J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat
www.djpp.depkumham.go.id
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 1976
TENTANG
PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN BEBERAPA PASAL DALAM KITAB UNDANGUNDANG HUKUM PIDANA BERTALIAN DENGAN PERLUASAN BERLAKUNYA
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PIDANA, KEJAHATAN PENERBANGAN,
DAN KEJAHATAN TERHADAP SARANA/ PRASARANA PENERBANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA
ru
nd
an
gun
da
ng
an
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Menimbang : a. bahwa hingga kini ket ent uan-ket ent uan perundang-undangan
pidana belum berlaku dalam pesawat udara Indonesia ;
b. bahwa penguasaan pesawat udara secara melawan hukum
sert a
semua
perbuat an-perbuat an
yang
mengganggu
keamanan penerbangan dan sarana/ prasarana penerbangan
sangat merugikan kehidupan penerbangan nasional pada
khususnya, perekonomian negara sert a pembangunan nasional
pada umumnya, sehingga perlu diadakan perat uran-perat uran
unt uk mencegah perbuat an-perbuat an t ersebut ,
guna
menj amin keselamat an dan keamanan baik penumpang, awak
pesawat
udara,
barang-barang
yang
berada
dalam
penerbangan, maupun perlindungan sarana/
prasarana
penerbangan;
c. bahwa dalam perundang-undangan Indonesia belum diat ur
mengenai ket ent uan pidana t ent ang kej ahat an penerbangan
dan kej ahat an t erhadap sarana/ prasarana penerbangan;
d. bahwa karena it u perlu diadakan perubahan dan penambahan
beberapa pasal dalam Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 t ent ang Perat uran Hukum
Pidana j o Undang-undang
Nomor 73 Tahun 1958 t ent ang
Menyat akan berlakunya undang-undang Nomor 1 Tahun 1946
Republik Indonesia t ent ang Perat uran Hukum Pidana unt uk
www.djpp.depkumham.go.id
seluruh wilayah Republik Indonesia dan mengubah Kit ab
Undang-undang Hukum Pidana (Lembaran Negara Tahun 1958
Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1660);
3. Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958 t ent ang Penerbangan
(Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 159, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1687) ;
4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1976 t ent ang Pengesahan
Konvensi Tokyo 1963, Konvensi The Hague 1970 dan Konvensi
Mont real 1971 (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 18,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3076);
Dengan perset uj uan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
MEMUTUSKAN :
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN
BEBERAPA PASAL DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PlDANA
BERTALIAN
DENGAN
PERLUASAN
BERLAKUNYA
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PIDANA, KEJAHATAN
PENERBANGAN,
DAN
KEJAHATAN
TERHADAP
SARANA/ PRASARANA PENERBANGAN.
di
tje
n
Pe
Pasal I
Mengubah dan menambah Pasal 3 dan Pasal 4 angka 4 yang t ercant um dalam
Bab I Kit ab Undang-undang Hukum Pidana sehingga berbunyi sebagai berikut :
1.
Pasal 3
Ket ent uan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi
set iap orang yang di luar Wilayah Indonesia melakukan t indak pidana di
dalam kendaraan air at au pesawat udara Indonesia.
2. Pasal 4 angka 4.
Salah sat u kej ahat an yang t ersebut dalam Pasal-pasal 438, 444 sampai
dengan Pasal 446 t ent ang pembaj akan laut dan Pasal 447 t ent ang
penyerahan kendaraan air kepada kekuasaan baj ak laut dan Pasal 479
huruf j t ent ang penguasaan pesawat udara secara melawan hukum, Pasal
479 huruf 1, m, n, dan o t ent ang kej ahat an yang mengancam
keselamat an penerbangan sipil.
Pasal II
www.djpp.depkumham.go.id
Menambah 3 (t iga) pasal baru dalam Bab IX Kit ab Undang-Undang Hukum
Pidana set elah Pasal 95 yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 95 a.
(1)
Yang dimaksud dengan "pesawat udara Indonesia" adalah pesawat
udara yang didaf t arkan di Indonesia ;
(2)
Termasuk pula pesawat udara Indonesia adalah pesawat udara
asing yang disewa t anpa awak pesawat dan dioperasikan oleh
perusahaan penerbangan Indonesia.
2.
Pasal 95 b. ;
Yang dimaksud dengan "dalam penerbangan" adalah sej ak saat semua
pint u luar pesawat udara dit ut up set elah naiknya penumpang
(embarkasi) sampai saat pint u dibuka unt uk penurunan penumpang
(disembarkasi).
Dalam hal t erj adi pendarat an darurat penerbangan dianggap t erus
berlangsung sampai saat penguasa yang berwenang mengambil alih
t anggungj awab at as pesawat udara dan barang yang ada di dalamnya.
3.
Pasal 95 c.
Yang dimaksud dengan "dalam dinas" adalah j angka wakt u sej ak pesawat
udara disiapkan oleh awak darat at au oleh awak pesawat unt uk
penerbangan t ert ent u, hingga set elah 24 j am lewat sesudah set iap
pendarat an.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
1.
Pasal III
Menambah sebuah Bab baru set elah Bab XXIX Kit ab Undang-Undang Hukum
Pidana dengan Bab XXIX A t ent ang Kej ahat an Penerbangan dan Kej ahat an
t erhadap sarana/ prasarana Penerbangan yang t erdiri dari Pasal 479 huruf a
sampai dengan Pasal 479 huruf r yang berbunyi sebagai berikut :
1.
Pasal 479 a.
(1)
Barang
siapa
dengan
sengaj a
dan
melawan
hukum
menghancurkan, membuat t idak dapat dipakai at au merusak
bangunan unt uk pengamanan lalu lint as udara at au menggagalkan
usaha unt uk pengamanan bangunan t ersebut , dipidana dengan
pidana penj ara selama-lamanya enam t ahun;
(2)
Dengan pidana penj ara selama-lamanya sembilan t ahun j ika
karena perbuat an it u t imbul bahaya bagi keamanan lalu lint as
udara;
(3)
Dengan pidana penj ara selama-lamanya lima belas t ahun j ika
karena perbuat an it u mengakibat kan mat inya orang.
2.
Pasal 479 b.
www.djpp.depkumham.go.id
(1)
(2)
(3)
Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan hancurnya, t idak
dapat dipakainya at au rusaknya bangunan unt uk pengamanan lalu
lint as udara, at au gagalnya usaha unt uk pengamanan bangunan
t ersebut , dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya t iga
t ahun ;
Dengan pidana penj ara selama-lamanya lima t ahun, j ika karena
perbuat an it u t imbul bahaya bagi keamanan l alu lint as udara;
Dengan pidana penj ara sel ama-lamanya t uj uh t ahun, j ika karena
perbuat an it u mengakibat kan mat inya orang.
Pasal 479 c.
(1)
Barang
siapa
dengan
sengaj a
dan
melawan
hukum
menghancurkan, merusak, mengambil at au memindahkan t anda
at au alat unt uk pengamanan penerbangan, at au menggagalkan
bekerj anya t anda at au alat t ersebut , at au memasang t anda at au
alat yang keliru, dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya
enam t ahun;
(2)
Dengan pidana penj ara selamanya sembilan t ahun, j ika karena
perbuat an it u t imbul bahaya bagi keamanan penerbangan ;
(3)
Dengan pidana penj ara selama-selamanya dua belas t ahun, j ika
karena perbuat an it u t imbul bahaya bagi keamanan penerbangan
dan mengakibat kan celakanya pesawat udara ;
(4)
Dengan pidana penj ara selama-selamanya lima belas t ahun, j ika
karena perbuat an it u t imbul bahaya bagi keamanan penerbangan
dan mengakibat kan mat inya orang.
4.
Pasal 479 d.
Barang siapa karena kealpaan menyebabkan t anda at au alat unt uk
pengamanan penerbangan hancur, rusak, t erambil at au pindah at au
menyebabkan t idak dapat bekerj a at au menyebabkan t erpasangnya
t anda at au alat unt uk pengamanan penerbangan yang keliru, dipidana :
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
3.
a.
b.
c.
5.
dengan pidana penj ara selama-selamanya lima t ahun, j ika karena
perbuat an it u menyebabkan penerbangan t idak aman;
dengan pidana penj ara selama-selamanya t uj uh t ahun, j ika karena
perbuat an it u mengakibat kan celakanya pesawat udara ;
dengan pidana penj ara selama-selamanya t uj uh t ahun, j ika karena
perbuat an it u mengakibat kan mat inya orang.
Pasal 479 e.
Barang siapa dengan sengaj a dan melawan hukum, menghancurkan at au
membuat t idak dapat dipakainya pesawat udara yang seluruhnya at au
sebagian kepunyaan orang lain, dipidana dengan pidana penj ara selamaselamanya sembilan t ahun.
www.djpp.depkumham.go.id
6.
7.
Pasal 479 f .
Barang siapa dengan sengaj a dan melawan hukum mencelakakan,
menghancurkan, membuat t idak dapat dipakai at au merusak pesawat
udara, dipidana :
a.
dengan pidana penj ara selama-selamanya lima belas t ahun, j ika
karena perbuat an it u t imbul bahaya bagi nyawa orang lain;
b.
dengan pidana penj ara seumur hidup at au pidana penj ara unt uk
selama-selamanya dua puluh t ahun, j ika karena perbuat an it u
mengakibat kan mat inya orang.
Pasal 479 g.
Barang siapa karena kealpaanya menyebabkan pesawat udara celaka,
hancur, t idak dapat dipakai at au rusak, dipidana :
a.
dengan pidana penj ara selama-selamanya lima t ahun, j ika karena
perbuat an it u t imbul bahaya bagi nyawa orang lain;
b.
dengan pidana penj ara selama-lamanya t uj uh t ahun, j ika karena
perbuat an it u mengakibat kan mat inya orang.
Pasal 479 h.
(1)
Barang siapa dengan maksud unt uk mengunt ungkan diri sendiri
at au orang lain dengan melawan hukum, at as kerugian
penanggung asuransi menimbulkan kebakaran at au ledakan,
kecelakaan, kehancuran, kerusakan at au membuat t idak dapat
dipakainya pesawat udara, yang dipert anggungkan t erhadap
bahaya t erwuj ut diat as at au yang dipert anggungkan muat annya
maupun upah yang akan dit erima unt uk pengangkut an muat annya,
at aupun unt uk kepent ingan muat an t ersebut t elah dit erima uang
t anggungan, dipidana dengan pidana penj ara selama-selamanya
sembilan t ahun ;
(2)
Apabila yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pesawat
udara dalam penerbangan, dipidana dengan pidana pelihara
selama-selamanya lima belas t ahun;
(3)
Barang siapa dengan maksud unt uk mengunt ungkan diri sendiri
at au orang lain dengan melawan hukum at as kerugian penanggung
asuransi, menyebabkan penumpang Pesawat
udara yang
dipert anggungkan t erhadap bahaya, mendapat kecelakaan,
dipidana :
a.
dengan pidana penj ara selama-lamanya sepuluh t ahun, j ika
karena perbuat an it u menyebabkan luka berat ;
b.
dengan pidana penj ara selama-selamanya lima belas t ahun,
j ika karena perbuat an it u mengakibat kan mat inya orang.
9.
Pasal 479 i.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
8.
www.djpp.depkumham.go.id
Barang siapa dalam pesawat udara dengan perbuat an yang melawan
hukum merampas at au mempert ahankan perampasan at au menguasai
pesawat udara dalam penerbangan, dipidana dengan pidana penj ara
selama-lamanya dua belas t ahun.
10. Pasal 479 j .
Barang siapa dalam pesawat udara dengan kekerasan at au ancaman
kekerasan at au ancaman dalam bent uk lainnya, merampas at au
mempert ahankan perampasan at au menguasai pengendalian pesawat
udara dalam penerbangan, dipidana dengan pidana penj ara selamalamanya lima belas t ahun.
11. Pasal 479 k. .
(1)
Dipidana dengan pidana penj ara seumur hidup at au pidana
penj ara selama-lamanya dua puluh t ahun, apabila perbuat an
dimaksud Pasal 479 huruf i dan Pasal 479 j it u :
ru
nd
an
gun
da
ng
an
dilakukan oleh dua orang at au lebih bersama-sama
sebagai kelanj ut an permuf akat an j ahat ;
dilakukan dengan direncanakan lebih dahul u
mengakibat kan luka berat seseorang ;
mengakibat kan kerusakan pada pesawat udara t ersebut ,
sehingga dapat membahayakan penerbangannya ;
dilakukan dengan maksud unt uk merampas kemerdekaan
at au meneruskan merampas kemerdekaan seseorang.
di
tje
n
Pe
f.
ra
tu
ra
n
Pe
a.
b.
c.
d.
e.
(2)
Jika perbuat an it u mengakibat kan mat inya seseorang at au
hancurnya pesawat udara it u, dipidana dengan pidana mat i at au
pidana penj ara seumur hidup at au pidana penj ara selamaselamanya dua puluh t ahun.
12. Pasal 479 l.
Barang siapa dengan sengaj a dan melawan hukum melakukan perbuat an
kekerasan t erhadap seseorang di dalam pesawat udara dalam
penerbangan, j ika perbuat an it u dapat membahayakan keselamat an
pesawat udara t ersebut , dipidana dengan pidana penj ara selamalamanya lima belas t ahun.
13. Pasal 479 m.
Barang siapa dengan sengaj a dan melawan hukum merusak pesawat
udara dalam dinas at au menyebabkan kerusakan at as pesawat udara
t ersebut yang menyebabkan t idak dapat t erbang at au membahayakan
www.djpp.depkumham.go.id
keamanan penerbangan, dipidana dengan pidana penj ara selamalamanya lima belas t ahun.
14. Pasal 479 n.
Barang siapa dengan sengaj a dan melawan hukum menempat kan at au
menyebabkan dit empat kannya di dalam pesawat udara dalam dinas,
dengan cara apapun, alat at au bahan yang dapat menghancurkan
pesawat udara at au menyebabkan kerusakan pesawat udara t ersebut
yang Membuat nya t idak dapat t erbang at au menyebabkan kerusakan
pesawat udara t ersebut yang dapat membahayakan keamanan dalam
penerbangan, pidana dengan pidana penj ara selama-lamanya lima belas
t ahun.
15. Pasal 479 o.
(2)
ra
tu
ra
n
Pe
dilakukan oleh dua orang at au lebih bersama-sama
sebagai kelanj ut an dari permuf akat an j ahat
dilakukan dengan direncanakan lebih dahul u
Mengakibat kan luka berat bagi seseorang.
Pe
a.
b.
c.
d.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Dipidana dengan pidana penj ara seumur hidup at au pidana
penj ara selama-lamanya dua puluh t ahun apabila perbuat an
dimaksud Pasal 479 huruf 1, Pasal 479 huruf m, dan Pasal 479
huruf n it u:
di
tje
n
(1)
Jika perbuat an it u mengakibat kan mat inya seseorang at au hancurnya
pesawat udara it u, dipidana dengan pidana mat i at au pidana penj ara
seumur hidup at au pidana penj ara selama-lamanya dua puluh t ahun.
16. Pasal 479 p.
Barang siapa memberikan ket erangan yang diket ahuinya adalah palsu
dan karena perbuat an it u membahayakan keamanan pesawat udara
dalam penerbangan, dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya
lima belas t ahun.
17. Pasal 479 q.
Barang siapa di dalam pesawat udara, melakukan perbuat an yang dapat
membahayakan keamanan dalam pesawat udara dalam penerbangan,
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya lima t ahun.
18. Pasal 479 r.
www.djpp.depkumham.go.id
Barang siapa di dalam pesawat udara melakukan perbuat an-perbuat an
yang dapat mengganggu ket ert iban dan t at at ert ib di dalam pesawat
udara dalam penerbangan, dipidana dengan pidana penj ara selamalamanya sat u t ahun.
Pasal IV
Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar supaya set iap orang dapat menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 27 April 1976
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SUDHARMONO, SH.
ra
tu
ra
n
Pe
di
tje
n
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 27 April 1976
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
Pe
SOEHARTO
JENDERAL TNI.
www.djpp.depkumham.go.id
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 1976
TENTANG
PERUSAHAN DAN PENAMBAHAN BEBERAPA PASAL DALAM KITAB UNDANGUNDANG HUKUM PIDANA BERTALIAN DENGAN PERLUASAN BERLAKUNYA
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PIDANA, KEJAHATAN PENERBANGAN, DAN
KEJAHATAN TERHADAP SARANA/ PRASARANA PENERBANGAN
PENJELASAN UMUM
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Dalam rangka melaksanakan Pembangunan Nasional, peningkat an kegiat an
ekonomi masyarakat Indonesia merupakan salah sat u t uj uan dimana
perhubungan udara mempunyai peranan yang pent ing unt uk mencapai t uj uan
t ersebut .
Selain dari it u angkut an melalui udara mempunyai art i pent ing pula dalam
menj amin kesat uan ekonomi, polit ik dan budaya Indonesia, sehingga dengan
demikian perlu dij amin suat u angkut an udara yang dapat diandalkan, aman dan
cepat .
Pada wakt u akhir-akhir ini ada kecenderungan bert ambah meningkat nya
kej ahat an penerbangan, sehingga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat
kepada perhubungan udara dan dapat pula mengancam perkembangan
angkut an udara yang aman dan bebas dari ket akut an.
Sehubungan dengan hal t ersebut diat as, maka dipandang perl u unt uk menyusun
Undang-Undang t ent ang perubahan dan penambahan beberapa pasal dalam
Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana dalam rangka memberant as kej ahat an
penerbangan, mengingat bahwa dalam perundang-undangan yang berlaku
sekarang bel um ada ket ent uan t ent ang kej ahat an penerbangan. Dengan
demikian maka dapat diperoleh suat u dasar dan kepast ian hukum unt uk
menj at uhkan pidana at as perbuat an t ersebut .
Kemudian mengingat sif at rawannya angkut an udara, dimana j aminan
keselamat an dan keamanan merupakan unsur yang amat vit al sehingga
pengamanan merupakan t uj uan yang amat pent ing.
Dengan demikian set iap gangguan t erhadap keselamat an pesawat udara dalam
penerbangan dan ket enangan dalam pesawat dapat mengakibat kan bahaya
yang lebih besar dan langsung daripada perbuat an-perbuat an gangguan
t erhadap kendaraan angkut an darat dan kapal at au kendaraan air.
Berhubung dengan it u diperlukan suat u usaha unt uk memberant as at aupun
mencegah seseorang melakukan kej ahat an t ersebut .
Maka t erhadap kej ahat an penerbangan ini perlu diberikan ancaman pidana yang
berat .
Undang-undang ini
disusun dengan merubah dan menambah ket ent uan-
www.djpp.depkumham.go.id
ket ent uan dalam Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana, yait u dengan
memperluas ruang lingkup berlakunya Pasal 3 dan 4 dari Buku I sert a
menambah Buku I Bab IX dengan Pasal 95a, 95b, dan Pasal 95c, j uga
dit ambahkan dalam Buku II Bab XXIX A t ent ang Kej ahat an Penerbangan dan
Kej ahat an t erhadap Sarana/ Prasarana Penerbangan.
Kej ahat an t erhadap sarana/ prasarana penerbangan sebagaimana diat ur dalam
Pasal 479 a sampai dengan Pasal 479 d Undang-undang ini lain sif at nya dengan
pelanggaran sebagaimana t ercant um dalam Pasal 15 ayat (1) e Undang-undang
Nomor 83 Tahun 1958.
Dengan demikian maka dalam Undang-undang ini pasal-pasal yang sudah ada
dalam Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana, diperluas ruang lingkupnya
sehingga pengert ian j urisdiksi kriminil Republik Indonesia mencakup pesawat
udara Indonesia.
Pe
di
tje
n
PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Disamping it u dit ambahkan ket ent uan-ket ent uan baru sebagai akibat daripada
perkembangan dalam dunia penerbangan. Perubahan-perubahan dan t ambahan
dalam Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana di at as merupakan pelaksanaan
kewaj iban Republik Indonesia sebagai pesert a dalam t iga konvensi t ersebut
dalam Konsiderans
Undang-undang ini, disamping didorong oleh keinginan unt uk merubah Kit ab
Undang-Undang Hukum Pidana agar lebih sesuai dengan keadaan masa kini.
Pasal I
1.
Pasal 3
Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk memperluas berlakunya Pasal 3
Undang-Undang Hukum Pidana, yait u t ermasuk j uga t indak pidana yang
dilakukan oleh siapapun di dalam pesawat udara Indonesia, t et api
pesawat t ersebut berada diluar wilayah Indonesia.
2.
Pasal 4 angka 4
Ket ent uan ini dimaksudkan agar supaya perat uran pidana dalam
perundang-undangan Indonesia berlaku j uga bagi set iap orang yang
berada diluar wilayah Indonesia yang melakukan t indak pidana kej ahat an
penerbangan
at au
kej ahat an
yang
mengancam
keselamat an
penerbangan.
Pasal
II
Maksud dan t uj uan dari ket ent uan ini adalah memberikan perumusan
pengert ian pesawat udara Indonesia " dalam penerbangan" dan "dalam
www.djpp.depkumham.go.id
dinas". Pesawat udara yang dimaksud dalam Undang-Undang ini adalah
pesawat
udara sebagaimana t ercant um dalam Undang-Undang
Penerbangan yang berlaku dan pada saat ini dalam Undang-Undang
Nomor 83 Tahun 1958 t ent ang Penerbangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengert ian pesawat udara Indonesia dalam
pasal 95 a adalah pesawat udara yang didaf t ar di Indonesia t ermasuk pula
dalam pengert ian ini pesawat udara asing yang disewa t anpa awak dan
dioperasikan oleh perusahaan penerbangan Indonesia.
Yang dimaksud dengan penguasa yang berwenang dalam Pasal 95 b adalah
pej abat Pemerint ah set empat yang mempunyai kewenangan unt uk mengambil
alih penguasaan at as pesawat besert a isinya dari capt ain pesawat hingga
pej abat yang berwenang dari Pemerint ah dibidang perhubungan udara t iba,
unt uk mengambil alih penguasaan at as pesawat besert a isinya.
III
Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk menambah Bab
Undang-Undang Hukum Pidana set elah Bab XXIX
Pelayaran, yait u Bab XXIX A t ent ang Kej ahat an
kej ahat an t erhadap Sarana/ Prasarana Penerbangan
Pasal 479 huruf a sampai dengan Pasal 479 huruf r.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal
baru dalam Kit ab
t ent ang Kej ahat an
Penerbangan dan
yang t erdiri dari
Pasal 479 a.
Yang dimaksudkan dengan bangunan adalah f asilit as penerbangan yang
digunakan unt uk keamanan dan pengat uran lalu lint as udara sepert i
t erminal, bangunan, menara, rambu udara, penerangan, landasan sert a
f asilit as-f asilit as lainnya, t ermasuk bangunannya maupun inst alasinya.
2.
Pasal 479 b.
Cukup j elas
3.
Pasal 479 c.
Yang dimaksud dengan t anda at au alat adalah f asilit as penerbangan yang
digunakan oleh at au bagi pesawat udara unt uk secara aman dapat
mendarat at au t inggal landas (t ake of f ) sepert i t anda at au alat landasan
(runway-marking) t ermasuk garis di t engah landasan (runwaycount erline-marking), t anda penunj uk/ kordinat landasan
(runwaydesignat ion-marking), t anda uj ung landasan (runway-t hreshold-marking)
dan t anda adanya rint angan landasan (obst acle-marking) t ermasuk lampu
t anda pemancar radio, lampu t anda menara lalu lint as udara dan lampu
t anda gedung set asiun udara dan lain sebagainya.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
1.
Pengert ian "memasang t anda at au alat yang keliru" dapat j uga berupa
perbuat an pemasangan yang keliru daripada alat at au t anda yang
www.djpp.depkumham.go.id
dilakukan dengan sengaj a dan melawan hukum.
Pasal 479 d.
Cukup j elas.
5.
Pasal 479 c.
Pesawat udara dalam pasal ini ialah pesawat udara yang berada di darat
yait u t idak dalam penerbangan at au masih dalam persiapan oleh awak
darat at au oleh awak pesawat unt uk penerbangan t ert ent u.
6.
Pasal 479 f .
Cukup j elas.
7.
Pasal 479 g.
Cukup j elas.
8.
Pasal 479 h.
Cukup j elas.
9.
Pasal 479 i.
Cukup j elas.
10.
Pasal 479 j .
Ket ent uan pasal ini mengat ur t indak pidana kej ahat an penerbangan yang
lazim dikenal dengan nama "pembaj akan pesawat udara".
11.
Pasal 479 k.
Syarat -syarat yang t ercant um dalam ayat (1) sub a sampai dengan f
merupakan syarat -syarat alt ernat ip bagi pemberat an pidana dari pidana
yang. dimaksud dalam Pasal 479 huruf i dan Pasal 479 huruf j .
12.
Pasal 479 l.
Cukup j elas.
13.
Pasal 479 m.
Cukup j elas.
14.
Pasal 479 n.
Cukup j elas.
15.
Pasal 479 o.
Pasal ini adalah pemberat an dari t indak pidana Pasal 479 huruf 1, m, dan
n. Syarat -syarat yang t ercant um dalam ayat (1) sub a, b, c dan d
merupakan syarat -syarat alt ernat ip bagi pemberat an pidana dari pidana
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
4.
www.djpp.depkumham.go.id
yang dimaksud dalam huruf l, m, dan n.
16. Pasal 479 p.
Yang diat ur oleh pasal ini adalah t indakan yang sering t erj adi sepert i
pemberit ahuan adanya ancaman bom lewat t elepon at au alat komunikasi
lainnya.
17. Pasal 479 q.
Perbuat an yang dapat membahayakan keamanan pesawat udara dalam
penerbangan adalah perbuat an yang nyat a-nyat a membahayakan
keamanan penerbangan sepert i membuka pint u darurat at au pint u
ut ama, merusak alat -alat pelampung at au alat -alat penyelamat lainnya.
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
IV
Cukup j elas.
di
tje
n
Pasal
ru
nd
an
gun
da
ng
an
18. Pasal 479 r.
Yang dimaksud dalam pasal ini dengan perbuat an yang nyat a-nyat a
bert ent angan dengan ket ert iban, dan t at at ert ib (disiplin) dalam pesawat
udara adalah dengan sengaj a mabuk-mabukan, membuat onar,
kegaduhan dan lain sebagainya.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 1976
TENTANG
PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN BEBERAPA PASAL DALAM KITAB UNDANGUNDANG HUKUM PIDANA BERTALIAN DENGAN PERLUASAN BERLAKUNYA
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PIDANA, KEJAHATAN PENERBANGAN,
DAN KEJAHATAN TERHADAP SARANA/ PRASARANA PENERBANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA
ru
nd
an
gun
da
ng
an
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
Menimbang : a. bahwa hingga kini ket ent uan-ket ent uan perundang-undangan
pidana belum berlaku dalam pesawat udara Indonesia ;
b. bahwa penguasaan pesawat udara secara melawan hukum
sert a
semua
perbuat an-perbuat an
yang
mengganggu
keamanan penerbangan dan sarana/ prasarana penerbangan
sangat merugikan kehidupan penerbangan nasional pada
khususnya, perekonomian negara sert a pembangunan nasional
pada umumnya, sehingga perlu diadakan perat uran-perat uran
unt uk mencegah perbuat an-perbuat an t ersebut ,
guna
menj amin keselamat an dan keamanan baik penumpang, awak
pesawat
udara,
barang-barang
yang
berada
dalam
penerbangan, maupun perlindungan sarana/
prasarana
penerbangan;
c. bahwa dalam perundang-undangan Indonesia belum diat ur
mengenai ket ent uan pidana t ent ang kej ahat an penerbangan
dan kej ahat an t erhadap sarana/ prasarana penerbangan;
d. bahwa karena it u perlu diadakan perubahan dan penambahan
beberapa pasal dalam Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 t ent ang Perat uran Hukum
Pidana j o Undang-undang
Nomor 73 Tahun 1958 t ent ang
Menyat akan berlakunya undang-undang Nomor 1 Tahun 1946
Republik Indonesia t ent ang Perat uran Hukum Pidana unt uk
www.djpp.depkumham.go.id
seluruh wilayah Republik Indonesia dan mengubah Kit ab
Undang-undang Hukum Pidana (Lembaran Negara Tahun 1958
Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1660);
3. Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958 t ent ang Penerbangan
(Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 159, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1687) ;
4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1976 t ent ang Pengesahan
Konvensi Tokyo 1963, Konvensi The Hague 1970 dan Konvensi
Mont real 1971 (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 18,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3076);
Dengan perset uj uan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
MEMUTUSKAN :
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN
BEBERAPA PASAL DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PlDANA
BERTALIAN
DENGAN
PERLUASAN
BERLAKUNYA
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PIDANA, KEJAHATAN
PENERBANGAN,
DAN
KEJAHATAN
TERHADAP
SARANA/ PRASARANA PENERBANGAN.
di
tje
n
Pe
Pasal I
Mengubah dan menambah Pasal 3 dan Pasal 4 angka 4 yang t ercant um dalam
Bab I Kit ab Undang-undang Hukum Pidana sehingga berbunyi sebagai berikut :
1.
Pasal 3
Ket ent uan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi
set iap orang yang di luar Wilayah Indonesia melakukan t indak pidana di
dalam kendaraan air at au pesawat udara Indonesia.
2. Pasal 4 angka 4.
Salah sat u kej ahat an yang t ersebut dalam Pasal-pasal 438, 444 sampai
dengan Pasal 446 t ent ang pembaj akan laut dan Pasal 447 t ent ang
penyerahan kendaraan air kepada kekuasaan baj ak laut dan Pasal 479
huruf j t ent ang penguasaan pesawat udara secara melawan hukum, Pasal
479 huruf 1, m, n, dan o t ent ang kej ahat an yang mengancam
keselamat an penerbangan sipil.
Pasal II
www.djpp.depkumham.go.id
Menambah 3 (t iga) pasal baru dalam Bab IX Kit ab Undang-Undang Hukum
Pidana set elah Pasal 95 yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 95 a.
(1)
Yang dimaksud dengan "pesawat udara Indonesia" adalah pesawat
udara yang didaf t arkan di Indonesia ;
(2)
Termasuk pula pesawat udara Indonesia adalah pesawat udara
asing yang disewa t anpa awak pesawat dan dioperasikan oleh
perusahaan penerbangan Indonesia.
2.
Pasal 95 b. ;
Yang dimaksud dengan "dalam penerbangan" adalah sej ak saat semua
pint u luar pesawat udara dit ut up set elah naiknya penumpang
(embarkasi) sampai saat pint u dibuka unt uk penurunan penumpang
(disembarkasi).
Dalam hal t erj adi pendarat an darurat penerbangan dianggap t erus
berlangsung sampai saat penguasa yang berwenang mengambil alih
t anggungj awab at as pesawat udara dan barang yang ada di dalamnya.
3.
Pasal 95 c.
Yang dimaksud dengan "dalam dinas" adalah j angka wakt u sej ak pesawat
udara disiapkan oleh awak darat at au oleh awak pesawat unt uk
penerbangan t ert ent u, hingga set elah 24 j am lewat sesudah set iap
pendarat an.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
1.
Pasal III
Menambah sebuah Bab baru set elah Bab XXIX Kit ab Undang-Undang Hukum
Pidana dengan Bab XXIX A t ent ang Kej ahat an Penerbangan dan Kej ahat an
t erhadap sarana/ prasarana Penerbangan yang t erdiri dari Pasal 479 huruf a
sampai dengan Pasal 479 huruf r yang berbunyi sebagai berikut :
1.
Pasal 479 a.
(1)
Barang
siapa
dengan
sengaj a
dan
melawan
hukum
menghancurkan, membuat t idak dapat dipakai at au merusak
bangunan unt uk pengamanan lalu lint as udara at au menggagalkan
usaha unt uk pengamanan bangunan t ersebut , dipidana dengan
pidana penj ara selama-lamanya enam t ahun;
(2)
Dengan pidana penj ara selama-lamanya sembilan t ahun j ika
karena perbuat an it u t imbul bahaya bagi keamanan lalu lint as
udara;
(3)
Dengan pidana penj ara selama-lamanya lima belas t ahun j ika
karena perbuat an it u mengakibat kan mat inya orang.
2.
Pasal 479 b.
www.djpp.depkumham.go.id
(1)
(2)
(3)
Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan hancurnya, t idak
dapat dipakainya at au rusaknya bangunan unt uk pengamanan lalu
lint as udara, at au gagalnya usaha unt uk pengamanan bangunan
t ersebut , dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya t iga
t ahun ;
Dengan pidana penj ara selama-lamanya lima t ahun, j ika karena
perbuat an it u t imbul bahaya bagi keamanan l alu lint as udara;
Dengan pidana penj ara sel ama-lamanya t uj uh t ahun, j ika karena
perbuat an it u mengakibat kan mat inya orang.
Pasal 479 c.
(1)
Barang
siapa
dengan
sengaj a
dan
melawan
hukum
menghancurkan, merusak, mengambil at au memindahkan t anda
at au alat unt uk pengamanan penerbangan, at au menggagalkan
bekerj anya t anda at au alat t ersebut , at au memasang t anda at au
alat yang keliru, dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya
enam t ahun;
(2)
Dengan pidana penj ara selamanya sembilan t ahun, j ika karena
perbuat an it u t imbul bahaya bagi keamanan penerbangan ;
(3)
Dengan pidana penj ara selama-selamanya dua belas t ahun, j ika
karena perbuat an it u t imbul bahaya bagi keamanan penerbangan
dan mengakibat kan celakanya pesawat udara ;
(4)
Dengan pidana penj ara selama-selamanya lima belas t ahun, j ika
karena perbuat an it u t imbul bahaya bagi keamanan penerbangan
dan mengakibat kan mat inya orang.
4.
Pasal 479 d.
Barang siapa karena kealpaan menyebabkan t anda at au alat unt uk
pengamanan penerbangan hancur, rusak, t erambil at au pindah at au
menyebabkan t idak dapat bekerj a at au menyebabkan t erpasangnya
t anda at au alat unt uk pengamanan penerbangan yang keliru, dipidana :
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
3.
a.
b.
c.
5.
dengan pidana penj ara selama-selamanya lima t ahun, j ika karena
perbuat an it u menyebabkan penerbangan t idak aman;
dengan pidana penj ara selama-selamanya t uj uh t ahun, j ika karena
perbuat an it u mengakibat kan celakanya pesawat udara ;
dengan pidana penj ara selama-selamanya t uj uh t ahun, j ika karena
perbuat an it u mengakibat kan mat inya orang.
Pasal 479 e.
Barang siapa dengan sengaj a dan melawan hukum, menghancurkan at au
membuat t idak dapat dipakainya pesawat udara yang seluruhnya at au
sebagian kepunyaan orang lain, dipidana dengan pidana penj ara selamaselamanya sembilan t ahun.
www.djpp.depkumham.go.id
6.
7.
Pasal 479 f .
Barang siapa dengan sengaj a dan melawan hukum mencelakakan,
menghancurkan, membuat t idak dapat dipakai at au merusak pesawat
udara, dipidana :
a.
dengan pidana penj ara selama-selamanya lima belas t ahun, j ika
karena perbuat an it u t imbul bahaya bagi nyawa orang lain;
b.
dengan pidana penj ara seumur hidup at au pidana penj ara unt uk
selama-selamanya dua puluh t ahun, j ika karena perbuat an it u
mengakibat kan mat inya orang.
Pasal 479 g.
Barang siapa karena kealpaanya menyebabkan pesawat udara celaka,
hancur, t idak dapat dipakai at au rusak, dipidana :
a.
dengan pidana penj ara selama-selamanya lima t ahun, j ika karena
perbuat an it u t imbul bahaya bagi nyawa orang lain;
b.
dengan pidana penj ara selama-lamanya t uj uh t ahun, j ika karena
perbuat an it u mengakibat kan mat inya orang.
Pasal 479 h.
(1)
Barang siapa dengan maksud unt uk mengunt ungkan diri sendiri
at au orang lain dengan melawan hukum, at as kerugian
penanggung asuransi menimbulkan kebakaran at au ledakan,
kecelakaan, kehancuran, kerusakan at au membuat t idak dapat
dipakainya pesawat udara, yang dipert anggungkan t erhadap
bahaya t erwuj ut diat as at au yang dipert anggungkan muat annya
maupun upah yang akan dit erima unt uk pengangkut an muat annya,
at aupun unt uk kepent ingan muat an t ersebut t elah dit erima uang
t anggungan, dipidana dengan pidana penj ara selama-selamanya
sembilan t ahun ;
(2)
Apabila yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pesawat
udara dalam penerbangan, dipidana dengan pidana pelihara
selama-selamanya lima belas t ahun;
(3)
Barang siapa dengan maksud unt uk mengunt ungkan diri sendiri
at au orang lain dengan melawan hukum at as kerugian penanggung
asuransi, menyebabkan penumpang Pesawat
udara yang
dipert anggungkan t erhadap bahaya, mendapat kecelakaan,
dipidana :
a.
dengan pidana penj ara selama-lamanya sepuluh t ahun, j ika
karena perbuat an it u menyebabkan luka berat ;
b.
dengan pidana penj ara selama-selamanya lima belas t ahun,
j ika karena perbuat an it u mengakibat kan mat inya orang.
9.
Pasal 479 i.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
8.
www.djpp.depkumham.go.id
Barang siapa dalam pesawat udara dengan perbuat an yang melawan
hukum merampas at au mempert ahankan perampasan at au menguasai
pesawat udara dalam penerbangan, dipidana dengan pidana penj ara
selama-lamanya dua belas t ahun.
10. Pasal 479 j .
Barang siapa dalam pesawat udara dengan kekerasan at au ancaman
kekerasan at au ancaman dalam bent uk lainnya, merampas at au
mempert ahankan perampasan at au menguasai pengendalian pesawat
udara dalam penerbangan, dipidana dengan pidana penj ara selamalamanya lima belas t ahun.
11. Pasal 479 k. .
(1)
Dipidana dengan pidana penj ara seumur hidup at au pidana
penj ara selama-lamanya dua puluh t ahun, apabila perbuat an
dimaksud Pasal 479 huruf i dan Pasal 479 j it u :
ru
nd
an
gun
da
ng
an
dilakukan oleh dua orang at au lebih bersama-sama
sebagai kelanj ut an permuf akat an j ahat ;
dilakukan dengan direncanakan lebih dahul u
mengakibat kan luka berat seseorang ;
mengakibat kan kerusakan pada pesawat udara t ersebut ,
sehingga dapat membahayakan penerbangannya ;
dilakukan dengan maksud unt uk merampas kemerdekaan
at au meneruskan merampas kemerdekaan seseorang.
di
tje
n
Pe
f.
ra
tu
ra
n
Pe
a.
b.
c.
d.
e.
(2)
Jika perbuat an it u mengakibat kan mat inya seseorang at au
hancurnya pesawat udara it u, dipidana dengan pidana mat i at au
pidana penj ara seumur hidup at au pidana penj ara selamaselamanya dua puluh t ahun.
12. Pasal 479 l.
Barang siapa dengan sengaj a dan melawan hukum melakukan perbuat an
kekerasan t erhadap seseorang di dalam pesawat udara dalam
penerbangan, j ika perbuat an it u dapat membahayakan keselamat an
pesawat udara t ersebut , dipidana dengan pidana penj ara selamalamanya lima belas t ahun.
13. Pasal 479 m.
Barang siapa dengan sengaj a dan melawan hukum merusak pesawat
udara dalam dinas at au menyebabkan kerusakan at as pesawat udara
t ersebut yang menyebabkan t idak dapat t erbang at au membahayakan
www.djpp.depkumham.go.id
keamanan penerbangan, dipidana dengan pidana penj ara selamalamanya lima belas t ahun.
14. Pasal 479 n.
Barang siapa dengan sengaj a dan melawan hukum menempat kan at au
menyebabkan dit empat kannya di dalam pesawat udara dalam dinas,
dengan cara apapun, alat at au bahan yang dapat menghancurkan
pesawat udara at au menyebabkan kerusakan pesawat udara t ersebut
yang Membuat nya t idak dapat t erbang at au menyebabkan kerusakan
pesawat udara t ersebut yang dapat membahayakan keamanan dalam
penerbangan, pidana dengan pidana penj ara selama-lamanya lima belas
t ahun.
15. Pasal 479 o.
(2)
ra
tu
ra
n
Pe
dilakukan oleh dua orang at au lebih bersama-sama
sebagai kelanj ut an dari permuf akat an j ahat
dilakukan dengan direncanakan lebih dahul u
Mengakibat kan luka berat bagi seseorang.
Pe
a.
b.
c.
d.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Dipidana dengan pidana penj ara seumur hidup at au pidana
penj ara selama-lamanya dua puluh t ahun apabila perbuat an
dimaksud Pasal 479 huruf 1, Pasal 479 huruf m, dan Pasal 479
huruf n it u:
di
tje
n
(1)
Jika perbuat an it u mengakibat kan mat inya seseorang at au hancurnya
pesawat udara it u, dipidana dengan pidana mat i at au pidana penj ara
seumur hidup at au pidana penj ara selama-lamanya dua puluh t ahun.
16. Pasal 479 p.
Barang siapa memberikan ket erangan yang diket ahuinya adalah palsu
dan karena perbuat an it u membahayakan keamanan pesawat udara
dalam penerbangan, dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya
lima belas t ahun.
17. Pasal 479 q.
Barang siapa di dalam pesawat udara, melakukan perbuat an yang dapat
membahayakan keamanan dalam pesawat udara dalam penerbangan,
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya lima t ahun.
18. Pasal 479 r.
www.djpp.depkumham.go.id
Barang siapa di dalam pesawat udara melakukan perbuat an-perbuat an
yang dapat mengganggu ket ert iban dan t at at ert ib di dalam pesawat
udara dalam penerbangan, dipidana dengan pidana penj ara selamalamanya sat u t ahun.
Pasal IV
Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar supaya set iap orang dapat menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 27 April 1976
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SUDHARMONO, SH.
ra
tu
ra
n
Pe
di
tje
n
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 27 April 1976
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
Pe
SOEHARTO
JENDERAL TNI.
www.djpp.depkumham.go.id
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 1976
TENTANG
PERUSAHAN DAN PENAMBAHAN BEBERAPA PASAL DALAM KITAB UNDANGUNDANG HUKUM PIDANA BERTALIAN DENGAN PERLUASAN BERLAKUNYA
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PIDANA, KEJAHATAN PENERBANGAN, DAN
KEJAHATAN TERHADAP SARANA/ PRASARANA PENERBANGAN
PENJELASAN UMUM
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Dalam rangka melaksanakan Pembangunan Nasional, peningkat an kegiat an
ekonomi masyarakat Indonesia merupakan salah sat u t uj uan dimana
perhubungan udara mempunyai peranan yang pent ing unt uk mencapai t uj uan
t ersebut .
Selain dari it u angkut an melalui udara mempunyai art i pent ing pula dalam
menj amin kesat uan ekonomi, polit ik dan budaya Indonesia, sehingga dengan
demikian perlu dij amin suat u angkut an udara yang dapat diandalkan, aman dan
cepat .
Pada wakt u akhir-akhir ini ada kecenderungan bert ambah meningkat nya
kej ahat an penerbangan, sehingga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat
kepada perhubungan udara dan dapat pula mengancam perkembangan
angkut an udara yang aman dan bebas dari ket akut an.
Sehubungan dengan hal t ersebut diat as, maka dipandang perl u unt uk menyusun
Undang-Undang t ent ang perubahan dan penambahan beberapa pasal dalam
Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana dalam rangka memberant as kej ahat an
penerbangan, mengingat bahwa dalam perundang-undangan yang berlaku
sekarang bel um ada ket ent uan t ent ang kej ahat an penerbangan. Dengan
demikian maka dapat diperoleh suat u dasar dan kepast ian hukum unt uk
menj at uhkan pidana at as perbuat an t ersebut .
Kemudian mengingat sif at rawannya angkut an udara, dimana j aminan
keselamat an dan keamanan merupakan unsur yang amat vit al sehingga
pengamanan merupakan t uj uan yang amat pent ing.
Dengan demikian set iap gangguan t erhadap keselamat an pesawat udara dalam
penerbangan dan ket enangan dalam pesawat dapat mengakibat kan bahaya
yang lebih besar dan langsung daripada perbuat an-perbuat an gangguan
t erhadap kendaraan angkut an darat dan kapal at au kendaraan air.
Berhubung dengan it u diperlukan suat u usaha unt uk memberant as at aupun
mencegah seseorang melakukan kej ahat an t ersebut .
Maka t erhadap kej ahat an penerbangan ini perlu diberikan ancaman pidana yang
berat .
Undang-undang ini
disusun dengan merubah dan menambah ket ent uan-
www.djpp.depkumham.go.id
ket ent uan dalam Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana, yait u dengan
memperluas ruang lingkup berlakunya Pasal 3 dan 4 dari Buku I sert a
menambah Buku I Bab IX dengan Pasal 95a, 95b, dan Pasal 95c, j uga
dit ambahkan dalam Buku II Bab XXIX A t ent ang Kej ahat an Penerbangan dan
Kej ahat an t erhadap Sarana/ Prasarana Penerbangan.
Kej ahat an t erhadap sarana/ prasarana penerbangan sebagaimana diat ur dalam
Pasal 479 a sampai dengan Pasal 479 d Undang-undang ini lain sif at nya dengan
pelanggaran sebagaimana t ercant um dalam Pasal 15 ayat (1) e Undang-undang
Nomor 83 Tahun 1958.
Dengan demikian maka dalam Undang-undang ini pasal-pasal yang sudah ada
dalam Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana, diperluas ruang lingkupnya
sehingga pengert ian j urisdiksi kriminil Republik Indonesia mencakup pesawat
udara Indonesia.
Pe
di
tje
n
PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Disamping it u dit ambahkan ket ent uan-ket ent uan baru sebagai akibat daripada
perkembangan dalam dunia penerbangan. Perubahan-perubahan dan t ambahan
dalam Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana di at as merupakan pelaksanaan
kewaj iban Republik Indonesia sebagai pesert a dalam t iga konvensi t ersebut
dalam Konsiderans
Undang-undang ini, disamping didorong oleh keinginan unt uk merubah Kit ab
Undang-Undang Hukum Pidana agar lebih sesuai dengan keadaan masa kini.
Pasal I
1.
Pasal 3
Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk memperluas berlakunya Pasal 3
Undang-Undang Hukum Pidana, yait u t ermasuk j uga t indak pidana yang
dilakukan oleh siapapun di dalam pesawat udara Indonesia, t et api
pesawat t ersebut berada diluar wilayah Indonesia.
2.
Pasal 4 angka 4
Ket ent uan ini dimaksudkan agar supaya perat uran pidana dalam
perundang-undangan Indonesia berlaku j uga bagi set iap orang yang
berada diluar wilayah Indonesia yang melakukan t indak pidana kej ahat an
penerbangan
at au
kej ahat an
yang
mengancam
keselamat an
penerbangan.
Pasal
II
Maksud dan t uj uan dari ket ent uan ini adalah memberikan perumusan
pengert ian pesawat udara Indonesia " dalam penerbangan" dan "dalam
www.djpp.depkumham.go.id
dinas". Pesawat udara yang dimaksud dalam Undang-Undang ini adalah
pesawat
udara sebagaimana t ercant um dalam Undang-Undang
Penerbangan yang berlaku dan pada saat ini dalam Undang-Undang
Nomor 83 Tahun 1958 t ent ang Penerbangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengert ian pesawat udara Indonesia dalam
pasal 95 a adalah pesawat udara yang didaf t ar di Indonesia t ermasuk pula
dalam pengert ian ini pesawat udara asing yang disewa t anpa awak dan
dioperasikan oleh perusahaan penerbangan Indonesia.
Yang dimaksud dengan penguasa yang berwenang dalam Pasal 95 b adalah
pej abat Pemerint ah set empat yang mempunyai kewenangan unt uk mengambil
alih penguasaan at as pesawat besert a isinya dari capt ain pesawat hingga
pej abat yang berwenang dari Pemerint ah dibidang perhubungan udara t iba,
unt uk mengambil alih penguasaan at as pesawat besert a isinya.
III
Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk menambah Bab
Undang-Undang Hukum Pidana set elah Bab XXIX
Pelayaran, yait u Bab XXIX A t ent ang Kej ahat an
kej ahat an t erhadap Sarana/ Prasarana Penerbangan
Pasal 479 huruf a sampai dengan Pasal 479 huruf r.
ru
nd
an
gun
da
ng
an
Pasal
baru dalam Kit ab
t ent ang Kej ahat an
Penerbangan dan
yang t erdiri dari
Pasal 479 a.
Yang dimaksudkan dengan bangunan adalah f asilit as penerbangan yang
digunakan unt uk keamanan dan pengat uran lalu lint as udara sepert i
t erminal, bangunan, menara, rambu udara, penerangan, landasan sert a
f asilit as-f asilit as lainnya, t ermasuk bangunannya maupun inst alasinya.
2.
Pasal 479 b.
Cukup j elas
3.
Pasal 479 c.
Yang dimaksud dengan t anda at au alat adalah f asilit as penerbangan yang
digunakan oleh at au bagi pesawat udara unt uk secara aman dapat
mendarat at au t inggal landas (t ake of f ) sepert i t anda at au alat landasan
(runway-marking) t ermasuk garis di t engah landasan (runwaycount erline-marking), t anda penunj uk/ kordinat landasan
(runwaydesignat ion-marking), t anda uj ung landasan (runway-t hreshold-marking)
dan t anda adanya rint angan landasan (obst acle-marking) t ermasuk lampu
t anda pemancar radio, lampu t anda menara lalu lint as udara dan lampu
t anda gedung set asiun udara dan lain sebagainya.
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
1.
Pengert ian "memasang t anda at au alat yang keliru" dapat j uga berupa
perbuat an pemasangan yang keliru daripada alat at au t anda yang
www.djpp.depkumham.go.id
dilakukan dengan sengaj a dan melawan hukum.
Pasal 479 d.
Cukup j elas.
5.
Pasal 479 c.
Pesawat udara dalam pasal ini ialah pesawat udara yang berada di darat
yait u t idak dalam penerbangan at au masih dalam persiapan oleh awak
darat at au oleh awak pesawat unt uk penerbangan t ert ent u.
6.
Pasal 479 f .
Cukup j elas.
7.
Pasal 479 g.
Cukup j elas.
8.
Pasal 479 h.
Cukup j elas.
9.
Pasal 479 i.
Cukup j elas.
10.
Pasal 479 j .
Ket ent uan pasal ini mengat ur t indak pidana kej ahat an penerbangan yang
lazim dikenal dengan nama "pembaj akan pesawat udara".
11.
Pasal 479 k.
Syarat -syarat yang t ercant um dalam ayat (1) sub a sampai dengan f
merupakan syarat -syarat alt ernat ip bagi pemberat an pidana dari pidana
yang. dimaksud dalam Pasal 479 huruf i dan Pasal 479 huruf j .
12.
Pasal 479 l.
Cukup j elas.
13.
Pasal 479 m.
Cukup j elas.
14.
Pasal 479 n.
Cukup j elas.
15.
Pasal 479 o.
Pasal ini adalah pemberat an dari t indak pidana Pasal 479 huruf 1, m, dan
n. Syarat -syarat yang t ercant um dalam ayat (1) sub a, b, c dan d
merupakan syarat -syarat alt ernat ip bagi pemberat an pidana dari pidana
di
tje
n
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
ru
nd
an
gun
da
ng
an
4.
www.djpp.depkumham.go.id
yang dimaksud dalam huruf l, m, dan n.
16. Pasal 479 p.
Yang diat ur oleh pasal ini adalah t indakan yang sering t erj adi sepert i
pemberit ahuan adanya ancaman bom lewat t elepon at au alat komunikasi
lainnya.
17. Pasal 479 q.
Perbuat an yang dapat membahayakan keamanan pesawat udara dalam
penerbangan adalah perbuat an yang nyat a-nyat a membahayakan
keamanan penerbangan sepert i membuka pint u darurat at au pint u
ut ama, merusak alat -alat pelampung at au alat -alat penyelamat lainnya.
Pe
ra
tu
ra
n
Pe
IV
Cukup j elas.
di
tje
n
Pasal
ru
nd
an
gun
da
ng
an
18. Pasal 479 r.
Yang dimaksud dalam pasal ini dengan perbuat an yang nyat a-nyat a
bert ent angan dengan ket ert iban, dan t at at ert ib (disiplin) dalam pesawat
udara adalah dengan sengaj a mabuk-mabukan, membuat onar,
kegaduhan dan lain sebagainya.