KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2006

SALINAN

PUTUSAN
Perkara Nomor: 15/KPPU-L/2006

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (selanjutnya disebut Komisi)
yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1)
huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999), yang dilakukan oleh: ---------------------------------------------------------------------------

PT Pertamina (Persero) yang beralamat kantor di Jalan Medan Merdeka Timur 1A,
Jakarta, (selanjutnya disebut Terlapor) ;------------------------------------------------------------

telah mengambil Putusan sebagai berikut: ---------------------------------------------------------Majelis Komisi: ---------------------------------------------------------------------------------------Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini;----------------------Setelah mendengar keterangan Terlapor; ----------------------------------------------------------Setelah membaca Berita Acara Pemeriksaan (selanjutnya disebut BAP); ---------------------TENTANG DUDUK PERKARA

1.

Menimbang bahwa pada tanggal 28 Maret 2006, Komisi menerima laporan mengenai
adanya dugaan pelanggaran Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang berkaitan
dengan pendistribusian Elpiji di Sumatera Selatan ; ----------------------------------------


2.

Menimbang bahwa setelah Sekretariat Komisi melakukan penelitian dan klarifikasi,
laporan dinyatakan lengkap dan jelas;---------------------------------------------------------

3.

Menimbang bahwa atas laporan yang lengkap dan jelas tersebut, Rapat Komisi
tanggal 7 September 2006 menetapkan tindak lanjut laporan tersebut ke tahap
Pemeriksaan Pendahuluan; ---------------------------------------------------------------------

4.

Menimbang bahwa selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 28/PEN/KPPU/IX/2006 tanggal 18 September 2006, untuk
melakukan Pemeriksaan Pendahuluan terhitung sejak tanggal 2 Oktober 2006 sampai
dengan 17 November 2006;--------------------------------------------------------------------

5.


Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Pendahuluan, Komisi
menerbitkan Keputusan Nomor 128/KEP/KPPU/IX/2006 tanggal 18 September 2006

SALINAN
tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan
Pendahuluan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006;--------------------------------------------6.

Menimbang
Pendahuluan,

bahwa

untuk

Direktur

membantu
Eksekutif


Tim

Pemeriksa

menerbitkan

dalam

Surat

Pemeriksaan

Tugas

Nomor

297/SET/DE/ST/IX/2006 tanggal 18 September 2006 yang menugaskan Sekretariat
Komisi; -------------------------------------------------------------------------------------------7.

Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa telah

mendengar keterangan dari Pelapor dan Terlapor; ------------------------------------------

8.

Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa
menemukan adanya bukti awal yang cukup terhadap pelanggaran Pasal 15 ayat (1)
dan Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; --------------------

9.

Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Terlapor memberikan
tanggapan dan penjelasan tertulis terhadap Perkara No. 15/KPPU-L/2006; -------------

10.

Menimbang bahwa berdasarkan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa
merekomendasikan kepada Rapat Komisi agar pemeriksaan dilanjutkan ke tahap
Pemeriksaan Lanjutan; --------------------------------------------------------------------------

11.


Menimbang bahwa atas dasar rekomendasi Tim Pemeriksa Pendahuluan tersebut,
Komisi

menyetujui

dan

menerbitkan

Penetapan

Komisi

Nomor

37/PEN/KPPU/XI/2006 tanggal 20 Nopember 2006 tentang Pemeriksaan Lanjutan
Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006 terhitung sejak tanggal 20 Nopember 2006 sampai
dengan tanggal 13 Februari 2007; ------------------------------------------------------------12.


Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi menerbitkan
Keputusan Nomor 170/KEP/KPPU/XI/2006 tanggal 20 Nopember 2006 tentang
Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Pemeriksaan Lanjutan
Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006;-------------------------------------------------------------

13.

Menimbang bahwa untuk membantu Majelis Komisi dalam Pemeriksaan Lanjutan,
Direktur Eksekutif Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Direktur Eksekutif
Nomor 405/SET/DE/ST/XI/2006 tanggal 20 Nopember 2006; ---------------------------

14.

Menimbang bahwa Ketua Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 41/PEN/KPPU/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006,
tentang Pemberhentian Sementara Proses Penanganan Perkara di KPPU yang
menyesuaikan jangka waktu penanganan perkara No. 15/KPPU-L/2006 dalam tahap
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan yang semula adalah 20 Nopember 2006 sampai
dengan 13 Februari 2007 disesuaikan menjadi 20 Nopember 2006 sampai dengan
1 Maret 2007;-------------------------------------------------------------------------------------


hal. 2 dari 21

SALINAN
15.

Menimbang bahwa berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/P
Tahun 2006 tanggal 12 Desember 2006, telah diangkat 13 (tiga belas) orang anggota
Komisi periode 2006 sampai dengan 2011; --------------------------------------------------

16.

Menimbang bahwa untuk menyesuaikan formasi anggota Komisi yang ditugaskan
sebagai Tim Pemeriksa untuk menangani perkara Nomor 15/KPPU-L/2006, maka
diterbitkan Surat Keputusan Nomor 07/KEP/KPPU/I/2007 tanggal 18 Januari 2007
tentang penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa Lanjutan dalam
Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006, yang mencabut Keputusan
Nomor 170/KEP/KPPU/XI/2006 tanggal 20 November 2006 dan selanjutnya
menugaskan 3 (tiga) Anggota Komisi periode 2006 – 2011 sebagai Tim Pemeriksa
Lanjutan dalam Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006; --------------


17.

Menimbang bahwa berdasarkan hasil Rapat Majelis Komisi tanggal 27 Februari 2007
yang memutuskan untuk melakukan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi
menerbitkan Surat Keputusan Nomor 42/KEP/KPPU/III/2007 tentang Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006; ---------------------------------

18.

Menimbang bahwa Peraturan Komisi Nomor 1 Tahun 2006 mulai berlaku efektif
sejak tanggal 18 November 2006, maka istilah Majelis Komisi yang digunakan bagi
anggota Komisi yang ditugaskan untuk melakukan Pemeriksaan Lanjutan dan
Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan disesuaikan menjadi Tim Pemeriksa Lanjutan; --

19.

Menimbang bahwa untuk melaksanakan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi
menerbitkan Surat Keputusan Nomor 42.1/KEP/KPPU/III/2007 tanggal 2 Maret 2007
tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa Lanjutan dalam

Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006; ----------------

20.

Menimbang bahwa untuk membantu Majelis Komisi dalam Pemeriksaan Lanjutan,
Direktur Eksekutif Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Direktur Eksekutif
Nomor 76/SET/DE/ST/III/2007 tanggal 5 Maret 2007; ------------------------------------

21.

Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa telah mendengar
keterangan Terlapor, dan para Saksi;----------------------------------------------------------

22.

Menimbang bahwa identitas serta keterangan Terlapor dan Para Saksi telah dicatat
dalam BAP yang telah ditandatangani oleh Terlapor dan Para Saksi; --------------------

23.


Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan, Tim
Pemeriksa telah mendapatkan, meneliti dan menilai sejumlah surat dan atau dokumen,
BAP serta bukti-bukti lain yang telah diperoleh selama pemeriksaan dan
penyelidikan; -------------------------------------------------------------------------------------

24.

Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa
Lanjutan membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan yang berisi: ------------------24.1.

Identitas Terlapor:-----------------------------------------------------------------------

hal. 3 dari 21

SALINAN
24.1.1.

Bahwa Terlapor adalah pelaku usaha yang berbentuk badan hukum
yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia berupa suatu Perseroan Terbatas yang didirikan

berdasarkan Akta Pendirian Nomor 20 tanggal 17 September 2003
yang dibuat oleh Notaris Lenny Ishak S.H. dan disahkan dengan
Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia No.
C-24025.H.T.01.01.TH.2003

tanggal

9

Oktober

2003

dan

diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.
93 tanggal 21 November 2003 yang salah satu kegiatan usaha antara
lain adalah menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi
beserta hasil dan Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran
Liquified Natural Gas (selanjutnya disebut LNG) dan produk lain
yang dihasilkan dari kilang LNG;----------------------------------------24.2.

Tentang kegiatan usaha Terlapor di bidang Liquified Petroleum Gas
(selanjutnya disebut LPG):------------------------------------------------------------24.2.1.

Bahwa Terlapor merupakan satu-satunya pelaku usaha yang
memproduksi LPG untuk dipasarkan di Indonesia; --------------------

24.2.2.

Bahwa LPG hasil produksi Terlapor dipasarkan dengan merek
dagang Elpiji; ----------------------------------------------------------------

24.2.3.

Bahwa selama periode pemeriksaan, belum ada pelaku usaha lain
yang mau masuk ke pasar LPG di Indonesia karena harga jual LPG
di pasar Indonesia lebih rendah dari harga beli LPG atau ongkos
produksinya sehingga secara ekonomi tidak menguntungkan bagi
pelaku usaha lain untuk memasuki pasar LPG di Indonesia;----------

24.2.4.

Bahwa pasokan Elpiji Terlapor diperoleh dari pasokan kilang
Cilacap, Balongan dan Plaju dengan tingkat produksi 800.000
(delapan ratus ribu) sampai 900.000 (sembilan ratus ribu) ton per
tahun; -------------------------------------------------------------------------

24.2.5.

Bahwa untuk memenuhi kebutuhan LPG sebesar ± 1.100.000 (satu
juta seratus ribu) ton per tahun maka Terlapor harus membeli dari
dari kontraktor production sharing dan impor dengan total
pembelian sebesar 20% dari total kebutuhan LPG Terlapor;----------

24.2.6.

Bahwa selain Elpiji milik Terlapor terdapat 2 (dua) merek LPG lain
yang beredar di Indonesia yaitu My Gas dan Blue Gas, tetapi kedua
merek tersebut diproduksi oleh perusahaan yang memperoleh bahan
baku LPG dari Terlapor dengan jumlah penjualan 15 (lima belas)
ton per hari dan hanya dipasarkan di wilayah Jawa Barat; ------------

hal. 4 dari 21

SALINAN
24.3.

Tentang harga jual Elpiji milik Terlapor: -------------------------------------------24.3.1.

Bahwa Elpiji merupakan produk yang tidak disubsidi oleh
Pemerintah dan harga jual Elpiji ditetapkan oleh Terlapor
berdasarkan SK Direksi Terlapor; ----------------------------------------

24.3.2.

Bahwa kewenangan untuk menentukan harga jual Elpiji sampai di
tingkat agen berada di tangan Terlapor;----------------------------------

24.3.3.

Bahwa Terlapor hanya mengontrol harga dan margin keuntungan
penjualan Elpiji sampai pada tingkat agen (harga ex agen),
sedangkan harga jual di tingkat pengecer hingga konsumen tidak
diatur oleh Terlapor; --------------------------------------------------------

24.3.4.

Bahwa Terlapor menjual Elpiji ke pasar di bawah harga beli atau
ongkos produksinya yang besarannya berkisar antara Rp 6.000,(enam ribu rupiah) sampai dengan Rp 7.000,- (tujuh ribu rupiah) per
kg; -----------------------------------------------------------------------------

24.3.5.

Bahwa sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama Terlapor
No. Kpts-063/C00000/2004-S3 tanggal 17 Desember 2004, Elpiji
dijual kepada Agen dengan harga Rp 3.850,- (tiga ribu delapan lima
puluh rupiah) per kg, yang kemudian dijual Agen kepada sub Agen
atau retailer dengan harga Rp 4.250,- (empat ribu dua lima puluh
rupiah) per kg----------------------------------------------------------------

24.3.6.

Bahwa akibat menjual Elpiji dibawah ongkos produksinya
menyebabkan
Rp

Terlapor

menderita

kerugian

mencapai

2.400.000.000.000,- (dua triliun empat ratus milyar rupiah)

setiap tahun dan tidak ada subsidi dari Pemerintah atas kerugian
yang diderita oleh Terlapor; ----------------------------------------------24.3.7.

Bahwa

meskipun

Pemerintah

tidak

campur

tangan

dalam

menentukan harga jual Elpiji, tetapi Terlapor harus berkonsultasi
dengan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya
disebut Meneg BUMN) dalam rangka menaikkan harga jual Elpiji;24.3.8.

Bahwa pada tanggal 28 Desember 2005 Terlapor mengajukan surat
No. 1538/C00000/2005-S3 kepada Meneg BUMN yang pada
pokoknya berisi tentang kondisi bisnis Elpiji Terlapor dan
permohonan ijin untuk menyesuaikan/menaikkan harga jual Elpiji
pada tahun 2006; ------------------------------------------------------------

24.3.9.

Bahwa atas permohonan tersebut di atas Terlapor hanya mendapat
jawaban secara lisan yang pada prinsipnya tidak memperbolehkan
Terlapor untuk menaikkan harga jual Elpiji; ----------------------------

hal. 5 dari 21

SALINAN
24.4.

Distribusi Elpiji Terlapor:-------------------------------------------------------------24.4.1.

Bahwa pasokan LPG Terlapor yang berasal dari 3 (tiga) sumber
yaitu kilang milik Terlapor, Kontraktor Production Sharing dan
impor dikirim ke Depot Supply Point (selanjutnya disebut DSP)
Terlapor, yang kemudian di angkut menggunakan truk dan atau
kapal

untuk

didistribusikan

kepada

Stasiun

Pengisian

dan

Pengangkutan Bulk Elpiji (selanjutnya disebut SPPBE) dan Agen
Pengisian dan Pengangkutan Elpiji (selanjutnya disebut APPEL)
serta langsung kepada agen Elpiji;----------------------------------------.
24.4.2.

Bahwa SPPBE dan APPEL adalah pihak ketiga yang ditunjuk oleh
Terlapor dalam menyalurkan Elpiji ke pada agen; ---------------------

24.4.3.

Bahwa SPPBE dibangun apabila Depot LPG Terlapor sudah tidak
mampu memenuhi kebutuhan konsumen di daerah dimana SPBBE
dibangun dan apabila pengangkutan Elpiji bulk dari Depot Elpiji ke
lokasi SPPBE dapat ditempuh dengan angkutan darat secara layak;-

24.4.4.

Bahwa APPEL dibangun apabila pengangkutan Elpiji bulk dari
Depot LPG Terlapor ke lokasi APPEL memerlukan tambahan biaya
angkutan air atau kondisi jalan darat yang tidak layak; ----------------

24.4.5.

Bahwa alasan lain Terlapor mendirikan APPEL adalah untuk
menekan biaya angkut tabung Elpiji karena mengangkut dalam
jumlah besar/bulk dapat menghemat biaya angkut serta untuk
meminimalkan resiko kecelakaan dalam pengangkutan di atas kapal;

24.4.6.

Bahwa secara umum APPEL menanggung resiko usaha yang lebih
besar dibanding SPPBE dengan perbedaan sistem distribusi Elpiji
sebagai berikut:--------------------------------------------------------------

Keterangan

SPPBE

Pembelian komoditi bulk
Elpiji

Konsinyasi

Biaya
angkutan
dari
Depot Pertamina ke lokasi
SPPBE/APPEL & Filling
Fee
Sistem Pembelian Agen

Ditanggung Pertamina

Harga beli Elpiji oleh
Agen

Ditetapkan
oleh
Pertamina,
besarnya sama dengan harga beli
Agen di Depot Pertamina

Harga Eceran dari Agen

Ditetapkan
Pertamina
untuk
radius 60 KM SPPBE di seluruh

Agen mengisi elpiji di SPPBE
atas dasar DO dari Pertamina

APPEL
Membeli dari Pertamina dengan
harga yang sama dengan harga
agen Elpiji
Ditanggung
APPEL,
dan
dibebankan kepada harga jual
APPEL ke Agen.
Agen dapat membeli langsung ke
APPEL atau DSP Pertamina
terdekat
Ditetapkan Pertamina, besarnya
sama dengan harga beli Agen di
Depot LPG + Filling Fee +
Transportation Fee + Tunjangan
Operasional
Ditetapkan Pertamina untuk
radius 60 Km dari APPEL sama

hal. 6 dari 21

SALINAN
Indonesia (one price policy)
Lama Perjanjian

24.4.7.

Perjanjian Pengusahaan SPPBE
maksimal 10 tahun

dengan harga jual dari APPEL +
margin Agen
Perjanjian Pengusahaan APPEL
maksimal 20 Tahun

Bahwa SPPBE mengisi Elpiji ke dalam tabung-tabung yang dibawa
oleh Agen berdasarkan delivery order yang telah ditebus oleh agen
Elpiji ke Terlapor untuk kemudian dijual kepada masyarakat melalui
sub agen atau retailer; ------------------------------------------------------

24.4.8.

Bahwa ongkos kirim dan ongkos pengisian ke tabung yang
dilakukan oleh SPPBE ditanggung oleh Terlapor;----------------------

24.4.9.

Bahwa APPEL membeli Elpiji secara putus dari Terlapor, dan
ongkos kirim serta biaya pengisian ke tabung ditanggung oleh
APPEL dan akan dibebankan kedalam harga jual kepada agen
Elpiji; -------------------------------------------------------------------------

24.4.10. Bahwa selama proses pemeriksaan berlangsung hanya 2 (dua)
APPEL yang ditunjuk oleh Terlapor yaitu di Lombok dan Pulau
Bangka, sedangkan yang di Pontianak masih dalam proses
pendirian;--------------------------------------------------------------------24.5.

Perjanjian keagenan Elpiji antara Terlapor dengan agen Elpiji: -----------------24.5.1.

Bahwa Terlapor menunjuk agen sebagai penyalur Elpiji untuk lokasi
atau daerah tertentu dan agen tidak diperbolehkan menjual Elpiji di
luar batas-batas daerah pemasaran yang ditetapkan Terlapor,
terkecuali terlebih dahulu mendapat ijin tertulis dari Terlapor;-------

24.5.2.

Bahwa pengawasan yang dilakukan Terlapor terhadap peredaran
Elpiji dilakukan dengan memberi tanda di tiap segel sehingga
diketahui sumber pasokan Elpiji; -----------------------------------------

24.5.3.

Bahwa agen tidak diperkenankan membeli Elpiji dari agen lain dan
atau perusahaan lain kecuali mendapat ijin tertulis dari Terlapor;----

24.5.4.

Bahwa setelah Elpiji diserahkan Terlapor kepada agen maka segala
resiko kerugian dan sebagainya menjadi beban dan tanggung jawab
agen. --------------------------------------------------------------------------

24.6.

Pedoman Penyelenggaraan APPEL:-------------------------------------------------24.6.1.

Bahwa pengusahaan APPEL diberikan kepada pihak swasta
nasional dibawah pengawasan Terlapor dan diutamakan badan
hukum yang berdomisili di daerah APPEL berada; --------------------

24.6.2.

Bahwa dalam penyelenggaraan pengusahaan APPEL antara
Terlapor

dengan

APPEL

diikat

dengan

Surat

Perjanjian

hal. 7 dari 21

SALINAN
Pengusahaan Agen Pengangkutan dan Pengisian Elpiji yang belaku
untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun;------------------------------24.6.3.

Bahwa

seluruh

biaya

pembangunan,

perbaikan

dan

biaya

pemeliharaan atas peralatan dan kelengkapan APPEL termasuk
perijinan sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab APPEL;-Bahwa APPEL wajib mempunyai working stock (Elpiji yang bisa

24.6.4.

disalurkan dan sudah siap dalam tabung) sekurang-kurangnya 25%
dari jumlah penjualan dalam tabung; ------------------------------------24.6.5.

Bahwa APPEL tidak diperkenankan melakukan pengisian dan
penjualan langsung kepada konsumen baik industri maupun rumah
tangga yang bukan agen resmi Terlapor;---------------------------------

24.7.

Distribusi Elpiji di Pulau Bangka Sebelum adanya APPEL: ---------------------24.7.1.

Bahwa Sebelum APPEL berdiri di Pulau Bangka, Terlapor
menunjuk 3 (tiga) agen untuk memasarkan Elpiji di Pulau Bangka
yaitu PT Sinar Mercu Kencana, PT Niaga Utama Pura Prima dan
PT Rahardja Wira Sakti; ---------------------------------------------------

24.7.2.

Bahwa ketiga agen tersebut pada butir 24.7.1 membeli Elpiji di DSP
Pulau Layang; ---------------------------------------------------------------

24.7.3.

Bahwa Terlapor melalui surat GM UPMS II No. 022/E22000/2005S3 tanggal 2 Maret 2005 mengatur tentang harga penjualan Elpiji
dari Pertamina kepada agen di Sumatera Bagian Selatan (termasuk
agen di Pulau Bangka-Belitung), dengan perincian sebagai berikut:-

No.

Uraian

Per Kg
(Rp)

1

Harga Pokok

2

Margin Pertamina

3

Harga ex Pertamina sebelum pajak

4

PPN 10%

5

Harga jual Pertamina kepada Agen

6

Margin agen Elpiji

7

PPN atas Margin

8

Harga jual ex agen Elpiji

24.7.4.

3.243,88
282,48
3.526,36
352,64

Tabung Isi
6 Kg (Rp)

12 Kg (Rp)

19.463,28

38.926,56

162.194,00

3.389,76

14.124,00

1.694,88

42.316,32
4.231,68

176.318,00
17.632,00

23.274,00

46.548,00

193.950,00

337,28

2.023,68

4.047,36

16.864,00

33,72

202,32

404,64

1.686,00

4.250,00

25.500,00

51.000,00

212.500,00

3.879,00

21.156,16
2.115,84

50 Kg (Rp)

Bahwa dalam mengangkut elpiji dari DSP Pulau Layang ke
pelabuhan Muntok di Pulau Bangka, agen menggunakan jasa pihak
transporter dengan ongkos angkut tertinggi pada bulan Desember

hal. 8 dari 21

SALINAN
2005 sebesar Rp 17.500,- (tujuh belas ribu lima ratus rupiah) per
tabung 12 Kg;---------------------------------------------------------------24.7.5.

Bahwa dengan mempertimbangkan ongkos angkut tersebut, maka
Terlapor menetapkan harga jual Agen sebesar Rp 68.000,- (enam
puluh delapan ribu rupiah) per tabung. Namun harga yang terbentuk
di tingkat konsumen sebesar Rp 75.000,- (tujuh puluh lima ribu
rupiah) per tabung 12 Kg;--------------------------------------------------

24.8.

Keberadaan APPEL di Pulau Bangka: ----------------------------------------------24.8.1.

Latar Belakang Pendirian APPEL di Pulau Bangka;------------------24.8.1.1. Bahwa untuk menurunkan harga beli agen di Pulau
Bangka dan alasan keamanan atas tabung Elpiji, Terlapor
menyetujui proposal/usulan PT Bina Mulia Jaya Abadi
agar ditunjuk sebagai APPEL di Pulau Bangka; ----------24.8.1.2. Bahwa sebelum ditunjuk sebagai APPEL PT Bina Mulia
Jaya Abadi mengajukan proposal bisnis dan setelah
dinilai kelayakannya oleh Terlapor, diberikan ijin
persetujuan Prinsip Pengusahaan APPEL pada tanggal
19 Maret 2003;-------------------------------------------------24.8.1.3. Bahwa APPEL di Pulau Bangka mulai beroperasi pada
tanggal 3 Maret 2006 dengan kronologis sebagai berikut:
24.8.1.3.1. Tanggal

23

permohonan

Oktober

2002

kepada

mengajukan

Terlapor

untuk

mendirikan APPEL di Pulau Bangka; ---------24.8.1.3.2. Tanggal 12 Nopember 2002 memo dari GM
LPG & Produk Khusus Terlapor kepada GM
UPMS

II

Palembang

untuk

mengkaji

kemungkinan pendirian APPEL di Pulau
Bangka;--------------------------------------------24.8.1.3.3. Proposal permohonan PT Bina Mulia Jaya
Abadi sebagai APPEL di Pulau Bangka
mendapat dukungan dari Gubernur Propinsi
Bangka

Belitung

melalui

surat

No. 542/948/III/02 tanggal 27 Nopember 2002
yang

pada

intinya

mendukung

rencana

pembangunan APPEL PT Bina Mulia Jaya
Abadi; ----------------------------------------------

hal. 9 dari 21

SALINAN
24.8.1.3.4. Tanggal 19 Maret 2003 Terlapor melalui
Direktur Hilir memberikan persetujuan prinsip
pengusahaan APPEL di Pulau Bangka kepada
PT Bina Mulia Jaya Abadi; ---------------------24.8.1.3.5. Tanggal

17

Pebruari

2006

Terlapor

mengeluarkan ijin operasi APPEL PT Bina
Mulia Jaya Abadi di Muntok Pulau Bangka; -24.9.

Kondisi setelah Penunjukan PT Bina Mulia Jaya Abadi sebagai APPEL di
Pulau Bangka; --------------------------------------------------------------------------24.9.1.

Bahwa PT Bina Mulia Jaya Abadi ditunjuk sebagai APPEL
berdasarkan Surat Perjanjian Pengusahaan dan Penggunaan Agen
Pengangkutan dan Pengisian Elpiji No. SPB-2958/F10000/2006-S3
tanggal 10 Nopember 2006 antara Terlapor dengan PT Bina Mulia
Jaya Abadi; ------------------------------------------------------------------

24.9.2.

Bahwa APPEL mengangkut Elpiji dalam bulk dengan sarana Skid
Tank yang rata-rata berkapasitas 7.500 (tujuh ribu lima ratus) Kg; --

24.9.3.

Bahwa sesuai dengan SK 058/E22000/2006-S3 maka harga jual
elpiji dari Terlapor kepada agen di Pulau Bangka diatur dengan
rincian sebagai berikut:-----------------------------------------------------

No.

Uraian

Per Kg
(Rp)

Tabung Isi
6 Kg (Rp)

12 Kg (Rp)

50 Kg (Rp)

3.879,00

23.274,00

46.548,00

193.950,00

152,00

912,00

1.824,00

7.600,00

1

Penebusan Elpiji APPEL di Depot

2

Biaya Pengisian / Filling fee

3

Biaya Transport fee darat eks P.
Layang

24,00

144,00

288,00

1.200,00

4

Transport Laut (penyeberangan)

600,00

3.600,00

7.200,00

30.000,00

193,95

1.163,70

2.327,40

9.697,50

4.848,95

29.093,70

58.187,40

242.447,50

463,37

2.780,22

5.560,44

23.168,50

5.312,32

31.873,92

63.747,84

265.616,00

31.875,00

63.750,00

265.320,00

215,41

1.292,46

2.584,92

10.770,50

5.527,73

33.167,46

66.334,92

276.090,50

5.527,73

33.170,00

66.335,00

276.390,00

5
6
7
8
9
10
11
12

Tunjangan Operasi termasuk profit
APPEL
Total harga jual APPEL di
Muntok ke Agen
Margin Agen
Total harga jual ke konsumen di
Muntok
Pembulatan harga Jual Elpiji di
Muntok
Transport darat Muntok - Pkl.
Pinang
Harga jual Agen Elpiji di Pkl.
Pinang
Pembulatan harga jual Agen di Pkl.
Pinang

24.10. Larangan Terlapor kepada agen di Pulau Bangka untuk membeli Elpiji di DSP
Pulau Layang: ---------------------------------------------------------------------------

hal. 10 dari 21

SALINAN
24.10.1. Bahwa melalui Surat GM UPMS II Terlapor mengeluarkan surat
No. 057/E22000/2006-S3 tanggal 3 Maret 2006 yang pada
pokoknya menyampaikan terhitung mulai tanggal 3 Maret 2006
APPEL di Muntok, Pulau Bangka resmi beroperasi dan kebutuhan
Elpiji untuk Agen di Pulau Bangka dilayani oleh APPEL dan tidak
lagi dilayani di DSP Pulau Layang; -------------------------------------24.10.2. Bahwa Surat No. 057/E22000/2006-S3 berupa larangan pembelian
Elpiji di DSP Pulau Layang diterbitkan karena Terlapor pada intinya
mengharuskan agen di Pulau Bangka dapat membeli Elpiji di
APPEL Muntok Pulau Bangka dengan pertimbangan harga yang
lebih murah dibanding membeli di DSP Pulau Layang; -------------24.10.3. Bahwa setelah terbitnya Surat No. 057/E22000/2006-S3 harga ex
agen yang ditetapkan oleh Terlapor turun menjadi Rp 63.747,(enam puluh tiga ribu tujuh ratus empat puluh tujuh rupiah) per
tabung 12 Kg. Hal ini disebabkan karena agen tidak lagi
menanggung biaya tambahan sebesar Rp 17.500,- (tujuh belas ribu
lima ratus rupiah) namun turun menjadi Rp 11.639,40,- (sebelas ribu
enam ratus tiga puluh sembilan koma empat puluh rupiah) dengan
rincian sebagai berikut:----------------------------------------------------No.
1
2
3
4

Uraian
Biaya Pengisian / Filling fee
Biaya Transport fee darat eks
P. Layang
Transport Laut
(penyeberangan)
Tunjangan Operasi termasuk
profit APPEL

12 Kg
(Rp)
1.824,00
288,00
7.200,00
2.327,40

24.10.4. Bahwa berdasarkan surat GM No. 058/E22000/2006-S3 agen di
Pulau Bangka akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 5.560,44,(lima ribu lima ratus enam puluh koma empat puluh empat rupiah)
per tabung 12 Kg tetapi kenyataan di lapangan, keuntungan yang
diperoleh agen lebih rendah dari yang ditetapkan oleh Terlapor. Hal
ini terjadi karena:-----------------------------------------------------------24.10.4.1.

APPEL melakukan penjualan langsung melalui tokotoko dengan harga berkisar antara Rp 60.000,- (enam
puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp. 61.000,- (enam
puluh satu ribu rupiah); -------------------------------------

hal. 11 dari 21

SALINAN
24.10.4.2.

Salah satu pemegang saham PT. Niaga Utama Pura
Prima membeli elpiji secara langsung dari agen di
Palembang dan memasarkannya ke Pulau Bangka
dengan harga antara Rp 60.000,- (enam puluh ribu
rupiah) sampai dengan Rp 63.000,- (enam puluh tiga
ribu rupiah) per tabung 12 kg; -----------------------------

24.10.5. Sejak beroperasinya APPEL, PT. Niaga Utama Pura Prima sebagai
salah satu agen di pulau Bangka tidak lagi mendistribusikan Elpiji
dengan alasan sebagai berikut: -------------------------------------------24.10.5.1.

Adanya kerugian yang ditanggung oleh PT. Niaga
Utama Pura Prima karena DO (delivery order) terakhir
sebanyak 5.000 (lima ribu) tabung yang seharusnya
diambil di DSP Pulau Layang dialihkan ke APPEL
dengan jumlah yang berbeda yaitu sebanyak 4.012
(empat ribu dua belas) tabung;-----------------------------

24.10.5.2.

Adanya elpiji yang beredar di pasaran dengan harga
yang lebih rendah dibanding dengan harga beli dari
APPEL sehingga PT Niaga Utama Pura Prima merasa
kesulitan memasarkan elpiji dari APPEL; ---------------

24.10.5.3.

Kesulitan dalam memasarkan Elpiji karena APPEL
menjual secara

langsung kepada konsumen dengan

harga Rp 60.000,- (enam puluh ribu rupiah); -----------24.11. Pencabutan Surat No. 057/E22000/2006-S3;---------------------------------------24.11.1. Pada tanggal 14 Pebruari 2007 Terlapor menerbitkan surat
No. 153/F12000/2007-S3 yang berisi sebagai berikut: ---------------24.11.1.1.

Terhitung mulai tanggal 14 Pebruari 2007 surat
No. 057/E22000/2006-S3 tanggal 3 Maret 2006 dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku lagi; ------------------------

24.11.1.2.

Dengan dicabutnya surat tersebut, selanjutnya agen
Elpiji di Propinsi Bangka Belitung dapat membeli
Elpiji di LPG Filling Plant Pulau Layang atau
mengisi/membeli di APPEL Bangka;---------------------

24.11.2. Setelah keluarnya surat No. 153/F12000/2007-S3 tersebut di atas,
PT Raharja Wira Sakti dan PT Sinar Mercu Kencana selaku agen
masih mengambil pasokan Elpiji di APPEL Muntok, sedangkan
PT Niaga Utama Pura Prima akan mempertimbangkan apakah akan
membeli Elpiji di DSP Pulau Layang atau di APPEL Muntok; ------

hal. 12 dari 21

SALINAN
24.12. Fakta-fakta lain: ------------------------------------------------------------------------24.12.1. Bahwa sejak beroperasinya APPEL di Pulau Bangka hingga
pemeriksaan ini berlangsung, salah satu agen yaitu PT Niaga Utama
Pura Prima tidak pernah melakukan pengisian dan pendistribusian
elpiji dari APPEL; ---------------------------------------------------------24.12.2. Bahwa hal tersebut disamping disebabkan oleh alasan sebagaimana
butir 24.10.5, juga disebabkan adanya konflik pribadi antara salah
satu pemilik PT Niaga Utama Pura Prima dengan pemilik APPEL; 24.12.3. Bahwa tidak berjalannya fungsi agen yang seharusnya dilakukan
oleh PT Niaga Utama Pura Prima menyebabkan APPEL melakukan
inisiatif untuk menjual langsung elpiji ke toko-toko dengan
mengatasnamakan agen PT Rahardja Wira Sakti; ---------------------24.12.4. Bahwa tindakan sebagaimana dijelaskan pada butir 24.12.3
merupakan pelanggaran terhadap Surat Perjanjian yang telah dibuat
atau disepakati antara PT Niaga Utama Pura Prima dengan Terlapor
dan APPEL dengan Terlapor; --------------------------------------------24.12.5. Bahwa pelanggaran tersebut telah berlangsung selama kurang lebih
10 bulan dan Terlapor hanya memberikan surat peringatan; --------24.12.6. Bahwa Wira Penjualan LPG & Produk Gas UPMS II yang
mempunyai tugas merespon bentuk-bentuk pelanggaran di lapangan,
telah lalai melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk mengawasi
pendistribusian Elpiji di wilayah Palembang dan Pulau Bangka; ---24.12.7. Bahwa Terlapor mengakui adanya Elpiji yang berasal dari retailer
yang membeli dari agen di Palembang dan memasarkannya di Pulau
Bangka;----------------------------------------------------------------------24.12.8. Bahwa Terlapor tidak mengetahui struktur ongkos angkut yang
ditanggung oleh retailer Elpiji di Pulau Bangka yang membeli dari
agen di Palembang sehingga tidak bisa memastikan bagaimana cara
penentuan harga jual retailer tersebut;-----------------------------------24.12.9. Bahwa menurut PT Sekar Musi Eka Raya struktur ongkos
transportasi

terakhir

setelah

beroperasinya

APPEL

sebesar

Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut;
NO
1
2
3

Keterangan
Ongkos buruh menaikkan tabung Elpiji dari
Gudang agen ke Truk
Ongkos Truk dari gudang ke pelabuhan di
Muntok
Ongkos buruh menurunkan tabung Elpiji dari
Truk ke kapal

Nilai (Rp)
250,00

Satuan
Tabung

1.000,00

Tabung

250,00

Tabung

hal. 13 dari 21

SALINAN
4
5
6
7
8
9
10
11
12

25.

Ongkos kapal berlayar dari pelabuhan
Muntok ke pulau layang
Ongkos buruh menurunkan tabung Elpiji dari
kapal ke Truk
Ongkos Truk dari pelabuhan ke tangki
pengisian
Ongkos Truk dari pengisian ke pelabuhan di
pulau Layang
Ongkos buruh turun dari Truk ke kapal
Ongkos kapal berlayar dari pulau Layang ke
pelabuhan di Muntok
Ongkos buruh menurunkan tabung dari kapal
ke Truk
Ongkos Truk dari pelabuhan di Muntok ke
gudang Agen
Ongkos menurunkan dari Truk ke gudang
TOTAL

1.100,00

Tabung

250,00

Tabung

1.000,00

Tabung

1.000,00

Tabung

250,00
2.000,00

Tabung
Tabung

250,00

Tabung

2.400,00

Tabung

250,00
10.000,00

Tabung
Tabung

Menimbang bahwa Tim Pemeriksa Lanjutan telah menyampaikan Laporan Hasil
Pemeriksaan Lanjutan kepada Komisi untuk dilaksanakan Sidang Majelis Komisi; ---

26.

Menimbang bahwa selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 15/PEN/KPPU/IV/2007 tanggal 16 April 2007, untuk
melaksanakan Sidang Majelis Komisi terhitung sejak tanggal 17 April 2007 sampai
dengan 30 Mei 2007; ----------------------------------------------------------------------------

27.

Menimbang bahwa untuk melaksanakan Sidang Majelis Komisi, Komisi menerbitkan
Keputusan Nomor 80/KEP/KPPU/IV/2007 tanggal 16 April 2007 tentang Penugasan
Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi Perkara
Nomor 15/KPPU-L/2006;-----------------------------------------------------------------------

28.

Menimbang bahwa untuk membantu Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi,
maka Direktur Eksekutif Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor
157/SET/DE/ST/II/2007 tanggal 14 Februari 2007;-----------------------------------------

29.

Menimbang bahwa resume Hasil Pemeriksaan Lanjutan telah disampaikan kepada
Terlapor;-------------------------------------------------------------------------------------------

30.

Menimbang bahwa pada tanggal 10 Mei 2007 Majelis Komisi telah menerima
pendapat atau pembelaan dari Terlapor yang pada pokoknya berisi; --------------------30.1.

Bahwa tujuan Terlapor mendirikan atau membuat APPEL dalam rangka
pemasaran/penjualan dan pendistribusian Elpiji adalah untuk menciptakan
suatu produk yang kualitas dan kuantitasnya terjamin serta harganya
terjangkau oleh masyarakat; -----------------------------------------------------------

30.2.

Dalam hal penyimpangan dalam pelaksanaan di lapangan sesuai resume hasil
pemeriksaan lanjutan yang menyebutkan adanya konflik pribadi antar pemilik,
maka hal tersebut adalah diluar skema bisnis Terlapor;----------------------------

hal. 14 dari 21

SALINAN
30.3.

Apabila Terlapor dengan adanya surat GM No. 057/E22000/2006-S3 tanggal 3
Maret 2006 dianggap melanggar pasal 15 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a
Undang-undang No. 5 tahun 1999, maka surat tersebut telah dicabut dengan
diterbitkannya surat No. 153/F12000/2007-S3 tanggal 14 Februari 2007; ------

31.

Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Komisi menilai telah mempunyai bukti dan
penilaian yang cukup untuk mengambil Putusan; -------------------------------------------

TENTANG HUKUM
1.

Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, pendapat atau
pembelaan Terlapor, surat, dokumen dan alat bukti lainnya Majelis Komisi menilai
dan menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: -------------------------------------------------1.1.

Bahwa Terlapor adalah PT Pertamina (Persero) sebagaimana telah diuraikan
pada butir 24.1.1 tentang Duduk Perkara yang menjalankan kegiatan usaha
dibidang minyak dan gas bumi merupakan subyek hukum yang memenuhi
persyaratan untuk dijadikan sebagai Terlapor dalam perkara a quo; -------------

1.2.

Pasar Bersangkutan; --------------------------------------------------------------------Bahwa pasar bersangkutan dalam perkara ini adalah pendistribusian elpiji di
Pulau Bangka yang masuk dalam wilayah operasional PT Pertamina (Persero)
UPMS II Palembang, Sumatera Selatan;----------------------------------------------

1.3.

Posisi dominan Terlapor dalam penjualan Elpiji di Pulau Bangka; --------------Bahwa Terlapor merupakan satu-satunya pelaku usaha yang memproduksi
Elpiji untuk dipasarkan di Pulau Bangka; --------------------------------------------

1.4.

Perjanjian keagenan LPG antara Terlapor dengan agen; --------------------------1.4.1 Bahwa agen di Pulau Bangka memperoleh ijin dari Terlapor untuk
hanya mendistribusikan dan memasarkan Elpiji di wilayah Pulau
Bangka; --------------------------------------------------------------------1.4.2

Bahwa agen di Pulau Bangka membeli dengan sistem beli putus
dari Terlapor, tetapi Terlapor menetapkan harga jual tertinggi yang
diperbolehkan bagi para agen; -------------------------------------------

1.4.3

Bahwa penetapan harga jual tertinggi oleh Terlapor terkait dengan
tindakan pemerintah yang tidak menyetujui usulan kenaikan harga
jual Elpiji;-------------------------------------------------------------------

1.4.4

Bahwa

Elpiji

merupakan

komoditas

bebas,

namun

pada

kenyataannya Pemerintah mengatur atau setidak-tidaknya ikut
mengatur pemasaran Elpiji terutama dalam penentuan harga jual
tertinggi; --------------------------------------------------------------------

hal. 15 dari 21

SALINAN
1.4.5

Bahwa dengan demikian perjanjian antara Terlapor dengan agen
bukan merupakan bentuk perjanjian yang bertujuan untuk
membatasi agen dalam mendistribusikan dan memasarkan Elpiji;--

1.5. Perjanjian Pengusahaan dan Penggunaan Agen Pengangkutan dan
Pengisian Elpiji antara Terlapor dengan APPEL; -----------------------------1.5.1. Bahwa PT. Bina Mulia Jaya Abadi selaku APPEL hanya
diperkenankan menjual Elpiji kepada agen yang ditunjuk oleh
Terlapor dan dilarang melakukan penjualan langsung kepada
konsumen baik industri maupun rumah tangga; ----------------------1.5.2. Bahwa keberadaan APPEL bertujuan untuk mendistribusikan Elpiji
di Pulau Bangka kepada konsumen melalui agen agar tercapai
harga jual yang lebih murah dibandingkan sebelum adanya
APPEL; --------------------------------------------------------------------1.5.3. Bahwa pengaturan penjualan Elpiji yang dilakukan oleh Terlapor
kepada APPEL dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan Elpiji di
masing-masing agen dengan harga yang lebih murah; --------------1.5.4. Bahwa dengan demikian perjanjian pengusahaan dan penggunaan
agen pengangkutan dan pengisian elpiji antara Terlapor dengan
APPEL dalam hal pengaturan penjualan Elpiji yang dilakukan oleh
Terlapor kepada APPEL bukan merupakan bentuk pembatasan
penjualan;------------------------------------------------------------------1.6. Larangan pengisian Elpiji di DSP Pulau Layang; -----------------------------1.6.1. Bahwa pelarangan pengisian Elpiji di DSP diberlakukan setelah
APPEL beroperasi di Pulau Bangka, namun sejak 14 Februari
2007 Terlapor mencabut surat larangan tersebut dan mengijinkan
agen di Pulau Bangka untuk memilih pengisian di DSP Pulau
Layang atau di APPEL; --------------------------------------------------1.6.2. Bahwa dengan demikian larangan pengisian Elpiji di DSP sudah
tidak berlaku lagi;---------------------------------------------------------1.7. Harga jual Elpiji di Pulau Bangka; ----------------------------------------------1.7.1. Bahwa keberadaan APPEL dimaksudkan untuk menurunkan harga
beli Elpiji oleh agen sehingga harga jual dari agen ke konsumen
menjadi lebih murah dibandingkan sebelum adanya APPEL; ------1.7.2. Bahwa sebelum ada APPEL harga beli agen untuk tabung 12 kg
sebesar Rp 64.000,- (enam puluh empat ribu rupiah) dan harga jual
ex agen yang ditetapkan Terlapor sebesar Rp 68.000,- (enam puluh
delapan ribu rupiah), sedangkan harga yang terbentuk di tingkat

hal. 16 dari 21

SALINAN
konsumen berkisar Rp 75.000,- (tujuh puluh lima ribu rupiah) per
tabung; ---------------------------------------------------------------------1.7.3. Bahwa setelah ada APPEL harga beli agen sebesar Rp 58.000,(lima puluh delapan ribu rupiah), sedangkan harga jual ex agen
yang ditetapkan oleh Terlapor Rp 63.000,- (enam puluh tiga ribu
rupiah), dan harga yang dijual ditingkat konsumen berkisar
Rp 65.000,- (enam puluh lima ribu rupiah) per tabung 12 kg ; -----1.7.4. Bahwa dengan demikian keberadaan APPEL di Pulau Bangka
menyebabkan harga jual Elpiji di tingkat konsumen menjadi lebih
murah;----------------------------------------------------------------------2.

Menimbang bahwa Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
menyatakan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya
akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada
pihak tertentu dan atau tempat tertentu”; ----------------------------------------------------

3.

Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran
Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi
mempertimbangkan unsur-unsur dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------3.1

Pelaku usaha:-----------------------------------------------------------------------------3.1.1

Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 5 Undangundang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama

melalui

perjanjian,

menyelenggarakan

berbagai

kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; -------------------------------------3.1.2

Bahwa berdasarkan Akta Pendirian Terlapor Nomor 20 tanggal 17
September 2003, dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak SH Notaris di
Jakarta dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman dan
HAM RI nomor. C-242025 HT.01.01. TH 2003 tanggal 9 Oktober 2003
adalah pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1
angka 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; ----------------------------

3.1.3
3.2

Bahwa dengan demikian unsur pelaku usaha terpenuhi; - - - - - - - - - - - - - - -

Unsur Perjanjian yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang
dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan
atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau tempat tertentu; -----------------

hal. 17 dari 21

SALINAN
3.2.1

Bahwa Terlapor membuat perjanjian dengan PT Bina Mulia Jaya Abadi
selaku APPEL yang mengharuskan APPEL menjual Elpiji hanya
kepada agen yang berada di pulau Bangka dan dilarang menjual kepada
pihak yang bukan agen di Pulau Bangka; ------------------------------------

3.2.2

Bahwa sebagaimana dijelaskan pada butir 1.4 dan 1.5 maka perjanjian
antara Terlapor dengan agen dan Terlapor dengan APPEL bukan
merupakan perjanjian sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (1)
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; --------------------------------------

3.2.3

Bahwa dengan demikian unsur perjanjian yang memuat persyaratan
bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok
atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak
tertentu dan atau tempat tertentu tidak terpenuhi. -------------------------

3.3

Menimbang bahwa karena unsur perjanjian yang memuat persyaratan bahwa
pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak
memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau
tempat tertentu tidak terpenuhi maka Majelis Komisi tidak perlu membuktikan
unsur lainnya; -----------------------------------------------------------------------------

4.

Menimbang bahwa Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
menyatakan “Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk:-----------------------------------------------------a. Menetapkan syarat-sarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau
menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing baik
dari segi harga maupun kualitas; ----------------------------------------------------------

5.

Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran
Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi
mempertimbangkan unsur-unsur dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 sebagai berikut: -------------------------------------------------------5.1.

Pelaku Usaha; ----------------------------------------------------------------------------5.1.1. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 5 Undangundang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam
bidang ekonomi; -----------------------------------------------------------------5.1.2. Bahwa berdasarkan Akta Pendirian Terlapor Nomor 20 tanggal 17
September 2003, dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak SH Notaris di

hal. 18 dari 21

SALINAN
Jakarta dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman dan
HAM RI nomor. C-242025 HT.01.01. TH 2003 tanggal 9 Oktober 2003
adalah pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1
angka 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; ----------------------------5.1.3. Bahwa dengan demikian unsur pelaku usaha terpenuhi;------------------5.2.

Posisi dominan; --------------------------------------------------------------------------5.2.1. Bahwa yang dimaksud posisi dominan dalam Pasal 1 angka 4 Undangundang Nomor 5 Tahun 1999 adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak
mempunyai pesaing yang berarti dipasar yang bersangkutan dalam
kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha yang
mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya di pasar bersangkutan
dalam kaitan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan
atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau
permintaan barang atau jasa tertentu; -----------------------------------------5.2.2. Bahwa Terlapor merupakan satu-satunya pemasok Elpiji di Indonesia,
termasuk didalamnya wilayah Pulau Bangka; -------------------------------5.2.3. Bahwa dengan demikian unsur posisi dominan terpenuhi; ----------------

5.3.

Menetapkan syarat-syarat perdagangan; ----------------------------------------------5.3.1. Bahwa Terlapor telah menerbitkan surat No. 057/E22000/2006-S3 yang
pada pokoknya melarang agen Elpiji di Pulau Bangka untuk membeli
dan mengisi Elpiji di DSP Pulau Layang dan harus mengisi di APPEL
Muntok terhitung mulai tanggal 3 Maret 2006; -----------------------------5.3.2. Bahwa sebagaimana dijelaskan pada butir 1.6 Terlapor telah mencabut
surat larangan pengisian Elpiji di DSP Pulau Layang dan memberikan
kebebasan kepada agen di Pulau Bangka untuk memilih tempat
pengisian Elpiji; -----------------------------------------------------------------5.3.3. Bahwa dengan demikian unsur menetapkan syarat-syarat perdagangan
tidak terpenuhi; -----------------------------------------------------------------

5.4.

Menimbang bahwa karena unsur menetapkan syarat-syarat perdagangan tidak
terpenuhi maka Majelis Komisi tidak perlu membuktikan unsur lainnya; --------

6.

Menimbang bahwa berdasarkan temuan-temuan dalam pemeriksan dan Sidang
Majelis, Majelis Komisi merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: -------------------6.1.

Bahwa Elpiji merupakan komoditas bebas (yang harganya tidak ditetapkan oleh
Pemerintah), namun Pemerintah masih turut campur dalam penentuan harga
Elpiji; ---------------------------------------------------------------------------------------

hal. 19 dari 21

SALINAN
6.2.

Bahwa berdasarkan hal tersebut, Majelis Komisi merekomendasikan kepada
Komisi untuk menyampaikan saran pertimbangan kepada Pemerintah tentang
kebijakan yang tegas dalam hal pendistribusian dan penetapan harga Elpiji; -----

6.3.

Bahwa akibat kurang tanggapnya Wira Penjualan UPMS II Palembang dalam
merespon permasalahan pendistribusian Elpiji di Pulau Bangka mengakibatkan
terjadinya pelanggaran terhadap perjanjian yang dilakukan oleh APPEL dan
agen, sehingga menyebabkan keterlambatan Terlapor mengambil tindakan; -----

6.4.

Bahwa berdasarkan hal tersebut, Majelis Komisi merekomendasikan kepada
Komisi untuk menyampaikan kepada Terlapor agar memberikan sanksi
administratif kepada Wira Penjualan UPMS II Palembang atas kelalaiannya
dalam menjalankan tugas pengawasan pendistribusian Elpiji di wilayah Pulau
Bangka, sesuai dengan ketentuan yang berlaku; --------------------------------------

7.

Menimbang bahwa Majelis Komisi tidak menemukan bukti pelanggaran yang
dilakukan Terlapor;--------------------------- ---------------------------------------------------

8.

Menimbang bahwa berdasarkan fakta serta kesimpulan di atas, dan dengan mengingat
Pasal 43 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi:-------------MEMUTUSKAN

Menyatakan bahwa Terlapor tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 15 ayat (1)
dan Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; --------------------Demikian putusan ini ditetapkan dalam Rapat Musyawarah Majelis Komisi pada hari
Selasa tanggal 22 Mei 2007 dan dibacakan di muka persidangan yang dinyatakan terbuka
untuk umum pada hari Rabu tanggal 23 Mei 2007 oleh kami, anggota Majelis Komisi,
Ir. H. Mohammad Iqbal sebagai Ketua Majelis Komisi, Dr. Sukarmi, S.H., M.H. dan
Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar, M.S. masing-masing sebagai Anggota Majelis
Komisi, dibantu oleh Akhmad Muhari, S.H., dan Endah Widwianingsih, S.H masingmasing sebagai Panitera.
Ketua Majelis,
t.t.d.
Ir. H. Mohammad Iqbal
Anggota Majelis,

Anggota Majelis,

t.t.d.

t.t.d.

Dr. Sukarmi, S.H., M.H.

Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar, M.S.

hal. 20 dari 21

SALINAN
Panitera,
t.t.d.
Akhmad Muhari, S.H.

t.t.d.
Endah Widwianingsih, S.H.

hal. 21 dari 21