Pengukuran Sumbatan Hidung pada Deviasi Septum Nasi.
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
Pengukur an Sumbatan Hidung pada
Deviasi Septum Nasi
Bestari J Budiman, Ade Asyari
Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakult as Kedokt er an Univer sit as Andalas Padang
Abstr ak
Latar Belakang: Gejala sumbatan hidung meskipun bukan suatu gejala penyakit yang berat, tetapi dapat
menurunkan kualitas hidup dan aktivitas penderita. Penyebab sumbatan hidung dapat ber variasi dari ber bagai
penyakit dan kelainan anatomis. Salah satu penyebab dari kelainan anatomi adalah deviasi septum nasi. Tujuan: Untuk
menilai gejala dan derajat sumbatan hidung pada deviasi septum nasi. Tinjauan Pustaka: Diagnosis dar i gejala
sumbatan hidung sangat kompleks dan ber var iasi, selain berdasar kan anamnesis dan pemeriksaan fisik juga diper lukan
pemer iksaan penunjang untuk pengukuran sumbatan hidung. Skor sumbatan hidung mer upakan salah satu parameter
untuk menilai suatu sumbatan hidung pada deviasi septum nasi. Untuk itu diper lukan pemeriksaan penunjang yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi gejala sumbatan hidung, diantaranya adalah nasal inspir at or y
flow met er , r hinomanometr i dan r hinometri akustik. Kesimpulan: Gejala sumbatan hidung pada deviasi septum dapat
dievaluasi dengan pemer iksaan tambahan meliputi nasal inspir at or y flow met er , r hinomanometr i, dan r hinometri
akustik.
Kata kunci : sumbatan hidung, deviasi septum, nasal inspiratory flow meter , r hinomanometr i, r hinometri akuistik.
Abstract
Background: Although nasal obst ruct ion is not a severe symptom of t he disease, it can decrease t he qualit y of life
and activit y of the pat ient. The et iology of nasal obst ruct ion could be varied from any diseases and anat omical abnormalit ies.
One of anat omical abnormalit y cause is septal deviat ion. Purpose: To evaluat e the symptom and the degree of nasal
obst ruct ion in septal deviat ion. Review: The diagnosis of nasal obst ruct ion is more complex and varied, based on anamnesis
and physical examination, and beside that need addit ional examination to measure t he nasal pat ency. Nasal obst ruction score
is one of parameter t o evaluat e the obst ruct ion of nose. Because of that , it needs addit ional examination to diagnose and
evaluat e t he nasal obstruction, include nasal inspirat ory flow met er, rhinomanomet ry, acoust ic rhinomet ry. Conclusion: Nasal
obst ruct ion in septal deviat ion w it h additional examination, such as nasal inspirat ory flow met er, rhinomanomet ry, acoustic
rhinomet ry.
Key Wor ds: Nasal obst r uct ion, sept al deviat ion, nasal inspir at or y flow met er ,
r hinomanomet r y, acoust ic r hinomet r y
Korespondensi: dr . Ade asyari; [email protected]
Pendahuluan
Bentuk septum normal adalah lur us di tengah
r ongga hidung tetapi pada orang dewasa biasanya
septum nasi tidak lurus sempur na ditengah. Angka
kejadian septum yang benar-benar lur us hanya sedikit
dijumpai, biasanya ter dapat pembengkokan minimal
atau ter dapat spina pada septum. Bila kejadian ini
tidak menimbulkan gangguan respirasi, maka tidak
dikategor ikan sebagai abnormal. Deviasi yang cukup
ber at dapat menyebabkan obstr uksi hidung yang
mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan
komplikasi atau bahkan menimbulkan gangguan
estetik wajah karena tampilan hidung menjadi
bengkok.1-5
Gejala sumbatan hidung meskipun bukan
suatu gejala penyakit yang berat, tetapi dapat
menurunkan kualitas hidup dan aktivitas penderita.
Penyebab sumbatan hidung dapat ber var iasi dari
ber bagai penyakit dan kelainan anatomis. Salah satu
penyebabnya dar i kelainan anatomi adalah deviasi
septum nasi. Tidak semua deviasi septum nasi
memberikan gejala sumbatan hidung, gejala yang
mungkin muncul dapat seper ti hiposmia, anosmia,
epistaksis dan sakit kepala, bahkan sebagian penderita
deviasi septum nasi tidak memberikan gejala apapun.
Untuk itu par a ahli ber usaha membuat klasifikasi
deviasi septum nasi untuk memudahkan diagnosis dan
penatalaksanaannya.1,2,3
Deviasi
dan dislokasi
septum
dapat
disebabkan oleh gangguan per tumbuhan yang tidak
seimbang antara kartilago dengan tulang septum,
tr aumatik akibat fraktur fasial, fraktur nasal, fraktur
septum atau akibat tr auma saat lahir . Gejala utama
adalah hidung ter sumbat, biasanya unilateral dan
dapat intermitten, hiposmia atau anosmia dan sakit
kepala dengan der ajat yang ber variasi.1,2,5
Diagnosis dari gejala sumbatan hidung sangat
kompleks dan bervar iasi, selain ber dasar kan
anamnesis dan pemer iksaan fisik juga diper lukan
pemer iksaan penunjang untuk pengukuran sumbatan
hidung. Skor sumbatan hidung mer upakan salah satu
parameter untuk menilai suatu sumbatan hidung.
Untuk itu diper lukan pemeriksaan penunjang yang
dapat
digunakan
untuk
mendiagnosis
dan
mengevaluasi gejala sumbatan hidung. Diantaranya
adalah nasal inspir at or y flow met er , rhinomanometri
dan rhinometr i akustik 1,4
Anatomi Septum nasi:
Septum nasi merupakan dinding medial
r ongga hidung. Septum dibentuk oleh tulang dan
tulang rawan. Bagian tulang adalah lamina
1
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
per pendikular is os etmoid, vomer , krista nasalis os
maksila dan krista nasalis os palatine. Sedangkan
bagian tulang rawan adalah kar tilago septum (lamina
kuadrangular is) dan kolumela (gambar 1).1,2,5,6
Septum dilapisi oleh perikondrium pada
bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian
tulang, sedangkan di luar ya dilapisi oleh mukosa
hidung.1,5
dan posterior adalah cabang dar i a.oftalmika yang
ber asal dar i a.kar otis inter na. A. ethmoidalis anter ior
adalah pembuluh dar ah terbesar kedua yang
mendarahi hidung bagian dalam, yang mendarahi
kedua bagian anter o-superior
dar i septum dan
dinding lateral hidung.1,5
Vena-vena hidung mempunyai nama yang
sama dam ber jalan ber dampingan dengan arter i.5
Etiologi septum deviasi
Umumnya disebabkan oleh trauma langsung
dan biasanya ber hubungan dengan ker usakan pada
bagian lain hidung seperti fraktur os nasal.1,5,8
Pada sebagian pasien, tidak didapatkan
r iwayat
trauma,
sehingga
Gray
(1972)
mener angkannya dengan teori bir t h moulding. Posisi
intra uterin yang abnormal dapat menyebabkan
tekanan pada hidung dan rahang atas, sehingga dapat
ter jadi pergeser an septum. Demikian pula tekanan
tor si pada hidung saat kelahiran dapat menambah
tr auma pada septum.1,2,5
Gambar 1. Anatomi sept um nasi
6
Septum nasi adalah bagian paling menonjol
pada wajah, paling mudah dan sering terkena trauma.
Kelainan septum lebih mudah ter lihat pada ras
Caucasian dengan bentuk hidung yang lebih tinggi
dibandingkan r as Asia atau Afrika. Sedangkan pada
anak kurang dari 5 tahun, kelainan septum tidak
mudah ter lihat karena hidung bukan bagian paling
menonjol pada wajah anak.1,2,5,7
Str uktur dari septum nasi memungkinkannya
ber tindak sebagai “ shock absor ber ”. Di bagian
poster ior , septum berartikulasi dengan per pendicular
plat e of et hmoid, os nasal dan vomer. Ar tikulasi ini
ber bentuk panah dan tekanan yang diarahkan pada
ujung
hidung
melewati
artikulasi
ini
dan
ditr ansmisikan ke kr anium yang lebih tebal sehingga
daerah kr ibifor m akan ter lindungi.2,5,7
Ujung kaudal dari kar tilago kuadr ilateral
ter tanam di perikondr ium antar a cr ura medial dari
kar tilago lower lateral. Trauma derajat r ingan pada tip
hidung mengakibatkan kar tilago lower lateral ber geser
melewati ujung kaudal quadrilater al.2,3,5,7
Maksila dibagian anter ior dan os palatum di
bagian posterior membatasi kar tilago kuadrilateral di
anterior dan vomer dibagian poster ior . Per temuan
antara os maksila dan palatina membentuk tonjolan,
dimana kartilago kuadrilater al melekat padanya oleh
jaringan fibrosa. Pertemuan antar a vomer dan os
maksila, pada awal perkembangannya dihubungkan
oleh jar ingan fibr osa, tapi kemudian menjadi jaringan
tulang.2,5,7
Ujung anterior dar i per pendicular plat e of
et hmoid adalah lekukan tempat melekatnya pr osesus
nasalis os fr ontalis serta os nasal. Ujung bawah
ter letak dalam lekukan pada per mukaan superior dari
vomer, ketika ber gabung dengan septum adalah
tempat paling tebal dan tidak ada lekukan.2,5,7
Septum nasi didar ahi oleh a.etmodalis
anterior dan posterior , a.sfenopalatina, a.palatina
mayor dan a.labialis super ior . A.sfenopalatina
mendarahi bagian posterior septum nasi dan dinding
lateral hidung bagian posterior. A.etmodalis anter ior
Dislokasi septum nasi ber dasar kan lokasi :
1. Spina dan krista
Mer upakan penonjolan tajam yang dapat
ter jadi pada per temuan vomer dibawah dengan
kar tilago septum dan atau os ethmoid diatasnya. Tipe
deformitas ini biasanya mer upakan hasil dar i kekuatan
kompresi ver tikal. Fraktur kar tilago septum juga
menghasilkan tonjolan yang tajam (gambar 2).1,7
Gambar 2. Spi na septum 9
2.
Deviasi
Lesi
ini
lebih
karakteristik
dengan
penonjolan berbentuk ‘C’ atau ‘S’ yang dapat ter jadi
pada bidang horisontal atau ver tikal dan biasanya
mengenai kartilago maupun tulang.1,2,5
3. Dislokasi
Batas bawah kar tilago septum bergeser dari
posisi medialnya dan menonjol ke salah satu lobang
hidung. Septum deviasi ser ing diser tai dengan kelainan
pada str uktur sekitar nya1.2,10,11
Kelainan struktur akibat deviasi septum nasi
1. Dinding lateral hidun g
Ter dapat hiper tr opi konka dan bula
ethmoidalis. Ini mer upakan kompensasi yang ter jadi
pada sisi konkaf septum 2,11,12
2. Maksila
Daya kompresi yang menyebabkan deviasi
septum
biasanya asimetr i
dan
juga
dapat
mempengar uhi maksila sehingga pipi menjadi datar ,
2
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
pengangkatan lantai kavum nasi, distor si palatum dan
abnormalitas ortodonti. Sinus maksilar is sedikit lebih
kecil pada sisi yang sakit.2,13-15
3. Pir amid hidung
Deviasi septum nasi bagian anterior ser ing
ber hubungan dengan deviasi pada piramid hidung.2
4. Per ubahan mukosa
Udara inspirasi menjadi terkonsentrasi pada
daerah yang sempit menyebabkan efek ker ing
sehingga ter jadi pembentukan kr usta. Pengangkatan
kr usta dapat menyebabkan ulser asi dan per dar ahkan.
Lapisan
pr oteksi
mukosa akan
hilang dan
ber kur angnya resistensi terhadap infeksi. Mukosa
sekitar deviasi akan menjadi oedem sebagai akibat
fenomena Ber nouili yang kemudian menambah derajat
obstruksi.2,7
Klasifikasi deviasi septum nasi
Deviasi septum nasi dibagi Mladina atas
beberapa klasifikasi ber dasar kan letak deviasi
(gambar 3), yaitu:11-13
Tipe I. Benjolan unilateral yang belum mengganggu
alir an udar a.
Tipe II. Benjolan unilateral yang sudah
mengganggu alir an udar a, namun masih belum
menunjukkan gejala klinis yang bermakna.
Tipe III Deviasi pada konka media (area
osteomeatal dan tur binasi tengah).
Tipe IV. “S” septum (poster ior ke sisi lain, dan
anterior ke sisi lainnya).
Tipe V. Tonjolan besar unilateral pada dasar
septum, sementara di sisi lain masih normal.
Tipe VI. Tipe V ditambah sulkus unilateral dar i
kaudal-ventral, sehingga menunjukkan rongga
yang asimetr i.
Tipe VII. Kombinasi lebih dar i satu tipe, yaitu tipe Itipe VI.
Jin RH16 dkk membagi deviasi septum
menjadi 4 (gambar 4), yaitu :
Deviasi lokal termasuk spina, kr ista dan dislokasi
bagian kaudal.
Lengkungan deviasi tanpa deviasi yang ter lokalisir.
Lengkungan deviasi dengan deviasi lokal.
Lengkungan deviasi yang ber hubungan dengan
deviasi hidung luar
Gambar 4. Klasifi kasi Devi asi septum Ji n RH 16
Jin RH16 dkk juga membagi deviasi septum
ber dasar kan berat atau ringannya keluhan yaitu :
1. Ringan
Deviasi kurang dar i setengah r ongga hidung
dan belum ada bagian septum yang menyentuh
dinding lateral hidung.
2. Sedang
Deviasi kurang dar i setangah r ongga hidung
tetapi ada sedikit bahagian septum yang menyentuh
dinding lateral hidung.
3. Berat
Deviasi septum sebagian besar sudah
menyentuh dinding lateral hidung
Dari 65 pasien yang diperiksa oleh Hong-Ryul
jin dkk yang member ikan gejala sumbatan hidung
paling banyak adalah tipe 2 (77%) diikuti oleh tipe1,
tipe3 dan tipe 4 masing-masing 11%, 6% dan 6%.16
Sementara itu Janar ddhan R17 dkk membagi
deviasi septum pada 7 tipe:
Midline septum atau deviasi r ingan pada bidang
vertikal atau horizontal
Deviasi ver tikal bagian anterior
Deviasi vertikal poster ior (daerah osteomeatal atau
konka media
Septum “S” poster ior pada satu sisi dan anterior
pada sisi lainnya
Spina horizontal pada satu sisi dengan deviasi
tinggi pada sisi kontr alateral
Tipe 5 dengan dasar yang dalam pada sisi yang
konkaf
Kombinasi lebih dari satu tipe
Dari 100 pasien yang diteliti didapatkan
keluhan ter banyak adalah sumbatan hidung yaitu 74
pasien. Keluhan lain adalah lendir pada hidung 41
or ang, sakit kepala 20 orang, ber sin-ber sin sebanyak
15 or ang dan diikuti keluhan lain seperti epistaksis,
post nasal dr ip, rasa tidak nyaman di tenggor ok,
mendengkur dan anosmia.17
Tipe deviasi yang ditemukan yang ter banyak
adalah tipe 5 (46 orang) diikuti oleh tipe 6 (17 or ang),
tipe 2 (10 orang), tipe 4 (10 or ang), tipe 3 (8 orang)
dan tipe 1 (2 orang).17
Gambar 3. Kasifi kasi deviasi sept um Mladi na12
3
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
Gejala klinis
Keluhan yang paling ser ing pada deviasi
septum ialah sumbatan hidung. Sumbatan dapat
unilateral dan dapat pula bilateral, sebab pada sisi
deviasi ter dapat konka hipotr ofi, sedangkan pada sisi
sebelahnya terjadi konka yang hiper tr ofi, sebagai
akibat mekanisme kompensasi.1,2,5,7
Keluhan lainnya ialah rasa nyer i dikepala dan
sekitar mata. Selain itu penciuman dapat terganggu,
apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum.5,7
Deviasi septum dapat menyumbat ostium
sinus, sehingga mer upakan faktor predisposisi
ter jadinya sinusitis.1,7
Pemer iksaan fisik:
Deviasi septum dapat mudah ter lihat pada
pemer iksaan r inoskopi anter ior . Penting untuk
pertama-tama melihat vestibulum nasi tanpa
spekulum, karena ujung spekulum dapat menutupi
deviasi bagian kaudal. Pemer iksaan seksama juga
dilakukan terhadap dinding lateral hidung untuk
menentukan besar nya konka. Piramid hidung, palatum
dan gigi juga diperiksa karena str uktur -str uktur ini
sering ter jadi gangguan yang ber hubungan dengan
deformitas septum. Pemeriksaan nasoendoskopi
dilakukan bila memungkinkan untuk menilai deviasi
septum bagian poster ior atau untuk melihat r obekan
mukosa. Bila dicur igai ter dapat komplikasi sinus
paranasal, dilakukan pemer iksaan X-r ay paranasal.1,5,7
Ter api
Pada septum deviasi r ingan yang tidak
menyebabkan gejala, dilakukan obser vasi. Pada
septum deviasi yang memberikan gejala obstr uksi
dilakukan pembedahan septoplasti.2,7
Sumbatan hidung pada deviasi septum
Keluhan hidung ter sumbat mer upakan
keluhan yang sering kita jumpai. Sumbatan hidung
dapat disebabkan karena kelainan mukosa, kelainan
str uktur jalan nafas hidung seper ti septum deviasi dan
kolaps jalan nafas1,18.
Menur ut Bailey seper ti yang dikutip Lin SJ19
dkk, kelainan yang menyebabkan sumbatan hidung
adalah septum deviasi, hipertr ofi konka, rinoplasti,
septum perfor asi, kolaps valvular , atresia koana,
neoplasma, polip nasi, rhinitis aler gi, hematom septum,
r hinitis medikamentosa dan rhinitis vasomotor 18,20.
Busse W 20 menggambar kan patologi yang
ter jadi pada sumbatan jalan nafas meliputi inflamasi
jalan nafas, hiper plasi dan hiper tr opi kelenjer mukus,
metaplasi dan hiper tr opi sel goblet, hiper tr ofi dar i otot
polos jalan nafas, peningkatan pr oliferasi pembuluh
darah dan edema jalan nafas.
Jenis sumbatan hidung dapat ditentukan
dengan menilai tahanan hidung sebelum dan sesudah
pemberian dekongestan topikal. Bila sesudah
pemberian dekongestan topikal ter jadi penur unan
tahanan lebih dari 35% maka dapat dipastikan
sumbatan hidung karena kelainan mukosa. Sebaliknya
bila sesudah pemberian topikal ter jadi sedikit
penur unan tahanan hidung, terutama bila penur unan
tahanan hidung unilateral (asimetr is), maka dapat
diduga sumbatan hidung dapat ter jadi karena kelainan
str uktur 1,19,20.
Kelainan
str uktur
yang menyebabkan
keluhan hidung ter sumbat adalah septum deviasi,
konka hipertr opi, stenosis ataupun konka bulosa.
Septum deviasi melibatkan tulang septum, kar tilago
atau keduanya. Pada pasien dengan kelainan septum,
sisi yang sempit akan mengalami siklus sumbatan
hidung yang ber beda, yang menyebabkan perbedaan
pada tahanan hidung total, sehingga pasien mer asakan
sumbatan hidung yang berkala1,18,21.
Septum deviasi juga dapat menyebabkan
kolaps dari katup hidung ( nasal valve). Katup hidung
adalah celah antar a ujung kaudal kar tilago lateral atas
dengan septum hidung. Katup hidung berada lebih
kurang 1,3 cm dar i nares dan merupakan segmen yang
ter sempit ser ta tahanan ter besar dari jalan nafas
hidung. Dengan memasuki daer ah yang sempit ini akan
ter jadi peningkatan aliran dan peningkatan tekanan
inter lumen (fenomena ber noulli). Penur unan tekanan
akibat deviasi septum akan menyebabkan kolaps nya
segmen ini pada saat inspirasi. Kar ena daer ah katup
hidung ini sempit maka dengan per ubahan sumbatan
atau udema sedikit saja, akan meningkatkan tahanan
pada daer ah ter sebut 1,21.
Pengukur an sumbatan hidung
1. Spatula lidah
Spatula lidah merupakan alat yang paling
seder hana yang bisa dipakai untuk mengukur
sumbatan hidung. Ketika tidak ada alat lain yang
ter sedia maka alat ini bisa digunakan. Dengan
meletekkan spatula di depan hidung dan meminta
pasien untuk ber nafas biasa dan menutup mulut, maka
dapat dilihat salah satu lubang hidung ter sumbat
dibandingkan yang lainnya (gambar 5).22
Gambar 5. Pemer i ksaan dengan spatula22
2 . Peak nasal inspir atory flow meter ( PNIF)
Pada tahun 1980, Youlten memperkenalkan
alat ini yang kemudian di modifikasi oleh wright
dengan menambahkan sungkup hidung pada alat
ini.22,23
Penggunaan PNIF relatif mudah, bisa diulang
bila diper lukan, alatnya mudah dibawa kar ena
ber ukuran kecil dan mempunyai harga yang murah 22
Diper lukan penjelasan penggunaan alat ini
pada pasien untuk menggunakannya. Alat ini
digunakan dengan meletakan “ face mask ” menutupi
hidung dan mulut. Udara inspir asi di hembuskan
melalui hidung dengan memastikan mulut ter tutup
(gambar 6).22,23
Nilai peak nasal inspir at or y flow akan
menurun pada penyakit saluran nafas bawah seper ti
4
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
asma dan penyakit par u obstruksi kr onis (Tabel
1).22,25,26
Tabel 1. Nilai sumbatan hidung pada PNIF22
120
Tidak ada obstuksi
Gambar 7. Rhi nomanometr i 22
Gambar 6. Nasal inspir ator y flow meter 22
3 Alir an puncak ekspir asi nasal
Tes ini dahulu telah per nah dilakukan, tetapi
sekarang jarang dilakukan karena dapat membuat
pasien tidak nyaman pada tuba eustachius dan
menghasilkan sekret atau mukus pada sungkup
wajah.22,26
4. Rhinomanometr i
Rhinimanometri digunakan untuk mengukur
hambatan aliran udar a nasal dengan pengukuran
kuantitatif pada alir an dan tekanan udar a nasal. Tes ini
ber dasar kan pr insip bahwa alir an udara melalui suatu
tabung hanya bila terdapat perbedaan tekanan yang
melewatinya. Perbedaan ini dibentuk dar i usaha
r espirasi yang mengubah tekanan ruang poster ior
nasal relatif terhadap atmosfir ekster nal dan
menghasilkan aliran udara masuk dan keluar
hidung.22,27
Pada tahun 1984, t he Eur opean Commit t ee for
St andar dizat ion of Rhinomanomet r y menetapkan
rumus aliran udara nasal : R = ΔP:V pada tekanan 150
P.
R = Tahanan terhadap aliran udara
(Pa/ cm/ det)
P = Tekanan transnasal (Pa atau CmH2O)
V = Alir an udara (Lt/ det atau CmH20)
Dengan adanya standarisasi ini diharapkan
memberikan perbandingan hasil dan per bandingan
r entang normal.22,27
Rhinomanometr i dapat dilakukan secara aktif
atau pasif dan dengan pendekatan anter ior atau
poster ior . Rhinomanometri anter ior aktif lebih ser ing
digunakan dan lebih fisiologis. Tekanan dinilai pada
satu lubang hidung dengan satu kateter yang
dihubungkan dengan pita perekat, sementara aliran
udar a diukur melalui lubang hidung lain yang
ter buka.22,27
Sungkup wajah yang transparan di pasang
menutupi hidung. Alat ini dihubungkan dengan suatu
pneumotokografi, amplifier dan perekam. Hasil ini
ditampilkan secara grafik sebagai kur va ‘S’ dimana
masing-masing lobang hidung dilakukan lima kali
pemer iksaan. Kemudian diambil nilai rata-rata lima
kali pemeriksaan (gambar 7).22,28
Sebelum diper iksa, pasien harus relaksasi
selama 30 menit pada suhu kamar yang tetap. Mesin
membutuhkan 30 menit untuk penghangatan dan
membutuhkan kalibrasi ter atur.22,28
Gambar 8. Hasil r hi nomanometr y (A) ti dak ter dapat
sumbat an hi dung pada lobang hidung kir i dan kanan.
(B)ter jadi sumbatan hi dung pada lobang hidung kir i 22
Rhinomanometr i relatif
menghabiskan
waktu dan hasil dapat ber variasi sampai 20-25%
dengan waktu yang dibutuhkan mencapai 15 menit
(tabel 2). Rhinomanometri tidak bisa digunakan jika
ter jadi sumbatan hidung yang berat atau ketika
ter dapat perforasi septum. Alat ini juga tidak dapat
menilai lokasi obstruksi.22
Pada r hinomanometr i posterior aktif, kateter
dimasukkan melalui mulut dengan bibir ditutup agar
dapat mengukur tekanan far ing. Alir an melalui kedua
kavum nasi diukur secara ber samaan. Digunakan
sungkup hidung transparan yang sama dengan
r hinomanometr i anterior . Teknik ini kurang invasif
dan cendr ung mendistor si r ongga hidung. Namun satu
dari empat pasien tidak dapat mer elaksasi palatum
mole dan sebagian pasien tidak memungkinkan untuk
memasukkan pipa. Hasil ber var iasi dalam beberapa
menit, biasanya antara 15% sampai 20%
(gambar
8).22
Rhinometr i akustik
Rhinometri akustik ini member ikan nada
suara yang dapat didengar (150-10000 hz) yang
5
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
dihasilkan oleh klik elektr onik dan dibangkitkan oleh
tabung suara.22 Alat ini dimasukan ke hidung dan
alir an udara hidung dir efleksikan oleh perubahan lokal
pada akuistik impedansi. Bunyi yang direfleksikan
ditangkap oleh mikrofon, diter uskan ke komputer dan
dianalisa (gambar 9).22,29
Gambar 10. Hasil pemer i ksaan r i nometr i akusti k (A)
hubungan lokasi yang ter dapat di hidung (B) Sebebelum dan
sesudah oper asi polip hidung. N = nor mal, D = setel ah
pember ian dekongestan (C) sebelum dan setel ah pember ian
aller gen.22
Gambar 9. Pemer i ksaan r inometr i akust ik 22
Har ga
Waktu
Kesulitan
Var iabilitas
Standar disasi
Keuntungan
Kerugian
Tes
Spatula
Minimal
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
Pengukur an Sumbatan Hidung pada
Deviasi Septum Nasi
Bestari J Budiman, Ade Asyari
Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakult as Kedokt er an Univer sit as Andalas Padang
Abstr ak
Latar Belakang: Gejala sumbatan hidung meskipun bukan suatu gejala penyakit yang berat, tetapi dapat
menurunkan kualitas hidup dan aktivitas penderita. Penyebab sumbatan hidung dapat ber variasi dari ber bagai
penyakit dan kelainan anatomis. Salah satu penyebab dari kelainan anatomi adalah deviasi septum nasi. Tujuan: Untuk
menilai gejala dan derajat sumbatan hidung pada deviasi septum nasi. Tinjauan Pustaka: Diagnosis dar i gejala
sumbatan hidung sangat kompleks dan ber var iasi, selain berdasar kan anamnesis dan pemeriksaan fisik juga diper lukan
pemer iksaan penunjang untuk pengukuran sumbatan hidung. Skor sumbatan hidung mer upakan salah satu parameter
untuk menilai suatu sumbatan hidung pada deviasi septum nasi. Untuk itu diper lukan pemeriksaan penunjang yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi gejala sumbatan hidung, diantaranya adalah nasal inspir at or y
flow met er , r hinomanometr i dan r hinometri akustik. Kesimpulan: Gejala sumbatan hidung pada deviasi septum dapat
dievaluasi dengan pemer iksaan tambahan meliputi nasal inspir at or y flow met er , r hinomanometr i, dan r hinometri
akustik.
Kata kunci : sumbatan hidung, deviasi septum, nasal inspiratory flow meter , r hinomanometr i, r hinometri akuistik.
Abstract
Background: Although nasal obst ruct ion is not a severe symptom of t he disease, it can decrease t he qualit y of life
and activit y of the pat ient. The et iology of nasal obst ruct ion could be varied from any diseases and anat omical abnormalit ies.
One of anat omical abnormalit y cause is septal deviat ion. Purpose: To evaluat e the symptom and the degree of nasal
obst ruct ion in septal deviat ion. Review: The diagnosis of nasal obst ruct ion is more complex and varied, based on anamnesis
and physical examination, and beside that need addit ional examination to measure t he nasal pat ency. Nasal obst ruction score
is one of parameter t o evaluat e the obst ruct ion of nose. Because of that , it needs addit ional examination to diagnose and
evaluat e t he nasal obstruction, include nasal inspirat ory flow met er, rhinomanomet ry, acoust ic rhinomet ry. Conclusion: Nasal
obst ruct ion in septal deviat ion w it h additional examination, such as nasal inspirat ory flow met er, rhinomanomet ry, acoustic
rhinomet ry.
Key Wor ds: Nasal obst r uct ion, sept al deviat ion, nasal inspir at or y flow met er ,
r hinomanomet r y, acoust ic r hinomet r y
Korespondensi: dr . Ade asyari; [email protected]
Pendahuluan
Bentuk septum normal adalah lur us di tengah
r ongga hidung tetapi pada orang dewasa biasanya
septum nasi tidak lurus sempur na ditengah. Angka
kejadian septum yang benar-benar lur us hanya sedikit
dijumpai, biasanya ter dapat pembengkokan minimal
atau ter dapat spina pada septum. Bila kejadian ini
tidak menimbulkan gangguan respirasi, maka tidak
dikategor ikan sebagai abnormal. Deviasi yang cukup
ber at dapat menyebabkan obstr uksi hidung yang
mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan
komplikasi atau bahkan menimbulkan gangguan
estetik wajah karena tampilan hidung menjadi
bengkok.1-5
Gejala sumbatan hidung meskipun bukan
suatu gejala penyakit yang berat, tetapi dapat
menurunkan kualitas hidup dan aktivitas penderita.
Penyebab sumbatan hidung dapat ber var iasi dari
ber bagai penyakit dan kelainan anatomis. Salah satu
penyebabnya dar i kelainan anatomi adalah deviasi
septum nasi. Tidak semua deviasi septum nasi
memberikan gejala sumbatan hidung, gejala yang
mungkin muncul dapat seper ti hiposmia, anosmia,
epistaksis dan sakit kepala, bahkan sebagian penderita
deviasi septum nasi tidak memberikan gejala apapun.
Untuk itu par a ahli ber usaha membuat klasifikasi
deviasi septum nasi untuk memudahkan diagnosis dan
penatalaksanaannya.1,2,3
Deviasi
dan dislokasi
septum
dapat
disebabkan oleh gangguan per tumbuhan yang tidak
seimbang antara kartilago dengan tulang septum,
tr aumatik akibat fraktur fasial, fraktur nasal, fraktur
septum atau akibat tr auma saat lahir . Gejala utama
adalah hidung ter sumbat, biasanya unilateral dan
dapat intermitten, hiposmia atau anosmia dan sakit
kepala dengan der ajat yang ber variasi.1,2,5
Diagnosis dari gejala sumbatan hidung sangat
kompleks dan bervar iasi, selain ber dasar kan
anamnesis dan pemer iksaan fisik juga diper lukan
pemer iksaan penunjang untuk pengukuran sumbatan
hidung. Skor sumbatan hidung mer upakan salah satu
parameter untuk menilai suatu sumbatan hidung.
Untuk itu diper lukan pemeriksaan penunjang yang
dapat
digunakan
untuk
mendiagnosis
dan
mengevaluasi gejala sumbatan hidung. Diantaranya
adalah nasal inspir at or y flow met er , rhinomanometri
dan rhinometr i akustik 1,4
Anatomi Septum nasi:
Septum nasi merupakan dinding medial
r ongga hidung. Septum dibentuk oleh tulang dan
tulang rawan. Bagian tulang adalah lamina
1
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
per pendikular is os etmoid, vomer , krista nasalis os
maksila dan krista nasalis os palatine. Sedangkan
bagian tulang rawan adalah kar tilago septum (lamina
kuadrangular is) dan kolumela (gambar 1).1,2,5,6
Septum dilapisi oleh perikondrium pada
bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian
tulang, sedangkan di luar ya dilapisi oleh mukosa
hidung.1,5
dan posterior adalah cabang dar i a.oftalmika yang
ber asal dar i a.kar otis inter na. A. ethmoidalis anter ior
adalah pembuluh dar ah terbesar kedua yang
mendarahi hidung bagian dalam, yang mendarahi
kedua bagian anter o-superior
dar i septum dan
dinding lateral hidung.1,5
Vena-vena hidung mempunyai nama yang
sama dam ber jalan ber dampingan dengan arter i.5
Etiologi septum deviasi
Umumnya disebabkan oleh trauma langsung
dan biasanya ber hubungan dengan ker usakan pada
bagian lain hidung seperti fraktur os nasal.1,5,8
Pada sebagian pasien, tidak didapatkan
r iwayat
trauma,
sehingga
Gray
(1972)
mener angkannya dengan teori bir t h moulding. Posisi
intra uterin yang abnormal dapat menyebabkan
tekanan pada hidung dan rahang atas, sehingga dapat
ter jadi pergeser an septum. Demikian pula tekanan
tor si pada hidung saat kelahiran dapat menambah
tr auma pada septum.1,2,5
Gambar 1. Anatomi sept um nasi
6
Septum nasi adalah bagian paling menonjol
pada wajah, paling mudah dan sering terkena trauma.
Kelainan septum lebih mudah ter lihat pada ras
Caucasian dengan bentuk hidung yang lebih tinggi
dibandingkan r as Asia atau Afrika. Sedangkan pada
anak kurang dari 5 tahun, kelainan septum tidak
mudah ter lihat karena hidung bukan bagian paling
menonjol pada wajah anak.1,2,5,7
Str uktur dari septum nasi memungkinkannya
ber tindak sebagai “ shock absor ber ”. Di bagian
poster ior , septum berartikulasi dengan per pendicular
plat e of et hmoid, os nasal dan vomer. Ar tikulasi ini
ber bentuk panah dan tekanan yang diarahkan pada
ujung
hidung
melewati
artikulasi
ini
dan
ditr ansmisikan ke kr anium yang lebih tebal sehingga
daerah kr ibifor m akan ter lindungi.2,5,7
Ujung kaudal dari kar tilago kuadr ilateral
ter tanam di perikondr ium antar a cr ura medial dari
kar tilago lower lateral. Trauma derajat r ingan pada tip
hidung mengakibatkan kar tilago lower lateral ber geser
melewati ujung kaudal quadrilater al.2,3,5,7
Maksila dibagian anter ior dan os palatum di
bagian posterior membatasi kar tilago kuadrilateral di
anterior dan vomer dibagian poster ior . Per temuan
antara os maksila dan palatina membentuk tonjolan,
dimana kartilago kuadrilater al melekat padanya oleh
jaringan fibrosa. Pertemuan antar a vomer dan os
maksila, pada awal perkembangannya dihubungkan
oleh jar ingan fibr osa, tapi kemudian menjadi jaringan
tulang.2,5,7
Ujung anterior dar i per pendicular plat e of
et hmoid adalah lekukan tempat melekatnya pr osesus
nasalis os fr ontalis serta os nasal. Ujung bawah
ter letak dalam lekukan pada per mukaan superior dari
vomer, ketika ber gabung dengan septum adalah
tempat paling tebal dan tidak ada lekukan.2,5,7
Septum nasi didar ahi oleh a.etmodalis
anterior dan posterior , a.sfenopalatina, a.palatina
mayor dan a.labialis super ior . A.sfenopalatina
mendarahi bagian posterior septum nasi dan dinding
lateral hidung bagian posterior. A.etmodalis anter ior
Dislokasi septum nasi ber dasar kan lokasi :
1. Spina dan krista
Mer upakan penonjolan tajam yang dapat
ter jadi pada per temuan vomer dibawah dengan
kar tilago septum dan atau os ethmoid diatasnya. Tipe
deformitas ini biasanya mer upakan hasil dar i kekuatan
kompresi ver tikal. Fraktur kar tilago septum juga
menghasilkan tonjolan yang tajam (gambar 2).1,7
Gambar 2. Spi na septum 9
2.
Deviasi
Lesi
ini
lebih
karakteristik
dengan
penonjolan berbentuk ‘C’ atau ‘S’ yang dapat ter jadi
pada bidang horisontal atau ver tikal dan biasanya
mengenai kartilago maupun tulang.1,2,5
3. Dislokasi
Batas bawah kar tilago septum bergeser dari
posisi medialnya dan menonjol ke salah satu lobang
hidung. Septum deviasi ser ing diser tai dengan kelainan
pada str uktur sekitar nya1.2,10,11
Kelainan struktur akibat deviasi septum nasi
1. Dinding lateral hidun g
Ter dapat hiper tr opi konka dan bula
ethmoidalis. Ini mer upakan kompensasi yang ter jadi
pada sisi konkaf septum 2,11,12
2. Maksila
Daya kompresi yang menyebabkan deviasi
septum
biasanya asimetr i
dan
juga
dapat
mempengar uhi maksila sehingga pipi menjadi datar ,
2
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
pengangkatan lantai kavum nasi, distor si palatum dan
abnormalitas ortodonti. Sinus maksilar is sedikit lebih
kecil pada sisi yang sakit.2,13-15
3. Pir amid hidung
Deviasi septum nasi bagian anterior ser ing
ber hubungan dengan deviasi pada piramid hidung.2
4. Per ubahan mukosa
Udara inspirasi menjadi terkonsentrasi pada
daerah yang sempit menyebabkan efek ker ing
sehingga ter jadi pembentukan kr usta. Pengangkatan
kr usta dapat menyebabkan ulser asi dan per dar ahkan.
Lapisan
pr oteksi
mukosa akan
hilang dan
ber kur angnya resistensi terhadap infeksi. Mukosa
sekitar deviasi akan menjadi oedem sebagai akibat
fenomena Ber nouili yang kemudian menambah derajat
obstruksi.2,7
Klasifikasi deviasi septum nasi
Deviasi septum nasi dibagi Mladina atas
beberapa klasifikasi ber dasar kan letak deviasi
(gambar 3), yaitu:11-13
Tipe I. Benjolan unilateral yang belum mengganggu
alir an udar a.
Tipe II. Benjolan unilateral yang sudah
mengganggu alir an udar a, namun masih belum
menunjukkan gejala klinis yang bermakna.
Tipe III Deviasi pada konka media (area
osteomeatal dan tur binasi tengah).
Tipe IV. “S” septum (poster ior ke sisi lain, dan
anterior ke sisi lainnya).
Tipe V. Tonjolan besar unilateral pada dasar
septum, sementara di sisi lain masih normal.
Tipe VI. Tipe V ditambah sulkus unilateral dar i
kaudal-ventral, sehingga menunjukkan rongga
yang asimetr i.
Tipe VII. Kombinasi lebih dar i satu tipe, yaitu tipe Itipe VI.
Jin RH16 dkk membagi deviasi septum
menjadi 4 (gambar 4), yaitu :
Deviasi lokal termasuk spina, kr ista dan dislokasi
bagian kaudal.
Lengkungan deviasi tanpa deviasi yang ter lokalisir.
Lengkungan deviasi dengan deviasi lokal.
Lengkungan deviasi yang ber hubungan dengan
deviasi hidung luar
Gambar 4. Klasifi kasi Devi asi septum Ji n RH 16
Jin RH16 dkk juga membagi deviasi septum
ber dasar kan berat atau ringannya keluhan yaitu :
1. Ringan
Deviasi kurang dar i setengah r ongga hidung
dan belum ada bagian septum yang menyentuh
dinding lateral hidung.
2. Sedang
Deviasi kurang dar i setangah r ongga hidung
tetapi ada sedikit bahagian septum yang menyentuh
dinding lateral hidung.
3. Berat
Deviasi septum sebagian besar sudah
menyentuh dinding lateral hidung
Dari 65 pasien yang diperiksa oleh Hong-Ryul
jin dkk yang member ikan gejala sumbatan hidung
paling banyak adalah tipe 2 (77%) diikuti oleh tipe1,
tipe3 dan tipe 4 masing-masing 11%, 6% dan 6%.16
Sementara itu Janar ddhan R17 dkk membagi
deviasi septum pada 7 tipe:
Midline septum atau deviasi r ingan pada bidang
vertikal atau horizontal
Deviasi ver tikal bagian anterior
Deviasi vertikal poster ior (daerah osteomeatal atau
konka media
Septum “S” poster ior pada satu sisi dan anterior
pada sisi lainnya
Spina horizontal pada satu sisi dengan deviasi
tinggi pada sisi kontr alateral
Tipe 5 dengan dasar yang dalam pada sisi yang
konkaf
Kombinasi lebih dari satu tipe
Dari 100 pasien yang diteliti didapatkan
keluhan ter banyak adalah sumbatan hidung yaitu 74
pasien. Keluhan lain adalah lendir pada hidung 41
or ang, sakit kepala 20 orang, ber sin-ber sin sebanyak
15 or ang dan diikuti keluhan lain seperti epistaksis,
post nasal dr ip, rasa tidak nyaman di tenggor ok,
mendengkur dan anosmia.17
Tipe deviasi yang ditemukan yang ter banyak
adalah tipe 5 (46 orang) diikuti oleh tipe 6 (17 or ang),
tipe 2 (10 orang), tipe 4 (10 or ang), tipe 3 (8 orang)
dan tipe 1 (2 orang).17
Gambar 3. Kasifi kasi deviasi sept um Mladi na12
3
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
Gejala klinis
Keluhan yang paling ser ing pada deviasi
septum ialah sumbatan hidung. Sumbatan dapat
unilateral dan dapat pula bilateral, sebab pada sisi
deviasi ter dapat konka hipotr ofi, sedangkan pada sisi
sebelahnya terjadi konka yang hiper tr ofi, sebagai
akibat mekanisme kompensasi.1,2,5,7
Keluhan lainnya ialah rasa nyer i dikepala dan
sekitar mata. Selain itu penciuman dapat terganggu,
apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum.5,7
Deviasi septum dapat menyumbat ostium
sinus, sehingga mer upakan faktor predisposisi
ter jadinya sinusitis.1,7
Pemer iksaan fisik:
Deviasi septum dapat mudah ter lihat pada
pemer iksaan r inoskopi anter ior . Penting untuk
pertama-tama melihat vestibulum nasi tanpa
spekulum, karena ujung spekulum dapat menutupi
deviasi bagian kaudal. Pemer iksaan seksama juga
dilakukan terhadap dinding lateral hidung untuk
menentukan besar nya konka. Piramid hidung, palatum
dan gigi juga diperiksa karena str uktur -str uktur ini
sering ter jadi gangguan yang ber hubungan dengan
deformitas septum. Pemeriksaan nasoendoskopi
dilakukan bila memungkinkan untuk menilai deviasi
septum bagian poster ior atau untuk melihat r obekan
mukosa. Bila dicur igai ter dapat komplikasi sinus
paranasal, dilakukan pemer iksaan X-r ay paranasal.1,5,7
Ter api
Pada septum deviasi r ingan yang tidak
menyebabkan gejala, dilakukan obser vasi. Pada
septum deviasi yang memberikan gejala obstr uksi
dilakukan pembedahan septoplasti.2,7
Sumbatan hidung pada deviasi septum
Keluhan hidung ter sumbat mer upakan
keluhan yang sering kita jumpai. Sumbatan hidung
dapat disebabkan karena kelainan mukosa, kelainan
str uktur jalan nafas hidung seper ti septum deviasi dan
kolaps jalan nafas1,18.
Menur ut Bailey seper ti yang dikutip Lin SJ19
dkk, kelainan yang menyebabkan sumbatan hidung
adalah septum deviasi, hipertr ofi konka, rinoplasti,
septum perfor asi, kolaps valvular , atresia koana,
neoplasma, polip nasi, rhinitis aler gi, hematom septum,
r hinitis medikamentosa dan rhinitis vasomotor 18,20.
Busse W 20 menggambar kan patologi yang
ter jadi pada sumbatan jalan nafas meliputi inflamasi
jalan nafas, hiper plasi dan hiper tr opi kelenjer mukus,
metaplasi dan hiper tr opi sel goblet, hiper tr ofi dar i otot
polos jalan nafas, peningkatan pr oliferasi pembuluh
darah dan edema jalan nafas.
Jenis sumbatan hidung dapat ditentukan
dengan menilai tahanan hidung sebelum dan sesudah
pemberian dekongestan topikal. Bila sesudah
pemberian dekongestan topikal ter jadi penur unan
tahanan lebih dari 35% maka dapat dipastikan
sumbatan hidung karena kelainan mukosa. Sebaliknya
bila sesudah pemberian topikal ter jadi sedikit
penur unan tahanan hidung, terutama bila penur unan
tahanan hidung unilateral (asimetr is), maka dapat
diduga sumbatan hidung dapat ter jadi karena kelainan
str uktur 1,19,20.
Kelainan
str uktur
yang menyebabkan
keluhan hidung ter sumbat adalah septum deviasi,
konka hipertr opi, stenosis ataupun konka bulosa.
Septum deviasi melibatkan tulang septum, kar tilago
atau keduanya. Pada pasien dengan kelainan septum,
sisi yang sempit akan mengalami siklus sumbatan
hidung yang ber beda, yang menyebabkan perbedaan
pada tahanan hidung total, sehingga pasien mer asakan
sumbatan hidung yang berkala1,18,21.
Septum deviasi juga dapat menyebabkan
kolaps dari katup hidung ( nasal valve). Katup hidung
adalah celah antar a ujung kaudal kar tilago lateral atas
dengan septum hidung. Katup hidung berada lebih
kurang 1,3 cm dar i nares dan merupakan segmen yang
ter sempit ser ta tahanan ter besar dari jalan nafas
hidung. Dengan memasuki daer ah yang sempit ini akan
ter jadi peningkatan aliran dan peningkatan tekanan
inter lumen (fenomena ber noulli). Penur unan tekanan
akibat deviasi septum akan menyebabkan kolaps nya
segmen ini pada saat inspirasi. Kar ena daer ah katup
hidung ini sempit maka dengan per ubahan sumbatan
atau udema sedikit saja, akan meningkatkan tahanan
pada daer ah ter sebut 1,21.
Pengukur an sumbatan hidung
1. Spatula lidah
Spatula lidah merupakan alat yang paling
seder hana yang bisa dipakai untuk mengukur
sumbatan hidung. Ketika tidak ada alat lain yang
ter sedia maka alat ini bisa digunakan. Dengan
meletekkan spatula di depan hidung dan meminta
pasien untuk ber nafas biasa dan menutup mulut, maka
dapat dilihat salah satu lubang hidung ter sumbat
dibandingkan yang lainnya (gambar 5).22
Gambar 5. Pemer i ksaan dengan spatula22
2 . Peak nasal inspir atory flow meter ( PNIF)
Pada tahun 1980, Youlten memperkenalkan
alat ini yang kemudian di modifikasi oleh wright
dengan menambahkan sungkup hidung pada alat
ini.22,23
Penggunaan PNIF relatif mudah, bisa diulang
bila diper lukan, alatnya mudah dibawa kar ena
ber ukuran kecil dan mempunyai harga yang murah 22
Diper lukan penjelasan penggunaan alat ini
pada pasien untuk menggunakannya. Alat ini
digunakan dengan meletakan “ face mask ” menutupi
hidung dan mulut. Udara inspir asi di hembuskan
melalui hidung dengan memastikan mulut ter tutup
(gambar 6).22,23
Nilai peak nasal inspir at or y flow akan
menurun pada penyakit saluran nafas bawah seper ti
4
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
asma dan penyakit par u obstruksi kr onis (Tabel
1).22,25,26
Tabel 1. Nilai sumbatan hidung pada PNIF22
120
Tidak ada obstuksi
Gambar 7. Rhi nomanometr i 22
Gambar 6. Nasal inspir ator y flow meter 22
3 Alir an puncak ekspir asi nasal
Tes ini dahulu telah per nah dilakukan, tetapi
sekarang jarang dilakukan karena dapat membuat
pasien tidak nyaman pada tuba eustachius dan
menghasilkan sekret atau mukus pada sungkup
wajah.22,26
4. Rhinomanometr i
Rhinimanometri digunakan untuk mengukur
hambatan aliran udar a nasal dengan pengukuran
kuantitatif pada alir an dan tekanan udar a nasal. Tes ini
ber dasar kan pr insip bahwa alir an udara melalui suatu
tabung hanya bila terdapat perbedaan tekanan yang
melewatinya. Perbedaan ini dibentuk dar i usaha
r espirasi yang mengubah tekanan ruang poster ior
nasal relatif terhadap atmosfir ekster nal dan
menghasilkan aliran udara masuk dan keluar
hidung.22,27
Pada tahun 1984, t he Eur opean Commit t ee for
St andar dizat ion of Rhinomanomet r y menetapkan
rumus aliran udara nasal : R = ΔP:V pada tekanan 150
P.
R = Tahanan terhadap aliran udara
(Pa/ cm/ det)
P = Tekanan transnasal (Pa atau CmH2O)
V = Alir an udara (Lt/ det atau CmH20)
Dengan adanya standarisasi ini diharapkan
memberikan perbandingan hasil dan per bandingan
r entang normal.22,27
Rhinomanometr i dapat dilakukan secara aktif
atau pasif dan dengan pendekatan anter ior atau
poster ior . Rhinomanometri anter ior aktif lebih ser ing
digunakan dan lebih fisiologis. Tekanan dinilai pada
satu lubang hidung dengan satu kateter yang
dihubungkan dengan pita perekat, sementara aliran
udar a diukur melalui lubang hidung lain yang
ter buka.22,27
Sungkup wajah yang transparan di pasang
menutupi hidung. Alat ini dihubungkan dengan suatu
pneumotokografi, amplifier dan perekam. Hasil ini
ditampilkan secara grafik sebagai kur va ‘S’ dimana
masing-masing lobang hidung dilakukan lima kali
pemer iksaan. Kemudian diambil nilai rata-rata lima
kali pemeriksaan (gambar 7).22,28
Sebelum diper iksa, pasien harus relaksasi
selama 30 menit pada suhu kamar yang tetap. Mesin
membutuhkan 30 menit untuk penghangatan dan
membutuhkan kalibrasi ter atur.22,28
Gambar 8. Hasil r hi nomanometr y (A) ti dak ter dapat
sumbat an hi dung pada lobang hidung kir i dan kanan.
(B)ter jadi sumbatan hi dung pada lobang hidung kir i 22
Rhinomanometr i relatif
menghabiskan
waktu dan hasil dapat ber variasi sampai 20-25%
dengan waktu yang dibutuhkan mencapai 15 menit
(tabel 2). Rhinomanometri tidak bisa digunakan jika
ter jadi sumbatan hidung yang berat atau ketika
ter dapat perforasi septum. Alat ini juga tidak dapat
menilai lokasi obstruksi.22
Pada r hinomanometr i posterior aktif, kateter
dimasukkan melalui mulut dengan bibir ditutup agar
dapat mengukur tekanan far ing. Alir an melalui kedua
kavum nasi diukur secara ber samaan. Digunakan
sungkup hidung transparan yang sama dengan
r hinomanometr i anterior . Teknik ini kurang invasif
dan cendr ung mendistor si r ongga hidung. Namun satu
dari empat pasien tidak dapat mer elaksasi palatum
mole dan sebagian pasien tidak memungkinkan untuk
memasukkan pipa. Hasil ber var iasi dalam beberapa
menit, biasanya antara 15% sampai 20%
(gambar
8).22
Rhinometr i akustik
Rhinometri akustik ini member ikan nada
suara yang dapat didengar (150-10000 hz) yang
5
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
dihasilkan oleh klik elektr onik dan dibangkitkan oleh
tabung suara.22 Alat ini dimasukan ke hidung dan
alir an udara hidung dir efleksikan oleh perubahan lokal
pada akuistik impedansi. Bunyi yang direfleksikan
ditangkap oleh mikrofon, diter uskan ke komputer dan
dianalisa (gambar 9).22,29
Gambar 10. Hasil pemer i ksaan r i nometr i akusti k (A)
hubungan lokasi yang ter dapat di hidung (B) Sebebelum dan
sesudah oper asi polip hidung. N = nor mal, D = setel ah
pember ian dekongestan (C) sebelum dan setel ah pember ian
aller gen.22
Gambar 9. Pemer i ksaan r inometr i akust ik 22
Har ga
Waktu
Kesulitan
Var iabilitas
Standar disasi
Keuntungan
Kerugian
Tes
Spatula
Minimal