PENERAPAN PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH MEDAN
PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN
MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI
Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi
PENERAPAN PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH
MEDAN
Ernita *
*Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan, Ketua Lembaga Penjaminan Mutu
Abstract
PENERAPAN PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA ALWASHLIYAH MEDAN Ernita[1]*)
Pendahuluan Pendidikan merupakan hak setiap warga negara karena hanya melalui pendidikan
kesejahteraan sosial suatu negara dapat tercapai. Pendidikan merupakan modal yang sangat
berharga bagi kemajuan suatu bangsa. Tumpuan besar akan keberlangsungan kehidupan suatu
bangsa di masa depan sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterima warganya. Hal itu tidak
dapat dipungkiri, karena rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan awal dari kemiskinan.
Saat ini telah terjadi perubahan lingkungan pada tataran global yang tercermin dari terbentuknya
forum internasional seperti GATT, WTO, APEC, AFTA, NAFTA, IMG-GT, IMS-GT, SOSEKMALINDO,
dan sebagainya, yang kesemuanya merupakan usaha untuk menyongsong perdangangan bebas,
dimana akan terjadi persaingan yang sangat ketat. Kunci untuk memenangkan persaingan tersebut
sangat ditentukan oleh tingginya kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh suatu bangsa.
Tinggi rendahnya kualitas sumberdaya manusia sangat ditentukan oleh bermutu atau tidaknya
pendidikan yang dikelola suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu tinggi adalah
mutlak dilaksanakan, agar mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang handal dan berakhlak
mulia yang akan memenangkan kompetisi di era globalisasi ini. Kualitas pendidikan telah menjadi
pusaran kegiatan pendidikan selama ini, sehingga berbagai langkah dan strategi serta program
pemerintah diorientasikan pada pencapaian mutu pendidikan, antara lain dengan menetapkan
desentralisasi pendidikan, merubah paradigma dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah,
menyempurnakan kurikulum, memperbaiki sistem pembelajaran, serta menaikkan anggaran
pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan pendidik, membangun berbagai fasilitas pendidikan,
menetapkan standar nasional pendidik, dan menggunakan sistem penjamin mutu serta memperketat
akreditasi, dan sebagainya. Akan tetapi, semua usaha tersebut tidak berguna apabila tidak diikuti
dengan manajemen yang baik pada tingkat satuan pendidikan. Oleh karenanya semua tingkat satuan
pendidikan perlu untuk mengimplimentasikan konsep Manajemen Mutu Total (Total Quality
Management) yang telah sukses mengantarkan dunia bisnis atau usaha dalam menciptakan mutu
produksi terbaik dan bahkan melebihi kepuasan standar para pelanggannya. Salah satu bentuk
perubahan yang terjadi saat ini adalah transformasi spirit corporate culture ke dalam institusi
pendidikan tinggi, artinya penerapan prinsip penatakelolaan yang baik ke dalam lembaga
pendidikan tinggi. Dengan menerapkan nilai-nilai good governance yang baik yaitu; transparansi,
akuntabilitas dan responsiveness terhadap budaya akademik dan prakarsa, serta dampaknya
terhadap mutu layanan. Dalam membangun mutu perguruan tinggi maka diperlukan sistem,
standar, dan aturan-aturan untuk melaksanakannya dan dijadikan sebuah proses budaya dan budaya
itu adalah kita, dimana kita membiasakan diri terhadap sistem, standar dan aturan tersebut. Sebagai
wadah lanjutan pembelajaran dari pendidikan menengah, maka Perguruan tinggi diselenggarakan
untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademis dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Sebagai bangsa yang bercita-cita mensejahterakan warganya maka
bangsa Indonesia perlu memperbaiki sistem pendidikan sehingga menjadi lebih bermutu, karena
hanya melalui pendidikan yang bermutulah, lahir warga masyarakat yang lebih kreatif, inovatif dan
kritis sehingga mampu bersaing dengan warga negara lainnya. Pemerintah Republik Indonesia
melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berkomitmen untuk membangun
manajemen perguruan tinggi yang profesional dan akuntabel. Pemerintah menyusun dan
mensosialisasikan program perbaikan budaya mutu melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI). SPMI adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu Pendidikan Tinggi yang dilakukan oleh
setiap Perguruan Tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan
pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan. Penjaminan mutu merupakan serangkaian
proses dan sistem yang terkait untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai
kinerja dan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, program, dan lembaga. Sistem penjaminan
mutu ditujukan untuk membangun mutu layanan agar memenuhi kepuasan pemangku kepentingan
mahasiswa/orang tua atau wali mahasiswa, pengguna lulusan, serta pihak terkait lainnya untuk
menghasilkan lulusan yang cakap, terampil, dan memiliki sikap yang mulia. Suatu perguruan tinggi
dikatakan bermutu apabila mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan
misinya (aspek deduktif), serta mampu memenuhi kebutuhan/ memuaskan stakeholders (aspek
induktif) yaitu kebutuhan masyarakat, dunia kerja dan profesional, sehingga perguruan tinggi harus
mampu merencanakan, menjalankan dan mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian
mutu. Pengalaman Inspiratif Semenjak diangkat dalam jabatan Ketua Lembaga Penjaminan
Mutu di Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan, saya merasa mendapatkan inspirasi
yang mengagumkan bahwa saya masih dapat memberi manfaat kepada orang yang ada di sekeliling
saya. Hal ini bukan tanpa alasan, karena selama ini proses penjaminan mutu di perguruan tinggi
kami belum dapat dikatakan berjalan dengan sebagaimana mestinya. Belum ada perangkat
organisasi di tingkat fakultas dan jurusan sebagai Gugus dan Unit Penjaminan Mutu. Selain itu juga
belum ada dokumentasi mutu yang dihasilkan sebagai bukti bahwa program SPMI dijalankan
dengan sebenarnya. Akan tetapi saya merasa beruntung karena pimpinan di bidang akademik di
kampus kami, Wakil Rektor I yang baru terpilih, merupakan sosok yang memiliki pandangan luas ke
depan dan senantiasa memberikan arahan dan masukan yang sangat bermanfaat bagi saya yang
belum banyak memiliki wawasan tentang sistem penjaminan mutu. Beberapa pelatihan atau
bimbingan teknis saya ikuti sehingga pada akhirnya saya merasa termotivasi dan bertekat untuk
menjalankan dan mengembangkan SPMI di kampus kami dengan sebaik-baiknya. Beberapa praktek
yang yang dijalankan di kampus kami selama ini yang dianggap sebagai hal yang wajar-wajar saja
ternyata bukanlah praktek budaya yang dianggap bermutu, bahkan dikategorikan tercela. Semisal,
dosen yang mengajar tanpa adanya kontrak perkuliahan di awal pertemuan, atau tim dosen yang
telah membuat Satuan Acara Pembelajaran (SAP) tetapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai dari
ketentuan isi SAP, ataupun tidak adanya kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa dalam
menilai kinerja para dosennya. Hal-hal di atas merupakan praktek yang tidak baik dalam mencapai
budaya mutu pada perguruan tinggi seperti yang distandarkan oleh Dikti. Ataupun praktek lain,
semisal dalam melakukan rapat atau pertemuan baik di tingkat institusi, fakultas, ataupun jurusan
yang kerap kali tidak memperhatikan waktu dimulainya pertemuan, sehingga seringkali molor dan
menyita waktu sehingga lainnya menjadi terganggu, adalah juga merupakan akibat dari tidak
tegaknya budaya mutu di institusi kami. Sedikit saya ingin berbagi pangalaman saya, ketika
mengikuti pendidikan Doktoral di salah satu perguruan tinggi di negara jiran sepuluh tahun lalu,
saya melihat betapa budaya mutu yang mereka tegakkan disana memberikan inspirasi kepada saya.
Betapa mereka sangat tertib dan disiplin dalam bertugas. Pada saat jam kerja tidak ada orang yang
lalu lalang di halaman kampus, semuanya ada di dalam ruangan bekerja secara hikmat, seolah-olah
tidak ada aktivitas apapun bila kita lihat dari luar, hanya mobil yang banyak kita lihat di halaman
parkiran, tetapi orang tidak ada berlalu lalang. Ketika kita masuk ke ruangan administrasi, barulah
kita sadar ternyata mereka sedang bekerja dengan hikmat. Demikian pula bila kita lihat ke ruangan
kuliah, kita akan menemukan mahasiswa yang kerap mengikuti perkuliahan dengan serius,
melakukan tanya jawab dengan tertib, yang mencerminkan atmosfer akademik yang berkualitas
sebagai cermin dari telah tegaknya budaya mutu pada perguruan tinggi tersebut. Bermodalkan
pengalaman tersebut, saya bertanya dalam hati, kapan kampus saya bisa seperti kampus-kampus
yang ada di luar negeri ini. Ternyata, budaya mutu akademik yang saya rasakan di perguruan tinggi
di negara jiran ini juga berbanding lurus dengan budaya hidup masyarakatnya sehari-hari. Hal ini
terlihat dari bagaimana mereka berlalu lintas yang tertib, seperti tidak menyebrang jalan
sembarangan, hanya di tempat-tempat yang boleh diizinkan menyebrang jalan saja. Begitu juga
budaya antri berbelanja, membeli makanan, naik bus, dan sebagainya. Kemudian budaya mutu ini
juga dapat kita lihat dari kualitas fasilitas umum yang ada, tidak ada sampah yang berserakan, toilet
yang bersih dan harum mudah untuk kita temukan, kenderaan umum yang parkir rapi dan terjadwal
keberangkatannya, adalah hal-hal yang membuat saya betah berlama-lama di sana. Demikian juga
asrama, tempat hunian mahasiswa yang saya rasakan sangat nyaman, bersih, tertata rapi dan
ditunjang dengan kantin yang menyediakan menu makanan harian yang sangat bervariasi dan
bercita rasa, membuat daya tarik tersendiri bagi saya. Musolla yang bersih, koperasi mahasiswa
sebagai sarana mengembangkan mental entrepreneurship, trnasportasi yang representatif
senantiasa lalu lalang mengangkut mahasiswa, taman-taman hijau dan bunga yang indah tertata rapi
dan membuat suasana asri sehingga saya betah mengikuti perkuliahan disana. Semua kondisi yang
saya rasakan merupakan manifestasi dari tegaknya budaya mutu ke dalam semua sendi dalam hidup
keseharian dari warga negaranya. Membangun budaya mutu sudah diamanatkan di dalam undangundang, Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan
dicantumkan dalam Renstra Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun 2015-2019,
yang menyusun program dalam membangun budaya mutu yang berkualitas pada perguruan tinggi
melalui SPMI merupakan kebijakan pemerintah yang dirasakan sangat tepat, karena pengembangan
kelembagaan perguruan tinggi pada akhirnya ditujukan untuk menjamin lahirnya sarjana-sarjana
yang unggul yang akan menggerakkan masyarakat mencapai kesejahteraan melalui budaya yang
berkualitas. Hanya melalui pendidikanlah suatu negara dapat berkembang menjadi negara maju dan
mampu bersaing dengan negara-negara lain. Penerapan SPMI di UMN Al-Washliyah Perguruan
tinggi merupakan pusat kreatifas yang mengantisipasi masa depan dengan sense of purpose, sense
of mission dan sense of commitment serta organisasi yang menyumbang kepada kemajuan
intelektual dan sosial. Perguruan tinggi menghasilkan perancang perubahan (change-designers) dan
pendorong perubahan (change-pusher) yang berjiwa entrepreneur dan innovator. Perguruan tinggi
sebagai lembaga pendidikan yang di otonomikan memunculkan tuntutan terhadap peningkatan dan
perbaikan mutu yang tinggi dari kebijakan-kebijakan strategis yang dihasilkan. Untuk mampu
bersaing diera globalisasi saat ini, pemerintah harus benar-benar memprioritaskan pendidikan.
Sebab, hanya pendidikan yang mampu meningkatkan kapasitas masyarakat atas penguasaan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Sebagai suatu perguruan tinggi yang berwawasan keunggulan
dalam menyediakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berjiwa Islami, maka Universitas
Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan sedang berupaya membuktikan kepatuhannya dalam
menjalankan peraturan perundang-undangan tentang Standar Dikti, dan sekaligus juga
membuktikan kepada masyarakat bahwa UMN Al-Washliyah secara sungguh-sungguh
menyelenggarakan pendidikan tinggi berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Saat ini LPM UMN Al-Washliyah telah menyusun dokumen mutu,
seperti kebijakan mutu, manual mutu dan standar mutu. Di tingkat universitaspun, UMN sedang
berupaya melengkapi perangkat aturan-aturan yang dibutuhkan dalam menjalankan SPMI dan
Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi yang direncanakan akan dilaksanakan pada Tahun 2017 nanti.
Untuk dapat diakreditasi oleh BAN PT, maka UMN Al-Washliyah harus telah menjalankan SPMI
untuk satu kali putaran. Oleh karena itu, fungsi Lembaga Penjaminan Mutu sangat diharapkan
keberadaannya agar AIPT dapat sukses diselenggarakan di kampus kami. UMN Al-Washliyah
mengelola enam fakultas pada Program Sarjana yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas
Hukum, dan Fakultas Sastra, serta satu Program Studi Bahasa Indonesia pada Program Magister,
sehingga secara keseluruhan ada 17 orang personal penjaminan mutu di tingkat fakultas dan
jurusan yang telah diangkat. Kepada kami juga telah disediakan kantor tempat mengelola
administasi penjaminan mutu yang sangat representatif keberadaannya. Kesemua anggota
penjaminan mutu juga diberikan insentif setiap bulannya. Semuanya itu merupakan bukti dan
refleksi dari tingginya komitmen dan keberpihakan pimpinan dalam mendukung peningkatkan
budaya mutu perguruan di tinggi kami. Saat ini, personil penjaminan mutu UMN Al-Washliyah
sedang berupaya menyusun Standar Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi secara bertahap
berdasarkan kerangka waktu yang sudah ditetapkan pelaksanaannya. Mulai dari penetapan standar,
pelaksanaan standar, evaluasi pelaksanaan standar, perbaikan pelaksanaan standar dan
peningkatan standar, disingkat dengan PPEPP. Terdapat 24 Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan
direncanakan 26 standar Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh instsitusi, sehingga secara
keseluruhan ada 50 standar. Pelaksanaan SPM dimulai dari kegiatan pendidikan, dan kemudian
dikembangkan di bidang penelitian, kemudian pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya
menetapkan Standar Dikti, yaitu standar yang disusun oleh Perguruan Tinggi yang mengacu kepada
visi dan misi perguruan tinggi tersebut. Setelah seluruh standar tersusun, kami merencanakan
untuk mensosialisasikan standar tersebut tidak hanya kepada Rektor, Ketua LPM, atau Dekan saja
tetapi kepada seluruh sivitas akademika. Masuknya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
UMN Al-Washliyah ke dalam kategori Madya, dan telah dipercayanya UMN Al-Washliyah sebagai
pengelola Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) selama beberapa tahun telah memunculkan
peluang sekaligus tantangan baru bahwa organisasi di bawah naungan UMN Al-Washliyah sudah
semestinya dikelola secara profesional, terencana dan berkesinambungan. Kedepan kami
merencanakan untuk melakukan pelatihan dalam rangka rekruitmen auditor bagi semua perangkat
penjaminan mutu di kampus kami. Penutup Kesadaran terhadap budaya mutu pada hakekatnya
adalah memberikan kepuasan terhadap para pelanggan atau stakeholder. Mengelola budaya mutu
dapat diartikan bahwa kita selalu melakukan hal yang benar diwaktu yang tepat, dan senantiasa
berusaha untuk melakukan perbaikan. Pengelolaan budaya mutu tidak bisa dilakukan secara partial
karena di dalam lembaga terdapat berbagai elemen. Budaya mutu dikelola secara bersama-sama
secara terintegrasi dan dimulai dengan membiasakan bersikap disiplin sebagai bagian dari budaya
mutu, mutu harus memiliki standar, dan dimulai dari hal-hal yang terkecil. Perguruan tinggi yang
membangun budaya mutu yang baik akan menjadi primadona dan diminati masyarakat, dan
sebaliknya perguruan tinggi yang tidak perduli dengan budaya mutu secara perlahan akan
ditinggalkan oleh masyarakat dan akhirnya mati secara perlahan-lahan.
[1] *) Ernita. Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
HP.081396988944, email: [email protected]
MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI
Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi
PENERAPAN PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH
MEDAN
Ernita *
*Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan, Ketua Lembaga Penjaminan Mutu
Abstract
PENERAPAN PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA ALWASHLIYAH MEDAN Ernita[1]*)
Pendahuluan Pendidikan merupakan hak setiap warga negara karena hanya melalui pendidikan
kesejahteraan sosial suatu negara dapat tercapai. Pendidikan merupakan modal yang sangat
berharga bagi kemajuan suatu bangsa. Tumpuan besar akan keberlangsungan kehidupan suatu
bangsa di masa depan sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterima warganya. Hal itu tidak
dapat dipungkiri, karena rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan awal dari kemiskinan.
Saat ini telah terjadi perubahan lingkungan pada tataran global yang tercermin dari terbentuknya
forum internasional seperti GATT, WTO, APEC, AFTA, NAFTA, IMG-GT, IMS-GT, SOSEKMALINDO,
dan sebagainya, yang kesemuanya merupakan usaha untuk menyongsong perdangangan bebas,
dimana akan terjadi persaingan yang sangat ketat. Kunci untuk memenangkan persaingan tersebut
sangat ditentukan oleh tingginya kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh suatu bangsa.
Tinggi rendahnya kualitas sumberdaya manusia sangat ditentukan oleh bermutu atau tidaknya
pendidikan yang dikelola suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu tinggi adalah
mutlak dilaksanakan, agar mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang handal dan berakhlak
mulia yang akan memenangkan kompetisi di era globalisasi ini. Kualitas pendidikan telah menjadi
pusaran kegiatan pendidikan selama ini, sehingga berbagai langkah dan strategi serta program
pemerintah diorientasikan pada pencapaian mutu pendidikan, antara lain dengan menetapkan
desentralisasi pendidikan, merubah paradigma dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah,
menyempurnakan kurikulum, memperbaiki sistem pembelajaran, serta menaikkan anggaran
pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan pendidik, membangun berbagai fasilitas pendidikan,
menetapkan standar nasional pendidik, dan menggunakan sistem penjamin mutu serta memperketat
akreditasi, dan sebagainya. Akan tetapi, semua usaha tersebut tidak berguna apabila tidak diikuti
dengan manajemen yang baik pada tingkat satuan pendidikan. Oleh karenanya semua tingkat satuan
pendidikan perlu untuk mengimplimentasikan konsep Manajemen Mutu Total (Total Quality
Management) yang telah sukses mengantarkan dunia bisnis atau usaha dalam menciptakan mutu
produksi terbaik dan bahkan melebihi kepuasan standar para pelanggannya. Salah satu bentuk
perubahan yang terjadi saat ini adalah transformasi spirit corporate culture ke dalam institusi
pendidikan tinggi, artinya penerapan prinsip penatakelolaan yang baik ke dalam lembaga
pendidikan tinggi. Dengan menerapkan nilai-nilai good governance yang baik yaitu; transparansi,
akuntabilitas dan responsiveness terhadap budaya akademik dan prakarsa, serta dampaknya
terhadap mutu layanan. Dalam membangun mutu perguruan tinggi maka diperlukan sistem,
standar, dan aturan-aturan untuk melaksanakannya dan dijadikan sebuah proses budaya dan budaya
itu adalah kita, dimana kita membiasakan diri terhadap sistem, standar dan aturan tersebut. Sebagai
wadah lanjutan pembelajaran dari pendidikan menengah, maka Perguruan tinggi diselenggarakan
untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademis dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Sebagai bangsa yang bercita-cita mensejahterakan warganya maka
bangsa Indonesia perlu memperbaiki sistem pendidikan sehingga menjadi lebih bermutu, karena
hanya melalui pendidikan yang bermutulah, lahir warga masyarakat yang lebih kreatif, inovatif dan
kritis sehingga mampu bersaing dengan warga negara lainnya. Pemerintah Republik Indonesia
melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berkomitmen untuk membangun
manajemen perguruan tinggi yang profesional dan akuntabel. Pemerintah menyusun dan
mensosialisasikan program perbaikan budaya mutu melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI). SPMI adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu Pendidikan Tinggi yang dilakukan oleh
setiap Perguruan Tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan
pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan. Penjaminan mutu merupakan serangkaian
proses dan sistem yang terkait untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai
kinerja dan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, program, dan lembaga. Sistem penjaminan
mutu ditujukan untuk membangun mutu layanan agar memenuhi kepuasan pemangku kepentingan
mahasiswa/orang tua atau wali mahasiswa, pengguna lulusan, serta pihak terkait lainnya untuk
menghasilkan lulusan yang cakap, terampil, dan memiliki sikap yang mulia. Suatu perguruan tinggi
dikatakan bermutu apabila mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan
misinya (aspek deduktif), serta mampu memenuhi kebutuhan/ memuaskan stakeholders (aspek
induktif) yaitu kebutuhan masyarakat, dunia kerja dan profesional, sehingga perguruan tinggi harus
mampu merencanakan, menjalankan dan mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian
mutu. Pengalaman Inspiratif Semenjak diangkat dalam jabatan Ketua Lembaga Penjaminan
Mutu di Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan, saya merasa mendapatkan inspirasi
yang mengagumkan bahwa saya masih dapat memberi manfaat kepada orang yang ada di sekeliling
saya. Hal ini bukan tanpa alasan, karena selama ini proses penjaminan mutu di perguruan tinggi
kami belum dapat dikatakan berjalan dengan sebagaimana mestinya. Belum ada perangkat
organisasi di tingkat fakultas dan jurusan sebagai Gugus dan Unit Penjaminan Mutu. Selain itu juga
belum ada dokumentasi mutu yang dihasilkan sebagai bukti bahwa program SPMI dijalankan
dengan sebenarnya. Akan tetapi saya merasa beruntung karena pimpinan di bidang akademik di
kampus kami, Wakil Rektor I yang baru terpilih, merupakan sosok yang memiliki pandangan luas ke
depan dan senantiasa memberikan arahan dan masukan yang sangat bermanfaat bagi saya yang
belum banyak memiliki wawasan tentang sistem penjaminan mutu. Beberapa pelatihan atau
bimbingan teknis saya ikuti sehingga pada akhirnya saya merasa termotivasi dan bertekat untuk
menjalankan dan mengembangkan SPMI di kampus kami dengan sebaik-baiknya. Beberapa praktek
yang yang dijalankan di kampus kami selama ini yang dianggap sebagai hal yang wajar-wajar saja
ternyata bukanlah praktek budaya yang dianggap bermutu, bahkan dikategorikan tercela. Semisal,
dosen yang mengajar tanpa adanya kontrak perkuliahan di awal pertemuan, atau tim dosen yang
telah membuat Satuan Acara Pembelajaran (SAP) tetapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai dari
ketentuan isi SAP, ataupun tidak adanya kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa dalam
menilai kinerja para dosennya. Hal-hal di atas merupakan praktek yang tidak baik dalam mencapai
budaya mutu pada perguruan tinggi seperti yang distandarkan oleh Dikti. Ataupun praktek lain,
semisal dalam melakukan rapat atau pertemuan baik di tingkat institusi, fakultas, ataupun jurusan
yang kerap kali tidak memperhatikan waktu dimulainya pertemuan, sehingga seringkali molor dan
menyita waktu sehingga lainnya menjadi terganggu, adalah juga merupakan akibat dari tidak
tegaknya budaya mutu di institusi kami. Sedikit saya ingin berbagi pangalaman saya, ketika
mengikuti pendidikan Doktoral di salah satu perguruan tinggi di negara jiran sepuluh tahun lalu,
saya melihat betapa budaya mutu yang mereka tegakkan disana memberikan inspirasi kepada saya.
Betapa mereka sangat tertib dan disiplin dalam bertugas. Pada saat jam kerja tidak ada orang yang
lalu lalang di halaman kampus, semuanya ada di dalam ruangan bekerja secara hikmat, seolah-olah
tidak ada aktivitas apapun bila kita lihat dari luar, hanya mobil yang banyak kita lihat di halaman
parkiran, tetapi orang tidak ada berlalu lalang. Ketika kita masuk ke ruangan administrasi, barulah
kita sadar ternyata mereka sedang bekerja dengan hikmat. Demikian pula bila kita lihat ke ruangan
kuliah, kita akan menemukan mahasiswa yang kerap mengikuti perkuliahan dengan serius,
melakukan tanya jawab dengan tertib, yang mencerminkan atmosfer akademik yang berkualitas
sebagai cermin dari telah tegaknya budaya mutu pada perguruan tinggi tersebut. Bermodalkan
pengalaman tersebut, saya bertanya dalam hati, kapan kampus saya bisa seperti kampus-kampus
yang ada di luar negeri ini. Ternyata, budaya mutu akademik yang saya rasakan di perguruan tinggi
di negara jiran ini juga berbanding lurus dengan budaya hidup masyarakatnya sehari-hari. Hal ini
terlihat dari bagaimana mereka berlalu lintas yang tertib, seperti tidak menyebrang jalan
sembarangan, hanya di tempat-tempat yang boleh diizinkan menyebrang jalan saja. Begitu juga
budaya antri berbelanja, membeli makanan, naik bus, dan sebagainya. Kemudian budaya mutu ini
juga dapat kita lihat dari kualitas fasilitas umum yang ada, tidak ada sampah yang berserakan, toilet
yang bersih dan harum mudah untuk kita temukan, kenderaan umum yang parkir rapi dan terjadwal
keberangkatannya, adalah hal-hal yang membuat saya betah berlama-lama di sana. Demikian juga
asrama, tempat hunian mahasiswa yang saya rasakan sangat nyaman, bersih, tertata rapi dan
ditunjang dengan kantin yang menyediakan menu makanan harian yang sangat bervariasi dan
bercita rasa, membuat daya tarik tersendiri bagi saya. Musolla yang bersih, koperasi mahasiswa
sebagai sarana mengembangkan mental entrepreneurship, trnasportasi yang representatif
senantiasa lalu lalang mengangkut mahasiswa, taman-taman hijau dan bunga yang indah tertata rapi
dan membuat suasana asri sehingga saya betah mengikuti perkuliahan disana. Semua kondisi yang
saya rasakan merupakan manifestasi dari tegaknya budaya mutu ke dalam semua sendi dalam hidup
keseharian dari warga negaranya. Membangun budaya mutu sudah diamanatkan di dalam undangundang, Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan
dicantumkan dalam Renstra Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun 2015-2019,
yang menyusun program dalam membangun budaya mutu yang berkualitas pada perguruan tinggi
melalui SPMI merupakan kebijakan pemerintah yang dirasakan sangat tepat, karena pengembangan
kelembagaan perguruan tinggi pada akhirnya ditujukan untuk menjamin lahirnya sarjana-sarjana
yang unggul yang akan menggerakkan masyarakat mencapai kesejahteraan melalui budaya yang
berkualitas. Hanya melalui pendidikanlah suatu negara dapat berkembang menjadi negara maju dan
mampu bersaing dengan negara-negara lain. Penerapan SPMI di UMN Al-Washliyah Perguruan
tinggi merupakan pusat kreatifas yang mengantisipasi masa depan dengan sense of purpose, sense
of mission dan sense of commitment serta organisasi yang menyumbang kepada kemajuan
intelektual dan sosial. Perguruan tinggi menghasilkan perancang perubahan (change-designers) dan
pendorong perubahan (change-pusher) yang berjiwa entrepreneur dan innovator. Perguruan tinggi
sebagai lembaga pendidikan yang di otonomikan memunculkan tuntutan terhadap peningkatan dan
perbaikan mutu yang tinggi dari kebijakan-kebijakan strategis yang dihasilkan. Untuk mampu
bersaing diera globalisasi saat ini, pemerintah harus benar-benar memprioritaskan pendidikan.
Sebab, hanya pendidikan yang mampu meningkatkan kapasitas masyarakat atas penguasaan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Sebagai suatu perguruan tinggi yang berwawasan keunggulan
dalam menyediakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berjiwa Islami, maka Universitas
Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan sedang berupaya membuktikan kepatuhannya dalam
menjalankan peraturan perundang-undangan tentang Standar Dikti, dan sekaligus juga
membuktikan kepada masyarakat bahwa UMN Al-Washliyah secara sungguh-sungguh
menyelenggarakan pendidikan tinggi berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Saat ini LPM UMN Al-Washliyah telah menyusun dokumen mutu,
seperti kebijakan mutu, manual mutu dan standar mutu. Di tingkat universitaspun, UMN sedang
berupaya melengkapi perangkat aturan-aturan yang dibutuhkan dalam menjalankan SPMI dan
Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi yang direncanakan akan dilaksanakan pada Tahun 2017 nanti.
Untuk dapat diakreditasi oleh BAN PT, maka UMN Al-Washliyah harus telah menjalankan SPMI
untuk satu kali putaran. Oleh karena itu, fungsi Lembaga Penjaminan Mutu sangat diharapkan
keberadaannya agar AIPT dapat sukses diselenggarakan di kampus kami. UMN Al-Washliyah
mengelola enam fakultas pada Program Sarjana yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas
Hukum, dan Fakultas Sastra, serta satu Program Studi Bahasa Indonesia pada Program Magister,
sehingga secara keseluruhan ada 17 orang personal penjaminan mutu di tingkat fakultas dan
jurusan yang telah diangkat. Kepada kami juga telah disediakan kantor tempat mengelola
administasi penjaminan mutu yang sangat representatif keberadaannya. Kesemua anggota
penjaminan mutu juga diberikan insentif setiap bulannya. Semuanya itu merupakan bukti dan
refleksi dari tingginya komitmen dan keberpihakan pimpinan dalam mendukung peningkatkan
budaya mutu perguruan di tinggi kami. Saat ini, personil penjaminan mutu UMN Al-Washliyah
sedang berupaya menyusun Standar Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi secara bertahap
berdasarkan kerangka waktu yang sudah ditetapkan pelaksanaannya. Mulai dari penetapan standar,
pelaksanaan standar, evaluasi pelaksanaan standar, perbaikan pelaksanaan standar dan
peningkatan standar, disingkat dengan PPEPP. Terdapat 24 Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan
direncanakan 26 standar Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh instsitusi, sehingga secara
keseluruhan ada 50 standar. Pelaksanaan SPM dimulai dari kegiatan pendidikan, dan kemudian
dikembangkan di bidang penelitian, kemudian pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya
menetapkan Standar Dikti, yaitu standar yang disusun oleh Perguruan Tinggi yang mengacu kepada
visi dan misi perguruan tinggi tersebut. Setelah seluruh standar tersusun, kami merencanakan
untuk mensosialisasikan standar tersebut tidak hanya kepada Rektor, Ketua LPM, atau Dekan saja
tetapi kepada seluruh sivitas akademika. Masuknya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
UMN Al-Washliyah ke dalam kategori Madya, dan telah dipercayanya UMN Al-Washliyah sebagai
pengelola Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) selama beberapa tahun telah memunculkan
peluang sekaligus tantangan baru bahwa organisasi di bawah naungan UMN Al-Washliyah sudah
semestinya dikelola secara profesional, terencana dan berkesinambungan. Kedepan kami
merencanakan untuk melakukan pelatihan dalam rangka rekruitmen auditor bagi semua perangkat
penjaminan mutu di kampus kami. Penutup Kesadaran terhadap budaya mutu pada hakekatnya
adalah memberikan kepuasan terhadap para pelanggan atau stakeholder. Mengelola budaya mutu
dapat diartikan bahwa kita selalu melakukan hal yang benar diwaktu yang tepat, dan senantiasa
berusaha untuk melakukan perbaikan. Pengelolaan budaya mutu tidak bisa dilakukan secara partial
karena di dalam lembaga terdapat berbagai elemen. Budaya mutu dikelola secara bersama-sama
secara terintegrasi dan dimulai dengan membiasakan bersikap disiplin sebagai bagian dari budaya
mutu, mutu harus memiliki standar, dan dimulai dari hal-hal yang terkecil. Perguruan tinggi yang
membangun budaya mutu yang baik akan menjadi primadona dan diminati masyarakat, dan
sebaliknya perguruan tinggi yang tidak perduli dengan budaya mutu secara perlahan akan
ditinggalkan oleh masyarakat dan akhirnya mati secara perlahan-lahan.
[1] *) Ernita. Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
HP.081396988944, email: [email protected]