121343 AKJ 26 Desember 2004 Feature Gejog Lesung dan Jathilan

FEATURE untuk APA KABAR JOGJA
Edisi
:
Tanggal :
Tema
:

Minggu
26 Desember 2004
SENI GEJOG LESUNG DAN JATHILAN

Industri pariwisata/ kini tak boleh lagi hanya mengandalkan pada
kunjungan wisatawan asing// Aksi-aksi mengerikan/ seperti pemboman
yang tak mampu dideteksi sebelumnya/ telah menjadi momok/ yang
berakibat sangat vatal bagi dunia pariwisata// Yaitu/ larangan dari
sejumlah negara asing agar rakyatnya tidak melancong ke Indonesia//
Sementara/ kunjungan wisatawan nusantara pun/

tampaknya

belum dapat diharapkan terlampau besar/ mengingat liburan panjang

hanya berlangsung dua atau tiga kali dalam setahunnya//

Lantas?/

haruskah tempat-tempat wisata unggulan yang ada di berbagai daerah
dibiarkan mati pelan-pelan?// Jawabnya pastilah tidak!!!//
Di tengah ketidakpastian kunjungan pelancong asing dan
wisatawan nusantara inilah/ setiap daerah yang memiliki potensi
pariwisata unggulan/ haruslah putar otak mencari terobosan baru//
Masyarakat setempat/ haruslah disadarkan/ bahwa merekalah yang
menjadi salah satu penyambung nafas kehidupan pariwisata di daerah
masing-masing//
Seperti dilakukan Bupati Bantul/ Drs HM Idham Samawi/
masyarakat Bantul terus-menerus dikondisikan agar merasa handarbeni
potensi wisata yang ada// Apalagi/ tempat wisata itu dibangun dengan
menyedot dana milyaran rupiah// Bila obyek wisata itu berasal dari
karunia Tuhan/ yang tidak usah dibuat oleh manusia/ seperti pantaipantai/ gua-gua bersejarah dan sebagainya/ maka pemerintah setempat
tinggal memoles saja/ dengan dana yang tak terlampau besar//

Untuk menyulap tanah seluas 4 hektar di desa Gabusan, Sewon,

Bantul, untuk dijadikan Pasar Seni bertaraf internasional/ pemerintah
kabupaten Bantul harus mendanainya sebesar 7 milyar rupiah lebih//
Sepinya kunjungan wisatawan asing dan volume pelancong nusantara
yang belum optimal/ tampaknya sudah diperhitungkan Bupati Idham
Samawi//
Solusinya/ bupati mendorong warga Bantul untuk ber-rekreasi ke
Pasar Seni Gabusan// Secara bergantian/ terutama di hari Sabtu dan
Minggu/ Bupati mewajibkan pelajar-pelajar sekolah dan karyawan Pem
Kab beserta keluarganya/ untuk berwisata ke Pasar Seni Gabusan//
VISUAL:
Selamat Datang di Kota Bantul: 30.19.00 – 30.21.21
Papan Nama Gabusan: 29.31.10 – 29.44.00
Suasana Pasar Seni Gabusan:
13.46.09 – 14.46.00 / 18.35.11 – 18.48.00 / 28.01.15 – 18.10.00
Untuk menjadikan Gabusan hidup/ digelarlah atraksi-atraksi yang
dapat mengundang massa dalam jumlah besar// Solusi jitu Idham
Samawi sudah terbukti/ Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
memimpin upacara peringatan Hari Nusantara pada pertengahan bulan
Desember lalu// Di pasar seni gabusan berlangsung lomba Seni
tradisional Gejog Lesung//

Lesung/ dibuat dari kayu nangka atau munggur// bentuknya
menyerupai sebuah perahu// Tempo doeloe/ petani menggunakan lesung

untuk menumbuk padi/ memisahkan tangkai dan kulit padi sebelum
dijemur//
Lesung yang dibawa ke Gabusan/ usianya sudah sekitar 70 tahun//
Lesung ini/ kayunya kian menipis/ tinggal beberapa milimeter saja/
khususnya yang berlubang bundar/ lantaran dulu kerap digunakan untuk
menumbuk padi// Karenanya/ lesung kuno itu hanya dipajang saja
selama berlangsungnya lomba/ agar dapat dinikmati kembali oleh
masyarakat modern/ yang tidak lagi mengenal alat pertanian kuno//
Sementara/ alunya/ yaitu kayu panjang/ biasanya dibuat dari glugu/
jumlahnya 5 sampai 7 buah untuk satu lesung/ terlihat masih bagus/
belum dimakan rayap//
VISUAL:
Close-up Lesung : 02.15.09 – 02.27.02
Close-Up Lesung : 09.46.10 – 10.11.00
Lesung utuh + alunya : 01.56.00 – 02.13.14
Yang cukup menarik dinikmati pada lomba Gejog lesung kali ini/
adalah adanya upaya regenerasi// Ada grup yang menampilkan anakanak muda/ namun ada lagi yang tetap mempertahankan generasi tuanya

untuk ikut tampil dalam lomba antar kecamatan se Kabupaten Bantul
ini//
Dengan demikian/ pemerintah kabupaten Bantul telah berhasil
melakukan pelestarian seni tradisional yang dikiliki rakyat Bantul//
Tidak hanya jenis keseniannya saja/ melainkan pesertanya yang jauh
berbeda usianya// Ada yang tua/ tapi banyak yang masih muda-muda//

VISUAL:
Anak muda ikut main : 01.01.10 – 01.05.00
Lesung generasi tua sedang turun dari bus : 11.36.00 – 11.48.00
Keberhasilan lain yang patut dicatat di sini adalah/ pemilihan jenis
atraksi yang mampu mendatangkan massa dalam jumlah besar// Dari
pemainnya saja/ tiap grup gejog lesung terlihat mengerahkan personil
lebih dari 15 orang// Yakni pemukul lesung/ terdiri dari 6 orang/
penyanyi yang berjumlah paling tidak 6 orang/ dan penarinya yang
berlenggak-lenggok di panggung/ jumlahnya cukup besar/ satu grup
sekitar 12 sampai 20 orang//
Belum lagi pendukungnya/ yang berjumlah di atas 25 orang setiap
grupnya// Dengan demikian/ apa yang menjadi kebijakan Idham
Samawi dapat terwujud// Yaitu/ Pasar Seni Gabusan sebagai tempat

rekreasi dan berbelanja yang hidup sepanjang hari//
VISUAL:
Penabuh Lesung Wanita Tua : 18.50.02 – 19.55.00
Penampilan generasi Muda + Setengah Baya : 22.41.01 – 22.58.00
Penari Latar Lesung (modern) : 28.22.19 – 28.25.00
Penabuh Lesung tua + Penyanyi centhil : 29.02.06 – 29.30.00
Persoalan pelestarian sebuah seni tradisional/ memang menjadi
lengkap/ bila masyarakat ikut merasa bertanggungjawab// Sebab/

tangan-tangan pemerintah/ pastilah tidak akan mampu menjangkau
sampai jauh ke pedesaan/ hanya untuk mengurusi pelestarian budaya//
Masih banyak hal yang menjadi tanggungjawab pemerintah/ yang juga
membutuhkan perhatian ekstra serius//
VISUAL:
Calon Peserta berbaur dengan pendukung : 14.47.07 – 15.11.00
Statement Drs Yoyo : 04.48.00 – 05.36.00
Statement Penari muda : 06.09.10 – 10.11.00
Pemirsa// Di saat yang bersamaan/ hanya berjarak kurang dari 200
meter/ juga di Pasar Seni Gabusan/ digelar pula atraksi seni tradisional/
yang lebih atraktif/ yaitu Seni Jathilan// Kali ini/ yang diberi

kesempatan tampil adalah Grup Gagak Rimang//
Gagak Rimang memang sudah layak untuk dikemas sebagai
sebuah atraksi yang laku dijual// Dari segi instrumennya/ Gagak
Rimang yang bermarkas di Pendowoharjo/ Sewon/ Bantul ini/
memasukkan unsur modern/ yaitu satu set drum lengkap/ menyatu
dengan instrumen tradisional/ seperti gendang/ gong/ saron/ dan
bonang//
VISUAL:
Jathilan baru turun dari truk : 10.32.01 – 11.21.00
Grup Gagak Rimang Pendowoharjo, Sewon, Bantul :
20.33.10 – 20.35.00
Musiknya (gamelan Jawa campur satu set drum) :
20.54.09 – 22.27.00

Selain mengkombinasi dengan alat musik modern/ pemainnyapun
dipersiapkan sungguh-sungguh/ bagaikan sebuah pentas wayang orang//
Lagi-lagi/ regenerasi terjadi pada kelompok jathilan Gagak Rimang//
Para penarinya masih muda-muda// Dengan bersemangat mereka datang
ke Gabusan/ bagaikan siap tampil di sebuah perhelatan akbar// Paling
belakang mengenakan kain sarung/ adalah Mbah Sudi Pawiro/

paranormal milik Gagak Rimang yang akan berperan besar/ selama
pemain jathilan kerasukan roh halus/ sebagai adegan berbahaya dalam
sebuah penampilan jathilan// Kuda kepang dan topengnyapun/
tampaknya juga dipilihkan yang berkualitas prima/ terbukti masih
terlihat bagus dan terawat dengan baik//
VISUAL:
Pemain jathilan baru datang,
paling belakang terlihat Mbah Sudi Pawiro – Paranormal
11.50.04 – 12.03.00
Jaran Kepang + Topeng : 12.04.00 – 12.17.10
Pemain Jathilan santai : 12.24.00 – 12.36.00
Pertunjukan jathilan/ terbagi dalam dua kelompok atraksi// Yaitu/
tari-tarian/ yang terdiri dari sejumlah pemain naik kuda lumping/ di
sertai dua pemain lain/ mengenakan topeng Penthul – Tembem// Dua
penari bertopeng itu/ berjoged sambil melantunkan kidung-kidungan/
biasanya mengandung unsur magis/ sebagai awal untuk mengundang
roh halus//
Penari bersama Pentul – Tembem : 25.36.05 – 26.56.00

Sebelum acara dimulai/ biasanya ada seorang paranormal yang

dibawa grup jathilan/ melakukan upacara ritual// Mbah Sudi Pawiro/
mengaku berusia 85 tahun/ melakukan upacara bakar kemenyan di
depan kuda lumping yang akan digunakan menari// Sejumlah penonton
tertarik mengikuti upacara ritual ini/ karena mbah Sudi Pawiro
melakukannya cukup lama/ lebih dari 10 menit// Biasanya cukup dua
tiga menit saja// Reporter AR Maryadi dari Apa Kabar Jogja
menanyakan kenapa upacaranya cukup lama/ dijawab oleh Mbah Sudi/
bahwa para danyang/ atau roh halus penunggu daerah ini harus diberi
pengertian/ bahwa pemanggilan roh ini adalah hanya untuk sebuah
pertunjukan saja/ bukan untuk pemindahan roh dari Gabusan ke tempat
lain//
VISUAL:
Mbah Sudi komat-kamit bakar kemenyan :
19.58.10 – 20.30.00
Catatan untuk mas Iwan: Kalau visualnya kurang panjang,
tambahkan sedikit dari VISUAL: Penari Jathilan sedang main (24.46.09
– 24.56.00)
Penonton kian bertambah banyak/ ketika pemain mulai
menampakkan gejala-gejala akan kerasukan roh halus// Banyak yang
menonton dari jarak dekat/ tetapi ada pula yang hanya dari kejauhan

saja//

VISUAL:
Penonton jathilan : 27.11.24 – 27.21.00
Penonton dari kejauhan : 27.25.20 – 27.33.00

Ketika bunyi musik makin keras tanpa iringan penyanyi/ terlihat
beberapa penari mulai kerasukan/ atau dalam isitilah Jawanya/ mulai
“NDADI”// Biasanya/ penari yang kerasukan hanya satu atau dua orang
saja// Tetapi/ dalam pentas di gabusan ini/ ada lima orang yang tampak
kerasukan/ termasuk satu orang pemain bertopeng // Ini sebuah moment
yang bagus untuk diabadikan melalui kamera//
Tetapi/ ketika Reporter APA KABAR JOGJA baru merekam dua
orang yang sedang kerasukan/ seseorang menghampiri dan
memperingatkan untuk tidak melanjutkan lagi perekamannya// Orang
itu mengatakan/ bahwa roh yang merasukinya termasuk gawat karena
didatangkan dari kraton// Daripada kameranya rusak/ lebih baik
dihentikan saja merekamnya// Inilah pengambilan rekaman terakhir/
sebelum APA KABAR JOGJA meninggalkan Gabusan//
VISUAL:

Mengulang sedikit saat Mbah Sudi Pawiro komat-kamit:
20.15.00 – 20.30.00
Penari mulai “ndadi” (kerasukan) : 27.35.04 – 27.40.00
Penari kerasukan : 28.12.20 – 28.20.00
Pemirsa/ Pasar Seni Gabusan/ kini sudah benar-benar hidup
sepanjang hari// Minimal/ hari Sabtu dan Minggu/ sudah banyak
didatangi pengunjung lokal Bantul/ bahkan dari kota Jogjakarta dan
Kabupaten Sleman juga rekreasi ke Gabusan// Sementara/ DUA JUTA
WISATAWAN yang berkunjung ke Parangtritis setiap tahunnya/
diharapkan sebagian besar dapat mampir ke Pasar Seni Gabusan//

Sedangkan bagi buyers asing/ Gabusan merupakan titik awal
untuk memilih kerajinan apa yang mereka perlukan// Setelah cocok/
barulah buyer-buyer itu diantar ke sentra-sentra kerajinan yang tersebar
di 75 lokasi di seantero Kabupaten Bantul/ untuk memesan dalam
jumlah besar//
VISUAL:

Selain berbelanja/ pelancong dapat juga membeli camilan khas
Bantul/ geplak dan rempeyek tumpuk/ yaitu rempeyek yang kacangnya

bertumpuk-tumpuk// Meski tebal/ rasanya tetap gurih dan renyah
disantap// Untuk menciptakan ketenanganpun/ kepolisian Bantul sudah
menerjunkan Polisi Pariwisata/ yang menggunakan seragam khas/
berdasi merah hati// Pemirsa/ Selamat Datang di Pasar Seni Gabusan
Kabupaten Bantul***
VISUAL :
Pengunjung Gabusan naik sepeda: 17.54.04 – 18.00.00
Pengunjung naik di bangunan bertingkat: 27.02.03 – 27.10.00
Ada yang jualan makanan tradisional Bantul:
24.26.20 – 24.45.00
Geplak dan Peyek Tumpuk : 24.57.13 – 25.15.00
Polisi Pariwisata :
22.33.21 – 22.38.00 / 23.45.10 – 24.04.00 / 24.06.14 – 24.21.00
Ditutup dengan Visual
PAPAN NAMA PASAR SENI GABUSAN: 29.31.10 – 29.44.00