengimplementasikan jiwa entrepreneurship pada
peserta didik. Padahal, untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan
dan membentuk karakter entrepeneur di sekolah membutuhkan lingkungan
3
Muhammad. Hamdi, Resensi Pendidikan Entrepreneurship
www.kompasiana.com/ Entrepreneur Pendidikan (Diakases pada 02/11/2015)
4
Joko Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, (Bogor: Kencana Press, 2003),
hlm. 31
4
kondusif dan sarana yang memadai untuk menerapkannya. Kegiatan dan
program menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di madrasah atau
sekolah mulai perlu disosialisasikan secara efektif terhadap peserta didi,
warga sekolah dan stake holder sekolah khususnya wali murid.
Pendidikan
kewirausahaan
adalah
sebuah
program
di
dunia
pendidikan yang sangat penting sebagai upaya merealisasikan tujuan dan
mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia. Jika dijabarkan dari aspek
tujuan pendidikan Islam adalah untuk membina mentalitas dan penguasaan
keterampilan peserta didiknya, di sinilah wujud dari betapa pentingnya unsur
kewirausahaan bagi manusia.5
Pendidikan Islam berbasis kewirausahaan bertujuan menghasilkan
para wirausahawan yang akan menjadi sumber-sumber kesejahteraan bagi
masyarakat terlebih lagi untuk menghadapi tantangan masa kini dan masa
depan. Dengan begitu, akan mudah bagi madrasah untuk memberikan
pendidikan kewirausahaan secara nyata kepada peserta didiknya dengan
terjun langsung kepada masayarakat di sekitarnya. Madrasah yang berada
pada lingkungan nelayan dapat memberikan pembelajaran kewirausahaan
tentang budi daya ikan, dari mulai pembibitan, pembesaran, hingga penjualan.
Begitu
juga
madrasah
yang
berada
dilingkungan
petani
dapat
mengembangkan kewirauhaan pada pertanian. inilah salah satu keunggulan
madrasah dalam pengembangan kewirausahaan.
5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 1991), hlm. 75
5
Islam memandang bahwa kewirausahaan termasuk sebagai jihad fii
sabilillah, bagian dari amal sholeh, karena kegiatan kewirausahaan
menyediakan pendapatan kepada individu, menawarkan kesempatan kerja
kepada masyarakat (Ta’awun „Ala Birri), sehingga mengurangi kemiskinan,
meningkatkan perekonomian masyarakat, mendorong terciptanya hubungan
yang harmonis antara individu dengan individu lain serta membantu menjaga
hubungan yang lebih baik antara individu dengan tuhannya.6
Kewirausahaan bukan hanya sifat yang dibawa sejak lahir atau hanya
warisan orang tua semata yang pada akhirnya menganggap kewirausahaan
tidak penting untuk dipelajari. Akan tetapi, kewirausahaan juga merupakan
disiplin ilmu
yang perlu dipelajari. Kemampuan seseorang dalam
kewirausahaan dapat dimatangkan melalui proses pendidikan, jadi lembaga
pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam pengembangan
kewirausahaan. Madrasah sebagai sebuah lembaga pendidikan yang lahir dari
umat menjadikannya sebagai lembaga yang tahu betul kondisi yang ada
disekitarnya.
Bagi
sebuah
madrasah
unggulan,
sebuah
program
yang
mengupayakan untuk membekali jiwa kewirausahaan pada peserta didiknya
adalah wajib hukumnya, semata-mata untuk memberikan kontribusi yang
besar terhadap pribadi, sesama manusia, agama dan bangsa. Seorang
wirausahawan sejati adalah selalu melandasi setiap langkahnya sesuai dengan
ajaran Islam dan meneladani cara-cara yang dicontohkan oleh Rasulullah.
6
Ibid, hlm. 77
6
Melatar belakangi penulisan judul skripsi ini mengingatkan kita pada
inti ajaran Nabi Muhammad SAW tentang bagaimana seorang muslim agar
mendapatkan rizki ataupun nafkah kehidupan adalah dengan berusaha dan
berdo’a, dalam hal ini sebuah usaha berwujud berdagang ataupun membuka
usaha, sesuai dengan amaliyah nabi Muhammad ketika masa muda hingga
masa pernikahannya, bahwa beliau mempunyai amaliyah sehari-harinya
adalah berdagang agar bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari maka dapat
disimpulkan bahwa aktivitas berdagang atau berwirausaha adalah bagian dari
Sunnah Rosul yang apabila kita amalkan adalah sebuah ibadah di mata Alloh.
Di sisi lain, kita dapat mengamati dan meneladani suri tauladan
Rosulloh terhadap umatnya agar mempunyai keterampilan berdagang ataupun
berwirausaha, karena ketika seorang muslim bekerja atau mencari nafkah
dengan berdagang ataupun berwirausaha waktu yang digunakan untuk
mencari nafkah tidak terikat sehingga berdampak pada amaliyyah ibadah
seseorang menjadi lebih khusuk, tepat waktu dan tidak tergesa-gesa,
contohnya dalam menunaikan shalat lima waktu dalam satu hari. Dan
menurut Rosululloh bahwa sebaik-baik pekerjaan dalam mencari nafkah
adalah dengan berdagang atau berwirausaha, sesuai hadist nabi yang
berbunyi:7
7
Yulian Purnama, S.kom, Keutamaan Berdagang,
https://pengusahamuslim.com/3719-keutamaan-berdagang-1896.html (Diakses tgl
02/10/2015 pukul 13.40).
7
Artinya : “Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan
para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila
diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya.
(HR. Imam Al-Baihaqi)
Dalam penjelasan di atas sangat sesuai dengan tujuan berdirinya
Madrasah Aliyah Bilingual
Krian-Sidoarjo, yaitu mencetak lulusan yang
unggul dalam Imtaq (iman dan taqwa) dan Iptek (ilmu pengetahuan dan
tekhnologi) siap secara teori dan prakteknya serta mempunyai nilai lebih baik
berupa soft skill maupun hard skill pada lulusan madrasah, seperti skill
entrepreneurship.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengadakan
penelitian dan mengangkatnya menjadi sebuah judul skripsi “PENERAPAN
MADRASAH
UNGGULAN
BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN
DI
MADRASAH ALIYAH BILINGUAL KRIAN SIDOARJO”.
B. Rumusan Masalah.
Dalam sebuah penelitian masalah harus ditampilkan perumusan
masalah, maksudnya agar dalam pembahasan nanti mengarah pada proses
penelitian serta sebagai acuan sistematika pembahasan. Selain itu perumusan
masalah hendaknya tegas dan jelas guna menambah ketajaman pembahasan.8
Dari uraian mengenai latar belakang masalah yang telah disebutkan di
atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
8
Djarwono, Petunjuk Umum Penulisan Skripsi (Yogyakarta: BEFE, 1995), hlm. 13
8
1.
Bagaimana penerapan pendidikan kewirausahaan di Madrasah Aliyah
Bilingual Krian-Sidoarjo?
2.
Apa faktor pendukung dan penghambat bagi Madrasah Aliyah Bilingual
Krian-Sidoarjo dalam membekali dan meningkatkan kewirausaahn
peserta didiknya?
3.
Bagaimana hasil atau produk penerapan pedidikan kewirausahaan di
Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian.
Sejalan dengan perumusan masalah yang telah disusun di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan pendidikan kewirausahaan di Madrasah
Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo?
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam bagi
Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo dalam membekali dan
meningkatkan keterampilan kewirausaahn peserta didiknya?
3. Untuk mengetahui hasil atau produk penerapan pedidikan kewirausahaan
di Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo?
D. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian tentang studi kasus madrasah unggulan berbasis
kewirausahaan di Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo ini diharapkan
memberikan sejumlah manfaat, antara lain:
9
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman baru yang
nantinya dapat dijadikan sebagai modal dalam meningkatkan proses
belajar dan pembelajaran sesuai dengan disiplin ilmu penulis, terutama
setelah terjun ke dunia pendidikan.
2. Bagi almamater
Penelitian ini memperkaya wacana keilmuan khususnya kajian pendidikan
dalam bidang Kependidikan Islam (KI) prodi Manajemen Pendidikan
Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.
3. Bagi Madrasah Aliyah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk mendorong semua
aktivitas lembaga madrasah aliyah baik swasta maupun negeri untuk
membekali peserta didiknya dalam bidang kewirausahaan serta sebagai
mengetahui kekurangan dan kelebihan kurikulum dan program-program
madrasah dalam meningkatkan skill kewirausahaan peserta didiknya.
E. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitihan
Mengingat luasnya pembahasan, maka untuk lebih memperjelas dan
memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini, perlu adanya
pembatasan masalah dalam pembahasannya. Maka penulis membatasi
permasalahan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
10
1. Peneliti mengadakan wawancara kepada kepala madrasah MA. Bilingual
Krian-Sidoarjo.
2. Penelitian mengadakan wawancara kepada Wakasek bidang kurikulum
MA. Bilingual Krian-Sidoarjo.
3. Peneliti mengadakan wawancara kepada salah satu siswa MA. Bilingual
Krian-Sidoarjo.
F. Definisi Operasional.
Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black
dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi
makna pada suatu konstruk atau variabel dengan “operasi” atau kegiatan
dipergunakan untuk mengukur konstruk atau variabel.9
Untuk memudahkan pemahaman dan menghindari kesalah pahaman
dan agar ada keselarasan atau keseragaman dalam pemahaman serta
menghindari variasi dalam penafsiran dalam memahami judul, maka penulis
akan memberikan penegasan beberapa istilah terkait dengan judul skripsi
yang berjudul “studi kasus: implementasi madrasah unggulan berbasis
kewirausahaan di MA. Bilingual Krian Sidoarjo” antara lain:
1.
Madrasah Unggulan
Madrasah Unggulan adalah madrasah program unggulan yang
lahir dari sebuah keinginan untuk memiliki madrasah yang mampu
berprestasi di tingkat nasional dan dunia dalam penguasaan ilmu
9
Sugiyono, Metode penulisan Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 253
11
pengetahuan dan teknologi ditunjang oleh akhlakul karimah. Untuk
mencapai
keunggulan
tersebut,
maka
masukan
(input),
proses
pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan
pendidikan, serta sarana penunjangnya harus dianrahkan untuk
menunjang tercapainya tujuan tersebut.10
Madrasah unggulan memiliki dua lingkup visi, yaitu visi makro
dan visi mikro. Visi makro pendidikan madrasah ungulan adalah
terwujudnya masyarakat dan bangsa Indonesia yang memiliki sikap
agamis, berkemampuan ilmiah
dan diniah, terampil dan profesional.
Sedangkan visi mikronya sendiri adalah pendidikan madrasah unggulan
adalah
terwujudnya
individu
yang
memiliki
sikap
agamis,
berkemampuan ilmiah-diniah, terampil dan professional yang sesuai
dengan tatanan kehidupan.11
Sedangkan misi madrasah unggulan adalah :
a. Menciptakan calon agamawan yang berilmu;
b. Menciptakan calon berilmu yang agamawan;
c. Menciptakan calon tenaga yang professional dan agamis.
Dari paparan di atas inti dari visi dan misi madrasah unggulan
adalah membentuk individu yang professional dan religius, yaitu
keseimbangan antara kemampuan intelektual, keterampilan dan sikap
keberagaman
10
yang taat kepada Alloh swt.
Untuk mengetahui
Ahmad Zayadi, Desain Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Pendidikan Islam Depag, 2005), hlm. 57
11
Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 42
12
karakteristik madrasah unggulan mempunyai beberapa dimensi yang
harus ditinjau, di antaranya:12
a.
Input terseleksi secara ketat. Dengan criteria tertentu dan melalui
prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan;
b.
Sarana dan prasarana yang menunjang. Untuk memenuhi kebutuhan
belajar siswa serta menyalurkan minat dan bakat, baik dalam
kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler;
c.
Lingkungan belajar yang kondusif. Untuk berkembangnya potensi
keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baiklingkungan fisik
maupun fisik-psikologi;
d.
Guru dan tenaga kependidikannya yang professional. Untuk
menangani pendidikan unggul harus didukung dengan guru yang
unggul baik segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar,
maupun komitmen dalam melaksanakaan tugas. Untuk itu perlu
disediakan intensif tambahan bagi guru berupa uang tunjangan
maupun fasilitas tambahan;
e.
Inovasi
kurikulum.
Kurikulumnya
dapat
diperkaya
dengan
pengembangan dan improvisasi secara maksimal sesuai dengan
tuntutan belajar peserta didiknya yang mempunyai kecepatan belajar
serta motivasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa
seusiannya;
12
Ibid, hlm. 46
13
f.
Kurun waktu belajar lebih lama dibandingkan dengan madrasah lain.
Karena itu perlu adanya asrama untuk memaksimalkan pembinaan
dan menampung siswa dalam berbagai lokasi untuk menunjang
siswa agar mengikuti kegiatan kurikuler maupun ekstra kulikuler
madrasah unggulan serta ditambah dengan kegiatan magang (praktik
kerja nyata) sebagai penunjang penguatan teori;
g.
Proses
belajar
harus
berkualitas
dan
responsible.
Selain
pembelajaran yang berkualitas juga hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan,baik kepada siswa, lembaga maupun stake holder yang
ada;
h.
Bermanfaat dan berpartisipasi kepada masyarakat. Madrasah
unggulan tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didiknya,
tetapi mampu memberikan konstribusi sosial dan keagamaan pada
lingkungan sekitarnya;
i.
Program pengayaan. Madrasah unggulan mempunyai nilai/ kegiatan
tambahan di luar kurikulum nasional melalui pengembangan
kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pembelajaran
remedial, pelayanaan, bimbingan dan konseling yang berkualitas
serta pembinaan kreatifitas dan kedisiplinan.
Dan yang harus diperhatikan sebuah madrasah unggulan adalah
sebuah madrasah yang mampu dalam mencapai dan memenuhi tanpa
meninggalkan salah satu aspek dari 8 standart nasional pendidikan yang
telah ditentukan di dalam SISDIKNAS.
14
2.
Kewiraushaan (Entrepreneurship)
Secara harfiah Kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha
yang mendapat awalan ke- an akhiran -an, sehingga dapat diartikan
kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan wirausaha. Sedangkan
wira berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial
atau non-komersial, Sehingga kewirausahaan dapat pula diartikan
sebagai keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan
bisnis.13
Dalam bahasa Inggris wirausaha adalah enterpenuer, istilah ini
pertama kali diperkenalkan oleh Richard Cantillon, seorang ekonom
Prancis. Menurutnya, entrepreneur adalah “agent who buys means of
production at certain prices in order to combine them”. Dalam waktu
yang tidak terlalu lama, ekonom Perancis lainnya- Jean Baptista Say
menambahkan definisi Cantillon dengan konsep entrepreneur sebagai
pemimpin.14
Secara umum banyak sekali definisi yang dikemukakan oleh para
ahli, mengenai kewirausahaan, dibawah ini akan saya kemukakan
beberapa pendapat tersebut, yang diambil dari berbagai sumber :15
a.
Menurut Harvey Leibenstein, mengemukakan bahwa kewirausahaan
mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan
atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Wikipedia.com (Diakses tgl 02/10/2015
pukul 13.20)
14
Winardi, Pengantar ekonomi mikro, (Bandung: Mandar Maju 1999), hlm. 16
15
Ibid, hlm. 44
15
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen
fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Menurut Drucker istilah kewirausahaan yaitu : “An entrepreuneur
b.
ability to create the new and different”. Yang artinya kewirausahaan
adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.
c.
Menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer istilah
kewirausahaan yaitu: “An entrepreuneur is one who creates a new
business in the face of risk and uncertainty for the perpose of
achieving profit and growth by identifying opportunities and
asembling the necessary resourses to capitalize on those
opportunuties”. Yang artinya kewirausahaan adalah merupakan
proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan
seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko
keuangan, kejiwaan, sosial, dan menerima balas jasa dalam bentuk
uang dan kepuasan pribadinya.16
Seiring berjalanya waktu, kewirausahaan semakin berkembang,
maka lahirlah berbagai macam teori tentang kewirausahaan, akan coba
saya uraikan berbagai teori kewirausahaan, diantaranya adalah sebagai
berikut :17
16
17
Ibid, hlm. 120
Suryana, Kewirausahaan, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hlm. 4
16
a.
Neo Klasik
Teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis,
dimana manajemen (individu-individu) hanya mengetahui biaya dan
penerimaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis
untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan.
b.
Kirzerian Entrepreneur
Dalam teori Kirzer menyoroti tentang kinerja manusia, keuletanya,
keseriusanya, kesungguhanya, untuk swadaya (mandiri), dalam
berusaha, sehingga maju mundurnya suatu usaha tergantung pada
upaya dan keuletan sang pengusaha.
c.
Teori Prilaku
Yang
terakhir
adalah
teori
perilaku,
bagaimana
seorang
wirausahawan harus memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan
suatu usaha, memanaje keuangan dan hal-hal terkait, membangun
jaringan, dan memasarkan produk, dibutuhkan pribadi yang supel
dan pandai bergaul untuk memajukan suatu usaha.
G. Sistematika Penulisan.
Sistematika yang dimaksud di sini adalah merupakan keseluruhan dari
isi penelitian secara singkat yang terdiri dari 5 (lima) bab. Maka untuk lebih
jelasnya penulisan sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
17
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini peneliti memaparkan secara singkat tentang beberapa
permasahan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi operasional dan sistematika pembahasan.
Bab II : Landasan Teori
Dalam bab ini berisi kajian teori yang menjelaskan secara rinci tentang
pengertian, karakteristik dan konsep Madrasah Unggulan, pengertian
kewirausahaan dan teori-teorinya, implementasi madrasah unggulan berbasis
kewirausahaan dan faktor pendorong dan penghambat bagi madrasah
unggulan berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan, mengembangkan skill
entrepreneurship kepada peserta didiknya dan unit-unit usaha yang sesuai
dengan latar belakang madrasah unggulan.
Bab III : Metode Penelitihan
Bab ini merupakan penjelasan tentang metode penelitian yang peneliti
gunakan yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti,
lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan temuan, dan tahapan-tahapan penelitian.
18
Bab IV : Laporan Penelitihan
Pada bab IV (empat) ini merupakan pembahasan mendetail yaitu gambaran
umum penerapan Madrasah Ungulan berbasis kewirausahaan di Madrasah
Aliyah Bilingual Krian-Sidoaarjo serta program dan faktor pendukung dan
penghambat madrasah unggulan dalam membekali dan mengembangkan skill
kewirausahaan pada siswa di MA. Bilingual Krian-Sidoarjo “
Bab V Penutup
Bab ini merupakan Bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran
dari peneliti.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Madrasah Unggulan
1. Pengertian Madrasah Unggulan
Madrasah Unggulan adalah sebuah madrasah program unggulan
yang lahir dari sebuah keinginan untuk memiliki madrasah yang mampu
berprestasi di tingkat nasional dan dunia, dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan teknologi yang ditunjang oleh akhlakul
karimah. Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka masukan (input),
proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan
pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang
tercapainya tujuan tersebut.1
Madrasah unggulan perlu ditunjang dengan tenaga pendidik yang
perofesional, saran yang memadai, kurikulum yang inovatif, ruang kelas
atau pembelajaran yang representatif sehingga dapat mendorong
terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien dan menghasilkan
lulusan yang berkualitas.
Di sisi lain, Bafadhal mengemukakan bahwa untuk mencapai
madrasah yang unggul dituntut adanya fasilitas dan dana yang memadai,
akan tetapi tidak semua sekolah atau madrasah dapat memenuhinya.
Secara teknis, pengembangan madrasah unggulan menuntut adanya tenaga
1
Ahmad Zayadi, Desain Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Pendidikan Islam Depag, 2005), hlm. 57
19
20
yang profesional dan fasilitas yang memadai sehingga dampaknya
dibutuhkannya biaya belajar yang tidak sedikit.2
Madrasah unggulan memiliki dua lingkup visi, yaitu visi makro
dan visi mikro. Visi makro pendidikan madrasah ungulan adalah
terwujudnya masyarakat dan bangsa Indonesia yang memiliki sikap
agamis,
berkemampuan
ilmiah-diniah,
terampil
dan
profesional.
Sedangkan visi mikronya sendiri adalah pendidikan madrasah unggulan
adalah terwujudnya individu yang memiliki sikap agamis, berkemampuan
ilmiah-diniah, terampil dan professional yang sesuai dengan tatanan
kehidupan.
Sedangkan misi global dari madrasah unggulan adalah :
a. Menciptakan calon agamawan yang berilmu
b. Menciptakan calon ilmuwan yang agamawan
c. Menciptakan calon tenaga yang professional dan agamis.
Dari paparan di atas inti dari visi dan misi madrasah unggulan
adalah membentuk individu yang professional dan religius, yaitu
keseimbangan antara kemampuan intelektual, keterampilan dan sikap
keberagaman yang taat kepada Alloh Swt.
2. Karakteristik Madrasah Unggulan
Berdasarkan visi dan misi madrasah unggulan, maka dapat
ditentukan tujuan dari madrasah unggulan yaitu membentuk individu yang
2
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hlm. 86
21
profesional dan religius. Secara umum tujuan dari madrasah unggulan
sendiri adalah pandangan atau acuan bersamaseluruh komponen madrasah
akan keadaan masa depan yang diinginkan dan diungkapkan dengan
kalimat yang jelas, positif, menantang dan mengundang partisipasi untuk
gambaran pendidikan masa depan.3
Acuan dasar dari tujuan umum madrasah unggulan adalah tujuan
pendidikan nasional sebagaiman tercantum dalam undang-undang sistem
pendidkan nasional yang intinya adalah menghasilkan manusia-manusia
yang beriman kepada Alloh, berbudi pekerti, berkepribadian mandiri,
tagguh, cerdas, kreatif, bertanggung jawab, produktif, nasionalisme tinggi
dan berjiwa sosial yang tinggi.
Sedangkan tujuan madrasah unggulan secara khusus adalah
madrasah unggulan menghasilkan pendidikan yang memiliki keunggulan
dalam hal berikut: 4
a. Unggul dalam hal IMTAQ.
b. Unggul dalam hal IPTEK.
c. Keagungan budi pekerti.
d. Motifasi tinggi untuk mencapai prestasi.
e. Kreatif dalam kehidupan sehari-hari.
f. Sikap disiplin yang tinggi
Menurut Ahmad Zayadi dalam desain pengembangan madrasah
oleh Dirjen Kelembagaan Pendidikan Islam Departemen Agama RI,
3
Mujammil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007),
hlm. 28.
4
Ibid, hlm. 30
22
menuturkan bahwa proses menjadikan suatu madrasah menjadi madrasah
unggul atau menjadi madrasah model secara strategis sebagai berikut:5
a. Aspek Administrasi atau Manajemen
1) Maksimal 6 kelas untuk tiap tingkatan;
2) Tiap kelas terdiri atas 30 siswa
3) Rasio guru kelas adalah 1:25;
4) Mendokumentasi perkembangan tiap siswa;
5) Transparan dan akuntabel.
b. Aspek Ketenagaan
1) Kepala Madrasah.
a) Minimal S2 untuk MA, S1 untuk MTs dan MI;
b) Pengalaman minimal 5 tahun menjadi kepala madrasah;
c) Mampu berbahasa Arab atau berbahasa Inggris;
d) Lulus tes (fit and proper test);
e) Sistem kontrak satu tahunan;
f) Siap tinggal di kompleks madrasah;
2) Guru
a) Minimal S1;
b) Spesialisasi sesuai mata pelajaran;
c) Pengalaman mengajar minimal 5 tahun;
d) Mampu berbahasa Arab atau bahasa Inggris;
e) Lulus test (fitand proper test);
5
Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 84
23
f) Sistem kontrak 1 tahun.
3) Tenaga Kependidikan
a) Minimal S1;
b) Spesialisasi sesuai dengan bidang tugas;
c) Pengalaman mengelola minimal 3 tahun;
4) Aspek Kesiswaan
a) Sepuluh besar MTs (untuk MA);
b) Sepuluh besar MI (untuk MTs);
c) Lulus tes akademik (bahasa Arab dan Inggris);
d) Menguasai berbagai disiplin ilmu;
e) Mampu berbahasa Arab maupun bahasa Inggris;
f) Terampil menulis dan berbicara (Indonesia) dengan baik;
g) Siap bersaing untuk memasuki jenjang lebih tinggi yakni
universitas atau institut bermutu di dalam negeri.
5) Aspek Kultur Belajar
a) Full day school;
b) Student centered learning;
c) Kurikulum dikembangkan dengan melibatkan seluruh elemen
madrasah termasuk siswa;
d) Bahasa pengantar Arab dan Inggris;
e) Sistem Droup Out;
f)
Sarana dan prasarana yang menunjang. Untuk memenuhi
kebutuhan belajar maupun ekstra kurikuler;
24
g) Pendekatan belajar dengan fleksibelitas tinggi dengan
mengikuti perkembangan metode-metode pembelajaran
terbaru.
6) Aspek Sarana dan Prasarana
a) Perpustakaan yang memadai;
b) Laboratorium (IPA, Bahasa dan Matematika);
c) Laboratorium alam yang memadai;
d) Mushalla;
e) Lapangan dan fasilitas olahraga lainnya.
Karakteristik, standar pendidikan, ataupun perangkat-perangkat
madrasah unggul bisa diklasifikasi kedalam dua hal, yaitu; sumber daya
manusia (SDM) dan perangkat pendidikan. Sumber daya manusia (SDM)
terdiri atas pimpinan madrasah, guru, siswa, dan tenaga kependidikan.
Perangkat keras (hardware) berupa bangunan madrasah, masjid, lapangan
olahraga, dan fasilitas pendidikan lainnya. Perangkat lunak (software)
berupa visi, misi, tujuan, kurikulum, metode pembelajaran sistem
penilaian, dan lain-lain. Hal-hal tersebut di atas, pembahasannya dapat di
cluster kan ke dalam sistem kelembagaan dan sistem pembelajaran.6
Untuk mengetahui karakteristik madrasah unggulan mempunyai
beberapa dimensi yang harus ditinjau, di antaranya: 7
6
Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, (Bandung:Mizan Press, 2001),
hlm. 22
7
Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif , (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 48
25
a. Input terseleksi secara ketat. Dengan kriteria tertentu dan melalui
prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan;
b. Lingkungan belajar yang kondusif. Untuk berkembangnya potensi
keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baiklingkungan fisik
maupun fisik-psikologi;
c. Guru dan tenaga kependidikannya yang professional. Untuk menangani
pendidikan unggul harus didukung dengan guru yang unggul baik segi
penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen
dalam melaksanakaan tugas. Untuk itu perlu disediakan intensif
tambahan bagi guru berupa uang tunjangan maupun fasilitas tambahan;
d. Inovasi
kurikulum.
Kurikulumnya
dapat
diperkaya
dengan
pengembangan dan improvisasi secara maksimal sesuai dengan tuntutan
belajar peserta didiknya yang mempunyai kecepatan belajar serta
motivasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa seusiannya;
e. Kurun waktu belajar lebih lama dibandingkan dengan madrasah lain.
Karena itu perlu adanya asrama untuk memaksimalkan pembinaan dan
menampung siswa dalam berbagai lokasi untuk menunjang siswa agar
mengikuti kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler madrasah
unggulan serta ditambah dengan kegiatan magang (praktik kerja nyata)
sebagai penunjang penguatan teori;
f. Proses belajar harus berkualitas dan responsible. Selain pembelajaran
yang berkualitas juga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan,baik
kepada siswa, lembaga maupun stake holder yang ada;
26
g. Bermanfaat dan berpartisipasi kepada masyarakat. Madrasah unggulan
tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didiknya, tetapi
mampu memberikan konstribusi sosial dan keagamaan pada lingkungan
sekitarnya;
h. Program pengayaan. Madrasah unggulan mempunyai nilai/ kegiatan
tambahan
di
luar
kurikulum
nasional
melalui
pengembangan
kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pembelajaran remedial,
pelayanaan, bimbingan dan konseling yang berkualitas serta pembinaan
kreatifitas dan kedisiplinan.
Dan yang harus diperhatikan sebuah madrasah unggulan adalah
dalam pencapaian dan terpenuihnya tanpa meninggalkan salah satu aspek
dari 8 standart nasional pendidikan yang telah ditentukan di dalam
SISDIKNAS.
3. Konsep Dasar Strategi Pengembangan Madrasah Unggulan
Webter’s New Word Dictionary mengidentifikasi strategi sebagai
“Science of planning and directing large scale military operation skill in
managing or planning”, yang artinya strategi merupakan suatu ilmu
tentang perencanaan dan pengarahan keterampilan operasi militer pada
skala besar dalam mengatur dan merencanakan. Sedangkan istilah strategi
menurut Djanid adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu
27
tujuan tetapi fungsi strategi tidak sebagai peta jalan melainkan sebagai
penunjuk jalan dan menunjukkan bagaimana taktik pengoprasiannya.8
Dengan
demikian
strategi
adalah
suatu
rancangan
yang
memberikan bimbingan ke arah atau tujuan organisasi yang telah
ditentukan yang benar untuk dilakukan. Jadi, yang dimaksud dari strategi
pengembangan madrasah unggulan adalahsuatu upaya perencanaan dan
pengelolahan madarasah yang berfungsi untuk mengarahkan dan
mengembangkan madrasah dalam mencapai tujuan pendidikannya, karena
madrasah unggulan dimaksud sebagai center of excellence yang artinya
madrasah unggulan diproyeksikan sebagai wadah menampung peserta
didik yang terbaik dari berbagai daerah secara maksimal.9
Dalam rangka antisipasi masa depan madrasah yang akan dituntut
dengan lembaga lain, maka manajemen madrasah harus ditata ulang.
Sebagaimana yang direkomendasikan oleh Balitbang Depag RI yaitu
penerapan manajemen berbasis madrasah (MBM) atau sering disebut
school based managemen (SBM), merupakan suatu upaya memposisikan
kembali peran madrasah yang sesungguhnya sesuai dengan porsi dan
kebutuhan pada lingkungan atau daerah madrasah tersebut.10
Sistem manajemen berbasis madrasah (MBM), memberikan
peluang mengakomodasikan pihak-pihak yang berkepentingan (Stake
Holder) untuk berkontribusi secara positif terhadap peningkatan kinerja
8
Burhanudin, Manajemen Pendidikan, (Malang: UM Press, 2002), hlm. 66
Burhanudin, Op, Cit., hlm. 83.
10
Ainurrafiq Dawam dan A. Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,
(Yogyakarta: Lista Fariska Putra Press, 2005), hlm. 46
9
28
madrasah, yang terefleksikan di dalam visi, misi, tujuan serta programprogram prioritas madrasah yang disusun secara kolaborasi. Dengan
penerapan MBM, akan diperoleh manfaat sebagai berikut:11
a. Memungkinkan individu yang berkompetensi mengambil keputusan
untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik;
b. Memberikan hak kepada masyarakat madrasah untuk berperan dalam
pengambilan keputusan yang penting;
c. Memfokuskan akuntabilitas dalam setiap pengambilan keputusan;
d. Mengarahkan dengan cepat dan tepat sumber untuk mencapai tujuan
madrasah;
e. Mendorong kreatifitas untuk mendesain program;
f. Menyadarkan guru dan orang tua akan perlunya budget yang realistik;
g. Meningkatkan semangat guru dan mematangkan kader pemimpin
pendidikan yang sesuai denga daerahnya masing-masing;
Sebagai
alternatif,
madrasah
dapat
pula
mengembangkan
manajemen pendidikan kualitas total atau sering disebut Total Quality
Education (TQE). Strategi pengembangan madrasah unggulan yaitu
dengan cara pengaplikasian Total Quality Education (TQE) di dalam
lembaga pendidikan yang terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 12
a. Redefinisi tugas;
b. Profesionalisme pemimpin lembaga pendidikan;
c. Berorientasikan mutu pada proses dan produk;
11
12
Mujammil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 2007), hlm. 66
Ibid, hlm. 70
29
d. Berorientasi pada perubahan mental.
B. Pendidikan Kewirausahaan
1. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Kata “entrepreneurship” jika diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia mempunyai arti “kewirausahaan”. Entrepreneurship berasal dari
kata perancis yaitu “entreprende” yang berarti berusaha. Dalam konteks
bisnis berarti memulai sebuah bisnis. Ada banyak definisi dari kata
entrepreneurship yang dikemukakan para ahli. Salah satunya yang paling
saya sukai adalah menurut Peter Drucker yang menyatakan bahwa yang
dimaksud entrepreneurship adalah aktivitas yang secara konsisten
dilakukan guna mengkonversi ide-ide yang bagus menjadi kegiatan usaha
yang menguntungkan dan menghasilkan laba (profit).
Seorang ekonom yang bernama Adam Smith memiliki pandangan
tersendiri tentang kewirausahaan. Dalam pandangannya kewirausahaan
merupakan tindakan orang yang mampu beraksi terhadap perubahan
ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang mengubah aspek permintaan
menjadi produksi. Ahli ekonomi Prancis Jean Baptise berpendapat bahwa
wirausaha adalah orang yang mempunyai jiwa seni dan ketrampilan
tertentu dalam menciptakan usaha ekonomi yang baru.13
Kamus Oxford mendefinisikan manajemen sebagai “tipu daya, alat
kebohongan”, kata kerja, memenej (to manage), berarti “memimpin
13
Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2000), hlm. 13
30
(berusaha dan sebagainya), mengendalikan (rumah tangga, lembaga,
pemerintah untuk mencapai tujuan seseorang atau kelompok dan
mempergunakan dengan tepat.” Dalam Ensiklopedi ekonomi, bisnis dan
manajemen, kata ini diartikan proses merencanakan dan mengambil
keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber
daya manusia, keuangan, fasilitas dan informasi guna mencapai sasaran
organisasi dengan cara efektif dan efisien.
Istilah wirausaha sering dipakai tumpang tindih dengan istilah
wiraswasta. Di dalam berbagai literatur dapat dilihat bahwa pengertian
wiraswasta sama dengan wirausaha. Demikian pula penggunaan istilah
wiraswasta dengan wirausaha. Kata wirausaha berasal dari tiga kata
bahasa Sansekerta, wira, swa, dan sta. Wira berarti manusia unggul,
teladan, berbudi luhur, berjiwa bersih, berani, pahlawan/pendekar
kemajuan, dan memiliki keagungan watak. Swa artinya sendiri, sedangkan
sta bermakna berdiri. Dari penjabaran etimologis ini wiraswasta dapat
dinyatakan sebagai keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan serta menumbuhkan permasalahan hidup
dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.14
Sedangkan pengertian pendidikan sendiri yang sesuai dengan UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang berbunyi usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
14
Ibid, hlm. 17
31
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.15
Jadi, pendidikan kewirausahaan merupakan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
menangkap peluang-peluang yang ada serta mengorganisir usahanya
dalam
mewujudkan
cita-citanya
sebagai
seorang
ilmuwan
yang
berketerampilan kewirausahaan.
Kewirausahaan (entrepreneurship) tidak terjadi begitu saja, akan
tetapi hasil dari sebuah proses yang panjang dan dimulai dari sejak dini.
Seperti kata orang bijak Eropa “Many Greatmen started as newspaper
boys” yang artinya banyak orang besar yang memulai sebagai seorang
penjual Koran. Untuk menjadi seorang pemimpin dan wirausahawan yang
tangguh dan sukses harus mencoba berbagai macam tindakan atau usaha
yang sekiranya mampu memberi dorongan dan pengalaman dalam
mengembangkan skill individu, lebih khususnya skill kewirausahaan.
Di samping itu, sejak usia belia pendidikan karakter yang baik
akan menghasilkan prilaku terpuji dan kebiasaan terpuji pula. Selain
perbuatan terpuji, mental pun akan menjadi tangguh dan terpuji, oleh
karena itu masa kecil merupakan masa awal pengenalan sesuatu bagi
seorang anak dan dalam masa ini menjadi masa keemasan individu dalam
15
Tim dosen ikip Malang, Pengantar dasar-dasar kependidikan (Surabaya : Usaha
Nasional, 2008), hlm. 27
32
mencermati, mengingat dan menerapkan sesuai dari perintah maupun
rangsangan orangtua, keluarga ataupun orang lain.
Untuk
membekali
dan mendidik
seseorang agar
menjadi
wirausahawan, maka ada beberapa aspek yang penting untuk disampaikan
atau diajarkan kepada anak-anak tentang kewirausahaan, di antaranya:16
a. Perkenalkan anak dengan aktivitas wirausaha;
b. Ajarkan anak dengan kegiatan wirausaha;
Dalam mengajari anak tentang wirausaha maka orang tua setidaknya
melibatkan anak untuk kegiatan wirausaha yang ada.
c. Ajari anak untuk menjadi seseorang yang professional;
Mengenali
kemampuan
anak,
baik
kelemahannya
maupun
kelebihannya serta member solusi atau cara untuk memecahkannya
atau mengatasinya.
d. Ajari anak memahami persaingan;
Kegiatan wirausaha tidak bedanya dengan kegiatan perang. Hanya
mereka yang memiliki strategi memerangi pesaingan yang mampu
sukses
mempertahankan
wirausahanya.
Dengan
menyimpulkan
ungkapan tersebut setidaknya ajari anak agar memiliki stamina kuat,
kuat mengahdapi resiko, tantangan, kegagalan dan persaingan yang
menerpa usahanya sewaktu-waktu.
e. Ajari anak berkomunikasi dengan baik;
16
Eni Setiati, Kidpreneur, ajari anak berwirausaha sejak dini, (Jakarta : Gramedia
Pustaka, 2010), hlm. 66-77
33
Ajari anak untuk berkomunikasi yang lebih baik dan benar terutama
dalam memenangkan persaingan pasar, memahami permintaan
konsumen dan antara rekan kerja yang akan menghasilkan produkproduk yang bagus dan uggul.
f. Ajari anak berpikir kreatif;
Ajari anak untuk memanfaatkan barang-barang bekas yang ada yang
bias diolah menjadi barang baru yang mempunyai nilai tambah.
g. Ajari anak un
DI MADRASAH ALIYAH BILINGUAL KRIAN-SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
M. Muammar Arif
D03212048
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016
PENERAPAN MADRASAH UNGGULAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN
DI MADRASAH ALIYAHBILINGUAL KRIAN-SIDOARJO
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
Muhammad Muammar Arif
NIM. D03212048
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
JANUARI
2016
i
ABSTRAK
M. Mu’ammar Arif, 2035: Penerapan Madrasah Unggulan Berbasis
Kewirausahaan Di Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo. Skripsi Jurusan
Kependidikan Islam Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1. Penerapan madrasah
unggulan berbasis kewirausahaan di Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo,
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan madrasah unggulan
berbasis kewirausahaandi Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo, 3. Hasil
atau produk dari madrasah unggulan berbasis kewirausahaandi Madrasah Aliyah
Bilingual Krian-Sidoarjo.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data pada
penelitian ini mempergunakan berbagai teknik, yaitu: wawancara, observasi,
dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis data interaksi. Dan
pengecekan keabsahan data menggunakan trianggulasi, bahan referensi dan
member check.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan madrasah unggulan
berbasis kewirausahaan di Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo sudah
terlaksana dengan baik, meskipun program ini masih berumur kurang dari 5 tahun
akan tetapi pihak madrasah senantiasa melakukan evaluasi setiap tahunnya agar
visi dari program ini akan tercapai dengan maksimal. Dan di Madrasah Aliyah
Bilingual Krian-Sidoarjo terdapat unit-unit usaha yang berfungsi sebagai sarana
menerapkan pendidikan kewirausahaan sehingga teori yang dipelajari mampu
diaplikasikan langsung oleh para siswa di lingkungan madrasah ataupun yayasan,
sehingga madrasah mampu menciptakan lulusan yang seimbang antara aspek
kognitif dan psikomotoriknya dan mampu memenuhi espektasi dan mampu
berkompetisi di kehidupan masyarakat.
Faktor pendukung peran komite sekolah sebagai badan pengawas adalah: 1.
Saling kordinasinya antar pemangku tanggung jawab program madrasah, yaitu
antara madrasah dengan orangtua murid kemudian antara pihak madrasah dengan
pihak mitra program, 2. Lokasi madrasah yang strategis dan dekat dengan unitunit usaha kecil menengah dan lembaga-lembaga pendidikan formal maupun
nonformal. Sedangkan faktor penghambat peran komite sekolah sebagai badan
pengawas adalah: 1. Masalah akomodasi pelaksanaan praktek lapangan, 2.
Masalah waktu, yaitu kurang efektifnya waktu yang diberikan pihak madrasah
maupun pihak ma’had, 1. Pendanaan (Budgeting).
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi
madrasah atau sekolah terutama bagi kepala madrasah atau sekolah dan waka
kurikulumnya untuk menerapkan program pendidikan unggulan berbasis
kewirausahaan di satuan lembaga pendidikan, sehingga penelitihan ini dapat
dijadikan bahan informasi dan acuan untuk penerapannya.
Kata Kunci : Madrasah Unggulan dan Pendidikan Kewirausahaan
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................
i
PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI .......................................................... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI.......................................................... iii
MOTTO ............................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
C. TujuanPenelitian ................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
E. Ruang Lingkup penelitian .................................................................. 9
F. Definisi Operasional........................................................................... 10
G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Madrasah Unggulan ........................................................................... 19
1. Pengertian Madrasah Unggulan ................................................... 19
2. Karakteristik Madrasah Unggulan ................................................. 20
3. Konsep Dasar Strategi PengembanganMadrasah Unggulan ........ 26
B. Pendidikan Kewirausahaan ................................................................ 29
1. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan ........................................ 31
ix
2. Macam- Macam Jenis Kewirausahaan ......................................... 33
3. PengertianWirausahawan (Entrepreneur) ..................................... 35
4. Ciri-ciri Wirausahawan sukses (GreatEntrepreneur) ................... 36
5. Tahapan perkembangan sebuah usaha........................................... 38
6. Inti Dan Hakikat Kewirausahaan................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Data Dan Sumber Data ............................................................. 47
B. Tahap-tahap Penelitian ....................................................................... 48
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 51
D. Analisis Data ...................................................................................... 53
BAB IV LAPORANHASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MA.Bilingual Krian- Sidoarjo .............................. 55
1. Sejarah Madrasah ......................................................................... 55
2. Letak Geografis ............................................................................ 57
3. Idenditas Madrasah ....................................................................... 58
4. Visi, Misi, Tujuan dan Kondisi Madrasah.................................... 59
B. Sajian Data ......................................................................................... 91
1. Penerapan Madrasah Unggulan Berbasis Kewirausahaan di MA.
Bilingual Krian-Sidoarjo ............................................................... 68
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Bagi MA. Bilingual Dalam
Membekali Dan Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan
Peserta Didiknya ............................................................................ 72
3. Produk dari Penerapan Pendidikan Kewirausahaan di Ma
Bilingual Krian-Sidoarjo ............................................................... 74
C. Analisis Data ....................................................................................... 76
1. Analisis data tentang Penerapan Madrasah Unggulan Berbasis
Kewirausahaan di MA. Bilingual Krian-Sidoarjo ......................... 76
xi
2. Analisis data tentang Faktor Pendukung Dan Penghambat Bagi
MA. Bilingual Dalam Membekali Dan Meningkatkan
Kemampuan Kewirausahaan Peserta Didiknya............................. 86
3. Analisis data tentang Produk dari Penerapan Pendidikan
Kewirausahaan di Ma Bilingual Krian-Sidoarjo ........................... 90
BAB V PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................. 95
B. Saran ................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi merupakan kata yang sangat populer diperbincangkan
dewasa ini. Apa sebenarnya globalisasi? Globalisasi adalah sebuah istilah
yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan antar bangsa dan
antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,
budaya, dan bentuk bentuk interaksi yang lain. Globalisasi merupakan sebuah
istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan antar bangsa
dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain. Hal ini
yang menyebabkan globalisasi merupakan era tekhnologi informasi,
komunikasi, ekonomi dan transportasi lebih berkembang dan menggelobal
seluruh dunia.1
Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan
dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Di era globalisasi,
bangsa-bangsa bersatu secara mengglobal, tetapi bersamaan dengan itu
muncul pula rasa kebangsaan yang berlebih-lebihan (cauvinisme) masingmasing bangsa. Hal inilah yang menyebabkan globalisasi merupakan era
tekhnologi informasi, komunikasi dan transportasi yang sangat modern dan
canggih.
1
Adeng. Ghazali, Civic Education, (Bandung : Benang Merah Press, 2009), hlm. 22
1
2
Salah satu upaya untuk memberdayakan potensi ekonomi bangsa serta
membangun sebuah masyarakat yang mandiri adalah melahirkan sebanyakbanyaknya wirausahawan baru. Asumsinya sederhana, kewirausahaan
(entrepreneurship) pada dasarnya adalah kemandirian, terutama kemandirian
ekonomi, dan kemandirian adalah keberdayaan. Upaya pembentukan calon
wirausahawan baru sangatlah tidak gampang. Hal ini dikarenakan
kewirausahaan memuat nilai-nilai yang diwujudkan dalam perilaku seseorang
sebagai dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan
tujuan hasil yang diharapkan.2 Jiwa kewirausahaan ini ada pada setiap orang
yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, tantangan dan resiko.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka dunia pendidikan harus
menyikapi serius dengan menyiapkan tamatan (output) sebuah madrasah yang
tidak hanya mampu berdaya saing dalam segi kognitif saja, melainkan
mampu dan mempunyai ketrampilan khusus (soft skill) yang menjadi daya
tarik konsumen (stake holder) dan mempunyai daya saing dengan lulusan
madrasah
lain,
seperti
memiliki
budaya
khusus
atau
ketrampilan
berwirausaha.
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang
yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia
nyata secara kreatif. Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan
"Entrepreneurship", yang dapat diartikan
sebagai "the backbone of
economy", yaitu syaraf pusat perekonomian atau pengendali perekonomian
2
Cucu Cuanda, Pengembangan Masyarakat Islam, dari Ideologi, Strategi, sampai
Tradisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 48.
3
suatu bangsa. Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang
diperlukan untuk memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan
sesuatu yang baru dan berbeda.3
Menurut Thomas W. Zimmerer, kewirausahaan merupakan penerapan
kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya
untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan
merupakan
gabungan
dari
kreativitas,
keinovasian
dan
keberanian
menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk
dan memelihara usaha baru.4
Pendidikan yang berwawaskan kewirausahaan telah menjadi motto
dan perhatian khusus pada dunia pendidikan saat ini. Banyak lembaga
pendidikan Islam yang ingin mendesain madrasah mereka menjadi madrasah
yang berwawaskan kewirausahaan demi menghasilkan lulusan yang tidak
hanya unggul dalam segi kognitif saja, akan tetapi unggul dalam segi
keterampilan juga. Namun kenyataannya lingkungan sekolah belum
sepenuhnya sadar akan pentingnya membentuk jiwa kewirausahaan, sebagian
mereka kurang menyadari akan arti penting mengembangkan usaha produktif.
Sistem
operasional
pendidikan
tidak
selalu
kondusif
untuk
mengaktualisasi dan mengimplementasikan jiwa entrepreneurship pada
peserta didik. Padahal, untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan
dan membentuk karakter entrepeneur di sekolah membutuhkan lingkungan
3
Muhammad. Hamdi, Resensi Pendidikan Entrepreneurship
www.kompasiana.com/ Entrepreneur Pendidikan (Diakases pada 02/11/2015)
4
Joko Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, (Bogor: Kencana Press, 2003),
hlm. 31
4
kondusif dan sarana yang memadai untuk menerapkannya. Kegiatan dan
program menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di madrasah atau
sekolah mulai perlu disosialisasikan secara efektif terhadap peserta didi,
warga sekolah dan stake holder sekolah khususnya wali murid.
Pendidikan
kewirausahaan
adalah
sebuah
program
di
dunia
pendidikan yang sangat penting sebagai upaya merealisasikan tujuan dan
mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia. Jika dijabarkan dari aspek
tujuan pendidikan Islam adalah untuk membina mentalitas dan penguasaan
keterampilan peserta didiknya, di sinilah wujud dari betapa pentingnya unsur
kewirausahaan bagi manusia.5
Pendidikan Islam berbasis kewirausahaan bertujuan menghasilkan
para wirausahawan yang akan menjadi sumber-sumber kesejahteraan bagi
masyarakat terlebih lagi untuk menghadapi tantangan masa kini dan masa
depan. Dengan begitu, akan mudah bagi madrasah untuk memberikan
pendidikan kewirausahaan secara nyata kepada peserta didiknya dengan
terjun langsung kepada masayarakat di sekitarnya. Madrasah yang berada
pada lingkungan nelayan dapat memberikan pembelajaran kewirausahaan
tentang budi daya ikan, dari mulai pembibitan, pembesaran, hingga penjualan.
Begitu
juga
madrasah
yang
berada
dilingkungan
petani
dapat
mengembangkan kewirauhaan pada pertanian. inilah salah satu keunggulan
madrasah dalam pengembangan kewirausahaan.
5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 1991), hlm. 75
5
Islam memandang bahwa kewirausahaan termasuk sebagai jihad fii
sabilillah, bagian dari amal sholeh, karena kegiatan kewirausahaan
menyediakan pendapatan kepada individu, menawarkan kesempatan kerja
kepada masyarakat (Ta’awun „Ala Birri), sehingga mengurangi kemiskinan,
meningkatkan perekonomian masyarakat, mendorong terciptanya hubungan
yang harmonis antara individu dengan individu lain serta membantu menjaga
hubungan yang lebih baik antara individu dengan tuhannya.6
Kewirausahaan bukan hanya sifat yang dibawa sejak lahir atau hanya
warisan orang tua semata yang pada akhirnya menganggap kewirausahaan
tidak penting untuk dipelajari. Akan tetapi, kewirausahaan juga merupakan
disiplin ilmu
yang perlu dipelajari. Kemampuan seseorang dalam
kewirausahaan dapat dimatangkan melalui proses pendidikan, jadi lembaga
pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam pengembangan
kewirausahaan. Madrasah sebagai sebuah lembaga pendidikan yang lahir dari
umat menjadikannya sebagai lembaga yang tahu betul kondisi yang ada
disekitarnya.
Bagi
sebuah
madrasah
unggulan,
sebuah
program
yang
mengupayakan untuk membekali jiwa kewirausahaan pada peserta didiknya
adalah wajib hukumnya, semata-mata untuk memberikan kontribusi yang
besar terhadap pribadi, sesama manusia, agama dan bangsa. Seorang
wirausahawan sejati adalah selalu melandasi setiap langkahnya sesuai dengan
ajaran Islam dan meneladani cara-cara yang dicontohkan oleh Rasulullah.
6
Ibid, hlm. 77
6
Melatar belakangi penulisan judul skripsi ini mengingatkan kita pada
inti ajaran Nabi Muhammad SAW tentang bagaimana seorang muslim agar
mendapatkan rizki ataupun nafkah kehidupan adalah dengan berusaha dan
berdo’a, dalam hal ini sebuah usaha berwujud berdagang ataupun membuka
usaha, sesuai dengan amaliyah nabi Muhammad ketika masa muda hingga
masa pernikahannya, bahwa beliau mempunyai amaliyah sehari-harinya
adalah berdagang agar bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari maka dapat
disimpulkan bahwa aktivitas berdagang atau berwirausaha adalah bagian dari
Sunnah Rosul yang apabila kita amalkan adalah sebuah ibadah di mata Alloh.
Di sisi lain, kita dapat mengamati dan meneladani suri tauladan
Rosulloh terhadap umatnya agar mempunyai keterampilan berdagang ataupun
berwirausaha, karena ketika seorang muslim bekerja atau mencari nafkah
dengan berdagang ataupun berwirausaha waktu yang digunakan untuk
mencari nafkah tidak terikat sehingga berdampak pada amaliyyah ibadah
seseorang menjadi lebih khusuk, tepat waktu dan tidak tergesa-gesa,
contohnya dalam menunaikan shalat lima waktu dalam satu hari. Dan
menurut Rosululloh bahwa sebaik-baik pekerjaan dalam mencari nafkah
adalah dengan berdagang atau berwirausaha, sesuai hadist nabi yang
berbunyi:7
7
Yulian Purnama, S.kom, Keutamaan Berdagang,
https://pengusahamuslim.com/3719-keutamaan-berdagang-1896.html (Diakses tgl
02/10/2015 pukul 13.40).
7
Artinya : “Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan
para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila
diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya.
(HR. Imam Al-Baihaqi)
Dalam penjelasan di atas sangat sesuai dengan tujuan berdirinya
Madrasah Aliyah Bilingual
Krian-Sidoarjo, yaitu mencetak lulusan yang
unggul dalam Imtaq (iman dan taqwa) dan Iptek (ilmu pengetahuan dan
tekhnologi) siap secara teori dan prakteknya serta mempunyai nilai lebih baik
berupa soft skill maupun hard skill pada lulusan madrasah, seperti skill
entrepreneurship.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengadakan
penelitian dan mengangkatnya menjadi sebuah judul skripsi “PENERAPAN
MADRASAH
UNGGULAN
BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN
DI
MADRASAH ALIYAH BILINGUAL KRIAN SIDOARJO”.
B. Rumusan Masalah.
Dalam sebuah penelitian masalah harus ditampilkan perumusan
masalah, maksudnya agar dalam pembahasan nanti mengarah pada proses
penelitian serta sebagai acuan sistematika pembahasan. Selain itu perumusan
masalah hendaknya tegas dan jelas guna menambah ketajaman pembahasan.8
Dari uraian mengenai latar belakang masalah yang telah disebutkan di
atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
8
Djarwono, Petunjuk Umum Penulisan Skripsi (Yogyakarta: BEFE, 1995), hlm. 13
8
1.
Bagaimana penerapan pendidikan kewirausahaan di Madrasah Aliyah
Bilingual Krian-Sidoarjo?
2.
Apa faktor pendukung dan penghambat bagi Madrasah Aliyah Bilingual
Krian-Sidoarjo dalam membekali dan meningkatkan kewirausaahn
peserta didiknya?
3.
Bagaimana hasil atau produk penerapan pedidikan kewirausahaan di
Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian.
Sejalan dengan perumusan masalah yang telah disusun di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan pendidikan kewirausahaan di Madrasah
Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo?
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam bagi
Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo dalam membekali dan
meningkatkan keterampilan kewirausaahn peserta didiknya?
3. Untuk mengetahui hasil atau produk penerapan pedidikan kewirausahaan
di Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo?
D. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian tentang studi kasus madrasah unggulan berbasis
kewirausahaan di Madrasah Aliyah Bilingual Krian-Sidoarjo ini diharapkan
memberikan sejumlah manfaat, antara lain:
9
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman baru yang
nantinya dapat dijadikan sebagai modal dalam meningkatkan proses
belajar dan pembelajaran sesuai dengan disiplin ilmu penulis, terutama
setelah terjun ke dunia pendidikan.
2. Bagi almamater
Penelitian ini memperkaya wacana keilmuan khususnya kajian pendidikan
dalam bidang Kependidikan Islam (KI) prodi Manajemen Pendidikan
Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.
3. Bagi Madrasah Aliyah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk mendorong semua
aktivitas lembaga madrasah aliyah baik swasta maupun negeri untuk
membekali peserta didiknya dalam bidang kewirausahaan serta sebagai
mengetahui kekurangan dan kelebihan kurikulum dan program-program
madrasah dalam meningkatkan skill kewirausahaan peserta didiknya.
E. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitihan
Mengingat luasnya pembahasan, maka untuk lebih memperjelas dan
memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini, perlu adanya
pembatasan masalah dalam pembahasannya. Maka penulis membatasi
permasalahan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
10
1. Peneliti mengadakan wawancara kepada kepala madrasah MA. Bilingual
Krian-Sidoarjo.
2. Penelitian mengadakan wawancara kepada Wakasek bidang kurikulum
MA. Bilingual Krian-Sidoarjo.
3. Peneliti mengadakan wawancara kepada salah satu siswa MA. Bilingual
Krian-Sidoarjo.
F. Definisi Operasional.
Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black
dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi
makna pada suatu konstruk atau variabel dengan “operasi” atau kegiatan
dipergunakan untuk mengukur konstruk atau variabel.9
Untuk memudahkan pemahaman dan menghindari kesalah pahaman
dan agar ada keselarasan atau keseragaman dalam pemahaman serta
menghindari variasi dalam penafsiran dalam memahami judul, maka penulis
akan memberikan penegasan beberapa istilah terkait dengan judul skripsi
yang berjudul “studi kasus: implementasi madrasah unggulan berbasis
kewirausahaan di MA. Bilingual Krian Sidoarjo” antara lain:
1.
Madrasah Unggulan
Madrasah Unggulan adalah madrasah program unggulan yang
lahir dari sebuah keinginan untuk memiliki madrasah yang mampu
berprestasi di tingkat nasional dan dunia dalam penguasaan ilmu
9
Sugiyono, Metode penulisan Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 253
11
pengetahuan dan teknologi ditunjang oleh akhlakul karimah. Untuk
mencapai
keunggulan
tersebut,
maka
masukan
(input),
proses
pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan
pendidikan, serta sarana penunjangnya harus dianrahkan untuk
menunjang tercapainya tujuan tersebut.10
Madrasah unggulan memiliki dua lingkup visi, yaitu visi makro
dan visi mikro. Visi makro pendidikan madrasah ungulan adalah
terwujudnya masyarakat dan bangsa Indonesia yang memiliki sikap
agamis, berkemampuan ilmiah
dan diniah, terampil dan profesional.
Sedangkan visi mikronya sendiri adalah pendidikan madrasah unggulan
adalah
terwujudnya
individu
yang
memiliki
sikap
agamis,
berkemampuan ilmiah-diniah, terampil dan professional yang sesuai
dengan tatanan kehidupan.11
Sedangkan misi madrasah unggulan adalah :
a. Menciptakan calon agamawan yang berilmu;
b. Menciptakan calon berilmu yang agamawan;
c. Menciptakan calon tenaga yang professional dan agamis.
Dari paparan di atas inti dari visi dan misi madrasah unggulan
adalah membentuk individu yang professional dan religius, yaitu
keseimbangan antara kemampuan intelektual, keterampilan dan sikap
keberagaman
10
yang taat kepada Alloh swt.
Untuk mengetahui
Ahmad Zayadi, Desain Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Pendidikan Islam Depag, 2005), hlm. 57
11
Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 42
12
karakteristik madrasah unggulan mempunyai beberapa dimensi yang
harus ditinjau, di antaranya:12
a.
Input terseleksi secara ketat. Dengan criteria tertentu dan melalui
prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan;
b.
Sarana dan prasarana yang menunjang. Untuk memenuhi kebutuhan
belajar siswa serta menyalurkan minat dan bakat, baik dalam
kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler;
c.
Lingkungan belajar yang kondusif. Untuk berkembangnya potensi
keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baiklingkungan fisik
maupun fisik-psikologi;
d.
Guru dan tenaga kependidikannya yang professional. Untuk
menangani pendidikan unggul harus didukung dengan guru yang
unggul baik segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar,
maupun komitmen dalam melaksanakaan tugas. Untuk itu perlu
disediakan intensif tambahan bagi guru berupa uang tunjangan
maupun fasilitas tambahan;
e.
Inovasi
kurikulum.
Kurikulumnya
dapat
diperkaya
dengan
pengembangan dan improvisasi secara maksimal sesuai dengan
tuntutan belajar peserta didiknya yang mempunyai kecepatan belajar
serta motivasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa
seusiannya;
12
Ibid, hlm. 46
13
f.
Kurun waktu belajar lebih lama dibandingkan dengan madrasah lain.
Karena itu perlu adanya asrama untuk memaksimalkan pembinaan
dan menampung siswa dalam berbagai lokasi untuk menunjang
siswa agar mengikuti kegiatan kurikuler maupun ekstra kulikuler
madrasah unggulan serta ditambah dengan kegiatan magang (praktik
kerja nyata) sebagai penunjang penguatan teori;
g.
Proses
belajar
harus
berkualitas
dan
responsible.
Selain
pembelajaran yang berkualitas juga hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan,baik kepada siswa, lembaga maupun stake holder yang
ada;
h.
Bermanfaat dan berpartisipasi kepada masyarakat. Madrasah
unggulan tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didiknya,
tetapi mampu memberikan konstribusi sosial dan keagamaan pada
lingkungan sekitarnya;
i.
Program pengayaan. Madrasah unggulan mempunyai nilai/ kegiatan
tambahan di luar kurikulum nasional melalui pengembangan
kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pembelajaran
remedial, pelayanaan, bimbingan dan konseling yang berkualitas
serta pembinaan kreatifitas dan kedisiplinan.
Dan yang harus diperhatikan sebuah madrasah unggulan adalah
sebuah madrasah yang mampu dalam mencapai dan memenuhi tanpa
meninggalkan salah satu aspek dari 8 standart nasional pendidikan yang
telah ditentukan di dalam SISDIKNAS.
14
2.
Kewiraushaan (Entrepreneurship)
Secara harfiah Kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha
yang mendapat awalan ke- an akhiran -an, sehingga dapat diartikan
kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan wirausaha. Sedangkan
wira berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial
atau non-komersial, Sehingga kewirausahaan dapat pula diartikan
sebagai keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan
bisnis.13
Dalam bahasa Inggris wirausaha adalah enterpenuer, istilah ini
pertama kali diperkenalkan oleh Richard Cantillon, seorang ekonom
Prancis. Menurutnya, entrepreneur adalah “agent who buys means of
production at certain prices in order to combine them”. Dalam waktu
yang tidak terlalu lama, ekonom Perancis lainnya- Jean Baptista Say
menambahkan definisi Cantillon dengan konsep entrepreneur sebagai
pemimpin.14
Secara umum banyak sekali definisi yang dikemukakan oleh para
ahli, mengenai kewirausahaan, dibawah ini akan saya kemukakan
beberapa pendapat tersebut, yang diambil dari berbagai sumber :15
a.
Menurut Harvey Leibenstein, mengemukakan bahwa kewirausahaan
mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan
atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Wikipedia.com (Diakses tgl 02/10/2015
pukul 13.20)
14
Winardi, Pengantar ekonomi mikro, (Bandung: Mandar Maju 1999), hlm. 16
15
Ibid, hlm. 44
15
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen
fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Menurut Drucker istilah kewirausahaan yaitu : “An entrepreuneur
b.
ability to create the new and different”. Yang artinya kewirausahaan
adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.
c.
Menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer istilah
kewirausahaan yaitu: “An entrepreuneur is one who creates a new
business in the face of risk and uncertainty for the perpose of
achieving profit and growth by identifying opportunities and
asembling the necessary resourses to capitalize on those
opportunuties”. Yang artinya kewirausahaan adalah merupakan
proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan
seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko
keuangan, kejiwaan, sosial, dan menerima balas jasa dalam bentuk
uang dan kepuasan pribadinya.16
Seiring berjalanya waktu, kewirausahaan semakin berkembang,
maka lahirlah berbagai macam teori tentang kewirausahaan, akan coba
saya uraikan berbagai teori kewirausahaan, diantaranya adalah sebagai
berikut :17
16
17
Ibid, hlm. 120
Suryana, Kewirausahaan, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hlm. 4
16
a.
Neo Klasik
Teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis,
dimana manajemen (individu-individu) hanya mengetahui biaya dan
penerimaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis
untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan.
b.
Kirzerian Entrepreneur
Dalam teori Kirzer menyoroti tentang kinerja manusia, keuletanya,
keseriusanya, kesungguhanya, untuk swadaya (mandiri), dalam
berusaha, sehingga maju mundurnya suatu usaha tergantung pada
upaya dan keuletan sang pengusaha.
c.
Teori Prilaku
Yang
terakhir
adalah
teori
perilaku,
bagaimana
seorang
wirausahawan harus memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan
suatu usaha, memanaje keuangan dan hal-hal terkait, membangun
jaringan, dan memasarkan produk, dibutuhkan pribadi yang supel
dan pandai bergaul untuk memajukan suatu usaha.
G. Sistematika Penulisan.
Sistematika yang dimaksud di sini adalah merupakan keseluruhan dari
isi penelitian secara singkat yang terdiri dari 5 (lima) bab. Maka untuk lebih
jelasnya penulisan sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
17
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini peneliti memaparkan secara singkat tentang beberapa
permasahan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi operasional dan sistematika pembahasan.
Bab II : Landasan Teori
Dalam bab ini berisi kajian teori yang menjelaskan secara rinci tentang
pengertian, karakteristik dan konsep Madrasah Unggulan, pengertian
kewirausahaan dan teori-teorinya, implementasi madrasah unggulan berbasis
kewirausahaan dan faktor pendorong dan penghambat bagi madrasah
unggulan berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan, mengembangkan skill
entrepreneurship kepada peserta didiknya dan unit-unit usaha yang sesuai
dengan latar belakang madrasah unggulan.
Bab III : Metode Penelitihan
Bab ini merupakan penjelasan tentang metode penelitian yang peneliti
gunakan yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti,
lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan temuan, dan tahapan-tahapan penelitian.
18
Bab IV : Laporan Penelitihan
Pada bab IV (empat) ini merupakan pembahasan mendetail yaitu gambaran
umum penerapan Madrasah Ungulan berbasis kewirausahaan di Madrasah
Aliyah Bilingual Krian-Sidoaarjo serta program dan faktor pendukung dan
penghambat madrasah unggulan dalam membekali dan mengembangkan skill
kewirausahaan pada siswa di MA. Bilingual Krian-Sidoarjo “
Bab V Penutup
Bab ini merupakan Bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran
dari peneliti.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Madrasah Unggulan
1. Pengertian Madrasah Unggulan
Madrasah Unggulan adalah sebuah madrasah program unggulan
yang lahir dari sebuah keinginan untuk memiliki madrasah yang mampu
berprestasi di tingkat nasional dan dunia, dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan teknologi yang ditunjang oleh akhlakul
karimah. Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka masukan (input),
proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan
pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang
tercapainya tujuan tersebut.1
Madrasah unggulan perlu ditunjang dengan tenaga pendidik yang
perofesional, saran yang memadai, kurikulum yang inovatif, ruang kelas
atau pembelajaran yang representatif sehingga dapat mendorong
terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien dan menghasilkan
lulusan yang berkualitas.
Di sisi lain, Bafadhal mengemukakan bahwa untuk mencapai
madrasah yang unggul dituntut adanya fasilitas dan dana yang memadai,
akan tetapi tidak semua sekolah atau madrasah dapat memenuhinya.
Secara teknis, pengembangan madrasah unggulan menuntut adanya tenaga
1
Ahmad Zayadi, Desain Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Pendidikan Islam Depag, 2005), hlm. 57
19
20
yang profesional dan fasilitas yang memadai sehingga dampaknya
dibutuhkannya biaya belajar yang tidak sedikit.2
Madrasah unggulan memiliki dua lingkup visi, yaitu visi makro
dan visi mikro. Visi makro pendidikan madrasah ungulan adalah
terwujudnya masyarakat dan bangsa Indonesia yang memiliki sikap
agamis,
berkemampuan
ilmiah-diniah,
terampil
dan
profesional.
Sedangkan visi mikronya sendiri adalah pendidikan madrasah unggulan
adalah terwujudnya individu yang memiliki sikap agamis, berkemampuan
ilmiah-diniah, terampil dan professional yang sesuai dengan tatanan
kehidupan.
Sedangkan misi global dari madrasah unggulan adalah :
a. Menciptakan calon agamawan yang berilmu
b. Menciptakan calon ilmuwan yang agamawan
c. Menciptakan calon tenaga yang professional dan agamis.
Dari paparan di atas inti dari visi dan misi madrasah unggulan
adalah membentuk individu yang professional dan religius, yaitu
keseimbangan antara kemampuan intelektual, keterampilan dan sikap
keberagaman yang taat kepada Alloh Swt.
2. Karakteristik Madrasah Unggulan
Berdasarkan visi dan misi madrasah unggulan, maka dapat
ditentukan tujuan dari madrasah unggulan yaitu membentuk individu yang
2
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hlm. 86
21
profesional dan religius. Secara umum tujuan dari madrasah unggulan
sendiri adalah pandangan atau acuan bersamaseluruh komponen madrasah
akan keadaan masa depan yang diinginkan dan diungkapkan dengan
kalimat yang jelas, positif, menantang dan mengundang partisipasi untuk
gambaran pendidikan masa depan.3
Acuan dasar dari tujuan umum madrasah unggulan adalah tujuan
pendidikan nasional sebagaiman tercantum dalam undang-undang sistem
pendidkan nasional yang intinya adalah menghasilkan manusia-manusia
yang beriman kepada Alloh, berbudi pekerti, berkepribadian mandiri,
tagguh, cerdas, kreatif, bertanggung jawab, produktif, nasionalisme tinggi
dan berjiwa sosial yang tinggi.
Sedangkan tujuan madrasah unggulan secara khusus adalah
madrasah unggulan menghasilkan pendidikan yang memiliki keunggulan
dalam hal berikut: 4
a. Unggul dalam hal IMTAQ.
b. Unggul dalam hal IPTEK.
c. Keagungan budi pekerti.
d. Motifasi tinggi untuk mencapai prestasi.
e. Kreatif dalam kehidupan sehari-hari.
f. Sikap disiplin yang tinggi
Menurut Ahmad Zayadi dalam desain pengembangan madrasah
oleh Dirjen Kelembagaan Pendidikan Islam Departemen Agama RI,
3
Mujammil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007),
hlm. 28.
4
Ibid, hlm. 30
22
menuturkan bahwa proses menjadikan suatu madrasah menjadi madrasah
unggul atau menjadi madrasah model secara strategis sebagai berikut:5
a. Aspek Administrasi atau Manajemen
1) Maksimal 6 kelas untuk tiap tingkatan;
2) Tiap kelas terdiri atas 30 siswa
3) Rasio guru kelas adalah 1:25;
4) Mendokumentasi perkembangan tiap siswa;
5) Transparan dan akuntabel.
b. Aspek Ketenagaan
1) Kepala Madrasah.
a) Minimal S2 untuk MA, S1 untuk MTs dan MI;
b) Pengalaman minimal 5 tahun menjadi kepala madrasah;
c) Mampu berbahasa Arab atau berbahasa Inggris;
d) Lulus tes (fit and proper test);
e) Sistem kontrak satu tahunan;
f) Siap tinggal di kompleks madrasah;
2) Guru
a) Minimal S1;
b) Spesialisasi sesuai mata pelajaran;
c) Pengalaman mengajar minimal 5 tahun;
d) Mampu berbahasa Arab atau bahasa Inggris;
e) Lulus test (fitand proper test);
5
Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 84
23
f) Sistem kontrak 1 tahun.
3) Tenaga Kependidikan
a) Minimal S1;
b) Spesialisasi sesuai dengan bidang tugas;
c) Pengalaman mengelola minimal 3 tahun;
4) Aspek Kesiswaan
a) Sepuluh besar MTs (untuk MA);
b) Sepuluh besar MI (untuk MTs);
c) Lulus tes akademik (bahasa Arab dan Inggris);
d) Menguasai berbagai disiplin ilmu;
e) Mampu berbahasa Arab maupun bahasa Inggris;
f) Terampil menulis dan berbicara (Indonesia) dengan baik;
g) Siap bersaing untuk memasuki jenjang lebih tinggi yakni
universitas atau institut bermutu di dalam negeri.
5) Aspek Kultur Belajar
a) Full day school;
b) Student centered learning;
c) Kurikulum dikembangkan dengan melibatkan seluruh elemen
madrasah termasuk siswa;
d) Bahasa pengantar Arab dan Inggris;
e) Sistem Droup Out;
f)
Sarana dan prasarana yang menunjang. Untuk memenuhi
kebutuhan belajar maupun ekstra kurikuler;
24
g) Pendekatan belajar dengan fleksibelitas tinggi dengan
mengikuti perkembangan metode-metode pembelajaran
terbaru.
6) Aspek Sarana dan Prasarana
a) Perpustakaan yang memadai;
b) Laboratorium (IPA, Bahasa dan Matematika);
c) Laboratorium alam yang memadai;
d) Mushalla;
e) Lapangan dan fasilitas olahraga lainnya.
Karakteristik, standar pendidikan, ataupun perangkat-perangkat
madrasah unggul bisa diklasifikasi kedalam dua hal, yaitu; sumber daya
manusia (SDM) dan perangkat pendidikan. Sumber daya manusia (SDM)
terdiri atas pimpinan madrasah, guru, siswa, dan tenaga kependidikan.
Perangkat keras (hardware) berupa bangunan madrasah, masjid, lapangan
olahraga, dan fasilitas pendidikan lainnya. Perangkat lunak (software)
berupa visi, misi, tujuan, kurikulum, metode pembelajaran sistem
penilaian, dan lain-lain. Hal-hal tersebut di atas, pembahasannya dapat di
cluster kan ke dalam sistem kelembagaan dan sistem pembelajaran.6
Untuk mengetahui karakteristik madrasah unggulan mempunyai
beberapa dimensi yang harus ditinjau, di antaranya: 7
6
Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, (Bandung:Mizan Press, 2001),
hlm. 22
7
Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif , (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 48
25
a. Input terseleksi secara ketat. Dengan kriteria tertentu dan melalui
prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan;
b. Lingkungan belajar yang kondusif. Untuk berkembangnya potensi
keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baiklingkungan fisik
maupun fisik-psikologi;
c. Guru dan tenaga kependidikannya yang professional. Untuk menangani
pendidikan unggul harus didukung dengan guru yang unggul baik segi
penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen
dalam melaksanakaan tugas. Untuk itu perlu disediakan intensif
tambahan bagi guru berupa uang tunjangan maupun fasilitas tambahan;
d. Inovasi
kurikulum.
Kurikulumnya
dapat
diperkaya
dengan
pengembangan dan improvisasi secara maksimal sesuai dengan tuntutan
belajar peserta didiknya yang mempunyai kecepatan belajar serta
motivasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa seusiannya;
e. Kurun waktu belajar lebih lama dibandingkan dengan madrasah lain.
Karena itu perlu adanya asrama untuk memaksimalkan pembinaan dan
menampung siswa dalam berbagai lokasi untuk menunjang siswa agar
mengikuti kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler madrasah
unggulan serta ditambah dengan kegiatan magang (praktik kerja nyata)
sebagai penunjang penguatan teori;
f. Proses belajar harus berkualitas dan responsible. Selain pembelajaran
yang berkualitas juga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan,baik
kepada siswa, lembaga maupun stake holder yang ada;
26
g. Bermanfaat dan berpartisipasi kepada masyarakat. Madrasah unggulan
tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didiknya, tetapi
mampu memberikan konstribusi sosial dan keagamaan pada lingkungan
sekitarnya;
h. Program pengayaan. Madrasah unggulan mempunyai nilai/ kegiatan
tambahan
di
luar
kurikulum
nasional
melalui
pengembangan
kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pembelajaran remedial,
pelayanaan, bimbingan dan konseling yang berkualitas serta pembinaan
kreatifitas dan kedisiplinan.
Dan yang harus diperhatikan sebuah madrasah unggulan adalah
dalam pencapaian dan terpenuihnya tanpa meninggalkan salah satu aspek
dari 8 standart nasional pendidikan yang telah ditentukan di dalam
SISDIKNAS.
3. Konsep Dasar Strategi Pengembangan Madrasah Unggulan
Webter’s New Word Dictionary mengidentifikasi strategi sebagai
“Science of planning and directing large scale military operation skill in
managing or planning”, yang artinya strategi merupakan suatu ilmu
tentang perencanaan dan pengarahan keterampilan operasi militer pada
skala besar dalam mengatur dan merencanakan. Sedangkan istilah strategi
menurut Djanid adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu
27
tujuan tetapi fungsi strategi tidak sebagai peta jalan melainkan sebagai
penunjuk jalan dan menunjukkan bagaimana taktik pengoprasiannya.8
Dengan
demikian
strategi
adalah
suatu
rancangan
yang
memberikan bimbingan ke arah atau tujuan organisasi yang telah
ditentukan yang benar untuk dilakukan. Jadi, yang dimaksud dari strategi
pengembangan madrasah unggulan adalahsuatu upaya perencanaan dan
pengelolahan madarasah yang berfungsi untuk mengarahkan dan
mengembangkan madrasah dalam mencapai tujuan pendidikannya, karena
madrasah unggulan dimaksud sebagai center of excellence yang artinya
madrasah unggulan diproyeksikan sebagai wadah menampung peserta
didik yang terbaik dari berbagai daerah secara maksimal.9
Dalam rangka antisipasi masa depan madrasah yang akan dituntut
dengan lembaga lain, maka manajemen madrasah harus ditata ulang.
Sebagaimana yang direkomendasikan oleh Balitbang Depag RI yaitu
penerapan manajemen berbasis madrasah (MBM) atau sering disebut
school based managemen (SBM), merupakan suatu upaya memposisikan
kembali peran madrasah yang sesungguhnya sesuai dengan porsi dan
kebutuhan pada lingkungan atau daerah madrasah tersebut.10
Sistem manajemen berbasis madrasah (MBM), memberikan
peluang mengakomodasikan pihak-pihak yang berkepentingan (Stake
Holder) untuk berkontribusi secara positif terhadap peningkatan kinerja
8
Burhanudin, Manajemen Pendidikan, (Malang: UM Press, 2002), hlm. 66
Burhanudin, Op, Cit., hlm. 83.
10
Ainurrafiq Dawam dan A. Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,
(Yogyakarta: Lista Fariska Putra Press, 2005), hlm. 46
9
28
madrasah, yang terefleksikan di dalam visi, misi, tujuan serta programprogram prioritas madrasah yang disusun secara kolaborasi. Dengan
penerapan MBM, akan diperoleh manfaat sebagai berikut:11
a. Memungkinkan individu yang berkompetensi mengambil keputusan
untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik;
b. Memberikan hak kepada masyarakat madrasah untuk berperan dalam
pengambilan keputusan yang penting;
c. Memfokuskan akuntabilitas dalam setiap pengambilan keputusan;
d. Mengarahkan dengan cepat dan tepat sumber untuk mencapai tujuan
madrasah;
e. Mendorong kreatifitas untuk mendesain program;
f. Menyadarkan guru dan orang tua akan perlunya budget yang realistik;
g. Meningkatkan semangat guru dan mematangkan kader pemimpin
pendidikan yang sesuai denga daerahnya masing-masing;
Sebagai
alternatif,
madrasah
dapat
pula
mengembangkan
manajemen pendidikan kualitas total atau sering disebut Total Quality
Education (TQE). Strategi pengembangan madrasah unggulan yaitu
dengan cara pengaplikasian Total Quality Education (TQE) di dalam
lembaga pendidikan yang terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 12
a. Redefinisi tugas;
b. Profesionalisme pemimpin lembaga pendidikan;
c. Berorientasikan mutu pada proses dan produk;
11
12
Mujammil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 2007), hlm. 66
Ibid, hlm. 70
29
d. Berorientasi pada perubahan mental.
B. Pendidikan Kewirausahaan
1. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Kata “entrepreneurship” jika diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia mempunyai arti “kewirausahaan”. Entrepreneurship berasal dari
kata perancis yaitu “entreprende” yang berarti berusaha. Dalam konteks
bisnis berarti memulai sebuah bisnis. Ada banyak definisi dari kata
entrepreneurship yang dikemukakan para ahli. Salah satunya yang paling
saya sukai adalah menurut Peter Drucker yang menyatakan bahwa yang
dimaksud entrepreneurship adalah aktivitas yang secara konsisten
dilakukan guna mengkonversi ide-ide yang bagus menjadi kegiatan usaha
yang menguntungkan dan menghasilkan laba (profit).
Seorang ekonom yang bernama Adam Smith memiliki pandangan
tersendiri tentang kewirausahaan. Dalam pandangannya kewirausahaan
merupakan tindakan orang yang mampu beraksi terhadap perubahan
ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang mengubah aspek permintaan
menjadi produksi. Ahli ekonomi Prancis Jean Baptise berpendapat bahwa
wirausaha adalah orang yang mempunyai jiwa seni dan ketrampilan
tertentu dalam menciptakan usaha ekonomi yang baru.13
Kamus Oxford mendefinisikan manajemen sebagai “tipu daya, alat
kebohongan”, kata kerja, memenej (to manage), berarti “memimpin
13
Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2000), hlm. 13
30
(berusaha dan sebagainya), mengendalikan (rumah tangga, lembaga,
pemerintah untuk mencapai tujuan seseorang atau kelompok dan
mempergunakan dengan tepat.” Dalam Ensiklopedi ekonomi, bisnis dan
manajemen, kata ini diartikan proses merencanakan dan mengambil
keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber
daya manusia, keuangan, fasilitas dan informasi guna mencapai sasaran
organisasi dengan cara efektif dan efisien.
Istilah wirausaha sering dipakai tumpang tindih dengan istilah
wiraswasta. Di dalam berbagai literatur dapat dilihat bahwa pengertian
wiraswasta sama dengan wirausaha. Demikian pula penggunaan istilah
wiraswasta dengan wirausaha. Kata wirausaha berasal dari tiga kata
bahasa Sansekerta, wira, swa, dan sta. Wira berarti manusia unggul,
teladan, berbudi luhur, berjiwa bersih, berani, pahlawan/pendekar
kemajuan, dan memiliki keagungan watak. Swa artinya sendiri, sedangkan
sta bermakna berdiri. Dari penjabaran etimologis ini wiraswasta dapat
dinyatakan sebagai keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan serta menumbuhkan permasalahan hidup
dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.14
Sedangkan pengertian pendidikan sendiri yang sesuai dengan UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang berbunyi usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
14
Ibid, hlm. 17
31
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.15
Jadi, pendidikan kewirausahaan merupakan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
menangkap peluang-peluang yang ada serta mengorganisir usahanya
dalam
mewujudkan
cita-citanya
sebagai
seorang
ilmuwan
yang
berketerampilan kewirausahaan.
Kewirausahaan (entrepreneurship) tidak terjadi begitu saja, akan
tetapi hasil dari sebuah proses yang panjang dan dimulai dari sejak dini.
Seperti kata orang bijak Eropa “Many Greatmen started as newspaper
boys” yang artinya banyak orang besar yang memulai sebagai seorang
penjual Koran. Untuk menjadi seorang pemimpin dan wirausahawan yang
tangguh dan sukses harus mencoba berbagai macam tindakan atau usaha
yang sekiranya mampu memberi dorongan dan pengalaman dalam
mengembangkan skill individu, lebih khususnya skill kewirausahaan.
Di samping itu, sejak usia belia pendidikan karakter yang baik
akan menghasilkan prilaku terpuji dan kebiasaan terpuji pula. Selain
perbuatan terpuji, mental pun akan menjadi tangguh dan terpuji, oleh
karena itu masa kecil merupakan masa awal pengenalan sesuatu bagi
seorang anak dan dalam masa ini menjadi masa keemasan individu dalam
15
Tim dosen ikip Malang, Pengantar dasar-dasar kependidikan (Surabaya : Usaha
Nasional, 2008), hlm. 27
32
mencermati, mengingat dan menerapkan sesuai dari perintah maupun
rangsangan orangtua, keluarga ataupun orang lain.
Untuk
membekali
dan mendidik
seseorang agar
menjadi
wirausahawan, maka ada beberapa aspek yang penting untuk disampaikan
atau diajarkan kepada anak-anak tentang kewirausahaan, di antaranya:16
a. Perkenalkan anak dengan aktivitas wirausaha;
b. Ajarkan anak dengan kegiatan wirausaha;
Dalam mengajari anak tentang wirausaha maka orang tua setidaknya
melibatkan anak untuk kegiatan wirausaha yang ada.
c. Ajari anak untuk menjadi seseorang yang professional;
Mengenali
kemampuan
anak,
baik
kelemahannya
maupun
kelebihannya serta member solusi atau cara untuk memecahkannya
atau mengatasinya.
d. Ajari anak memahami persaingan;
Kegiatan wirausaha tidak bedanya dengan kegiatan perang. Hanya
mereka yang memiliki strategi memerangi pesaingan yang mampu
sukses
mempertahankan
wirausahanya.
Dengan
menyimpulkan
ungkapan tersebut setidaknya ajari anak agar memiliki stamina kuat,
kuat mengahdapi resiko, tantangan, kegagalan dan persaingan yang
menerpa usahanya sewaktu-waktu.
e. Ajari anak berkomunikasi dengan baik;
16
Eni Setiati, Kidpreneur, ajari anak berwirausaha sejak dini, (Jakarta : Gramedia
Pustaka, 2010), hlm. 66-77
33
Ajari anak untuk berkomunikasi yang lebih baik dan benar terutama
dalam memenangkan persaingan pasar, memahami permintaan
konsumen dan antara rekan kerja yang akan menghasilkan produkproduk yang bagus dan uggul.
f. Ajari anak berpikir kreatif;
Ajari anak untuk memanfaatkan barang-barang bekas yang ada yang
bias diolah menjadi barang baru yang mempunyai nilai tambah.
g. Ajari anak un