Analisis hukum Islam terhadap implementasi penetapan tarif jasa angkutan umum : studi kasus bis antar kota / Provinsi Surabaya - Semarang.

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (field researt) tentang
"Analisis Hukum Islam terhadap Implementasi Penetapan Tarif Jasa Angkutan
Umum (Studi Kasus Bis Antar Kota Antar Provinsi Surabaya-Semarang)".
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai, Bagaimana
praktik implementasi penetapan tarif oleh kondektur bis Surabaya –Semarang,
dan Bagaimana analisis hukum Islam terhadap implementasi penetapan tarif jasa
angkutan umum bis antar kota/provinsi Surabaya –Semarang.
Data penulisan skripsi diperoleh melalui wawancara langsung dengan
pihak yang terlibat yaitu, kondektur, penyedia jasa (PO) dan penumpang. Data
kemudian dianalisis dengan metode deskriptif dengan pola pikir induktif.
Analisis deskriptif dengan pola pikir induktif yaitu menggambarkan sesuatu hal
dengan mengumpulkan data terkait tentang implementasi penetapan tarif jasa
angkutan umum bis antar kota/provinsi Surabaya-Semarang, yang disertai
dengan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa praktik implementasi penetapan
tarif oleh kondektur bis Surabaya-Semarang belum sepenuhnya terlaksana
dengan baik karena ada beberapa alasan kondektur yang melatarbelakangi adanya
perbedaan penetapan tarif bis ketika memberi uang pas dan memberi uang lebih,
salah satunya yaitu karena faktor teknis dan ekonomi. Sedangkan menurut
hukum Islam, praktik tersebut belum memenuhi salah satu syarat ija>rah yaitu

saling meridhai, karena dalam praktiknya ada pihak yang merasa keberatan. Di
dalam Islam dijelaskan apabila salah seorang di antara kedua orang yang berakad
terpaksa melakukan akad tersebut, maka akadnya tidak sah.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka kepada pihak konsumen
hendaknya segera melapor apabila terjadi penetapan tarif yang tidak sesuai
kepada Dishub terdekat agar segera ditindaklanjuti. Untuk dinas perhubungan
agar lebih tegas dalam memberikan sanksi, dan juga pihak penyedia jasa (PO)
agar dilakukan pengecekan terkait penetapan tarif supaya tidak terjadi
pelanggaran yang dapat merugikan pihak penumpang.

v
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .............................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................. iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................ xi
BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................................ 6
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
E. Kegunaan Hasil Penelitian ........................................................... 8
F. Kajian Pustaka .............................................................................. 9
G. Definisi Operasional ..................................................................... 11
H. Metode Penelitian ......................................................................... 12
I. Sistematika Pembahasan .............................................................. 16

BAB II SEWA MENYEWA (IJARAH) DAN PERATURAN DIRJENDAT NO:

SK.6736/AJ.205/DRDJ/2014................................................................ 17
A. Ijarah ............................................................................................ 17
1. Definisi Ijarah .......................................................................... 17
2. Dasar Hukum Ijarah ................................................................. 20
3. Rukun dan Syarat Ijarah .......................................................... 24
4. Macam-macam Ijarah ..................................................................... 29
5. Pembatalan dan Berakhirnya akad Ijarah .................................... 31

viii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Peraturan Dirjendat No: SK.6736/AJ.205/DRDJ/2014 Tentang Tarif
Jarak Batas Atas Dan Tarif Jarak Batas Bawah Angkutan
Penumpang Dengan Mobil Bus Umum Kelas Ekonomi Pada Trayek
Antar Kota Antar Provinsi ............................................................ 34
BAB III IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM
BIS SURABAYA-SEMARANG........................................................ 37
A. Gambaran Umum Penelitian ........................................................ 37
1. Gambaran Umum Jasa Angkutan Umum .................................. 37
2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 40

B. Penetapan Tarif.............................................................................. 46
C. Realisasi Penetapan Tarif Bis Antar kota Antar provinsi
Surabaya-Semarang ...................................................................... 51
1. Tarif yang berlaku bagi penumpang ........................................... 51
2. Penerapan Tarif Bis oleh Kondektur .......................................... 52
3. Menurut Penyedia Jasa Angkutan Bis (PO) .............................. 54
4. Pendapat Penumpang Tentang Penerapan Tarif Bis ................ 55
D. Sanksi Bagii Yang Melanggar Peraturan ......................................... 57
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI
PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR
KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG ................................. 61
A. Analisis implementasi penetapan tarif oleh kondektur bis
Surabaya-Semarang ............................................................................. 61
B. Analisis hukum Islam terhadap implementasi penetapan tarif jasa
angkutan umum bis antar kota/provinsi Surabaya-Semarang................ 64

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 69
B. Saran ............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang
tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan saling berinteraksi
untuk tercapainya kemajuan bersama, terutama dalam menjalankan roda
perekonomian mereka (bermuamalah). Mu’a>malah sendiri berasal dari
bahasa Arab yang secara etimologi sama dan semakna dengan mufa>’alah
(saling berbuat). Kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan

oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi
kebutuhan masing-masing.1

Mu’a>malah merupakan interaksi atau hubungan timbal balik
antara manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia, manusia
dengan lingkungan dan dengan dirinya sendiri. Dalam kehidupan
bermuamalah manusia selalu berhubungan satu sama lain untuk
mencukupi kebutuhan hidup.2 Dengan demikian manusia harus saling
tolong-menolong untuk tercapainya kepentingan dan tujuan masingmasing yang tentunya tidak keluar dari aturan-aturan syara’.

1

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, cet. ke-2 (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 7.
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam), (Jogyakarta: UII
Press, 2000), 11.
2

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


2

Seperti firman Allah SWT dalam surah al-Ma>idah ayat 2 yang
berbunyi:
               
  
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya”.3 (QS. al-Ma>idah : 2)
Ayat tersebut diketahui bahwa tidak ada manusia yang dapat
menjalankan/memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa campur tangan atau
bantuan orang lain. Seperti halnya pedagang tidak akan mendapatkan
uang jika tidak ada pembeli, dan sopir angkutan umum tidak akan
mendapat penghasilan jika tidak ada penumpang. Dari dua hal tersebut
terdapat keterkaitan, ketergantungan/ saling membutuhkan satu sama
lain.
Contoh lain dari bentuk kegiatan manusia dalam lingkup
muamalah ialah upah-mengupah, yang dalam fiqih Islam disebut ujrah.

Kegiatan upah mengupah pada umumnya yang sering didengar yaitu upah
buruh pabrik, memang hal itu juga salah satu bentuk upah yang ada dalam
kegiatan sehari-hari. Salah satu bentuk upah juga tidak hanya sebatas
pada kegiatan produksi saja, namun terdapat dalam kegiatan seperti
halnya distribusi, yang pada umumnya dikenal dengan ongkos.

3

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro,2005), 157.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Ongkos atau upah dalam bahasa Arab disebut ujrah merupakan
bentuk teansaksi yang diperbolehkan dalam agama Islam selama
memenuhi syarat dan rukunnya. Sebagaimana fiman Allah SWT dalam
Q.S. Az-Zukhruf ayat 32:
             

            
 
Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami
Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain, dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.”
Dalam ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa setiap
manusia membutuhkan manusia lainnya walaupun derajat dalam hal
dunia lebih tinggi dari manusia lainnya sebgaimana kutipan terjmah ayat
tersebut “dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain”.
Upah bisa disebut juga dengan kontrak kerja, atau memanfaatkan
jasa sesorang baik dalam keahlian, tenaga, dan waktu yang diberikan.
Seperti contoh bengkel, cleaning service, pengantar barang, dan lain
sebagainya. Ada yang disewa tenganya saja, ada yang disewa bersamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


4

menyewa benda dan ada penyewaan benda saja, dalam hal ini hanya
sebatas memanfaatkannya saja tidak bisa menjadi pemilik.
Salah satu bentuk jasa yang menerima upah yaitu dalam dunia
transportasi. Hal ini merupakan kebutuhan bagi manusia dalam
menjangkau tempat satu ke tempat lainnya yang membutuhkan waktu
lebih cepat dari pada berjalan kaki, salah satunya angkutan umum.
Angkutan umum dapat dibagi menjadi tiga, antara lain angkutan air,
darat, dan udara, yang sering dalam kehidupan sehari-hari adalah
angkutan darat.
Jasa angkutan darat dapat dibagi menjadi dua antara lain angkutan
milik pemerintah dan swasta. Masing-masing memiliki aturan tersendiri
dalam menetapkan tarif upah (ujrah) atau ongkos, contoh untuk angkutan
milik swasta, yang sudah umum kita dengar yaitu Go-jek dengan tarif
yang disesuaikan dengan jarak yang ditempuh yang berbasis aplikasi,
untuk yang milik pemerintah seperti angkutan kota dengan tarif sama
tanpa melihat jarak yang ditempuh.
Kedua jasa angkutan tersebut semuanya diawasi pemerintah

dalam menetapkan kebijakan upahnya sehingga tidak melanggar undangundang. Upah yang diatur dalam peraturan daerah berlaku untuk setiap
angkutan yang ada di daerah tersebut. Dalam pengambilan upah
terkadang suatu angkutan umum mengambil nominal lebih besar dari
pada umumnya, hal ini biasanya terjadi pada mereka yang belum
melakukan transaksi sebelum menggunakan jasa angkutan tersebut dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

bisa juga terjadi bagi mereka yang baru memasuki wilayah tersebut, dan
yang terakhir kurangnya sosialisasi terhadap perubahan upah atau ongkos
yang ditetapkan.
Dalam hal ini, yang akan penulis teliti terkait dengan pengambilan
upah tarif bis antar kota antar provinsi Surabaya-Semarang. Dalam
Peraturan dirjendat no: SK.6736/AJ.205/DRDJ/2014 pasal 2 tentang tarif
jarak batas atas dan tarif jarak batas bawah angkutan penumpang dengan
mobil bus umum tercantum dalam lampiran peraturan tersebut. Tarif
jarak batas atas adalah besaran tarif maksimum untuk setiap trayek,
sedangkan tarif jarak batas bawah adalah kebalikannya yaitu besaran tarif
minimum untuk setiap trayek.
Temasuk juga jurusan Surabaya-Semarang dalam lampiran
peraturan disebutkan batas bawah sebesar Rp. 34.900 dan batas atas
sebesar Rp. 56.600, bis Surabaya-Semarang tujuan Lamongan biasanya
dikenakan tarif Rp. 14.000. Tetapi, jika penumpang memberi uang Rp.
15.000, kondektur tidak memberikan kembalian. Ada penumpang yang
memberikan uang Rp 20.000, kondektur memberikan kembalian Rp.
5000. Jika ada penumpang memberikan uang Rp. 14.000, kondektur
hanya diam saja.
Hal tersebut tidak terjadi dilain waktu saja, akan tetapi dapat
terjadi dalam satu waktu yang bersamaan. Ketika si A dan si B akan
menempuh tujuan yang sama dan duduk dalam bangku bersebelahan,
tarif yang mereka dapatkan adalah berbeda yaitu si A mendapatkan tarif

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

14.000 karena uang yang diberikan adalah uang pas, sedangkan si B
mendapatkan tarif 15.000 karena memberikan uang lebih.
Dari uraian di atas terjadi ketidakjelasan dalam memberikan tarif
penumpang. Sehingga, penyusun tertarik meneliti ini karena dalam
pengambilan upah terdapat kecurangan yang dilakukan dari pihak
kondektur. Kecurangan biasanya dilakukan kepada para penumpang yang
masih awal memasuki wilayah perkotaan. Hal ini dijadikan kesempatan
oleh para kondektur untuk mendapat keuntungan yang lebih.
Padahal dalam hukum Islam telah dijelaskan bahwa muamalat
dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari unsur-unsur
penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan.4
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang membahas yakni mengenai Analisis hukum
Islam terhadap implementasi penetapan tarif jasa angkutan umum (studi
kasus bis antar kota/provinsi Surabaya -Semarang).

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi masalah merupakan penyajian terhadap kemungkinankemungkinan

beberapa

cakupan

yang

dapat

muncul

dengan

mengidentifikasi dan inventarisasi sebanyak mungkin yang diduga
sebagai masalah.5

H. Asmuni A. Rahman, Qaidah-qaidah, cet. 1 (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), 88.
Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi,
(Surabaya: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, 2014), 8.
4

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas
maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1.

Pengaruh tarif bis terhadap penggunaan jasa angkutan umum

2.

Akibat hukum dalam mengesampingkan penetapan tarif angkutan
umum

3.

Hukum perubahan atas ujrah secara tiba-tiba

4.

Praktik implementasi penetapan tarif jasa angkutan umum

5.

Analisis hukum Islam terhadap implementasi penetapan tarif jasa
angkutan umum
Dengan adanya suatu permasalahan tersebut, maka untuk

memberikan arah yang jelas dalam penelitian ini penulis membatasi pada
masalah-masalah berikut ini:
1.

Praktik implementasi penetapan tarif oleh kondektur bis antar
kota/provinsi Surabaya -Semarang.

2.

Analisis hukum Islam terhadap implementasi penetapan tarif jasa
angkutan umum bis antar kota/provinsi Surabaya -Semarang.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.

Bagaimana praktik implementasi penetapan tarif oleh kondektur bis
antar kota/provinsi Surabaya -Semarang?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

2.

Bagaimana analisis hukum Islam terhadap implementasi penetapan
tarif jasa angkutan umum bis antar kota/provinsi Surabaya Semarang?

D. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan dan manfaat
dari hasil penelitian tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui praktik implementasi penetapan tarif jasa
angkutan umum bis antar kota/provinsi Surabaya -Semarang.

2.

Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap implementasi
penetapan tarif jasa angkutan umum bis antar kota/provinsi Surabaya
-Semarang.

E. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat bermanfaat dan
berguna bagi peneliti maupun pembaca lain, diantaranya:
1.

Secara teoritis berguna untuk penambahan/pengembangan ilmu
pengetahuan

yang

didapat

dalam

perkuliahan

dan

membandingkannya dengan praktik di lapangan, khususnya dalam
bidang ilmu Hukum Ekonomi Syariah (muamalah).
2.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam kepada masyarakat dalam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

melakukan berbagai macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan
syariat Islam, dan juga dapat menambah literatur atau bahan-bahan
informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melakukan kajian dan
penelitian selanjutnya.

F. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang diteliti
sehingga tidak terjadi pengulangan atau bahkan duplikasi kajian atau
penelitian yang sudah ada.6
Dari hasil pengamatan penulis tentang kajian-kajian sebelumnya,
penulis temukan beberapa kajian diantaranya:
1.

Skripsi yang ditulis oleh Rudi Pradoko yang berjudul “Tinjauan
Hukum Islam terhadap Strategi Penetapan Harga Tiket Pesawat pada
Maskapai Penerbangan di Yogyakarta”. Skripsi ini menjelaskan
bahwa maskapai penerbangan di Yogyakarta, dalam menetapkan
harga tiket menggunakan strategi sub kelas di setiap penerbangannya.
Strategi tersebut berdasarkan pembagian kursi (seat) dalam beberapa
kelas, yaitu pembagian kelas digunakan hanya dalam pembedaan
harga dengan faktor yang mempengaruhi waktu pemesanan tiket.
Memberikan harga murah ketika pemesanan lebih awal atau jauh hari
sebelum pemberangkatan. Selain itu juga biasanya harga murah

6

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

ditawarkan ketika pada masa-masa sepi (low season), misalnya hari
selasa, rabu, kamis, dan jum’at. Strategi tersebut bertujuan untuk
menarik konsumen agar menggunakan jasa penerbangan dari pihak
maskapai tersebut kedepannya.7
2.

Skripsi yang ditulis oleh Dessy Rosita yang berjudul “Perspektif
Hukum Islam terhadap Penetapan Harga Jual Beli Tiket Tarif
Lebaran bus Ramayana Jogja-Palembang di Yogyakarta”. Skripsi ini
membahas tentang bagaimana mekanisme jual beli yang dilakukan
oleh agen kepada konsumen, serta bagaimana pandangan hukum
islam terhadap penetapan harga tersebut. Hasil penelitian ini, bahwa
mekanisme penetapan harga yang dilakukan oleh para agen terminal
Giwangan tidak sesuai dengan hukum islam dan mekanisme yang
ada.8

3.

Skripsi yang ditulis oleh Siti Aisyah yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam terhadap Peraturan Walikota Surabaya Nomor 98 tahun 2008
tentang Ketentuan Tarif Angkutan di Kota Surabaya”. Skripsi ini
membahas tentang ketentuan tarif angkutan di kota Surabaya yang
tidak dapat terlaksana dengan baik. Hasil penelitian ini, bahwa
pelaksanaan peraturan walikota nomor 98 tahun 2008 di kota

7

Rudi Pradoko, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Strategi Penetapan Harga Tiket Pesaawat pada
Maskapai Penerbangan di Yogyakarta” (Skripsi—UIN Sunan Kalijaga, yogyakarta, 2007).
8
Dessy Rosita, “Persektif Hukum Islam terhadap Penetapan Harga Jual Beli Tiket Tarif Lebaran
Bus Ramayana Jogja-Palembang di Yogyakarta” (Skripsi—UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,
2009).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

surabaya, tidak dapat berjalan dengan baik karena adanya pihak yang
dirugikan.9
Penelitian yang akan dilakukan oleh penyusun berbeda
dengan penelitian atau karya yang telah ada, dimana penyusun
mengkaji analisis implementasi penetapan tarif jasa angkutan umum
(studi kasus bis antar kota/provinsi Surabaya -Semarang).

G. Definisi Operasional
Definisi Operasional memuat beberapa penjelasan tentang
pengertian yang bersifat operasional, yaitu memuat masing-masing
variabel yang digunakan dalam penelitian yang kemudian didefinisikan
secara jelas dan mengandung spesifikasi mengenai variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya
adalah sebagai berikut:
Hukum Islam

: Yang dimaksud hukum Islam dalam kajian ini
ialah ayat-ayat al-Qur’an, hadish, dan hasil
ijtihad para ulama yang membahas tentang

ijarah.

12

Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta Timur: Ghalia Indonesia, 1988), 211.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfa Beta, 2008), 72.
14
M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Graha Indonesia, 2002), 87.
13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

4.

Teknik pengolahan data
Data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap sumber data
akan diolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Editing yaitu kegiatan pengeditan akan kebenaran dan ketepatan
data tersebut.15
b. Organizing

yaitu

mengatur

dan

menyusun

data

sumber

dokumentasi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh
gambaran

yang

sesuai

dengan

rumusan

masalah,

serta

mengelompokkan data yang diperoleh.16
c. Analizing yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap
hasil editing dan organizing data yang telah diperoleh dari
sumber-sumber penelitian, dengan menggunakan teori dan dalildalil lainnya sehingga diperoleh kesimpulan.17
5.

Teknik analisis data
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan selanjutnya akan
dibahas dengan analisis secara kualitatif, yaitu dengan menghasilkan
data deskriptif.
Deskriptif yaitu menggambarkan/menguraikan sesuatu hal atau
fenomena yang telah terjadi menurut apa adanya yang sesuai dengan

15

Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 97.
Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 154.
17
Ibid., 195
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

kenyataannya.18 Dengan mengumpulkan data tentang praktik
penetapan tarif

jasa angkutan umum bis antar kota/provinsi

Surabaya -Semarang disertai analisa untuk diambil kesimpulan.
Pola pikir yang dipakai adalah induktif yaitu merupakan metode
yang digunakan untuk mengemukakan hasil kenyataan yang terjadi di
lapangan dalam mengimplementasikan penetapan tarif bis antar
kota/provinsi Surabaya –Semarang.

I. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis agar mempermudah
pembahasan dalam penelitian ini, sistematika pembahasannya sebagai
berikut:
Bab pertama ialah pendahuluan yang berisi tentang pokok-pokok
pikiran atau landasan permasalahan yang melatar belakangi penulisan
proposal ini, sehingga memunculkan gambaran isi tulisan yang terkumpul
dalam konteks penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
Rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua adalah landasan teori tentang sewa-menyewa (ija>rah)
dan Peraturan dirjendat no: SK.6736/AJ.205/DRDJ/2014, yang meliputi
pengertian ija>rah, dasar hukum ija>rah, rukun dan syarat ija>rah, macam18

Pius Partanto dan Dahlan Barry, Kamus lmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), 111.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

macam ija>rah, pembatalan dan berakhirnya ija>rah, dan Peraturan dirjendat
no: SK.6736/AJ.205/DRDJ/2014 tentang tarif jarak batas atas dan tarif
jarak batas bawah angkutan penumpang dengan mobil bus umum kelas
ekonomi pada trayek antar kota antar provinsi.
Bab ketiga berisikan tentang implementasi penetapan tarif
angkutan umum bis Surabaya-Semarang yang meliputi tentang gambaran
umum penelitian yaitu terdiri dari gambaran umum jasa angkutan umum
dan gambaran umum lokasi penelitian, penetapan harga (tarif), realisasi
penetapan tarif bis antar kota/provinsi Surabaya – Semarang, dan juga
sanksi bagi yang melanggar peraturan.
Bab keempat adalah berisikan tentang Analisis hukum Islam
terhadap implementasi penetapan tarif jasa angkutan umum (studi kasus
bis antar kota/provinsi Surabaya -Semarang).
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan tentang
kesimpulan yang menjawab rumusan masalah dan dilengkapi dengan
saran – saran. Selain itu bab terakhir ini dilengkapi dengan daftar pustaka
dan lampiran – lampiran yang dianggap perlu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
SEWA-MENYEWA (IJA>RAH) DAN PERATURAN DIRJENDAT
NO: SK.6736/AJ.205/DRDJ/2014
A. IJA>RAH
1. Definisi Ija>rah
Sewa-menyewa dalam bahasa arab diistilahkan dengan ija>rah.1 Al-

ija>rah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-‘iwad}/penggantian.2
Menurut etimologi, ija>rah adalah ‫( بيع المنفعة‬menjual manfaat). Ada yang
menterjemahkan, ija>rah sebagai jual-beli jasa (upah-mengupah), yakni
mengambil manfaat tenaga manusia, ada juga yang menterjemahkan
sewa-menyewa, yakni mengambil manfaat dari barang.

Ija>rah menurut pengertian umum yang meliputi upah atas
pemanfaatan suatu benda atau imbalan suatu perbuatan atau upah karena
melakukan suatu aktifitas, ija>rah juga dapat diartikan sebagai upah atas
seseorang yang melakukan jasa.3 Dalam arti luas ija>rah merupakan suatu
akad yang berisi suatu penukaran manfaat sesuatu dengan jalan
memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Hal ini sama artinya dengan
menjual manfaat barang apabila dilihat dari segi barangnya dan juga bisa
diartikan menjual jasa apabila dilihat dari segi orang dan bukan menjual
‘ain” dari benda itu sendiri.4
1

Chairuman pasaribu, hukum perjanjian dalam islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 52.
Abdul Rahman Ghazaly, ghufran ihsan, dan sapiudin shidiq, fiqih muamalat, (jakarta: kencana
prenada media group, 2010), 277.
3
Hekmi karim, fiqih muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1997), 29.
4
Ibid.

2

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Menurut Idris Ahmad dalam bukunya yang berjudul Fiqh Syafi'i,
berpendapat bahwa ija>rah berarti upah-mengupah.5 Hal ini terlihat ketika
beliau menerangkan rukun dan syarat upah-mengupah, yaitu Mu‘jir dan

Musta‘jir (yang memberikan upah dan yang menerima upah), sedangkan
Kamaluddin A. Marjuki sebagai penerjemah Fiqih Sunnah karya Sayyid
Sabiq menjelaskan makna ija>rah dengan sewa-menyewa.6
Dari dua buku tersebut ada perbedaan terjemahan kata ija>rah dari
bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Antara sewa dan upah juga ada
perbedaan makna operasional. Sewa biasanya digunakan untuk benda,
seperti seorang mahasiswa menyewa kamar untuk tempat tinggal selama
kuliah, sedangkan upah digunakan untuk tenaga, seperti para karyawan
bekerja di pabrik dibayar gajinya (upahnya) satu kali dalam seminggu.
Dalam bahasa Arab upah dan sewa disebut ija>rah.7 Menurut madzhab
Hanafi menjelaskan bahwa ija>rah adalah suatu perjanjian yang
memberikan faedah memiliki manfaat yang diketahui dan disengaja dari
benda yang disewakan dengan adanya imbalan sebagai pengganti.8
Penjelasan madzhab Hanafi "suatu perjanjian" maksudnya adalah
ijab dan kabul. Hal ini tidak wajib diucapkan, masalah itu seperti ketika
seseorang menyewa rumah dari orang lain untuk masa setahun, dan
apabila masanya telah habis, pemilik rumah berhak meminta rumahnya
itu dikosongkan. Jika orang yang menyewa tersebut tidak mengosongkan
5

Ibid., 113.
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 4, 203.
7
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 113.
8
Moh.Zuhri, Fiqih Empat Madzhab Jilid IV, (Semarang: Asy-Syafah, 1994), 166.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

rumah, maka baginya setiap harinya ada perongkosan. Bila ia mulai
mengosongkan namun tidak bisa selesai kecuali dalam jarak waktu
tertentu. Bagi penyewa wajib membayar ongkos sepantasnya pada jarak
waktu tersebut, jadi persewaan bisa terselenggara dalam jarak waktu itu
dengan tanpa ucapan. Madzhab Hambali mengartikan ija>rah ialah
perjanjian atas manfaat yang mubah yang diketahui yang diambil secara
berangsur-angsur dalam masa yang diketahui dengan ongkos yang
diketahui.9
Madzhab Syafi'i menerangkan bahwa perjanjian persewaan adalah
suatu perjanjian atas manfaat yang diketahui dan yang disengaja yang
bisa diserahkan kepada pihak lain secara mubah dengan ongkos yang
diketahui.10 Perkataan "suatu perjanjian" maknanya adalah ijab dan
kabul, yaitu sighat Perkataan "atas manfaat" maksudnya adalah sesuatu
yang dijadikan perjanjian atau Al-ma‘q>ud ‘alaih seperti manfaat rumah
yang disewa untuk ditempati, atau tanah yang disewa untuk diambil
manfaat hasil tanamannya, dan seterusnya.
Ada yang menterjemahkan ija>rah sebagai jual-beli jasa (upahmengupah) yakni mengambil manfaat tenaga manusia, Ada pula yang
menerjemahkan sewa-menyewa yakni mengambil manfaat dari barang.
Penulis membagi ija>rah menjadi dua bagian yaitu ija>rah atas jasa dan
benda.11

9

Moh.Zuhri, Fiqih Empat Madzhab..., 173.
Ibid., 172.
11
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamalah), (Jakarta:
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Muhammad Anwar menerangkan bahwa ija>rah ialah perakatan
(perikatan) pemberian pemanfaatan (jasa) kepada orang lain dengan
syarat memakai ‘iwadh (penggantian balas jasa) dengan berupa uang atau
barang yang telah ditentukan. Jadi dengan melihat arti ija>rah tersebut,
maka dalam ija>rah membutuhkan dua pihak yaitu pemberi atau penyedia
jasa

dan

pihak

pengguna

jasa

atau

pemberi

upah.12

Islam

memperbolehkan seseorang untuk memanfaatkan jasa seseorang dan
upah dalam pemanfaatan jasa tersebut harus dipenuhi.

2. Dasar Hukum Ija>rah
Bila dilihat dari uraian di atas, rasanya mustahil manusia hidup
berkecukupan tanpa hidup berijarah dengan manusia lain. Karena itu,
boleh dikatakan bahwa pada dasarnya ijarah itu adalah salah satu bentuk
aktivitas antara dua pihak atau saling meringankan, serta serta termasuk
salah satu bentuk tolong menolong yang diajarkan agama. Ija>rah
merupakan salah satu jalan memenuhi hajat manusia. Oleh sebab itu,
para ulama menilai bahwa ija>rah ini merupakan suatu hal yang boleh dan
bahkan kadang-kadang perlu dilakukan. Walaupun ada pendapat yang
melarang ija>rah, tetapi oleh jumhur ulama pandangan yang ganjil itu
dipandang tidak ada.

Rajagrafindo Persada, 2003), 228.
Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam..., 422.

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Banyak ayat dan riwayat yang dijadikan argument oleh para ulama
akan kebolehan ija>rah tersebut.13
1. Landasan dari al-Qur’an, di antaranya dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. firman Allah SWT dalam surat as-Zukhruf, ayat 32 yang
berbunyi:
            
          
    
Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?
kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka
dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.(Q.S.AzZukruf: 32).14
b. Surat Al-Qashash, ayat 26 Allah SWT berfirman:
          



Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita),
Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat
dipercaya.(Q.S.Al-Qashas: 26).15

13

Hekmi karim, fiqih muamalah..., 30.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Jumanatul AliArt, 2007), 798.
15
Ibid., 388.

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

c. QS. Al-T}alaq ayat 6
          

            

          
 
Artinya: Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu
bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan
jika mereka (istri-istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,
Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik;
dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya.(Q.S.Al-T}alaq: 6).16
2. Adapun landasan Sunnah tentang ija>rah ini antara lain:
a. Hadist riwayat Bukhari dan Muslim menyebutkan:

‫وروى ْالبخار و ْس ْ عن ابْن عبَاس أ َن ال َب َ ص َ ه ع ْي‬
‫وس َ إ ْحتج وأعْط ْالح َجا أ ْجر‬

Artinya: “Berbekamlah kalian, berikanlah upah bekamnya kepada
tukang bekam tersebut.”17

3. Ijma’
Umat Islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa Ija>rah
dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia.18Selain bermanfaat bagi
sesama manusia sebagian masyarakat sangat membutuhkan akad ini,
karena

termasuk

salah

satu

akad

tolong-menolong.Tentang

16

Ibid., 559.
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughiroh bin Bardizbah al-Ju’fi alBukhori (Imam Bukhari), Shahih Bukhari. (t.tp., shahih: t.t), Hadith: 2117, 1247.
18
Syafe’I Rahmat.Fiqih Muamalah .(Bandung: CV Pustaka Setia, 2004), 124.
17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

disyariatkan sewa menyewa, semua kalangan sepakat dan hampir
semua ulama’ mengamininya.19
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa
pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar diantara pendapat
para ulama’ fiqih dalam mendefinisikan Ija>rah atau sewa menyewa.
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Ija>rah atau
sewa menyewa adalah akad atas manfaat dengan suatu imbalan
tertentu. Dengan demikian, objek sewa menyewa adalah atas
manfaat sutau barang atau jasa.

Ija>rah dalam bentuk sewa-menyewa maupun dalam bentuk upah
mengupah merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam
Islam. Hukum asalnya menurut jumhur ulama’ adalah mubah atau
boleh bila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh syara’ berdasarkan ayat al-Qur’an, hadith, dan ketetapan ijma’
ulama’.
3. Rukun dan Syarat Ijarah
a.

Rukun ija>rah
Sebagai sebuah transaksi umum, ija>rah dianggap sah apabila telah

memenuhi rukun dan syaratnya, sebagaimana yang berlaku secara umum
dalam transaksi lainnya. Menurut Hanafiyah rukun ija>rah hanya satu

19

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. (Jakarta: Darul Fath, 2004), 204.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

yaitu ijab dan kabul dari dua belah pihak yang bertransaksi.20 Adapun
menurut Jumhur Ulama rukun ija>rah ada empat:
1.

Aqid (dua orang yang berakad) yaitu mu’jir (orang yang
menyewakan atau memberrikan upah) dan musta’jir (orang yang
menerima sesuatu atau menerima upah).

2.

Sighat yaitu ijab dan qabul antara mu’jir dan musta’jir.

3.

Ujrah (upah).

4.

Ma’qu>d ‘alaih (Manfaat dari suatu barang yang disewa atau jasa dan
tenaga orang yang bekerja).21
a.

Manfaat yang berharga.22

b.

Keadaan manfaat dapat diberikan oleh yang mempersewakan.

c.

Diketahui kadarnya, dengan jangka waktu seperti menyewa
rumah satu bulan atau satu tahun.

Sedangkan menurut madzhab maliki dan Syafi’i rukun-rukun

ija>rah ada tiga macam yaitu:
1.

Orang yang mangadakan perjanjian (aqid) meliputi orang yang
menyewakan (mu‘jir) dan orang yang menyewa (musta‘jir).

2.

Sesuatu yang dijadikan perjanjian (al-ma’qu>d ‘alaihi) meliputi
ongkos dan Manfaat.

20

Abdul Rahman Ghazaly, ghufran ihsan, dan sapiudin shidiq, fiqih muamalat..., 278.
Wahbah Az-juhaili, al-Fiqih al-islami Wa adilatuhu. (Jakarata: Gema Insani, 2011), jilid V, cet.
Ke 10, 387.
22
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algensido, 1994),
304.

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

3.

Pernyataan perjanjian (shigat), yaitu lafazh atau ucapan yang
menunjukkan memiliki manfaat dengan ada ongkos, atau segala hal
yang bisa menunjukan kepadanya.23

b.

Syarat ija>rah
Adapun syarat-syarat ija>rah adalah sebagai berikut24:
1. Al-Mutaaqidain (kedua orang yang berakad).
a.

Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, untuk sahnya ija>rah
hanya mengemukakan satu syarat untuk pelaku akad yaitu
cakap hukum (baligh dan berakal).

b.

Menurut ulama Hanafiyah, orang yang melakukan akad
disyaratkan harus berakal dan mumayyiz (sudah bisa
membedakan antara haq dan bathil, atau minimal 7 tahun),
tidak disyariatkan harus baligh.

c.

Menurut ulama Malikiyah, tamyiz adalah syaraat ija>rah dan
jual beli, sedangkan baligh adalah syarat penyerahan. Dengan
demikian anak yang telah mumayyiz pun boleh melakukan
akad ija>rah dan dianggap sah apabila disetujui oleh walinya.

2. Kedua belah pihak yang berakad yaitu mu’jir dan musta’jir
menyatakan kerelaan untuk melakukan akad ija>rah. Apabila salah
seorang diantaranya terpaksa melakukan akad itu, maka akadnya
tidak sah. Akad ini berdasarkan firman Allah SWT

23
24

Moh.Zuhri, Fiqih Empat Madzhab..., 171-172.
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya media Pratama, 2000), 232.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

         
      
        
 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(Q.S.AnNisa: 29).25
3. Sighat (ijab dan kabul) antara mu’jir dan musta’jir. Ijab qabul
sewa-menyewa misalnya mu’jir berkata “aku sewakan motor ini
kepadamu 1 dirham per hari” maka musta’jir menjawab “aku
terima sewa motor tersebut dengan harga 1 dirham per hari. Ijab
kabul upah mengupah misalnya mu’jir berkata “kuserahkan kebun
ini untuk dicangkuli dengan upah 1 dirham per hari” kemudian

musta’jir menjawab “aku akan lakukan pekerjaan itu sesuai
dengan apa yang engkau ucapkan”.
4. Ujrah (upah)
Para ulama menetapkan syarat ujrah (upah) yaitu berupa
harta tetap yang diketahui oleh kedua belah pihak. Upah (ujrah)
tidak boleh sejenis dengan manfaat yang disewa. Seperti upah
penyewa rumah untuk ditempati dengan menempati rumah.
Menurut madzhab Syafi’i ongkos yang tidak tentu disyaratkan
memenuhi syarat-syarat dalam harga yaitu harus diketahui jenis,

25

Depag RI, Al-Qur'an Terjemah..., 122.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

macam, dan sifatnya. Adapun kalau ongkos ditentukan, maka
disyaratkan

harus

bisa

dilihat.

Tujuannya

adalah

untuk

menghilangkan kesamaran supaya tidak terjadi pertentangan
antara dua orang yang melakukan perjanjian.
Oleh karena itu para ulama mensyaratkan terhadap orang
yang menyewakan kendaraan untuk dinaiki agar menjelaskan
kadar perjalanan yang akan ditempuh pada malam dan siang hari.
Kecuali kalau dikalangan umat manusia dalam hal tersebut telah
menjadi kebiasaan yang diikuti, maka kebiasaan itulah yang
dilaksanakan.26
5. Ma’qu>d ‘alaih (barang/manfaat)
Adanya kejelasan pada ma’qu>d ‘alaih (barang) dapat
menghilangkan pertentangan diantara aqid. Diantara cara untuk
mengetahui ma’qu>d ‘alaih (barang) adalah dengan menjelaskan
manfaatnya, pembatasan waktu, atau menjelaskan jenis pekerjaan
jika ija>rah atas pekejaan atau jasa seseorang. Diantara syarat
barang sewaan adalah dapat dipegang atau dikuasai. Hal itu
didasarkan pada hadis Rasullah Saw. Yang melarang menjual
barang yang tidak dapat dipegang atau dikuasai, sebagaimana
dalam jual beli.
Menurut madzhab Hanafi syarat-syarat ija>rah ada empat macam:27

26
27

Moh Zuhri, Fiqh Empat Madzhab..., 194-195.
Moh. Zuhri, Fiqih Empat Madzhab..., 175-184.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63