Rakornisjarah TNI – Pusat Sejarah TNI

SEJARAH NASIONALISME
PAPUA
Oleh: Dr. Adriana Elisabeth
Rakornis Pusjarah TNI
Jakarta, 21 Februari 2017

STRUKTUR PRESENTASI
I. Memahami Nasionalisme Papua
II. Papua dalam Dinamika
Nasional
III. Papua dalam Dinamika
Internasional
IV. Dialog dan Masa Depan Papua

I. Memahami Nasionalisme Papua
Latar belakang/proses nasionalisme

di Papua
Kesultanan Tidore dan pengaruhnya
Migrasi melalui laut (Oceanic
Migration)

Kepentingan Indonesia:
kemerdekaan politik dari Belanda
kedaulatan wilayah

Kepentingan Asing di Papua
Kepentingan Belanda:
Memberikan self-determination untuk
Papua
Pengelolaan & keuntungan sumber daya
alam (emas)
Kepentingan Amerika Serikat:
Membendung komunisme
Membendung kekuatan/kepemimpinan

global Indonesia di bawah Sukarno

II. Papua dalam Dinamika Nasional
Akar persoalan Papua:
(1) Marjinalisasi & diskriminasi
(2) Kegagalan pembangunan:

 UU Otsus Papua 2001
 UP4B 2011-2014

(3) Kekerasan negara & pelanggaran HAM
(4) Sejarah integrasi & status politik Papua

Masalah lain:
Depopulasi/perubahan demografi di Papua
Isu agama
Pengelolaan SDA berbasis hukum adat

AKAR MASALAH PAPUA
Generasi muda Papua:
Berideologi merdeka
Gerakan politik dan jaringan diaspora Papua secara

internasional
Teknologi komunikasi dan informasi melalui media
sosial


Model gerakan:
Protes
Mogok
Boikot
Gunakan simbol-simbol politik

Aktor Gerakan
Aliansi Mahasiswa Papua
Front Nasional Mahasiswa Papua
Garda Papua
Parlemen Rakyat Daerah
Komite Nasional Papua Barat
National Parliament of West Papua.
Tumbuhnya nasionalisme baru di kalangan

kaum muda Papua berbasis: ras Melanesia, antikolonialisme, dan humanisme.
Membentuk United Liberation Movement for
West Papua/ ULMWP

III. Papua dalam Dinamika

Internasional
Negara asing mengakui kedaulatan RI di Papua
Hubungan bilateral Indonesia dengan negara asing:
penanganan penyakit menular & pencegahan HIV/AID
pendidikan (beasiswa, training)
lingkungan hidup
Perencanaan keuangan dan penataan birokrasi lokal

Diplomasi Indonesia di Pasifik Selatan
Namun Papua dipandang berbeda oleh aktifis HAM,

LSM & lembaga Gereja:
Pelanggaran HAM yang tidak diselesaikan secara adil
Kepentingan investasi luar negeri tidak berbasis hukum

adat Papua

PERAN DIPLOMASI INDONESIA
Diplomasi Ofensif
Transaksional


Defensif
Kedaulatan negara tidak didukung dengan

perbaikan kondisi di Papua: pendidikan,
kesehatan, dll.
Esensi diplomasi:
Komunikasi
Negosiasi
Kompromi
Menjaring informasi

Masalah HAM di Papua
Masalah pelanggaran HAM: penangannya belum

menyeluruh (belum mencakup HAM sipil, politik,
ekonomi, sosial dan budaya)
Tidak sejalan dengan kampanye isu HAM di luar
negeri oleh ULMWP
Pembentukan Tim Terpadu HAM tidak kredibel

Masalah koordinasi antarinstitusi HAM/penegak
hukum
Pembatasan kebebasan berekspresi terjadi di Papua
Penyelesaian pelanggaran HAM 1962-2010?
Mengurangi tindak kekerasan yang menjurus pada
pelanggaran HAM?

Masalah PEPERA
Beda persepsi mengenai proses integrasi antara

Pemerintah Indonesia dengan Orang Papua
Interpretasi atas proses dan hasil jajak pendapat
terus berkembang
Integrasi Papua tidak dibarengi dengan
perbaikan kondisi Papua, bahkan pelanggaran
HAM dan kekerasan politik berlangsung terus
Orang Papua tidak diterima sebagai bagian utuh
dalam keindonesiaan – scr filosofi, norma dan
nilai budaya Melanesia
Keterasingan antara “Jakarta dg Papua”


PERAN MEDIA
Media lokal dan internasional lebih

aktif & konsisten memberitakan
Papua
Media nasional tidak mengimbangi
pemberitaan media lokal dan
internasional
Media nasional terkesan
menghindari pemberitaan yang
tidak mendukung NKRI di Papua

IV. Dialog dan Masa Depan Papua
DIALOG NASIONAL YG INKLUSIF

untuk trust building antara:
Pemerintah & Masyarakat
Antarkelompok di Papua
Papua


asli vs Pendatang
Antargenerasi
Gereja dan Adat

TUJUAN DIALOG
 Dialog sebagai bagian dari demokrasi
 Pembangunan berbasis HAM
Penyelesaian trauma akibat konflik
 DIALOG UNTUK MENCAPAI REKONSILIASI:
MENGHARGAI MARTABAT MANUSIA PAPUA
DIALOG PERLU PERSIAPAN YG MATANG
PROSES PANJANG DAN MELELAHKAN
DIALOG TIDAK MEMBUNUH SIAPA PUN
KALAU DIALOG GAGAL/DEADLOCK, BISA

DIMULAI KEMBALI

Proses Dialog Inklusif
Dialog pembangunan

Presiden dengan Pemerintah Daerah
(Gubernur Papua/PB, DPRP/PB, dan MRP/PB)
Presiden dengan Kementrian/Lembaga
Dialog internal masyarakat Papua
Dialog sektoral antara Pemerintah dan

wakil-wakil masyarakat Papua terkait
isu-isu sektoral
Dialog nasional antara Pemerintah dan
wakil-wakil masyarakat Papua menuju
rekonsiliasi di Papua

TERIMA KASIH