METODA FZ PADA PEMBUATAN KRISTAL TUNGGAL La2-2xSr1+2xMn2O

(1)

Penanggung Jawab:

Kapuslit Metalurgi – LIPI

Dewan Redaksi :

Ketua Merangkap Anggota:

Ir. Ronald Nasoetion, MT

Anggota:

Dr. Ir. Rudi Subagja Dr. Ir. F. Firdiyono Dr. Agung Imadudin Dr. Ika Kartika, MT Ir. Yusuf

Ir. Adil Jamali, M.Sc (UPT BPM – LIPI) Prof. Riset. Dr. Ir. Pramusanto (Puslitbang TEKMIRA)

Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA (UI) Dr. Ir. Sunara, M.Sc (ITB)

Sekretariat Redaksi:

Pius Sebleku, ST Tri Arini, ST

Arif Nurhakim, S.Sos

Penerbit:

Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI

Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Gedung 470

Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553

Alamat Sekretariat:

Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI

Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Gedung 470

Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553 E-mail Majalah ilmu dan teknologi terbit berkala setiap tahun, satu volume terdiri atas 3 nomor.

VOLUME 26 NOMOR 1, APRIL 2011 ISSN 0126 – 3188

AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009

Pengantar Redaksi ………. iii Metoda FZ pada Pembuatan Kristal Tunggal La

Abstrak ……….. v

2-2xSr1+2xMn2O7

Kendala dan Kemungkinan Pengembangan Proses Caron untuk Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Indonesia

Agung Imaduddin ………. 1

Konsentrasi Pasir Besi Titan dari Pengotornya dengan Cara Magnetik

Arifin Arif dan Edi Herianto……….……..… 7

Deddy Sufiandi ……….………. 5

Pengaruh Penambahan Serat Polyvinyl Alcohol dan Superplastisizer Polycarboxylate Ethers terhadap Sifat Mekanik Material ECC

Percobaan Peningkatan Kadar Mangan Menggunakan Magnetic Separator

Harsisto, dkk………... 21

Masih Terbukanya Peluang Penelitian Proses Caron untuk Mengolah Laterit Kadar Rendah di Indonesia

Immanuel Ginting dan Deddy Sufiandi…27

Adsorpsi Nikel dan Kobalt pada Resin Penukar Ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dalam Beberapa Larutan Sulfat

Puguh Prasetiyo dan Ronald Nasoetion.... 35

Frideni G.F……….... 45


(2)

(3)

Pengantar Redaksi

| iii

PENGANTAR REDAKSI

Syukur Alhamdulillah Majalah Metalurgi Volume 26 Nomor 1, April 2011 kali ini

menampilkan 6 buah tulisan.

Tulisan pertama hasil penelitian disampaikan oleh Agung Imaduddin berjudul

Metoda FZ pada Pembuatan Kristal Tunggal La2-2xSr1+2xMn2O7.”

Selanjutnya Arifin

Arif dan Edi Herianto tentang

”Kendala dan Kemungkinan Pengembangan Proses Caron

untuk

Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Indonesia”

. Harsisto dan Kawan-Kawan juga

menulis tentang

”Pengaruh Penambahan Serat Polyvinyl Alcohol dan Superplastisizer

Polycarboxylate Ethers

Terhadap Sifat Mekanik Material ECC”.

Immanuel Ginting dan Dedy

Sufiandi menulis tentang

Percobaan Peningkatan Kadar Mangan Menggunakan Magnetik

Separator”.

Berikutnya Puguh P dan Ronald Nasoetion MT menulis tentang

”Masih Terbuka

Peluang Penelitian Proses Caron untuk Mengolah Laterit Kadar Rendah di Indonesia”

.

Pada bagian berikutnya ada 1 buah makalah terbaik pada Seminar Metalurgi 2009

yaitu

Adsorpsi Nikel Dan Kobalt pada Resin Penukar Ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dalam

Beberapa Larutan Sulfat“

yang disampaikan oleh Frideni GF dan Kawan-Kawan.

Semoga penerbitan Majalah Metalurgi volume ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan dunia penelitian di Indonesia.


(4)

(5)

Abstrak

| v

METALURGI (Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 548

Agung Imaduddin (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI)

Metoda FZ pada Pembuatan Kristal Tunggal La2-2xSr1+2xMn2O Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011

7

La2-2xSr1+2xMn2O7 (x=0,4) mempunyai CMR (Colossal Magnetoresistance) terbesar dibandingkan bahan

Mn oxide lainnya[1]. Untuk menyelidiki sifat CMR ini, kita harus dapat membuat kristal tunggalnya. Untuk itu kami telah membuat kristal tunggal La2-2xSr1+2xMn2O7 (x=0,4) atau disebut LSMO 327. Kristal tunggal kami buat dengan metoda FZ (Floating Zone). Sebelum pembuatan kristal tunggal dengan

memakai metoda FZ, kami telah menganalisa hubungan suhu dan konsentrasi x dengan memakai thermo-couple dan analisa EPMA (Electron Probe Microanalysis). Setelah penumbuhan dengan memakai metoda

FZ, analisa struktur kristal dan sifat kristalisasinya pada hasil kristal tunggalnya dilakukan dengan memakai XRD dan rocking curve, kemudian kami juga memakai EPMAuntuk mengetahui komposisi

unsur yang terbentuk. Dari hasil metoda FZ ini diketahui bahwa permukaan cleave (permukaan kelupas)

nya adalah bidang ab, dan memiliki nilai half full value width nya 0,115° , yang menunjukkan kualitas

kristal tunggal yang tinggi. Dari EPMA diketahui bahwa nilai x pada La2-2xSr1+2xMn2O7 adalah 0,409. Kata kunci : CMR, Kristal tunggal, LSMO 327, Metoda floating zone

La2-2xSr1+2xMn2O7 (x=0.4) has the most large CMR (Colossal Magnetoresistance)[1]. In order to research on CMR effect, we have to prepare high quality single crystals. We have grown La2-2xSr1+2xMn2O7 single crystal of x = 0.4 (or LSMO 327). We have grown single crystals with FZ (Floating Zone) method. Before growing single crystals using the FZ method, we have analyzed the relation of temperature and concentration x by using thermo-couple and analysis of EPMA (Electron Probe Microanalysis). After growing using the FZ method, analysis of crystal structure and its crystallization properties were carried out using XRD and Rocking curve, then we were also using EPMA to determine its elemental composition. From the results of the FZ method, we know that the cleaved surface is the ab plane, and has a half full value width of 0.115° , which indicates a high quality single crystal. From the EPMA result, we know that the value of x at the LA2-2xSr1 +2 xMn2O7 is 0.409.


(6)

vi |

Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188

METALURGI (Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 546.6

Arifin Arif dan Edi Herianto (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI)

Kendala dan Kemungkinan Pengembangan Proses Caron untuk Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Indonesia Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011

Bagian terbesar dari bijih nikel laterit Indonesia yang cadangannya lebih dari 1 milyar ton termasuk pada klasifikasi bijih berkadar rendah. Komposisi bijih kadar rendah tersebut sangat bervariasi, dari bijih saprolit yang tinggi kandungan oksida magnesium dan silikatnya serta bijih limonit yang tinggi kandungan oksida besi dan aluminiumnya. Selain itu bijih limonit juga berpotensi mengandung silikat yang cukup tinggi. Oleh karena itu selalu ada kemungkinan dari suatu cebakan bijih, kandungan total magnesium dengan aluminium dan atau silikat dari bijih campuran tersebut masih melampaui dari batas kritis olahan proses HPAL. Oleh karena itu pengolahan optimal tidak dapat diharapkan hanya dari proses HPAL. Seperti diketahui walaupun kinerjanya tinggi tetapi proses HPAL cocok hanya untuk bijih yang kandungan magnesium dan atau silikatnya rendah seperti limonit murni. Untuk itu perlu disiapkan alternatif berupa proses yang komposisi bijih umpannya dapat lebih fleksibel. Kalau pilihannya adalah proses Caron tampaknya masih diperlukan langkah pendekatan terhadap beberapa kendala yang harus dihadapi oleh proses tersebut bila akan dikembangkan kedepan.

Kata kunci : Bijih nikel, Laterit, Saprolit, Limonit, Proses HPAL, Proses Caron

The largest portion of more than 1 billion ton Indonesian nickel laterite ore deposits can be classified as low grade. It is informed that the compositions of the ores varies in wide range, with high magnesium oxide and silicates contents for saprolite and high iron and aluminium oxides for limonite. The limonit ores are also potential in containing high enough silicate. Due to it always possible that the total magnesium and aluminium and or silicates contents of the mixed ores deposits are higher than the ore feed compositions critical limits of HPAL, so it is predicted that the optimal treatment would not be achieved if based only on HPAL process. As have been known even HPAL is high in performance but just only suitable for certain ores with low magnesium and low silicates contents such likes pure limonite. For that it requires to provide alternative processes which are more flexible toward ore feed compositions. If the selected process is Caron, still it needs some steps of problems approach that have to be faced for the future process development.


(7)

Abstrak

| vii

METALURGI (Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 620.18

Deddy Sufiandi (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI)

Konsentrasi Pasir Besi Titan dari Pengotornya dengan Cara Magnetik Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011

Pasir besi titan Indonesia cadangannya cukup besar terutama di daerah sekitar pantai Selatan Jawa. Salah satu potensi pasir besi titan yang akan di teliti adalah pasir besi dari daerah Tegal Buleud Pantai Selatan Sukabumi. Pemanfaatan pasir besi titan merupakan alternatif yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja yang dalam perkembangan dan kebutuhannya semakin meningkat dengan terbatasnya cadangan bijih besi konvensional. Tujuan penelitian untuk mendapatkan kualitas pasir besi titan yang memenuhi persyaratan peleburan, perlu dilakukan konsentrasi untuk meningkatkan kadar besi dengan cara magnetik. Metode percobaan adalah melakukan identifikasi pasir besi titan dengan mengunakan analisa XRD. Kemudian dilakukan proses preparasi sampel dan pengayakan sebelum dimasukan kedalam peralatan pemisah magnetik dan dari pemisah magnet akan dihasilkan produk konsentrat, middling, dan tailing. Hasil percobaan menunjukkan produk konsentrat pasir besi titan mempunyai kandungan Fe203 80 % dan TiO2 20 %. Dan pemisahan pasir besi titan dengan kondisi optimum diperoleh pada kondisi arus 3,5 ampere dan fraksi - 100 mesh dengan perolehan konsentrat rata-rata 90 %.

Kata kunci : Pasir besi titan, Magnetic separator, Tegal Buleud - Sukabumi Selatan, Industri baja

Titan iron sand has been found a lot in Indonesia especially around west coast of Java. One of titan iron sand used in this research is iron sand from Tegal Buleud area at Sukabumi west coast. The utilization of iron sand is an alternative to fill-up the rising demand of raw material for steel industry development due to limited amount of conventional iron ore. To obtain the quality of titan iron sand which is suitable with the requirement for smelting, it is needed to have concentration process by magnetic separator to increase iron content. The step of experiment were identification of titan iron sand composition, preparation of sample and sampling processes, and material separation using magnetic separator to get concentrate, middling, and tailing products. The result of experiment shown concentrate product of titan iron sand has Fe2O3 and TiO2 with weight composition 80 % and 20 % respectively. And also The optimum condition in magnetic separator was 3.5 Ampere current and fraction -100 mesh got average concentrate yield about 90 %.


(8)

viii |

Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188

METALURGI (Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 620

Harsisto, Hartati, Yulinda Lestari, Ari Yustisia Akbar (Pusat Penelitian Metalurgi - LIPI)

Pengaruh Penambahan Serat Polyvinil Alcohol dan Superplastisizer Polycarboxylate Ethers terhadap Sifat Mekanik Material ECC

Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan serat PVA dan superplastisizer tipe polycarboxylate ethers (tipe P) terhadap sifat mekanik material ECC. Tujuan dari penggunaan PVA adalah untuk meningkatkan kekuatan beton sehingga apabila dikenai beban, tipe retakan yang terjadi adalah retak rambut (microcrack). Superplasticizer ditambahkan untuk meningkatkan kelecakan (workability) ECC sehingga mudah dipadatkan dan didapatkan mutu yang lebih baik. Pengujian material ECC dilakukan dengan mengukur kuat tekan dan kuat lentur menggunakan universal testing machine. Dari variasi komposisi sampel ECC yang dilakukan, komposisi paling efektif terdapat pada perbandingan semen : air : pasir : fly ash : SP : PVA = 1 : 0,68 : 0,94 : 1,6 : 0,01 : 0,02 dengan kuat tekan 196 kg/cm2 dan kuat lentur 145,3 kgf.

Kata kunci : Self healing concrete, Engineered cement composite, Polyvinyl alcohol, Superplastisizer, Fly ash This research was conducted to study the effect of PVA fiber and polycarboxylate ethers typed superplastisizer (type P) to the mechanical properties of ECC materials. The purpose of the use of PVA is to increase the strength of the concrete so that when subjected to load, type of fracture is microcrack. Superplasticizer was added to enhance ECC workability so it was easily compressed and get better quality. ECC material testing was conducted by measuring the compressive and flexural strength using a universal testing machine. The most effective composition of ECC material on the ratio of cement: water: sand: fly ash: SP: PVA = 1 : 0.68 : 0.94 : 1.6 : 0.01 : 0.02 has compressive and flexural strength of 196 kg/cm2 and 145.3 kgf respectively.


(9)

Abstrak

| ix

METALURGI (Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 620.1

Imanuel Ginting dan Deddy Sufiandi (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI) Percobaan Peningkatan Kadar Mangan Menggunakan Magnetic Separator Metalurgi, Volume 25 No.2 Agustus 2010

Percobaan pemisahan besi dari mangan dengan magnetik seperator telah dilakukan terhadap bijih mangan dari daerah Trenggalek Jawa Timur dengan variabel percobaan yaitu rapat arus 2,5 ampere dengan tegangan atau voltage yang disesuaikan dengan kondisi alat. Umpan percobaan yang digunakan dalam pemisahan ini adalah

bijih mangan yang telah melalui proses roasting sebelumnya. Kondisi optimal proses pemisahan diperoleh pada

kuat arus 2,5 ampere dengan kandungan 50,99 % Mn dan kandungan besi 0,27 %.

Kata kunci : Mangan, Pemanggangan, Magnetik separator, Produk

The separation tests of roasted manganese ore by magnetic separator have been carried out. The test variables were the current densities such like 2,5 ampere and the voltage which suitable to the tool condition. The optimal condition of 50.99 % content of Mn and 0.27 % Fe content achieved is current density 2.5 ampere.


(10)

x |

Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188

METALURGI (Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 620.1

Puguh Prasetiyo dan Ronald NNasoetion

Masih Terbuka Peluang Penelitian Proses Caron untuk Mengolah Laterit Kadar Rendah di Indonesia (Pusat Penelitian Metalurgi - LIPI)

Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011

Indonesia memiliki cadangan nikel pada peringkat dua dunia. Cadangan tersebut berupa bijih nikel oksida yang lazim disebut laterit, berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) terutama di Sulawesi Tenggara dan Halmahera. Adapun laterit terdiri dari limonit berkadar Ni<1,5 % dan saprolit berkadar Ni > 1,5 %. Laterit kadar tinggi saprolit berkadar Ni > 1,8 % sudah diolah di Sulawesi Tenggara dengan jalur pyrometalurgi oleh PT Antam (Aneka Tambang) untuk memproduksi FeNi (ferro nikel) di Pomalaa, dan PT INCO Canada untuk memproduksi nikel mattte (Ni-matte) di Soroako. Laterit kadar rendah yang terdiri dari limonit dan saprolit dengan kandungan Ni < 1,8 %, belum diolah di dalam negeri. Secara komersial untuk mengolah laterit kadar rendah digunakan proses Caron yang pertama kali dibangun di Nicaro Cuba oleh Freeport USA pada tahun 1942. Atau proses HPAL (High Pressure Acid Leaching) juga pertama kali dibangun di Moa Bay Cuba oleh Freeport USA pada tahun 1959. Kedua proses tersebut tergolong dalam jalur hydrometalurgi, dan pemilihan proses tergantung dari kondisi bijih terutama pada kandungan Mg (magnesium). Laterit kadar rendah dengan kandungan Mg (magnesium) rendah (Mg < 6 % atau MgO < 10 %) lebih sesuai untuk diolah dengan proses HPAL, dan magnesium tinggi (Mg > 6 % atau MgO > 10 %) diolah dengan proses Caron. Dalam perkembangannya setelah tahun 1990-an, proses Caron mulai ditinggalkan karena mengkonsumsi energi tinggi dengan perolehan yang rendah untuk nikel (Ni : 70 – 80 %) maupun kobal (Co maks 50 %). Selanjutnya beralih ke proses HPAL karena proses ini mengkonsumsi energi rendah dengan perolehan tinggi untuk nikel (Ni > 90 %) maupun kobal (Co > 90 %). Dengan melihat kenyataan kegagalan tiga HPAL plant generasi kedua di Australia (Bulong tutup 2003, Cawse tutup 2008, dan Murrin Murrin berpindah kepemilikan ke Minara pada 2003/2004 dan beralih ke heap leach tahun 2007). Serta masih berlangsungnya Caron plant di Cuba (Nicaro dan Punta Gorda), Queensland Nickel di Yabulu Australia, dan Tocantin Brasilia. Maka proses Caron masih punya peluang untuk mengolah laterit kadar rendah di Indonesia. Peluang tersebut semakin terbuka apabila perolehan metal (recovery Ni dan Co) pada proses Caron bisa ditingkatkan setara dengan perolehan metal (recovery Ni dan Co) pada proses HPAL, dan ekonomis konsumsi energinya.

Kata kunci : Laterit kadar rendah, Limonit, Saprolit, Hidrometalurgi, Proses Caron, Proses HPAL, Magnesium (Mg)

Indonesia had the resources of nickel at the second in the world. The resources are nickel oxide which said laterite. The abundant of laterite locate at Sulawesi Tenggara (South-East Sulawesi) and Halmahera. There are two main mineral in laterite, limonit contains Ni<1,5% and saprolit contains Ni>1,5%. The high grade nickel saprolit contains Ni>1,8% has been processed in Sulawesi Tenggara to produce FeNi (ferro nickel) in Pomalaa by PT Antam, and to produce Ni-matte (nickel matte) in Sorowako by PT INCO Canada. The low grade laterite (limonit and saprolit contains Ni<1,8%) not yet processed in Indonesia. To process the low grade laterite are used Caron’s process or HPAL’s process (High Pressure Acid Leaching). The condition of laterite’s ores are used to choice the process. The Caron’s process is remained after 1990’s because it consume high energy with low metal recovery (Ni : 70 – 80 % Co max 50 %). The choice to process low gradelaterite is HPAL because it consume low energy wiyh high recovery of metal (Ni > 90 % and Co > 90 %). The fact three HPAL plant in Australia unsuccessful (Bulong closed on 2003, Cawse closed on 2008, and Murrin Murrin taked over by Minara and change to heap leach on 2007) and the Caron plant still exist in Cuba (Nicaro and Punta Gorda), Queensland Nickel di Australia, and Tocantin Brasilia. Then Caron’s process still have opportunity to process the low grade laterite in Indonesia if the recovery of metal can be increase as same as HPAL and the consume of energy can be decreased.

Keywords : Low grade of laterite, Ilmonite, Saprolite, Hydrometallurgy, Caron process, HPAL process, Magnesium (Mg)


(11)

Abstrak

| xi

METALURGI (Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 669.7

Frideni G. F, A. Wisma, M.Z. Mubarok, S. Purwadaria (Program Studi Sarjana Teknik Metalurgi, FTTM-ITB) Adsorpsi Nikel dan Kobal pada Resin Penukar Ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dalam Beberapa Larutan Sulfat

Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011

Resin penukar ion Lewatit Monoplus TP 207 XL adalah salah satu resin untuk memisahkan logam dari larutan hasil pelindian bijih nikel laterit. Resin ini tahan terhadap abrasi, dapat digunakan pada suhu diatas suhu kamar, memiliki kelarutan yang rendah dalam larutan hasil leaching sehingga dapat digunakan berulang-ulang. Tulisan ini membahas kinetika proses adsorpsi nikel dan kobalt pada resin penukar ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dalam beberapa larutan nikel dan kobalt sintetik dengan pH 3, 4, dan 5 pada suhu kamar, 40 °C, dan 50 °C. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa dalam larutan nikel sulfat dan kobalt sulfat sintetik pH 5, persen adsorpsi nikel dan kobalt masing-masing dapat mencapai 92,19% dan 97,12% bila adsorpsinya dilakukan pada suhu 50 °C. Berdasarkan studi kinetika yang telah dilakukan, laju adsorpsi pada resin saat awal proses (≤ 2 j am) cenderung terkendali oleh laju difusi ion-ion melalui lapis difusi dalam fluida. Hasil percobaan menunjukkan pH dan suhu larutan berpengaruh pada persen adsorpsi nikel dan kobalt dan resin lebih sesuai untuk adsorpsi logam-logam ini secara bersamaan, karena tidak cukup selektif untuk memisahkan keduanya. Kemungkinan penggunaan resin ini untuk mengadsorpsi nikel dan kobalt dari beberapa larutan hasil pelindian nikel laterit kadar rendah yang telah dikurangi kandungan ion besinya juga disajikan dalam tulisan ini.

Kata kunci : Resin, Lewatit Monoplus TP 207 XL, Laterit, Pelindian, Difusi

Lewatit Monoplus TP 207 XL ion exchange resin has a function to separate metal from nickel ore laterite in leaching solution. This resin has good wear ability and low solubility inside of solution after leaching process, therefore can be used at elevated temperature frequently. This study concern on kinetic of nickel and cobalt absorption of Lewatit Monoplus TP 207 XL ion exchange resin in nickel solution and synthetic cobalt, with potential hydrogen various around 3,4 and 5 at room temperature of 40 °C and 50 °C. Result shows that nickel and cobalt adsorption percentage can be obtained approximately around 92.19% and 97.12%, respectively, in nickel sulfide solution and 5 potential hydrogen of synthetic cobalt at temperature 50 °C. Based on kinetic study which has been done, absorption rate of resin at the first process (≤ 2 h) effected by ions diffusion rate through diffusion layer in the fluid. Result shows that potential hydrogen and solution temperature affect in nickel and cobalt absorption percentages, and also resin more appropriate to absorb these metals simultaneously, due to difficulty to separate of them. This study also shows possibility to using this resin for absorption nickel and cobalt in various solutions which is obtained from low nickel laterite with low ferrous ions after leaching process.


(12)

(13)

METODA FZ PADA PEMBUATAN KRISTAL TUNGGAL

La

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

Agung Imaduddin

Puslit Metalurgi – LIPI

Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314

E-mail:

Intisari

La2-2xSr1+2xMn2O7 (x=0,4) mempunyai CMR (Colossal Magnetoresistance) terbesar dibandingkan

bahan Mn oxide lainnya[1]. Untuk menyelidiki sifat CMR ini, kita harus dapat membuat kristal tunggalnya. Untuk itu kami telah membuat kristal tunggal La2-2xSr1+2xMn2O7 (x=0,4) atau disebut LSMO 327. Kristal tunggal kami buat dengan metoda FZ (Floating Zone). Sebelum pembuatan kristal tunggal dengan

memakai metoda FZ, kami telah menganalisa hubungan suhu dan konsentrasi x dengan memakai thermo-couple dan analisa EPMA (Electron Probe Microanalysis). Setelah penumbuhan dengan memakai metoda

FZ, analisa struktur kristal dan sifat kristalisasinya pada hasil kristal tunggalnya dilakukan dengan memakai XRD dan rocking curve, kemudian kami juga memakai EPMAuntuk mengetahui komposisi unsur yang

terbentuk. Dari hasil metoda FZ ini diketahui bahwa permukaan cleave (permukaan kelupas) nya adalah

bidang ab, dan memiliki nilai half full value width nya 0,115° , yang menunjukkan kualitas kristal tunggal

yang tinggi. Dari EPMA diketahui bahwa nilai x pada La2-2xSr1+2xMn2O7 adalah 0,409.

Kata kunci : CMR, Kristal tunggal, LSMO 327, Metoda floating zone

Abstract

La2-2xSr1+2xMn2O7 (x=0.4) has the most large CMR (Colossal Magnetoresistance) [1]

. In order to research on CMR effect, we have to prepare high quality single crystals. We have grown La

2-2xSr1+2xMn2O7 single crystal of x = 0.4 (or LSMO 327). We have grown single crystals with FZ (Floating

Zone) method. Before growing single crystals using the FZ method, we have analyzed the relation of temperature and concentration x by using thermo-couple and analysis of EPMA (Electron Probe Microanalysis). After growing using the FZ method, analysis of crystal structure and its crystallization properties were carried out using XRD and Rocking curve, then we were also using EPMA to determine its elemental composition. From the results of the FZ method, we know that the cleaved surface is the ab plane, and has a half full value width of 0.115° , which indicates a high quality single crystal. From the EPMA result, we know that the value of x at the LA2-2xSr1 +2 xMn2O7 is 0.409.

Keywords : CMR, Single crystal, LSMO, Floating zone method

PENDAHULUAN

Sejak penemuan bahan oksida Cu

superkonduktor yang mempunyai suhu

kritis

T

C

yang tinggi, perhatian dunia

terhadap struktur

perovskite

ini juga

semakin meningkat. Bahan oksida Mn

yang mempunyai struktur

perovskite

juga

mendapat perhatian untuk dilakukan

penelitiannya. Bahan oksida Mn memiliki

rumus umum (La, Sr)

1+n

Mn

n

O

3n+1

(n = 1,

2,

∞), dimana n adalah jumlah

layer

Mn-O

pada tiap molekulnya.

Layered

Mn

oxide

yang memiliki n = 2 (atau disebut LSMO

327) mempunyai sifat MR

(

magnetoresistance

) yang tertinggi

dibanding bahan lainnya

[2]

. Selain

memiliki sifat MR yang tinggi, LSMO 327

juga memiliki sifat

insulator

pada suhu di

atas

T

C

dan sifat logam pada suhu di

bawah

T

C[3]

. Sampai saat ini, pembuatan

kristal tunggal LSMO 327 sangat sedikit


(14)

2 |

Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188/ hal 1-6

dibandingkan bahan lainnya, hal ini

disebabkan pembuatan kristal tunggal yang

relatif lebih sulit dibandingkan bahan

lainnya

[4]

. Untuk dapat menyelidiki sifat

fisika pada elektron Mn ini, diperlukan

kristal tunggal yang memiliki kualitas yang

tinggi. Sampel LSMO 327 mempunyai

struktur tetragonal dimana elektron

bergerak pada permukaan

ab

atau pada

lapisan Mn-O nya dan pada permukaan

ab

ini kelupas (

cleave

) nya terjadi (Gambar

1

).

Gambar 1. Struktur Kristal pada (La,

Sr)1+nMnnO3n+1 (n = 2) atau disebut LSMO 327, (a=b=3,87Å, c=20,14 Å)

Untuk itu pada tulisan ini, kami akan

menyampaikan pembuatan kristal tunggal

La

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

(dengan nilai x = 0,4),

yang kami laksanakan di Universitas

Iwate, Jepang.

PROSEDUR PERCOBAAN

Pembuatan kristal tunggal LSMO 327

dibuat berdasarkan alur seperti dibawah ini

(Gambar 2).

Gambar 2. Alur pembuatan kristal tunggal dengan metoda FZ

Pembuatan

rod material

(batang pelet)

pada sampel ini kami jelaskan pada tulisan

kami yang lain

[4]

Kelebihan metoda FZ ini antara lain

ialah karena tidak memakai bejana

sehingga dapat menghindari pencemaran

sampel oleh bejana, dapat memakai

lingkungan gas/

atmosphere

apa saja.

Kelemahannya ialah karena hanya

mengandalkan daya adhesi cair sampel,

apabila bagian cairnya panjang, akan

mudah terputus. Gambar 3

memperlihatkan skema alat metoda FZ

yang kami pergunakan.

. Pemanasan dengan

cahaya lampu halogen pada metoda FZ ini

sangat efektif bagi pembuatan kristal

tunggal pada bahan oksida. Pada salah satu

titik pusat cermin elip, terletak lampu

halogen dan pada titik pusat lainnya

terletak

rod material

yang akan

dipanaskan.

Pembuatan

Rod Material

[4]

Persiapan Metoda FZ

(pembuatan grafik hubungan

suhu dan konsentrasi x)

Metoda FZ

Analisa

XRD,

Rocking

curve

Analisa

EPMA


(15)

Metoda FZ Pada Pembuatan…../ Agung Imaduddin

| 3

Gambar 3. Skema metoda FZ yang memakai

halogen lampu untuk memanaskan

Kami memakai alat metoda FZ yang

diproduksi perusahaan

Crystal System

, tipe

FZ-T-10000-H. Alat FZ ini tidak

dilengkapi sensor suhu. Untuk itu kami

melakukan juga percobaan untuk

mengetahui hubungan

output

lampu

halogen dan suhu.

Gambar 4 menunjukkan grafik kondisi

konsentrasi x pada garis kondisi padat dan

garis kondisi cair

[5]

. Pada sumbu

vertikalnya untuk mengetahui hubungan

output

lampu dan suhu, kami mula-mula

mengukur hubungan suhu dan

output

lampu dengan memakai

thermal-couple.

Untuk sumbu horizontalnya, kami

mengukur dengan EPMA pada sampel.

Untuk membuat garis kondisi padat (

solid

phase line

), kami mengukur dengan

EPMA pada bagian selain ujung atas

sample. Sedangkan untuk membuat garis

kondisi cair (

liquid phase line

), kami

mendinginkan secara tiba-tiba di bagian

ujung sampel, setelah itu kami ukur

dengan EPMA. Dari hasil pengamatan

terlihat ketika sampel tumbuh pada FZ,

melt zone

-nya terdiri atas jumlah Sr yang

berlebihan dan ketika suhunya turun

jumlah Sr nya mengkristal mengikuti garis

kondisi padat. Dari gambar tersebut kita

dapat mengatur

output

lampu halogen,

untuk mencapai konsentrasi x yang

seharusnya.

Gambar 4. Grafik kondisi padat dan cair terhadap temperatur

Gambar 5. Kondisi kristal tunggal saat penumbuhan dengan metoda FZ (berdasarkan pengamatan dengan kamera)

Kondisi penumbuhan kristal tunggal

dengan metoda FZ dapat dilihat di Gambar

5.

Rod material

digantung lurus kemudian

diletakkan pada pusat panas sehingga

mencair sebagian (

melt-zone

) yang

kemudian diturunkan sedikit demi sedikit.

Shaft

(batang) atas dan bawah kami putar

berlawanan,

dengan masing-masing

putaran 50 rpm dan 6 rpm. Kami turunkan

melt-zone

nya hingga mendingin perlahan

lahan dengan kecepatan 1,0 mm/h dan

kemudian mengkristal. Ketika

melt-zone

Melt-zone

Upper material (rod material)

Lower material


(16)

4 |

Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188/ hal 1-6

nya sudah mencapai ujung atas, maka

rod

material

nya menjadi kristal tunggal. Untuk

mempertahankan kondisi bentuk

melt-zone

ini, maka gaya adhesi, kerapatan, suhu,

kecepatan pindah akan sangat

mempengaruhi.

Alat FZ ini menggunakan 4 cermin elip

dengan 4 halogen lampu dengan kekuatan

masing-masing 1 kW sehingga cahaya

panas dapat dipusatkan ke

melt-zone

dari

hampir semua arah sehingga dapat

menghindari perbedaan suhu pada

melt-zone

.

Untuk melihat keadaan

melt

-zone nya,

dipergunakan kamera monitor. Dari

kamera langsung ke monitor televisi.

Ketika pertumbuhan, dengan melihat

melt-zone

nya, suhu (

output

lampu), kecepatan

pengisian (kecepatan turun

upper material

)

dan kecepatan penumbuhan (kecepatan

turun

lower material

) dapat dicocokkan.

Lingkungan gas (pada riset ini memakai

gas O

2

) dialirkan dari bawah ke atas.

Ketika kristalisasi terjadi, kami mengamati

kondisi

melt-zone

nya melalui monitor

televisi. Apabila suhu terlalu tinggi

,

melt-zone

nya akan semakin panjang sehingga

mudah putus. Apabila suhu terlalu rendah,

melt zone

nya akan mengecil dan akhirnya

rod material

atas dan bawah akan

berbenturan. Setelah penumbuhan awal

sekitar 5 mm,

melt-zone

akan stabil dan

pengontrolan suhunya akan semakin tidak

diperlukan. Kecepatan

shaft

atas dan

bawah untuk turun masing-masing 1,5

mm/jam dan 1,0 mm/jam. Hal ini

disebabkan kerapatan atom kristal tunggal

(sampel dibagian bawah

melt-zone

) lebih

tinggi dibandingkan

rod material

(sampel

dibagian atas

melt-zone

).

Gambar 6. Foto kristal tunggal yang telah dibuat dengan metoda FZ (diameter sekitar 5 mm )

Gambar 6 memperlihatkan foto kristal

tunggal yang telah ditumbuhkan dengan

metoda FZ. Bagian kanan yang lebih

pendek adalah sisa

upper material

(

rod

material

), sedangkan bagian kiri yang

lebih panjang adalah kristal tunggal yang

telah ditumbuhkan (bagian kiri dari batang

ini adalah

rod material

yang dipakai

sebagai bibit kristal tunggal).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah pengkritalisasi dengan FZ,

sampel kristal tunggal yang diperoleh

mempunyai panjang sekitar 30 mm.

Kemudian kami potong dengan panjang

sekitar 5 mm dengan

diamond cutter

. Pada

bidang yang terpotong terlihat adanya

grain

yang banyak pada bagian bawah

sampel.

Grain

ini semakin berkurang pada

bagian atas sampel

menandakan

kristalisasi yang terjadi. Setelah kami

kelupas permukaannya, kami analisa

permukaan kelupasnya dengan XRD

(Gambar 6 )

[5-6]

. Pada Gambar 7 itu

terlihat bahwa

peak

untuk sumbu c terlihat

semuanya. Disini kami melihat permukaan

kelupasnya tegak lurus terhadap sumbu c.

Pada

peak

(0 0 10), kami melihat

rocking

curve

nya.

Rocking curve

pada XRD

adalah metoda untuk mengetahui kualitas

kristal tunggal suatu bahan, dimana pada

peak

tertinggi suatu permukaan kristal

tunggal, sudut detektor sinar-X nya dibuat

tetap, tapi sudut permukaan sampel

di-scanning

pada sekitar sudut

peak

tersebut.

Semakin kecil lebar (derajat) pada

setengah tinggi

peak

(

full half value

width

), maka hal itu menandakan semakin

tingginya kualitas kristal tunggalnya. Dari

hasil

rocking curve

nya terlihat nilai f

ull

half value width

nya, sebesar 0,115°

(Gambar 7), yang merupakan angka yang

kecil bagi bahan kristal tunggal oksida.

Disini kami melihat bahwa sampel ini

memiliki kualitas yang tinggi

[5]

Setelah memastikan bahwa permukaan

kelupasnya itu sumbu

c

, kami analisa

dengan

Back Reflection Laue

Photograph

untuk menentukan sumbu

a

dan

b

. Metoda


(17)

Metoda FZ Pada Pembuatan…../ Agung Imaduddin

| 5

penentuan arah sumbu kristal dengan

Back-Reflection Laue

ini kami jelaskan di

tulisan kami yang lain

[7]

. Setelah sumbu

a

dan

b

ditemukan, kami potong

berdasarkan sumbu-sumbunya.

Berdasarkan karakterisasi dengan EPMA,

diketahui bahwa sampel La

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

ini memiliki perbandingan

jumlah atom La : Sr : Mn : O = 1,4724 :

2,2668 : 2,0832 : 6,1764 , atau dengan

nilai x = 0,409 .

Gambar 7. Hasil XRD pada permukaan

kelupasnya

Gambar 8. Rocking curve pada peak (0 0 10)

KESIMPULAN

Kami telah mempergunakan metoda FZ

untuk membuat kristal tunggal La

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

(x=0,4). Ketika

penumbuhan kristal dengan FZ, kami

memakai lingkungan gas O

2

dan kecepatan

tumbuhnya kami kontrol sangat lambat

yaitu 1,0 mm/h. Sampel yang kami peroleh

kami lihat permukaan kelupasnya, yang

setelah dianalisa dengan XRD permukaan

kelupasnya adalah bidang

ab

. Dan dari

hasil EPMA, diketahui bahwa nilai x pada

La

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

UCAPAN TERIMAKASIH

adalah 0,409. Dari

grafik

rocking curve

nya, kami lihat nilai

half full value width

nya yaitu 0,115° yang

menandakan bahwa sampel ini memiliki

kualitas yang tinggi.

Kami mengucapkan terima kasih

kepada Prof.Yoshizawa dan seluruh

anggota Yoshizawa lab. di Universitas

Iwate Jepang, yang telah banyak

membantu riset saya pada program

doctoral ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1]

T. Kimura, Y. Tomioka, H. Kuwahara,

A. Asamitsu, M. Tamura, Y. Tokura.

1996.

Interplane Tunneling

Magnetoresistance in a Layered

Mangaite Crystal

: 1698. Science, 274.

[2]

A. Urushibara, Y. Moritomo, T,

Arima, A. Asamitsu, G. Kido, Y.

Tokura. 1995.

Insulator-metal

transition and giant

magnetoresistance in La

1-x

Sr

x

MnO

3

[3]

J.A.M. van Roosmalen, P. van

Vlaanderen, E.H.P. Cordfunke. 1995.

“Phase in the perovskite-Type

LaMnO3+ Solid Solution and the

La2O3-Mn2O3 Phase Diagram:

516-523. Journal of Solid State Chemistry

114.

”,

Physical Review B, vol 51, 20

: 14103.

[4]

Imaduddin Agung. 2011.

Pembuatan

Batang Pelet La

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

[5]

Imaduddin Agung. 2011.

Pemakaian

Metoda Back-Reflection Laue Untuk

Menentukan Arah Sumbu Kristal

Tunggal pada La

Sebagai Bahan Penumbuhan Kristal

Tunggal.

Preprint .

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7.

[6]

Imaduddin Agung. 2001.

Growth and

Physical Properties of La

Preprint.

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

Single

Crystals

.


(18)

6 |

Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188/ hal 1-6

Doctoral Thesis: Iwate University.

[7]

Imaduddin Agung, H. Kanazawa, N.

Yoshimoto, M. Yoshizawa. 2000.

Crystal

Growth and Physical

Properties of La

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

:

502-504. Physica B, 281&282.

RIWAYAT PENULIS

Agung Imaduddin

lahir di Bandung pada

29 September 1971. Lulus S1, S2 dan S3

dari Iwate University Jepang dan bekerja

sebagai staf peneliti di Puslit Metalurgi

sejak 1989 sampai saat ini.


(19)

Indeks

|

Indeks Penulis

A

Agung Imaduddin 1

Ari Yustisia Akbar 21

Arifin Arif 7

D

Deddy Sufiandi 15, 27

E

Edi Herianto 7

F

Frideni G.F 45

G

G. A Wisma 45

H

Harsisto 21

Hartati Soeroso 21

I

Immanuel Ginting 27

M

M.Z. Mubarok 45

P

Puguh Prasetiyo 35

R

Ronald Nasoetion 3

S

S. Purwadaria 45

Y


(20)

(21)

Indeks

|

Indeks

B

Bijih nikel 7, 12, 13, 14, 35, 36, 43, 44,

45, 46

C

Caron process 7, 13, 35, 44

CMR 1

D

Difusi 45, 47, 48, 52

E

Engineered cement composit 21., 22

F

Floating zone method 1

Fly ash 21, 23, 24

H

Hidrometalurgi 14, 35, 36

HPAL process 7, 35

Hydrometallurgy 35, 52

I

Ilmonite 35

Industri baja 15, 16, 27

K

Kristal tunggal 1, 2 , 3, 4 , 5

L

Laterit 7, 10, 11, 12, 13, 14, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 52

Laterite 7, 10, 13, 14, 35, 40, 43, 44, 52

Laterit kadar rendah 7, 13, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41, 43,

44, 45

Leaching 10, 20, 35, 36, 38, 39, 51, 43,

44, 45

Lewatit Monoplus TP 207 XL 45, 46,

51, 52

Limonit 7, 8, 11, 12, 13, 35, 36, 37, 41,

42, 43

Low grade of laterite 35

LSMO 1, 2

LSMO 327 12

M

Magnesium (Mg) 35, 37

Magnetic separator 15, 16, 17, 19, 27,

28, 29, 31, 32, 33

Mangan 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

38

Metoda floating zone 1

N

Nickel ore 7

P

Pasir besi titan 15, 16, 17, 18, 19, 20

Polyvinyl alcohol 21, 23, 24

Product 9, 14, 15, 27, 38

Produk 3, 7, 8 , 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18,

20, 23, 27, 28, 33, 35, 36, 38, 40,

41, 43

Proses Caron 7, 8, 9, 10, 12, 13, 35, 36,

37, 38, 41, 43

Proses HPAL 7, 8, 9, 13, 35, 36, 37, 39,

40, 41, 43

R

Resin 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52

Roasting 27, 28, 30, 31, 32, 33

S

Saprolite 7, 35, 42

Self healing concrete 21, 22, 23

Single crystal 1, 5

Steel industry 15

Superplastisize 21, 24


(22)

|

Majalah Metalurgi, V 25.1.2011, ISSN 0126-3188

T

Tegal Buleud - Sukabumi Selatan 15

Tegal Buleud- South Sukabumi 15

Titans iron sand 15


(23)

PANDUAN BAGI PENULIS

1.

Penulis yang berminat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimuat di dalam majalah

Metalurgi, diharuskan mengirim naskah asli dalam bentuk final baik hardcopy atau

softcopy (dalam file doc), disertai pernyataan bahwa naskah tersebut belum pernah

diterbitkan atau tidak sedang menunggu penerbitannya dalam media tertulis manapun.

2.

Penulis diminta mencantumkan nama tanpa gelar, afiliasi kedudukan dan alamat emailnya

setelah judul karya tulisnya, dan ditulis dengan Times New Roman (TNR), jarak 1 spasi,

font 12.

3.

Naskah harus diketik dalam TNR font 12 dengan satu (1) spasi. Ditulis dalam bentuk

hardcopy dengan kertas putih dengan ukuran A4 pada satu muka saja. Setiap halaman

harus diberi nomor dan diusahakan tidak lebih dari 30 halaman

4.

Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, harus disertai dengan

judul yang cukup ringkas dan dapat melukiskan isi makalah secara jelas. Judul ditulis

dengan huruf kapital menggunakan TNR font 14 dan ditebalkan. Untuk yang berbahasa

Indonesia, usahakanlah untuk menghindari penggunaan bahasa asing.

5.

Isi naskah terdiri dari Judul naskah, Nama Pengarang dan Institusi beserta email,

Intisari/Abstract, Pendahuluan, Tata Kerja/Prosedur Percobaan, Hasil Percobaan,

Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Ucapan Terimakasih dan Riwayat

Hidup. Pakailah bahasa yang baik dan benar, singkat tapi cukup jelas, rapi, tepat dan

informatif serta mudah dicerna/dimengerti. Sub judul ditulis dengan huruf kapital TNR font

12, ditebalkan tanpa penomoran urutan sub judul, misalnya :

PENDAHULUAN

PROSEDUR PERCOBAAN

, dan seterusnya.

6.

Naskah harus disertai intisari pendek dalam bahasa Indonesia dan abstract dalam bahasa

Inggris ditulis TNR 10 jarak 1 spasi diikuti dengan kata kunci/keywords ditulis miring. Isi

dari intisari/abstract merangkum secara singkat dan jelas tentang :

Tujuan dan Ruang Lingkup Litbang

Metoda yang Digunakan

Ringkasan Hasil

Kesimpulan

7.

Isi pendahuluan menguraikan secara jelas tentang :

Masalah dan Ruang Lingkup

Status Ilmiah dewasa ini

Hipotesis

Cara Pendekatan yang Diharapkan

Hasil yang Diharapkan

8.

Tata kerja/prosedur percobaan ditulis secara jelas sehingga dapat dipahami langkah-

langkah percobaan yang dilakukan.

9.

Hasil dan pembahasan disusun secara rinci sebagai berikut :

Data yang disajikan telah diolah, dituangkan dalam bentuk tabel atau gambar, serta diberi

keterangan yang mudah dipahami. Penulisan keterangan tabel diletakkan di atas tabel,

rata kiri dengan TNR 10 dengan spasi 1. Kata tabel ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak

diberi tanda titik .

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I

Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553


(24)

PANDUAN BAGI PENULIS

Contoh

:

Tabel 1. Harga kekerasan baja SS 316L

Penulisan keterangan gambar ditulis di bawah gambar, rata kiri dengan TNR 10 jarak 1

spasi, format “

in line with text

”. Kata gambar ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi

tanda titik.

Contoh

:

Gambar 1. Struktur mikro baja SS 316L

Pada bagian pembahasan terlihat adanya kaitan antara hasil yang diperoleh dengan

konsep dasar dan atau hipotesis

Kesesuaian atau pertentangan dengan hasil litbang lainnya

Implikasi hasil litbang baik secara teoritis maupun penerapan

10.

Kesimpulan berisi secara singkat dan jelas tentang :

Esensi hasil litbang

Penalaran penulis secara logis dan jujur, fakta yang diperoleh

11.

Penggunaan singkatan atau tanda-tanda diusahakan untu memakai aturan nasional atau

internasional. Apabila digunakan sistem satuan maka harus diterapkan Sistem Internasional

(SI)

12.

Kutipan atau Sitasi

Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format superscript)

sesuai urutan.

Angka kutipan ditulis

sebelum

tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, dengan tanda kurung

siku dan

tidak

ditebalkan (

bold

).

Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama tersebut.

Tidak perlu memakai catatan kaki.

Urutan dalam Daftar Pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam naskah.

Contoh:

Struktur mikro baja SS 316L

[2]

.

13.

Penyitiran pustaka dilakukan dengan memberikan nomor di dalam tanda kurung. Daftar

pustaka itu sendiri dicantumkan pada bagian akhir dari naskah. Susunan penulisan dari

pustaka sebagai berikut :

1.

Buku dengan satu pengarang atau dua pengarang (hanya nama pengarang yang

dibalik) :

[1] Peristiwady, Teguh. 2006.

Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia : Petunjuk

Identifikasi

. Jakarta : LIPI Press.

[2] Bambang, Dwiloka dan Ratih Riana. 2005.

Teknik Menulis Karya Ilmiah.

Jakarta :

Rineka Cipta.

2.

Buku dengan tiga pengarang atau lebih

[1] Suwahyono, Nurasih dkk. 2004

. Pedoman

Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia

.

Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.

3.

Buku tanpa nama pengarang, tapi nama editor dicantumkan.

[1] Brojonegoro, Arjuno dan Darwin (Ed.). 2005.

Pemberdayaan UKM melalui Program

Iptekda LIPI

, Jakarta : LIPI Press.

4.

Buku tanpa pengarang, tapi ditulis atas nama Lembaga.

[1] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006.

Kamus Besar bahasa

Indonesia

Jakarta : Balai Pustaka.

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I

Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553


(25)

PANDUAN BAGI PENULIS

5.

Artikel dari Jurnal/majalah dan koran (bila tanpa pengarang)

[1] Haris, Syamsudin. 2006.,,Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian di

Indonesia”.

Jurnal Penelitian Politik

.: 67-76 Jakarta.

6.

Artikel dari bunga rampai

[1] Oetama, Yacob. 2006.,, Tradisi Intelektualitas, Taufik Abdullah, Jurnalisme Makna”.

Dalam A.B. Lapian dkk. (Ed.),

Sejarah dan Dialog Peradaban

. Jakarta : LIPI Press.

7.

Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan

[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis,

Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

8.

Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan

[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis,

Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

9.

Tulisan Bersumber dari Internet

[1] Rustandy, Tandean. 2006 “Tekan Korupsi Bangun Bangsa”.

2007)

14.

Ucapan terimakasih ditulis dengan huruf kapital TNR font 12 dan ditebalkan. Isi dari

ucapan terimakasih ditulis dengan TNR 12 dan spasi 1.

15.

Naskah yang dinilai kurang tepat untuk dimuat di dalam majalah akan dikirim kembali

kepada penulis. Saran-saran akan diberikan apabila ketidak tepatan tersebut hanya

disebabkan oleh format atau cara penyajian.

16.

Penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran naskahnya.

17.

Setiap penerbitan tidak ada dua kali atau lebih penulis utama yang sama. Apabila ada, salah

satu naskahnya penulis utama tersebut ditempatkan pada penulis kedua.

Serpong, 8 Juni 2009

Redaksi Majalah Metalurgi

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I

Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553


(1)

(2)

Indeks |

Indeks

B

Bijih nikel 7, 12, 13, 14, 35, 36, 43, 44, 45, 46

C

Caron process 7, 13, 35, 44 CMR 1

D

Difusi 45, 47, 48, 52

E

Engineered cement composit 21., 22

F

Floating zone method 1 Fly ash 21, 23, 24

H

Hidrometalurgi 14, 35, 36 HPAL process 7, 35 Hydrometallurgy 35, 52

I

Ilmonite 35

Industri baja 15, 16, 27

K

Kristal tunggal 1, 2 , 3, 4 , 5

L

Laterit 7, 10, 11, 12, 13, 14, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 52 Laterite 7, 10, 13, 14, 35, 40, 43, 44, 52 Laterit kadar rendah 7, 13, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41, 43, 44, 45

Leaching 10, 20, 35, 36, 38, 39, 51, 43, 44, 45

Lewatit Monoplus TP 207 XL 45, 46, 51, 52 Limonit 7, 8, 11, 12, 13, 35, 36, 37, 41,

42, 43

Low grade of laterite 35 LSMO 1, 2

LSMO 327 12

M

Magnesium (Mg) 35, 37

Magnetic separator 15, 16, 17, 19, 27, 28, 29, 31, 32, 33 Mangan 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

38

Metoda floating zone 1

N

Nickel ore 7

P

Pasir besi titan 15, 16, 17, 18, 19, 20 Polyvinyl alcohol 21, 23, 24

Product 9, 14, 15, 27, 38

Produk 3, 7, 8 , 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 23, 27, 28, 33, 35, 36, 38, 40, 41, 43

Proses Caron 7, 8, 9, 10, 12, 13, 35, 36, 37, 38, 41, 43

Proses HPAL 7, 8, 9, 13, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 43

R

Resin 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52 Roasting 27, 28, 30, 31, 32, 33

S

Saprolite 7, 35, 42

Self healing concrete 21, 22, 23 Single crystal 1, 5

Steel industry 15 Superplastisize 21, 24


(3)

| Majalah Metalurgi, V 25.1.2011, ISSN 0126-3188

T

Tegal Buleud - Sukabumi Selatan 15 Tegal Buleud- South Sukabumi 15 Titans iron sand 15


(4)

PANDUAN BAGI PENULIS

1. Penulis yang berminat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimuat di dalam majalah Metalurgi, diharuskan mengirim naskah asli dalam bentuk final baik hardcopy atau softcopy (dalam file doc), disertai pernyataan bahwa naskah tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang menunggu penerbitannya dalam media tertulis manapun. 2. Penulis diminta mencantumkan nama tanpa gelar, afiliasi kedudukan dan alamat emailnya

setelah judul karya tulisnya, dan ditulis dengan Times New Roman (TNR), jarak 1 spasi, font 12.

3. Naskah harus diketik dalam TNR font 12 dengan satu (1) spasi. Ditulis dalam bentuk hardcopy dengan kertas putih dengan ukuran A4 pada satu muka saja. Setiap halaman harus diberi nomor dan diusahakan tidak lebih dari 30 halaman

4. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, harus disertai dengan judul yang cukup ringkas dan dapat melukiskan isi makalah secara jelas. Judul ditulis dengan huruf kapital menggunakan TNR font 14 dan ditebalkan. Untuk yang berbahasa Indonesia, usahakanlah untuk menghindari penggunaan bahasa asing.

5. Isi naskah terdiri dari Judul naskah, Nama Pengarang dan Institusi beserta email, Intisari/Abstract, Pendahuluan, Tata Kerja/Prosedur Percobaan, Hasil Percobaan, Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Ucapan Terimakasih dan Riwayat Hidup. Pakailah bahasa yang baik dan benar, singkat tapi cukup jelas, rapi, tepat dan informatif serta mudah dicerna/dimengerti. Sub judul ditulis dengan huruf kapital TNR font 12, ditebalkan tanpa penomoran urutan sub judul, misalnya :

PENDAHULUAN

PROSEDUR PERCOBAAN, dan seterusnya.

6. Naskah harus disertai intisari pendek dalam bahasa Indonesia dan abstract dalam bahasa Inggris ditulis TNR 10 jarak 1 spasi diikuti dengan kata kunci/keywords ditulis miring. Isi dari intisari/abstract merangkum secara singkat dan jelas tentang :

•Tujuan dan Ruang Lingkup Litbang

•Metoda yang Digunakan

•Ringkasan Hasil

• Kesimpulan

7. Isi pendahuluan menguraikan secara jelas tentang :

• Masalah dan Ruang Lingkup

• Status Ilmiah dewasa ini

•Hipotesis

•Cara Pendekatan yang Diharapkan

• Hasil yang Diharapkan

8. Tata kerja/prosedur percobaan ditulis secara jelas sehingga dapat dipahami langkah- langkah percobaan yang dilakukan.

9. Hasil dan pembahasan disusun secara rinci sebagai berikut :

• Data yang disajikan telah diolah, dituangkan dalam bentuk tabel atau gambar, serta diberi keterangan yang mudah dipahami. Penulisan keterangan tabel diletakkan di atas tabel, rata kiri dengan TNR 10 dengan spasi 1. Kata tabel ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi tanda titik .

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I


(5)

PANDUAN BAGI PENULIS

Contoh : Tabel 1. Harga kekerasan baja SS 316L

Penulisan keterangan gambar ditulis di bawah gambar, rata kiri dengan TNR 10 jarak 1 spasi, format “in line with text”. Kata gambar ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi

tanda titik.

Contoh : Gambar 1. Struktur mikro baja SS 316L

• Pada bagian pembahasan terlihat adanya kaitan antara hasil yang diperoleh dengan konsep dasar dan atau hipotesis

• Kesesuaian atau pertentangan dengan hasil litbang lainnya

• Implikasi hasil litbang baik secara teoritis maupun penerapan 10.Kesimpulan berisi secara singkat dan jelas tentang :

• Esensi hasil litbang

Penalaran penulis secara logis dan jujur, fakta yang diperoleh

11.Penggunaan singkatan atau tanda-tanda diusahakan untu memakai aturan nasional atau internasional. Apabila digunakan sistem satuan maka harus diterapkan Sistem Internasional (SI)

12.Kutipan atau Sitasi

• Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format superscript) sesuai urutan.

• Angka kutipan ditulis sebelum tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, dengan tanda kurung

siku dan tidak ditebalkan (bold).

• Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama tersebut.

• Tidak perlu memakai catatan kaki.

• Urutan dalam Daftar Pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam naskah.

Contoh: Struktur mikro baja SS 316L[2].

13.Penyitiran pustaka dilakukan dengan memberikan nomor di dalam tanda kurung. Daftar pustaka itu sendiri dicantumkan pada bagian akhir dari naskah. Susunan penulisan dari pustaka sebagai berikut :

1. Buku dengan satu pengarang atau dua pengarang (hanya nama pengarang yang dibalik) :

[1] Peristiwady, Teguh. 2006. Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia : Petunjuk Identifikasi. Jakarta : LIPI Press.

[2] Bambang, Dwiloka dan Ratih Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta :

Rineka Cipta.

2. Buku dengan tiga pengarang atau lebih

[1] Suwahyono, Nurasih dkk. 2004. PedomanPenampilan Majalah Ilmiah Indonesia.

Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.

3. Buku tanpa nama pengarang, tapi nama editor dicantumkan.

[1] Brojonegoro, Arjuno dan Darwin (Ed.). 2005. Pemberdayaan UKM melalui Program Iptekda LIPI, Jakarta : LIPI Press.

4. Buku tanpa pengarang, tapi ditulis atas nama Lembaga.

[1] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006. Kamus Besar bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka.

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I


(6)

PANDUAN BAGI PENULIS

5. Artikel dari Jurnal/majalah dan koran (bila tanpa pengarang)

[1] Haris, Syamsudin. 2006.,,Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian di Indonesia”. Jurnal Penelitian Politik.: 67-76 Jakarta.

6. Artikel dari bunga rampai

[1] Oetama, Yacob. 2006.,, Tradisi Intelektualitas, Taufik Abdullah, Jurnalisme Makna”. Dalam A.B. Lapian dkk. (Ed.), Sejarah dan Dialog Peradaban. Jakarta : LIPI Press. 7. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan

[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis, Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

8. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan

[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis, Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

9. Tulisan Bersumber dari Internet

[1] Rustandy, Tandean. 2006 “Tekan Korupsi Bangun Bangsa”.

2007)

14.Ucapan terimakasih ditulis dengan huruf kapital TNR font 12 dan ditebalkan. Isi dari ucapan terimakasih ditulis dengan TNR 12 dan spasi 1.

15.Naskah yang dinilai kurang tepat untuk dimuat di dalam majalah akan dikirim kembali kepada penulis. Saran-saran akan diberikan apabila ketidak tepatan tersebut hanya disebabkan oleh format atau cara penyajian.

16.Penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran naskahnya.

17.Setiap penerbitan tidak ada dua kali atau lebih penulis utama yang sama. Apabila ada, salah satu naskahnya penulis utama tersebut ditempatkan pada penulis kedua.

Serpong, 8 Juni 2009 Redaksi Majalah Metalurgi

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I