PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT.

(1)

Dewi Ratnasari, 2013

NO. DAFTAR FPIPS ; 1885/UN.40.2.4/PL/2013

PERSEBARAN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE

DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

Oleh :

DEWI RATNASARI

0907128

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan


(2)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERSEBARAN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Oleh Dewi Ratnasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Dewi Ratnasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Dewi Ratnasari, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

PERSEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Oleh :

DEWI RATNASARI 0907128

DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH : PEMBIMBING I

Dr. H. Dede Sugandi, M.Si. NIP. 19580526 198603 1 010

PEMBIMBING II

Iwan Setiawan, S.Pd. M.Si. NIP. 19710604 199903 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Dr.Hj.Epon Ningrum, M.Pd. NIP. 19620304 198704 2 001


(4)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SKRIPSI INI DIUJIKAN TANGGAL 31 OKTOBER 2013

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi M.Si NIP. 19700814 199402 1 002 2. Sekertaris : Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

3. Penguji : 1) Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd. NIP. 19620512 198703 1 002

2) Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

3) Ir. Yakub Malik, M.Pd. NIP. 19590101 198901 1 001


(5)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

ABSTRAK Oleh : Dewi Ratnasari

0907128

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang berakibat fatal dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit ini menyerang berbagai daerah salah satunya yaitu Kecamatan Tarogong Kidul yang terdapat di Kabupaten Garut. Kecamatan ini merupakan Kecamatan yang paling banyak terkena DBD dan dari tahun ke tahun jumlah pnderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul selalu terbanyak diantara semua Kecamatan. Berdasarkan kenyataan diatas maka penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persebaran DBD dengan cara mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi DBD di Kecamatan Tarogong Kidul, bagaimana kondisi rumah penderita, bagaimana kondisi lingkungan sekitar rumah penderita, bagaimana kebiasaan penderita dan seberapa besar kontribusi dari lingkungan lain.

Penelitian ini menggunakan metode survey untuk mengetahui kriteria-kriteria setiap lingkungan persebaran penderita DBD yang tidak dapat diwakilkan oleh lingkungan lain. Populasi yang digunakan yaitu jumlah penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul dari tahun 2009,2010, dan 2011. Sampel yang diambil adalah seluruh penderita yang beralamat lengkap dan diambil dengan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi, quisioner, studi dokumentasi dan studi literature dan teknik analisisnya menggunakan teknik analisis persentasi, regresi dan overlay.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi lingkungan rumah yang menyebabkan penurunan penyebaran DBD yaitu jumlah akuaium dan jumlah tanaman hias, sedangkan yang meningkatkan penyebaran DBD yaitu ketinggian tempat, suhu rumah, dan warna cat. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi peningkatan penyebaran DBD yaitu kerapatan rumah, banyaknya air yang tergenang, suhu udara dan kelembaban rumah. Kebiasaan penderita yang meningkatkan penyebaran DBD di Kecamatan Tarogong Kidul yaitu kebiasaan berdiam diri pukul 06.00-09.00 sedangkan menyebabkan penurunan DBD yaitu menguras bak mandi dan menutup tempat penampungan air. Kontribusi lingkungan lain tidak terlalu besar pengaruhnya dikarenakan penderita tidak bersifat pasif di daerah yang dikunjungi. Persebaran penderita di Kecamatan Tarogong Kidul terdapat di daerah yang memiliki pemukiman yang padat, ketinggian dibawah 1000 meter, penduduk yang padat, namun tersebar di daerah sanitasi sedang dan baik, sehingga dapat dikatakan bahwa sanitasi tidak berpengaruh besar terhadap persebaran DBD.


(6)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

DISTRIBUTION OF PATIENTS DENGUE FEVER IN KECAMATAN TAROGONG KIDUL SUBDISTRIK GARUT DISTRICT

ABSTRAK Created By : Dewi Ratnasari

0907128

Dengue fever ( dbd ) is an infective disease fatal in a relatively short time. These diseases attacking various regions one of them is Tarogong Kidul sub-district located in Garut sub-districts. This sub-district is the most-affected sub-district of DBD and from year to year the number of patients in district Tarogong Kidul DBD is always the most among all Sub. Based on the fact above, this research aims to know the spread of the DBD by way of knowing the factors that affect the DBD Tarogong Kidul district , How victims the condition of the house, environmental conditions around the house, how the habit of patients, and how much contributions from the environment to another.

This research using the method of survey to find out the criteria-criteria for each environment spread with DBD can not be represented by another environment, The population used the number of sufferers Tarogong Kidul Subdistrict in DBD of the years 2009,2010 and 2011. Samples taken are all sufferers that located and taken with purposive sampling technique. In this research using some of the techniques of data collection, observation techniques, quisioner, study documentation and study literature and engineering analysis using regression, percentage of analysis techniques and the overlays.

Results of the study indicate that the environmental conditions which cause a decrease in homes spread of DBD follows the number of akuarium and the number of ornamental plants, While that increases the spread dbd namely altitude place, temperature house, and color paint. Environmental conditions affecting increase the spread dbd namely density house, the number of stagnant water, air temperature and humidity of the House. The habit of sufferers improves deployment Tarogong Kidul Subdistrict in DBD the habit of silence 06.00-09.00, While causing a decrease in DBD namely drain the bath and close the water shelter. Other environmental contributions not too great influence because sufferers are not passive in the regions visited, The spread of the sufferers in Sub Tarogong Kidul are found in areas that have a dense settlement, altitude below 1000 feet, dense population, but scattered in the area of sanitation and are good, so that it can be said that sanitation has no effect on the spread of the DBD.


(7)

Dewi Ratnasari, 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

UCAPAN TERIMA KASIH ...ii

ABSTRAK ...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ...viii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8

A. Demam Berdarah Dengue ...8

B. Sejarah Demam Berdarah Dengue ...11

C. Vektor Demam Berdarah Dengue ...13

D. Lingkungan Hidup Aedes Aigypti ...16

1. Lingkungan Fisik ...17

2. Lingkungan Biologi ...19

3. Lingkungan Sosial ...20

E. Pusat-Pusat Penularan ...21

F. Hubungan Nyamuk Aedes Aigypti dengan Virus Dengue ...21

G. Penularan Demam Berdarah Dengue ...23

H. Gejala Demam Berdarah Dengue...24

I. Upaya Pencegahan Penyebaran Virus Demam Berdarah Dengue ...25

1. Pengendalian Lingkungan ...27

2. Pengendalian Hayati...28

J. Lingkungan Bebas Demam Berdarah Dengue ...28

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ...32

A. Metode Penelitian...32


(8)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

C. Variabel Penelitian ...33

D. Populasi dan Sampel ...34

E. Teknik Pengumpulan Data ...35

1. Teknik Observasi ...35

2. Teknik Quisioner ... 35

3. Teknik Studi Dokumentasi ...36

4. Teknik Studi Literatur ...36

F. Teknik Analisis Data ...36

G. Pengembangan Instrumen ...39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...45

A. Hasil Penelitian ...45

B. Pembahasan ...64

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………... 101

A. Kesimpulan ... 112

B. Rekomendasi ... 113 DAFTAR PUSTAKA


(9)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Menurut Soedarto (2009:179) Demam berdarah dengue adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya adalah anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus ini. Sumber penularan utama adalah manusia dan primata, sedangkan penularnya adalah nyamuk Aedes Aigypti. Demam berdarah Dengue di Indonesia bersifat endemis baik di daerah perkotaan (urban) maupun didaerah pedesaan (rural).

Menurut Soegijanto (2004:1) sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan Indonesia. Hal ini didukung oleh data-data kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka kejadian penyakit DBD meningkat dan menyebar ke seluruh daerah kabupaten di wilayah Republik Indonesia. Pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun sejak awal ditemukan kasus DBD, angka kejadian luar biasa penyakit DBD diestimasikan setiap 5 tahun dengan angka kematian tertinggi pada tahun 1968 yaitu pada awal ditemukan kasus DBD dan angka kejadian penyakit DBD tertinggi pada tahun 1988. Angka kematian kasus DBD masih tinggi disebabkan vektor penyakit DBD nyamuk Aedes Aigypty masih banyak dijumpai di wilayah Indonesia. Selain itu, Kemajuan teknologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk yang cepat memudahkan penyebaran sumber penularan dari satu kota ke kota lainnya.

Kabupaten Garut merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Barat, dengan semboyannya sebagai kota INTAN yaitu Kota Indah Tertib Aman dan Nyaman. Dengan adanya semboyan tersebut seharusnya Kabupaten Garut mempunyai kondisi lingkungan yang indah dan sehat. Namun, pada kenyataannya di Kabupaten Garut masih banyak masyarakat yang kurang menyadari keasadaran lingkungan sehingga tidak terlepas dari penyebaran wabah-wabah penyakit.


(10)

2

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan peta stratifikasi daerah rawan DBD di Kabupaten Garut tahun 2008. Kabupaten Garut terdiri dari 42 kecamatan yang tersebar di seluruh Kabupaten Garut, dari 42 kecamatan terdapat 1 kecamatan yang akan djadikan lokasi penelitian persebaran Demam Berdarah Dengue yaitu kecamatan Tarogong Kidul.

Berdasarkan peta Rupabumi Tahun 1999 lembar Garut dan Samarang, Kecamatan Tarogong Kidul terletak di sebelah utara Kabupaten Garut. Secara geografis terletak pada koordinat 7°10’46,8” - 7°13’25,8” Lintang Selatan dan

107°51’54”-107°54’06” Bujur Timur. batas-batas wilayah yaitu Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tarogong Kaler, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bayongbong, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Garut Kota dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Samarang.

Berdasarkan data dari Kecamatan Tarogong Kidul tahun 2012 pembangunan di bidang kesehatan masyarakat kecamatan Tarogong Kidul selalu berkoordinasi dengan instansi yang merupakan leading sektor di Bidang Kesehatan diantaranya terdapat 1 Rumah Sakit Umum, dan 3 Puskesmas yang membantu dalam upaya peningkatan kesehatan di Tingkat Kecamatan diantaranya gizi anak, mencegah gizi buruk, mengurangi angka kematian bayi, angka kematian ibu, meningkatkan angka harapan hidup, mencegah penyakit yang menjadi katagori kejadian luar biasa (Flu Burung, DBD, dan flu babi). Namun, walaupun fasilitas kesehatan telah memadai tetapi masyarakat di kecamatan Tarogong Kidul masih belum terlepas dari terjangkitnya beberapa penyakit,diantaranya adalah penyakit mematikan seperti Demam Berdarah Dengue dan memiliki jumlah penderita terbanyak di Kabupaten Garut.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tahun 2009, 2010, dan 2011 pada Tahun 2009 Kecamatan Tarogong Kidul menempati posisi teratas memiliki penderita Demam Berdarah Dengue Terbanyak. Pada Tahun 2010 menempati posisi kedua dan pada tahun 2011 kembali menempati posisi pertama dalam penderita terbanyak DBD. Meskipun dari tahun 2009 sampai 2011 di Kabupaten Garut mengalami penurunan terjadinya kasus DBD tetapi Kecamatan Taroggong Kidul selalu memiliki penderita paling banyak


(11)

3

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.1.

Jumlah Penderita DBD di Kabupaten Garut

Kecamatan Jumlah Penduduk yang terkena DBD (Jiwa)/ Tahun

2009 2010 2011

Karangpawitan 201 97 39

Leuwigoong 23 11 6

Garut Kota 341 203 115

Tarogong Kidul 356 196 121

Pangatikan 21 6 5

Kadungora 50 32 36

Limbangan 31 5 4

Tarogong Kaler 67 41 20

Banyuresmi 65 20 12

Bayongbong 34 31 22

Cilawu 47 39 18

Cibatu 22 13 10

Selaawi 10 1 0

Samarang 49 14 14

Cikajang 22 18 14

Leles 19 22 9

Pameungpeuk 5 5 7

Cikelet 9 3 0

Cisurupan 29 11 5

Sucinaraja 19 1 9

Bungbulang 5 2 1

Sukawening 23 10 9

Wanaraja 33 25 19

Cisewu 2 0 0

Cisompet 2 9 1

Sumber : Dinas Kesehatan tahun 2009, 2010 dan 2011

Penelitian ini membahas tentang persebaran penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul karena di Kecamatan tersebut dari tahun ke tahun memiliki panderita DBD paling banyak semenjak tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 walaupun pada tahun 2010 Tarogong Kidul menempati peringkat kedua terbanyak setelah kabupaten Garut Kota di Kabupaten Garut. Selain itu berdasarkan keterangan dari dinas kesehatan kecamatan Tarogong Kidul merupakan kecamatan yang endemis DBD yaitu kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir selalu terjangkit DBD setiap tahunnya. Dengan adanya penelitian ini peneliti


(12)

4

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bertujuan untuk menganalisis mengapa kecamatan Tarogong Kidul memiliki penderita paling banyak di Kabupaten Garut dan mengetahui bagaimana pola kebiasaan masyarakat kecamatan Tarogong Kidul sehingga dapat terjangkit DBD. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya mencegah timbulnya kerugian yang lebih banyak, baik dari kerugian dari segi materi ataupun korban jiwa. Selain itu, diharapkan juga dapat membantu dalam pengawasan dan penanggulangan DBD sehingga tindakan akan cepat dilakukan terhadap daerah-daerah yang memiliki jumlah penderita DBD paling banyak.

Menurut Hastuti (2008 :7) Penyebaran penyakit DBD termasuk dalam bencana nasional, hal tersebut disebabkan karena penyebaran penyakit ini telah melanda hampir seluruh Indonesia dan korban meninggal terbanyak di dunia. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang cepat agar tidak banyak korban yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Agar seluruh upaya itu berjalan lancar diperlukan sosialisasi, peningkatan serta pemahaman atas pengelolaan penyakit DBD dan mengantisipasi penyakit ini kepada masyarakat diantaranya adalah penyuluhan tentang penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Tarogong Kidul. Informasi yang disajikan dapat berupa peta penyebaran DBD yang kemudian dapat dijadikan sebagai referensi oleh dinas kesehatan tentang penyebaran DBD di kecamatan Tarogong Kidul. Dari informasi tersebut dinas kesehatan dapat mengetahui daerah-daerah yang banyak tersebar penderita DBD. Informasi tentang penyebaran DBD ini dapat diolah dan disajikan dengan menggunakan sistem Informasi Geografi yang kemudian dapat dijadikan referensi oleh dinas kesehatan dan dijadikan informasi kepada masyarakat.

Menurut Yousman (2004:1) Pada era globlalisasi seperti sekarang ini perkembangan Teknologi sangat berkembang cepat, dan sistem informasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia dan salah satu informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat pada masa sekarang ini adalah sistem informasi geografi. Terdapat banyak sekali aplikasi yang dimiliki oleh SIG salah satu diantaranya dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Fenomena yang dapat dikaji oleh SIG dalam bidang kesehatan misalnya adalah peristiwa menyebarnya wabah penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) yang melanda


(13)

5

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

daerah-daerah tertentu seperti Kecamatan Tarogong Kidul. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa penyakit DBD ini merupakan penyakit yang mematikan dan banyak memakan korban baik itu anak-anak maupun dewasa.

Dalam pemecahan masalah DBD ini memerlukan penanganan yang cepat untuk mencegah berkembangnya wabah DBD. Seluruh upaya harus dijalankan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bahayanya wabah DBD dan memberikan pemahaman tentang cara untuk mencegah dan menguranginya. SIG dapat membantu memberikan informasi kepada dinas kesehatan tentang daerah-daerah mana sajakah yang memeiliki banyak penderita DBD sehingga dapat dijadikan referensi untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Dalam bidang perencanaan wilayah dan kota, sistem informasi geografi memiliki peranan yang sangat penting. Menata ruang suatu wilayah membutuhkan dukungan data dan informasi, baik spasial maupun non spasial, yang akurat dan terkini, terutama data dan informasi tematik yang mengilustrasikan kondisi suatu wilayah. Perubahan kondisi wilayah pada daerah yang akan disusun rencana tata ruangnya, perlu dipahami dengan baik oleh para perencana, karena kualitas rencana tata ruang sangat ditentukan oleh pemahaman para perencana terhadap kondisi fisik wilayah perencanaan. Dalam hal ini sistem informasi geografis berfungsi untuk mempermudah perencana wilayah untuk merencanakan suatu daerah yang bebas dari DBD.

Aplikasi sistem informasi ini terfokus pada penyebaran penyakit DBD yang terdapat di kecamatan Tarogong Kidul, sehingga dapat memvisualisasikan penyebaran penderita DBD dalam bentuk peta, sehingga dapat dipahami oleh dinas kesehatan agar dapat melakukan sebuah perencanaan untuk mencegah dan mengurangi penyebaran DBD agar tidak terus menerus memakan korban.

B.Rumusan Masalah

Dari uraian diatas perlu kiranya terdapat suatu rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini. Penentuan rumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan agar didalam penelitian ini terdapat pembatasan masalah yang akan dibahas, sehingga dalam pembahasan dapat lebih fokus dan


(14)

6

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jelas. Adapun permasalahan dalam penelitian ini lebih ditekankan kepada hal-hal berikut :

1. Bagaimana kondisi rumah di daerah persebaran penderita demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?

2. Bagaimana kontribusi kondisi rumah terhadap persebaran penderita demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?

3. Bagaimana kondisi lingkungan di daerah persebaran penderita demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?

4. Bagaimana kontribusi lingkungan terhadap persebaran penderita demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?

5. Bagaimana kebiasaan penderita demam berdarah dengue sehingga menunjang terjadinya demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?

6. Bagaimana kontribusi kebiasaan penderita terhadap persebaran penderita demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?

7. Bagaimana kontribusi lingkungan lain terhadap persebaran demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?

8. Bagaimana persebaran lingkungan demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?

C.Tujuan Penelitian

Dalam sebuah penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, untuk apa dilaksanakan penelitian tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis kondisi rumah penderita penyakit demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.

2. Menganalisis kontribusi kondisi rumah terhadap persebaran penderita demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.

3. Menganalisis kondisi lingkungan penderita penyakit demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.


(15)

7

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Menganalisis kontribusi lingkungan terhadap persebaran penderita demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.

5. Menganalisis kebiasaan penderita demam berdarah dengue sehingga menunjang terjadinya penyakit demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.

6. Menganalisis kontribusi kebiasaan penderita terhadap persebaran penderita demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.

7. Menganalisis kontribusi keadaan rumah dan keadaan lingkungan sekitar rumah terhadap persebaran demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul

8. Memetakan persebaran lingkungan penderita Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.

D.Manfaat Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki manfaat, baik itu bagi penulis maupun bagi pihak-pihak lain yang terkait. Tanpa adanya manfaat, penelitian ini akan menjadi sia-sia. Adapun manfaat yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan kepada masyarakat Kecamatan Tarogong Kidul agar mengubah cara hidup menjadi lebih sehat sehingga akan senantiasa waspada terhadap wabah demam berdarah yang terjadi.

2. Sebagai rekomendasi kepada dinas kesehatan untuk menghimbau kepada seluruh masyarakat kecamatan Tarogong Kidul untuk lebih memperhatikan kesehatan terutama dalam menghadapi penyakit DBD sehingga dapat meminimalisir terjadinya dampak yang lebih besar.

3. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pemahaman dalam penerapan konsep dan teori geografi dengan kenyataan di lapangan, terutama kajian geografi mengenai kesehatan

4. Sebagai referensi dan wawasan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama.


(16)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN A.Metode Penelitian

Menurut Koentjaraningrat (1994:7) bahwa Metode adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu suatu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik mengenai institusi sosial, ekonomi, politik dari suatu kelompok atau daerah dan hal ini dapat dilakukan melalui sensus ataupun sampel (Yunus 2010 :310). Metode survei dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kriteria-kriteria setiap lingkungan persebaran penderita DBD yang tidak dapat diwakilkan oleh lingkungan lain.

Kasus demam berdarah dengue dipengaruhi oleh kedaan rumah yang mendukung untuk berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aigypti, lingkungan sekitar rumah yang kurang memperhatikan kesehatan, kebiasaan hidup masyarakat yang buruk dan kontribusi lingkungan lain yang menyebabkan masyarakat terkena demam berdarah dengue. Daerah yang terkena demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul sebanyak 5 desa dari 12 desa, maka desa-desa yang terjangkit demam berdarah dengue dijadikan dasar untuk meneliti pengaruh diatas. Atas dasar penyebaran demam berdarah dengue di desa-desa maka penelitian ini cocok untuk menggunakan metode survey.

B.Definisi Operasional

Dalam sebuah penelitian perlu dihindari adanya salah penafsiran, untuk memahami dan menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran kata-kata, di bawah ini ada beberapa penjelasan mengenai konsep yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaitu definisi dari kata persebaran dan definisi dari kata penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


(17)

33

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT 1. Persebaran

Persebaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Amat (2008:5) adalah proses atau perbuatan berdasarkan informasi, material, dan sebagainya menjalar melalui sesuatu populasi. Dalam penelitian ini berkaitan dengan persebaran penderita DBD yang terjadi di Kecamatan Tarogong Kidul.

2. Demam Berdarah Dengue

Menurut Nadesul (2007 : 1) Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.

D.Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011 : 2) Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, atau nilai, dari orang, obyek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Di dalam suatu penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan dengan jelas oleh seorang peneliti sebelum memulai pengumpulan data diantaranya adalah variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi.

Variabel bebas dalam penelitian yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul dan Variabel terikat atau Variabel terpengaruh yaitu persebaran penderita demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.

Variabel bebas (X)

1. Kondisi Tempat Tinggal Penderita.

2. Kondisi lingkungan sekitar rumah penderita.

3. Kebiasaan penderita. 4. Kontribusi lingkungan lain

Variable Terikat (Y) Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan


(18)

34

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E.Populasi dan Sampel

Menurut Nawawi (1993:141) Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi ( Nawawi 1993 : 144).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang terdapat di Kecamatan Tarogong Kidul yaitu :

Tabel 3.1

Jumlah Penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul

No Tahun Jumlah Penderita

1 2009 356

2 2010 196

3 2011 121

Jumlah 673

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2009, 2010, 2011.

Untuk penarikan sampel tidak ada ketentuan angka yang pasti mengenai besarnya jumlah yang harus diambil, yang penting adalah sampel refresentatif, artinya bisa mewakili populasi. Adapun sampel dalam peneltian ini adalah Sampel penduduk. Sampel ini diambil dengan cara purposive sampling menurut Nasution (2003 :98) yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 76 orang berdasarkan masyarakat penderita DBD dengan alamat yang lengkap. Jumlah sampel ini diambil dari tahun 2009,2010, dan 2011 yang diambil dari data yang terdapat di puskesmas-puskesmas di Kecamatan Tarogong Kidul. Dari 76 sampel ini diambil secara keseluruhan untuk dijadikan sampel sehingga dapat ditarik pernyataan tentang kondisi penderita dan lingkungannya di Kecamatan Tarogong Kidul. Adapun sampelnya seperti yang terlihat pada tabel 3.2. :


(19)

35

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT Tabel 3.2.

Jumlah Pasien yang beralamat lengkap

No Desa Jumlah Penderita

Beralamat Lengkap (Jiwa)

1 Sukagalih 3

2 Jayawaras 16

3 Haurpanggung 25

4 Jayaraga 26

5 Pataruman 6

Total 76

Sumber : Data Puskesmas Haur Panggungg dan Puskesmas Pembangunan tahun 2010 dan 2011

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik observasii, teknik quisioner, teknik dokumentasi dan teknik studi literature. Penjelasan untuk setiap teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Teknik observasi.

Menurut Riduwan (2010 : 57) Teknik observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomen alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar) proses kerja dan penggunaan responden.

Dalam hal ini peneliti mendatangi langsung daerah yang persebaran penderita demam berdarah dengue dan mengumpulkan data yang diperlukan. 2. Teknik Quisioner

Quisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan 2010 : 52). Dalam penelitian ini quisioner merupakan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada penderita DBD untuk mengetahui informasi yang diperlukan.


(20)

36

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Teknik Studi Dokumentasi

Menurut Riduwan (2010 : 58) Dokumentasi adalah suatu teknik yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan dengan penelitian.

Teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan katagorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, majalah dan lain-lain.

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data dari buku yang relevan tentang demam berdarah, data jumlah penderita DBD yang di ambil dari Dinas Kesehatan, dan data jumlah penduduk dari Kecamatan Tarogong Kidul.

4. Teknik Studi Literatur

Menurut Sumaatmaja dalam Amat (2008 : 33) bahwa,

“Penelitian yang memenuhi syarat, tidak dapat dilakukan tanpa mengetahui

teori, prinsip konsep, dan hukum-hukum yang berlaku pada bidang geografi dan ilmu pengetahuan. Peneliti mencari secara literatur data-data geografis daerah penelitian baik data fisik maupun data sosial dan juga data mengenai teori yang relevan dengan penelitian, guna memecahkan masalah yang terdapat dalam penelitian ini.”

Data yang diperoleh berupa data sekunder yang berkaitan dengan kajian penelitian ini, baik itu buku referensi, laporan kajian-kajian tentang persebaran DBD di Kecamatan Tarogong Kidul.

G.Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk menganalisis data diantaranya yaitu :

1. Menyeleksi Data

Langkah ini dilakukan agar kelengkapan data yang terkumpul melalui instrumen penelitian yang berupa hasil dari pedoman wawancara ataupun data yang lainnya dapat mendukung pembahasan dalam penelitian ini.


(21)

37

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT 2. Mengklasifikasi Data

Dalam penelitian ini dilakukan pengklasifikasian data yaitu berupa pengelompokan data yang diperoleh dari responden dan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang frekuensi jawaban dari responden. Penulis melakukan tabulasi data dan memasukan data yang ada ke dalam tabel korelasi yang mana data tersebut pada akhirnya akan menjelaskan rumusan masalah. 3. Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan adalah persentase yang bertujuan untuk menguji untuk mengetahui kecenderungan responden dan fenomena-fenomena di lapangan. Analisis persentase ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kecenderungan antara faktor-faktor penyebab DBD dengan persebaran penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul.

Analisis persentase yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk menguji dua variabel seberapa besar pengaruh antara satu variabel dependen dan satu variabel independen dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

4. Keterangan :

p = Persentase

f = Frekuensi Jawaban n = Jumlah Responden

Adapun kriteria penilaian skor yang digunakan berdasarkan pada kriteria menurut Arikunto, 1996 : 57 (Agustina, 2011 : 37) dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3. Tabel Persentase

No Persentase Keterangan

1 0% Tidak ada

2 1% - 24% Sebagian kecil 3 25% - 49% Hampir setengahnya

4 50% Setengahnya

5 51% - 74% Sebagian besar 6 75% - 99% Hampir seluruhnya

7 100% Seluruhnya


(22)

38

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik analisis data lain yang digunakan untuk melengkapi penelitian ini adalah regresi yang bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel satu dengan variabel lain (Endrayanto 2012 : 59). Analisis regresi ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara faktor-faktor penyebab DBD dan berapa besar kontribusi pengaruh tersebut terhadap persebaran penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul.

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linear sederhana yang digunakan untuk menguji dua variabel apakah ada pengaruh antara satu variabel dependen dan satu variabel independen dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Y : Subjek dalam variabel dependen yang di prediksi a: harga Y ketika harga X = 0 (Harga konstan)

b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.

X : Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Se =

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑


(23)

39

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Sb =

√∑ ∑

T hitung =

Teknik analisis lain yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan teknik overlay yaitu overlay yaitu teknik yang dibentuk melalui penggunaan secara tumpang tindih suatu peta yang masing-masing mewakili faktor penting linkungan.

H.Pengembangan instrumen

Untuk menjaring data dari responden maka dalam penelitian ini dilakukan pengajuan beberapa pertanyaan. Pertanyaan tersebut dikembangkan dari variabel :

Tabel 3.4.

Pengembangan Instrumen

No. Variabel Uraian Variabel Sumber Instrumen 1. Kondisi

Tempat Tinggal Penderita

Kepadatan Rumah

Nyamuk Aedes Aigypty adalah jenis nyamuk yang gemar hidup di dalam rumah. Transmisi virus Dengue mungkin juga terjadi apabila seekor nyamuk yang sedang menghisap darah pasien Dengue terganggu, dan nyamuk itu segera menggigit orang lain lagi (Wiradharma 1999 : 89)

1. Berapakah kepadatan rumah yang anda tempati?

Luas rumah

Jumlah anggota keluarga ... m2 ... orang

Jumlah air yang tertampung

Nyamuk demam berdarah bukan tergolong nyamuk yang rakus, ia hanya menggigit pada jam-jam tertentu saja. Itu pun hanya nyamuk betina yang menggigit. Darah manusia dibutuhkannya untuk bertelur. Nyamuk Aedes Aegypti menggigit pada pagi dan pada sore hari. Diluar jam itu nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur

2. Berapa jumlah air tertampung yang terdapat di rumah anda?


(24)

40

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ( Nadesul 2007 :2).

Jumlah tanaman hias

Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembapan, pencahayaan di dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat (Fatmawati 2012 : 39).

3. Berapa jumlah tanaman hias yang terdapat di rumah anda?

Jumlah akuarium/ kolam ikan

Nyamuk Aedes Aeypti memiliki pemangsa yaitu kelelawar dan burung, sementara larva atau jentik nyamuk dimangsa oleh burung air, serangga, dan ikan (Nadesul 2007 : 123).

4. Berapakah jumlah akuarium atau kolam ikan yang terdapat di rumah anda?

Ruangan yang terkena sinar matahari

Nyamuk Aedes Aegypti lebih menyukai tinggal di ruangan rumah yang sejuk, lembap dan gelap (Soedarto 2009 : 178 )

5. Apakah setiap ruangan dirumah anda sering terkena sinar matahari?

Kelembaban Rumah

Nyamuk Aedes Aegypti lebih menyukai tinggal di ruangan rumah yang sejuk, lembap dan gelap (Soedarto 2009 : 178 )

6. Berapa kelembaban rumah penderita DBD?

Ketinggian Tempat

Penyakit ini banyak ditemukan didaerah-daerah termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Teddy 2005 :42)

7. Berapa ketinggian tempat rumah penderita DBD?

Suhu Udara Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya menurun atau

8. Berapa suhu udara didalam rumah penderita DBD?


(25)

41

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

bahkan terhenti bila suhunya turun sampai dibawah suhu kritis. Pada suhu yang lebih tinggi dari 35°C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis. Menurut Hakim ( 2012 : 45)

Warna Cat Nyamuk Aedes Aegypti lebih menyukai tinggal di ruangan rumah yang sejuk, lembap dan gelap (Soedarto 2009 : 178 )

9. Bagaimana warna cat didalam rumah penderita?

2 Kondisi Lingkungan penderita

Jarak Antar Rumah

Berbagai penelitian penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak- desakan dan kumuh mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit (Fatmawati 2012 : 1) .

10. Berapa jarak antar rumah di lingkungan sekitar penderita DBD?

Jumlah Genangan Air

Nyamuk Aedes Aegypti menggigit pada pagi hari dan pada sore hari. Diluar jam itu nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur (Nadesul 2007 :2)

11. Berapa jumlah genangan air yang terdapat di lingkungan sekitar penderita DBD?

Aliran sungai Nyamuk Aedes Aegypti menggigit pada pagi hari dan pada sore hari. Diluar jam itu nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur (Nadesul 2007 :2)

12. Apakah aliran sungai yang melewati lingkungan anda sering mengalir?

Suhu udara lingkungan

Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun sampai dibawah suhu kritis. Pada suhu yang lebih tinggi dari 35°C juga mengalami

13. Berapa suhu udara di lingkungan sekitar penderita DBD?


(26)

42

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu perubahan dalam arti lebih

lambatnya proses-proses fisiologis. Menurut Soegijanto (2006 : 245)

Kelembaban Lingkungan

Kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan. keadaan rumah menjadi basah dan lembab yang memungkinkan

berkembangbiaknya kuman atau bakteri penyebab penyakit. Kelembaban yang baik menurut widiyanto (2007 : 33) berkisar antara 60 % - 70%.

14. Berapa kelembaban di lingkungan sekitar penderita DBD?

Penyinaran Matahari

Kebiasaan istirahat nyamuk aedes aigypti lebih banyak didalam rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap, dan tempat-tempat lainnya yang terlindungi dari sinar matahari (Soegijanto 2006 : 250)

15. Bagaimana penyinaran matahari di lingkungan sekitar penderita DBD?

3 Kebiasaan Penderita

Kebiasaan menggantungkan pakaian

Menurut Soedarto (2009: 178) Hinggapnya bukan di dinding melainkan pada barang-barang yang bergelantungan di kamar

16. Apakah anda sering menggantung pakaian di dalam kamar?

Kebiasaan berdiam diri pada pukul 06.00-09.00

Darah manusia dibutuhkannya untuk bertelur. Nyamuk Aedes Aegypti menggigit pada pagi hari pukul 06.00-09.00 dan pada sore hari pukul 15.00-17.00. Diluar jam itu nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur ( Nadesul 2007 :2)

17. Apakah anda sering berdiam diri pada saat pukul 06.00-09.00?

Kebiasaan berdiam diri pada pukul

15.00-Darah manusia dibutuhkannya untuk bertelur. Nyamuk Aedes Aegypti menggigit pada pagi

18. Apakah anda sering berdiam diri pada saat pukul 15.00-17.00?


(27)

43

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

17.00 hari pukul 06.00-09.00 dan pada sore hari pukul 15.00-17.00. Diluar jam itu nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur ( Nadesul 2007 :2)

4 Kontribusi Lingkungan

Mobilitas Penderita

penyakit demam berdarah dengue menyebar ke darah-daerah pedesaan dikarenakan adanya mobilitas yang tinggi dan interaksi antara penduduk desa dan penduduk kota semakin meningkat dan memudahkan penularan penyakit demam berdarah dengue (Soedarmo 1988 : 15)

19. Apakah setiap hari anda sering bepergian meninggalkan rumah?

Kebiasaan Menguras bak mandi.

Menurut Soegijanto ( 2006 : 255) Disini dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah, jendela, dan pintu. Dan yang sekarang digalakan oleh pemerintah yaitu gerakan 3M yaitu : 1) menguras tempat-tempat penampungan air dengan menyikat dinding bagian dalam dan dibilas paling sedikit seminggu sekali

20. Apakah anda sering melakukan 3M aktivitas menguras bak mandi ?

Kebiasaan Menguras bak mandi

Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa

21. Apakah anda sering melakukan 3M aktivitas menutup tempat penampungan air?

Tempat yang dikunjungi penderita

Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah tempat-tempat umum yang merupakan tempat

22. Apakah anda sering tidak berada di rumah setiap hari?


(28)

44

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berkumpulnya orang-orang yang

datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar (Rusdijas 2005 : 33)

Kebiasaan Penderita Selama DBD

Lamanya waktu sakit

23. Berapa lama anda menderita sakit DBD?


(29)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aigypti. Beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan nyamuk Aedes Aigypti yaitu kondisi lingkungan rumah, kondisi lingkungan sekitar, kebiasaan masyarakat, dan kontribusi lingkungan lain.

Kondisi rumah penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul berpengaruh terhadap persebaran penderita DBD diantaranya: Jumlah tanaman hias, semakin banyak tanaman hias maka semakin tinggi potensi DBD. Jumlah akuarium, semakin banyak jumlah aquarium semakin kecil potensi DBD. Ketinggian tempat, semakin tinggi ketinggian tempat maka potensi DBD semakin tinggi. suhu rumah diantara 28°C-32°C merupakan suhu optimal untuk potensi DBD, dan warna cat yang semakin gelap akan membuat potensi terjadinya DBD semakin tinggi.

Kondisi lingkungan penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul yang menjadi penyebab terjadinya penyebaran DBD yaitu yaitu :Kerapatan rumah, semakin rapat maka semakin memudahkan penyebaran DBD. Banyaknya air yang tergenang di sekitar lingkungan akan menyebabkan banyaknya tempat perindukan nyamuk Aedes Aigypti. suhu udara diantara 28°C-32°C dan kelembaban diantara 60%-70% merupakan kondisi yang bagus untuk potensi DBD .

Kebiasaan penderita yang menyebabkan penyebaran penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul, diantaranya yaitu menggantung pakaian yang merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sehingga DBD mudah menyebar. Dan penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul sering bersikap pasif antara pukul 06.00-09.00, Tetapi kebiasaan masyarakat menguras bak mandi dan kebiasaan menutup tempat penampungan air merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan penyebaran DBD di Kecamatan Tarogong Kidul.

Kontribusi tempat lain, tempat yang dikunjungi hanya memiliki kontribusi kecil meskipun masyarakat Kecamatan Tarogong Kidul memiliki mobilitas yang


(30)

114

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tinggi tetapi tempat yang dikunjungi bebas dari DBD dan ditempat yang dikunjungi penderita tidak bersifat pasif.

Persebaran penderita DBD terletak pada daerah-daerah yang memiliki, memiliki penggunaan lahan pemukiman dengan jenis pemukimannya padat, berada pada penduduk yang padat, berada pada suhu 28°C-32°C,berada pada kelembaban 60%-70% dan berada pada ketinggian kurang dari 1000 meter. Namun, berada pada tempat yang memiliki sanitasi yang sedang dan baik.

B.Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit DBD , berdasarkan kondisi faktual di lapangan ada beberapa rekomendasi yang diajukan demi meminimalisir adanya penyebaran penyakit DBD di Kecamatan Tarogong Kidul, Rekomendasi tersebut antara lain :

1. Hendaklah lebih memperhatikan keadaan rumah seperti mengurangi kepadatan rumah, membersihkan tanaman hias, memeilihara ikan, memperhatikan pencahayaan rumah sehingga tidak lembab, menyingkirkan barang-barang yang mampu menampung air.

2. Masyarakat dihimbau selain memperhatikan keadaan rumah juga harus memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, jangan sampai ada air tergenang agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aigypti.

3. Hendaknya tidak membiasakan diri untuk bersifat pasif pada jam terbang nyamuk Aedes Aigypti, tidak menggantungkan pakaian di kamar, dan sering menguras bak mandi dan menutup tempat penampungan air sebagai upaya meminimalisir adanya penyakit DBD.

4. Jika hendak bepergian ke tempat yang ramai dikunjungi oleh banyak orang sebaiknya tidak bersifat pasif di tempat tersebut agar nyamuk Aedes Aigypti sulit untuk menggiggit.

5. Untuk Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan dan Dinas-dinas yang terkait diharapkan untuk melakukan penyurveian dan piñataulangan lingkungan masyarakat agar menjadi lingkungan yang lebih sehat.


(31)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu Kaelani. (1982). Kependudukan di Indonesia.Semarang : Mutiara Permata Widya.

Amat. (2008) . Analisis Pola Persebaran Flu Burung di Kota Bandung. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS: Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Dwi Atuti, Heni. (2009) . Jurnal Perancangan Sistem Informasi Geografis Penyebaran DBD di Wilayah Depok dengan menggunakan arcview.Tersedia di : www.gunadarma.ac.id/. ../computerscience

/2009/Artikel_10105771.pdf Diunduh tanggal 21 Februari 2013.

Endrayanto, Poly. (2012). Statistika Untuk Penelitian.Yogyakarta : Graha Ilmu. Fabregat, Claudia Eva.(1974).Masalah Penduduk. Jakarta : PN Balai Pustaka. Fahmi, Moh.(2006).Perbandingan aktivitas Abate dengan Ekstrak Daun Sirih

(Piper Betle) Dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes Aigypti. Semarang : Universitas Diponogoro. Tersedia di :

http://eprints.undip.ac.id/21271/ di akses tanggal 2 Mei 2013.

Hadiwiyoto, Soewedo. (1982). Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : PT. Inti Idayu Press.

Hakim, Fatmawati Nurul. (2012). Hubungan Faktor Fisik Rumah dengan Kepadatan Nyamuk Aedes Aigypti di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Mundu Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Semarang. Tersedia

di: http://eprints.undip.ac.id/21271/ diunduh tanggal 2 Mei 2013.


(32)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hermawan, Asep. (2006) .Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta : PT. Grasindo

Koentjaraningrat. (1994). Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kesehatan RI, Departemen. (1981). Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan Focus Demam Berdarah. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Majidah. Amah.(2010). Faktor Iklim dan Angka Insiden DBD di Kabupaten Serang. Banten : Jurnal UI.

Nawawi, Hadari.(1993). Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nadesul, Hendrawan. (2007). Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta : Kompas

Nasution, (2001). Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Profil Kecamatan Tarogong Kidul .2011. tersedia di

http://sikec.garutkab.go.id/UserFiles/File/tarogongkidul2011.pdf di unduh tanggal 5 september 2013

Rejeki,Kiki.(2009). Potensi dan Kebutuhan Air Tanah Bagi Penduduk Daerah Penambangan Galian C Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi : Universitas Pendidikan Geografi (UPI)

Riduwan.(2010).Dasar-Dasar Statistika. Jakarta : Alfabeta

Roose, Awida.(2008).Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekan Baru. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Rusdijas.(2005). Demam Berdarah Dengue. Tersedia di :

http//ocw.usu.ac.id/…/kesehatan_anak_demam_berdarah_dengue.di

unduh tanggal 2 Mei 2013. .


(33)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Salmah, Sarifah. (2009). Penataan Bantaran Sungai di Tinjau dari Aspek Lingkungan. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Satari, Hindra.(2004).Demam Berdarah Perawatan di Rumah dan Rumah Sakit. Jakarta : Puspa Swara.

Soedarto.(2009). Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta : CV Sagung Seto. Soedarmo, Sunaryo.(1988). Demam Berdarah Dengue pada Anak. Jakarta :

Universitas Indonesia Press.

Soegijanto.(2006). Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Airlangga University Press.

Soerjani, Moh dkk.(1987). Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta : UI-Press

Sugiyono.(2011).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sylvana. Fransisca. (2000) . Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Umar, Husein.(2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta : Rajawali Pers.

UPI.(2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

WHO. (1997). DBD, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian. Jakarta : EGC.

Widiyanto, Teguh.(2007).Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Demam Berdarah Dengue di Kota Purwokerto Jawa Tengah. Purwokerto : Universitas Diponogoro.

Wiradharma, Danny.(1999). Diagnosis Cepat Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Fakultas Kedokteran Trisakti


(34)

Dewi Ratnasari, 2013

PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yousman, Yeyep.(2004). Sistem Informasi Geografis dengan MapInfo Professional.Yogyakarta : Andi Offset.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aigypti. Beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan nyamuk Aedes Aigypti yaitu kondisi lingkungan rumah, kondisi lingkungan sekitar, kebiasaan masyarakat, dan kontribusi lingkungan lain.

Kondisi rumah penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul berpengaruh terhadap persebaran penderita DBD diantaranya: Jumlah tanaman hias, semakin banyak tanaman hias maka semakin tinggi potensi DBD. Jumlah akuarium, semakin banyak jumlah aquarium semakin kecil potensi DBD. Ketinggian tempat, semakin tinggi ketinggian tempat maka potensi DBD semakin tinggi. suhu rumah diantara 28°C-32°C merupakan suhu optimal untuk potensi DBD, dan warna cat yang semakin gelap akan membuat potensi terjadinya DBD semakin tinggi.

Kondisi lingkungan penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul yang menjadi penyebab terjadinya penyebaran DBD yaitu yaitu :Kerapatan rumah, semakin rapat maka semakin memudahkan penyebaran DBD. Banyaknya air yang tergenang di sekitar lingkungan akan menyebabkan banyaknya tempat perindukan nyamuk Aedes Aigypti. suhu udara diantara 28°C-32°C dan kelembaban diantara 60%-70% merupakan kondisi yang bagus untuk potensi DBD .

Kebiasaan penderita yang menyebabkan penyebaran penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul, diantaranya yaitu menggantung pakaian yang merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sehingga DBD mudah menyebar. Dan penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul sering bersikap pasif antara pukul 06.00-09.00, Tetapi kebiasaan masyarakat menguras bak mandi dan kebiasaan menutup tempat penampungan air merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan penyebaran DBD di Kecamatan Tarogong Kidul.

Kontribusi tempat lain, tempat yang dikunjungi hanya memiliki kontribusi kecil meskipun masyarakat Kecamatan Tarogong Kidul memiliki mobilitas yang


(2)

114

tinggi tetapi tempat yang dikunjungi bebas dari DBD dan ditempat yang dikunjungi penderita tidak bersifat pasif.

Persebaran penderita DBD terletak pada daerah-daerah yang memiliki, memiliki penggunaan lahan pemukiman dengan jenis pemukimannya padat, berada pada penduduk yang padat, berada pada suhu 28°C-32°C,berada pada kelembaban 60%-70% dan berada pada ketinggian kurang dari 1000 meter. Namun, berada pada tempat yang memiliki sanitasi yang sedang dan baik.

B.Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit DBD , berdasarkan kondisi faktual di lapangan ada beberapa rekomendasi yang diajukan demi meminimalisir adanya penyebaran penyakit DBD di Kecamatan Tarogong Kidul, Rekomendasi tersebut antara lain :

1. Hendaklah lebih memperhatikan keadaan rumah seperti mengurangi kepadatan rumah, membersihkan tanaman hias, memeilihara ikan, memperhatikan pencahayaan rumah sehingga tidak lembab, menyingkirkan barang-barang yang mampu menampung air.

2. Masyarakat dihimbau selain memperhatikan keadaan rumah juga harus memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, jangan sampai ada air tergenang agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aigypti.

3. Hendaknya tidak membiasakan diri untuk bersifat pasif pada jam terbang nyamuk Aedes Aigypti, tidak menggantungkan pakaian di kamar, dan sering menguras bak mandi dan menutup tempat penampungan air sebagai upaya meminimalisir adanya penyakit DBD.

4. Jika hendak bepergian ke tempat yang ramai dikunjungi oleh banyak orang sebaiknya tidak bersifat pasif di tempat tersebut agar nyamuk Aedes Aigypti sulit untuk menggiggit.

5. Untuk Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan dan Dinas-dinas yang terkait diharapkan untuk melakukan penyurveian dan piñataulangan lingkungan masyarakat agar menjadi lingkungan yang lebih sehat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu Kaelani. (1982). Kependudukan di Indonesia.Semarang : Mutiara Permata Widya.

Amat. (2008) . Analisis Pola Persebaran Flu Burung di Kota Bandung. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS: Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Dwi Atuti, Heni. (2009) . Jurnal Perancangan Sistem Informasi Geografis

Penyebaran DBD di Wilayah Depok dengan menggunakan arcview.Tersedia di : www.gunadarma.ac.id/. ../computerscience /2009/Artikel_10105771.pdf Diunduh tanggal 21 Februari 2013. Endrayanto, Poly. (2012). Statistika Untuk Penelitian.Yogyakarta : Graha Ilmu. Fabregat, Claudia Eva.(1974).Masalah Penduduk. Jakarta : PN Balai Pustaka. Fahmi, Moh.(2006).Perbandingan aktivitas Abate dengan Ekstrak Daun Sirih

(Piper Betle) Dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes Aigypti.

Semarang : Universitas Diponogoro. Tersedia di :

http://eprints.undip.ac.id/21271/ di akses tanggal 2 Mei 2013.

Hadiwiyoto, Soewedo. (1982). Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : PT. Inti Idayu Press.

Hakim, Fatmawati Nurul. (2012). Hubungan Faktor Fisik Rumah dengan

Kepadatan Nyamuk Aedes Aigypti di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Mundu Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Semarang. Tersedia

di: http://eprints.undip.ac.id/21271/ diunduh tanggal 2 Mei 2013.


(4)

Hermawan, Asep. (2006) .Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta : PT. Grasindo

Koentjaraningrat. (1994). Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kesehatan RI, Departemen. (1981). Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan

Focus Demam Berdarah. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Majidah. Amah.(2010). Faktor Iklim dan Angka Insiden DBD di Kabupaten

Serang. Banten : Jurnal UI.

Nawawi, Hadari.(1993). Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nadesul, Hendrawan. (2007). Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta : Kompas

Nasution, (2001). Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Profil Kecamatan Tarogong Kidul .2011. tersedia di

http://sikec.garutkab.go.id/UserFiles/File/tarogongkidul2011.pdf

di unduh tanggal 5 september 2013

Rejeki,Kiki.(2009). Potensi dan Kebutuhan Air Tanah Bagi Penduduk Daerah

Penambangan Galian C Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi : Universitas Pendidikan Geografi (UPI)

Riduwan.(2010).Dasar-Dasar Statistika. Jakarta : Alfabeta

Roose, Awida.(2008).Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan

Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekan Baru. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Rusdijas.(2005). Demam Berdarah Dengue. Tersedia di :

http//ocw.usu.ac.id/…/kesehatan_anak_demam_berdarah_dengue.di

unduh tanggal 2 Mei 2013. .


(5)

Salmah, Sarifah. (2009). Penataan Bantaran Sungai di Tinjau dari Aspek

Lingkungan. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Satari, Hindra.(2004).Demam Berdarah Perawatan di Rumah dan Rumah Sakit. Jakarta : Puspa Swara.

Soedarto.(2009). Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta : CV Sagung Seto. Soedarmo, Sunaryo.(1988). Demam Berdarah Dengue pada Anak. Jakarta :

Universitas Indonesia Press.

Soegijanto.(2006). Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Airlangga University Press.

Soerjani, Moh dkk.(1987). Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam

Pembangunan. Jakarta : UI-Press

Sugiyono.(2011).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sylvana. Fransisca. (2000) . Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Umar, Husein.(2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta : Rajawali Pers.

UPI.(2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

WHO. (1997). DBD, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian. Jakarta : EGC.

Widiyanto, Teguh.(2007).Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Demam

Berdarah Dengue di Kota Purwokerto Jawa Tengah. Purwokerto :

Universitas Diponogoro.

Wiradharma, Danny.(1999). Diagnosis Cepat Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Fakultas Kedokteran Trisakti


(6)

Yousman, Yeyep.(2004). Sistem Informasi Geografis dengan MapInfo

Professional.Yogyakarta : Andi Offset.


Dokumen yang terkait

Gambaran Pelayanan Klinik Terhadap Resep Antidiabetes di Apotek Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut Kota Wilayah Kabupaten Garut

1 12 120

Karakteristik Hubungan Infrastruktur Pertanian dan Pola Ruang Terhadap Neraca Pangan (Studi Kasus Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut)

0 8 118

ANALISIS PERSEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN Analisis Persebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2013.

0 4 15

ANALISIS PERSEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN Analisis Persebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2013.

0 2 17

PENDAHULUAN Analisis Persebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2013.

0 2 19

LAGU-LAGU PASANTRENAN SYIFAUSH SHUDUR DI KECAMATAN TAROGONG KABUPATEN GARUT PADA ACARA PENGAJIAN RUTIN BULANAN.

0 20 38

Pengaruh Bacaan Sastra Dan Minat Baca Terhadap Prestasi Akademik Siswa Sma I Tarogong Kidul Garut.

0 0 48

IMPLEMENTASI PROGRAM PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN (PLP2B) DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT (Kasus di Desa Jati Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut)

0 0 11

PENGARUH KOORDINASI TERHADAP KINERJA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

0 0 6

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI KELURAHAN SUKAKARYA KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

0 0 10