PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKIDAH AKHLAK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI MTs MARDHOTILLAH KEC. PESISIR SELATAN KAB. PESISIR BARAT TAHUN AJARAN 2015 2016

(1)

i

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKIDAH AKHLAK

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII

DI MTs MARDHOTILLAH KEC. PESISIR SELATAN KAB.

PESISIR BARAT TAHUN AJARAN 2015/2016

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Dalam Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh :

PERA LESDIA

NPM : 1311010366

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG 1438 H / 2017 M


(2)

i

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKIDAH AKHLAK

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII

DI MTs MARDHOTILLAH KEC. PESISIR SELATAN KAB.

PESISIR BARAT TAHUN AJARAN 2015/2016

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh :

PERA LESDIA

NPM : 1311010366

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

Pembimbing I : Dr. H. Achmad Asrori, MA.

Pembimbing II : Dr. Yetri Hasan, M. Pd.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG 1438 H / 2017


(3)

ii ABSTRAK

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKIDAH AKHLAK

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII

DI MTs MARDHOTILLAH KEC. PESISIR SELATAN KAB.

PESISIR BARAT TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh PERA LESDIA

Kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan pengetahuan seorang guru, meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik guru sangat diperlukan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik, guru yang berkompetensi tinggi diharapkan akan dapat memberi motivasi belajar yang tinggi pada peserta didik. Untuk dapat mempunyai kompetensi yang tinggi seorang guru harus mempunyai pendidikan yang tinggi, betapapun tinggi kompetensi guru jika siswa tidak termotivasi untuk belajar maka akan tiada artinya. Adapun rumusan

masalah adalah “adakah pengaruh kompetensi pedagogik guru aqidah akhlak

terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII di MTs Mardhotillah” tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik Guru aqidah akhlak

terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII di MTs Mardhotillah”.

Jenis penelitian yang digunakan adalah (field research). Penelitian ini dilakukan di MTs Mardhotillah yaitu mengenai kompetensi pedagogik guru dengan motivasi belajar peserta didik. Dilihat dari sifatnya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksploratif riset yang mengklarifikasikan data yang bersifat kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner, observasi, interview, dan dokumentasi. Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII MTs Mardhotillah yang berjumlah 170. Sedangkan yang menjadi sampel adalah 55 peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian, telah diketahui bahwa rxy = 0,737, bila

dikonsultasikan kedalam “r” tabel berada pada taraf korelasi 0,70-0,90 yang menunjukkan taraf korelasi yang baik atau tinggi. Dengan istilah lain terdapat pengaruh yang tinggi diantara kedua variabel tesebut. Sedangkan untuk mengetahui

taraf nyatanya diuji dengan uji “t” maka diperoleh t = 7,936 dengan taraf signifikan

5% dan 1 % menunjukkan angka sebesar 2,01 < 7,936 > 2,68. Yang berarti bahwa adanya pengaruh yang nyata antara kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar peserta didik. Sedangkan pengujian koefisien determinasi didapat nilai sebesar 54,3%. Hal ini menunjukkan pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi peserta didik sebesar 54,3% dan 45,7% dipengaruhi oleh faktor lainnya.


(4)

(5)

(6)

v

MOTTO





















Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat pula kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan. (Q.S. Al-AN‟am : 135).1

1

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Surakarta : Fitrah Rabbani, 2009), h. 145.


(7)

vi

P E R S E M B A H A N

1. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Superi dan ibunda Darwati tempatku berteduh melabuhkan segala suka dan duka disetiap malam di dalam sujudku yang dalam dan panjang, yang telah memberiku segalanya untukku kasih

sayang serta do‟a yang selalu menyertaiku. Dari bapak aku belajar untuk dapat bekerja keras dan dari ibu aku belajar bersabar.

2. Kakak tercinta (Sundari yanti dan Denta safitri ) yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi kepadaku untuk mencapai keberhasilan pendidikanku. 3. Seseorang yang telah menjadi pandang pendamai hati (my heart) yang telah

banyak memberikan motivasi yang sangat berharga.

4. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, dan kelas D khususnya, semoga kita semua menjadi generasi yang dapat mengamalkan ilmunya dengan penuh pengabdian untuk masyarakat.

5. Terimakasih sahabatku Wiwin Sumiati, Sulastri, Yuli, Putri, Selvi, Yusup, Mira yang selalu ada disaat senang dan dikala susah.

6. Terkhusus almamaterku (IAIN Raden Intan Lampung) yang telah memberikan pengalaman yang sangat berharga untuk membuka pintu dunia kehidupan.


(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di bumi Allah SWT, tepatnya di desa Biha, Kecamatan. Pesisir Selatan, Kabupaten pesisir Barat pada tanggal 01 Juni 1995, anak ketiga dari tiga bersaudari ini diberi nama Pera lesdia, ayah bernama Superi dan Ibu bernama Darwati. Dan dua kakak saya bernama Sundari yanti dan Denta safitri.

Pendidikan penulis pada Sekolah Dasar di SDN 04 Biha pesisir selatan lulus pada tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan sekolah ke Sekolah menengah pertama (SMP), lulus pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah menengah atas (SMA) di SMAN 1 Pesisir selatan lulus tahun 2013.

Setelah selesai dari pendidikan SMA Selanjutnya tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Program Strata I (satu) Jurusan Pendidikan Agama Islam dan telah menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengaruh kompetensi pedagogik guru aqidah akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII di MTs Mardhotillah Kecamatan Pesisir selatan. Kabupaten Pesisir barat.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur selalu terucap atas segala nikmat yang di berikan Allah SWT kepada kita, yaitu berupa nikmat iman, islam dan ihsan, sehingga kami (pemakalah) dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik walau di dalamnya masih terdapat banyak kesalahan, dan kekurangan.

Semoga sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pimpinan ummat, dan juga sebagai Nabi terakhir yang di utus untuk menyempurnakan akhlak manusia di dunia dan menunjukkan jalan yang terang benderang yakni Ad-din Al-islam.

Skripsi ini penulis susun sebagai tulisan ilmiah dan diajukan untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan yang ada pada diri penulis. Penulis menyadari pula bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :


(10)

ix

1. Bapak Prof. Dr. Chairul Anwar, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung beserta stafnya yang telah banyak membantu dalam proses menyelesaikan studi di Fakultas Tarbiyah.

2. Bapak Dr, Imam Syafei, M.Pd selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung.

3. Bapak Dr. Achmad Asrori selaku pembimbing 1 dan Ibu Dr. Yetri Hasan, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu serta mencurahkan fikirannya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah beserta para karyawan yang telah membantu dan membina penulis selama belajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung

5. Pimpinan perpustakaan baik pusat maupun Fakultas yang telah memberikan fasilitas buku-buku yang penulis gunakan selama penyusunan skripsi.

Semoga usaha dan jasa baik dari Bapak, Ibu, dan saudara/i sekalian menjadi amal ibadah dan diridhoi Allah SWT, dan mudah-mudahan Allah SWT akan membalasnya, Amin Ya Robbal „Alamiin...

Bandar Lampung, februari 2017 Penulis,

PERA LESDIA


(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAM PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 4

C. Latar Belakang Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 22

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 23

F. Penelitian Yang Relevan ... 24

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 27

1. Motivasi Belajar ... 27

a. Pengertian motivasi belajar ... 27

b. Macam-macam motivasi belajar ... 29

c. Fungsi motivasi dalam belajar ... 33


(12)

xi

e. Cara membangkitkan motivasi belajar ... 38

f. Unsur-unsur yang mempengaruhi motuivasi belajar ... 40

g. Indikator dalam motivasi belajar ... 44

2. Kompetensi pedagogik Guru ... 47

a. Pengertian kompetensi pedagogik ... 47

b. Indikator kompetensi pedagogik ... 50

c. Urgensi Kompetensi Pedagogik Guru ... 57

3. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 60

a. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 60

b. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 62

c. Pentingnya Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 63

B. Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 63

C. Kerangka berfikir ... 66

D. Hipotesis ... 68

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan sifat penelitian ... 70

B.Variabel dan Indikator Penelitian ... 71

C.Definisi Operasional Variabel ... 72

D.Populasi dan sampel ... 73

E. Metode pengumpulan data ... 76

F. Metode analisis data ... 80

BAB IV ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 83

B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 85

1. Menentukan bentuk instrumen ... 86


(13)

xii

3. Uji validitas dan reliabilitas instrumen kuisioner ... 87 4. Pengujian hipotesis ... 96 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 103 B. Saran ... 104 C. Penutup ... 104 DAFTAR PUSTAKA


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keadaan Peserta Didik Di MTs Mardhotillah ... 75

Tabel 2 Data Sampel Peserta Didik di madrasah Tsanawiyah Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat ... 77

Tabel 3 Data Sarana Dan Prasarana MTs Mardhotillah ... 84

Tabel 4 Data Keadaan Guru di MTs Mardhotillah... 85

Tabel 5 Kedaan Peserta Didik MTs Mardhotillah ... 85

Tabel 6 Analisis Uji Coba Angket Validitas Soal (Variabel X)... 89

Tabel 7 Analisis Uji Coba Angket Validitas Soal (Variabel Y)... 91

Tabel 8 Skor Total Untuk Item Ganjil Instrumen (Kompetensi Pedagogik) Untuk Kuisioner Variabel X ... 92

Tabel 9 Skor Total Untuk Item Genap Instrumen (Kompetensi Pedagogik) Untuk Kuisioner Variabel Y ... 93

Tabel 10 Reliabilitas Variabel Kompetensi Pedagogik Guru ... 93

Tabel 11 Skor Total Untuk Item Ganjil Instrumen (Motivasi Belajar Peserta Didik) Untuk Kuisioner Variabel X ... 95

Tabel 12 Skor Total Untuk Item Ganjil Instrumen (Motivasi Belajar Peserta Didik) Untuk Kuisioner Variabel Y ... 96

Tabel 13 Reliabilitas Variabel Motivasi Belajar Peserta Didik ... 96


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Nama Populasi Peserta Didik Kelas VIII Lampiran 2 Data Nama Sampel Peserta Didik Kelas VIII Lampiran 3 Data Nama Peserta Didik Kelas Uji Coba Lampiran 4 Kisi-Kisi Angket

Lampiran 5 Angket Kompetensi Pedagogik Guru Lampiran 6 Angket Motivasi Belajar Peserta Didik

Lampiran 7 Jawaban Responden Variabel X (Kompetensi Pedagogik Guru) Untuk Menguji Validitas Butir Soal

Lampiran 8 Jawaban Responden Variabel Y (Motivasi Belajar Peserta Didik) Untuk Menguji Validitas Butir Soal

Lampiran 9 Uji Validitas Soal Uji Coba (Kompetensi Pedagogik Guru) Lampiran 10 Uji Validitas Soal Uji Coba (Motivasi Belajar Peserta Didik) Lampiran 11 Perhitungan Manual Validitas Item

Lampiran 12 Jawaban Angket Tentang Kompetensi Pedagogik Guru Lampiran 13 Jawaban Angket Tentang Motivasi Belajar Peserta Didik

Lampiran 14 Kinerja Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Di MTs Mardhotillah Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat.

Lampiran 15 Perhitungan Analisis Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik

Lampiran 16 Tabel Nilai-Nilai “ r ” Product Moment” Lampiran 17 Pedoman Observasi

Lampiran 18 Pedoman Wawancara Lampiran 19 Lampiran Dokumentasi Lampiran 20 Lembar Pengesahan Proposal Lampiran 21 Kartu Konsultasi


(16)

xv

Lampiran 22 Surat Permohonan Mengadakan Penelitian Dari Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung

Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian Dari MTs


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Penegasan Judul

Judul skripsi ini yaitu “Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Aqidah Akhlak Terhadap Motivasi Belajar Peserta didik kelas VIII di MTs Mardhotillah, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat”. Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap skripsi ini maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah:

1. Pengaruh

Pengaruh merupakan daya timbul dari orang, benda dan sebagainya yang berkuasa terhadap yang lain.2 Sedangkan menurut sulchan yasin pengaruh adalah

daya yang ada atau timbul dari seseorang yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.3

Berdasarkan paparan istilah tersebut, maka dalam skripsi ini istilah pengaruh diartikan sebagai dampak yang timbul dari kompetensi pedagogik guru aqidah akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs mardhotillah kabupaten pesisir barat.

2

W.J.S Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka 1994), h. 965.

3


(18)

2 2. Kompetensi pedagogik

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.4

Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran aqidah akhlak dikelas khususnya di MTs Mardhotillah.

3. Guru Aqidah akhlak

Guru aqidah akhlak adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.5

Dalam penelitian ini yang dimaksud guru adalah yang mengajar aqidah akhlak di MTs Mardhotillah.

4. Motivasi belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang

mendorong sesorang untuk melakukan sesuatu, motif juga dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai tujuan.6

4

Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang Guru dan Dosen (RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), h. 4.

5

Ibid, h. 4.

6


(19)

3

Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.

5. Peserta didik

Peserta didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan.7

Peserta didik dalam arti luas adalah siapa saja yang belajar dari TK, SD, SMP, sampai SMA, Mahasiswa, peserta pelatihan dilembaga pemerintahan maupun swasta, dengan kata lain peserta didik adalah pelajar (learner).8

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan formal maupun non formal, pada jenjang dan pendidikan tertentu.

6. Mata pelajaran aqidah akhlak

Mata pelajaran aqidah akhlak merupakan salah satu pelajaran yang diberikan kepada sekolah madrasah tsanawiyah dengan tujuan utama meningkatkan pengetahuan agama dan prilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran ini merupakan gabungan dua sub mata pelajaran aqidah dan akhlak.

7

Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h. 78.

8


(20)

4

7. MTs Mardhotillah Kabupaten Pesisir Barat

MTs Mardhotillah ialah salah satu Madrasah Tsanawiyah yang terletak diwilayah kabupaten pesisir barat, kecamatan pesisir selatan dimana penulis mengadakan penelitian.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, telah tergambar maksud dari penulis mengemukakan judul skripsi ini, adapun yang menjadi maksud penulisan skripsi ini Ialah “Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Aqidah Akhlak Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII MTs Mardhotillah Kabupaten Pesisir Barat”.

B.Alasan memilih judul

Adapun yang menjadi dasar pijakan penulis memilih judul Skripsi “Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Aqidah Akhlak Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII MTs Mardhotillah Kabupaten Pesisir Barat” ialah sebagai berikut:

1. Mengingat pentingnya kompestensi guru sebagai motivasi terhadap peserta didik untuk mencapai proses pembelajaran yang baik untuk mencapai tujuan pendidikan terutama untuk guru aqidah akhlak.

2. Mengingat kompetensi guru mempunyai peran penting dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik, melalui penelitian ini diaharapkan agar guru yang mengajar dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya.


(21)

5

3. Kompetensi guru di MTs Mardhotillah, perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga menjadi manusia cerdas, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis.

C.Latar Belakang Masalah

Setiap pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, guru merupakan sentral pelaksanaan kurikulum, guru yang harus lebih mengenal, memahami, dan, melaksanakan hal-hal yang tertuang dalam kurikulum, tanpa guru kurikulum hanyalah benda mati yang tiada arti, guru merupakan profesi mulia dan terpuji, berkat pengabdian guru dalam mendidik peserta didik mencuatlah sederet tokoh yang piawai dalam menggelindingkan roda pemerintahan, atau pakar ilmu pengetahuan, berkat sentuhan tangan seorang guru, lahir pula sederet tenaga profesional yang benar-benar dibutuhkan,9 dalam upaya meningkatkan mutu sumber

daya manusia dalam ketertinggalannya dari segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan zaman atau global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana.

Maka Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) yang menjelaskan bahwa :

9


(22)

6

“Sistem pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan pembaharuan kehidupan, lokasi, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.10

Sementara yang dimaksud dengan pendidikan sendiri adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara dekat dalam kehidupan masyarakat.11

Melalui proses pendidikan seseorang dapat mengetahui apa yang tidak diketahuinya, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. QS. Al-Alaq ayat 5:





Artinya: “ Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.12

Sebagaimana yang tertera dalam UU SISDIKNAS BAB I (ketentuan umum) pasal 1 ayat 1, yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, dan negara”13

10

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendidikan Baru (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2008), h. 10.

11

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajarannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 3.

12

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahannya (Bandung : Diponegoro, 2006), h. 479.

13


(23)

7

Sedangkan Pendidikan Agama Islam yaitu Upaya mendidikkan agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilainya, agar menjadi Way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian yang kedua dapat berwujud : 1) setiap kegiatan yang dilaksanakan seseorang untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan menumbuh kembangkan ajaran islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidup, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari, atau tumbuh kembangnya; 2) segenap fenomena atau peristiwa penjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya dan tumbuh kembangnya ajaran islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.14

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan khususnya pendidikan Islam merupakan suatu wadah atau lembaga untuk mencetak manusia yang menguasai ilmu dan dapat mengembangkan potensi dirinya sebagai manusia yang memiliki akhlak yang luhur dan mulia serta dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam undang-undang SISDIKNAS BAB II (Dasar, Fungsi dan Tujuan) pasal 3

bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Adapun tujuan pendidikan menurut Arifin Sebagaimana dikutip Abdullah Idi

ialah: “merealisasikan manusia yang beriman, bertaqwa, dan berilmu pengetahuan

14

Muhaimin, Pengembangan Pendidikan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Raja Grafindo, 2012), h. 7.


(24)

8

yang mampu mengabdikan dirinya kepada sang khalik dengan sikap dan kepribadian bulat menyerahkan diri kepadaNya daam segala aspek kehidupan dalam rangka mencari keridoanNya”.15

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan khususnya pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan kepribadian manusia baik jasmaniah, spiritual, intelektual, ilmiah, agar menjadi anak yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, dan berilmu, oleh karena pentingnya pendidikan khususnya pendidikan Islam maka perlu ditingkatkan pula kemampuan akademik dan professional serta meningkatkan jaminan kesehatan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal.

Dalam proses pendidikan, belajar merupakan pendidikan yang paling sentral. Hal ini mengandung arti bahwa, keberhasilan dalam proses pendidikan ditentukan oleh berhasil tidaknya suatu proses belajar itu sendiri, arah pendidikan pada dasarnya berusaha untuk mengembangkan potensi individu, dimana individu tersebut dapat dibekali berbagai kemampuan dan pengembangan berbagai hal seperti: prinsip konsep, kreativitas, tanggung jawab, serta keterampilan, dengan kata lain arah pendidikan ini adalah peserta didik yang mengalami perkembangan dan perubahan dalam tiga aspek pendidikan yaitu: afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satusama lain, belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai

15

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), h. 61.


(25)

9

subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjukkan padaapa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada pelajar agar dapat menerima, menanggapi, dan menguasai bahan pelajaran itu, dimana kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, karena saling mendukung.

Dengan demikian salah satu faktor yang menentukan berhasilnya proses belajar mengajar dikelas adalah pendidik, oleh karena itu guru merupakan ujung tombak demi tercapainya usaha pendidikan. Sebagaimana fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing murid dan pada realisasinya apabila sebuah lembaga pendidikan tidak menghasilkan out put sepertiapa yang diharapkan orang tua dan masyarakat maka mereka lebih menyoroti guru sebagai penyebab kegagalan itu dari pada faktor lain.

Guru adalah sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, menjadikan peserta didik tumbuh berkembang, terdidik, pintar dan berkepribadian baik. Dalam Undang-Undang RI No.14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa :

“Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah”.16

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama.

16DPR RI”Undang


(26)

10

Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan, guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, guru juga menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar.17

Dengan demikian tugas seorang guru tidaklah mudah, dituntut keseriusan, keikhlasan, dilakukan secara sadar benar dan tepat dalam menjalankannya serta dibutuhkan adanya kompetensi dalam dirinya, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:





















Artinya: “Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.18 (QS. Al-An‟am : 135)

Berdasarkan firman Allah diatas dapat dipahami bahwa pendidik adalah tugas yang membutuhkan suatu keseriusan karena profesi guru bukanlah hal yang mudah, disini dibutuhkan kemampuan khusus atau kompetensi dalam menjalankan tugasnya,

17

E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), h. 5.

18


(27)

11

jika seorang guru tidak memiliki kompetensi yang harus dimiliki maka tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai dengan optimal.

Guru yang baik adalah guru yang bertanggung jawab, guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia memiliki kompetensi yang diperlukan Setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah kompetensi.

Dalam Undang- Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1

ayat 10 disebutkan ”Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.19

Menurut Syaiful Sagala, kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan ketrampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan, dengan kata lain kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya, dapat juga dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi, dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjelaskan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata.

19DPR RI ”Undang


(28)

12

Jadi kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalannya.20

Selaras dengan pernyataan yang dikemukakan oleh kepala Madrasah Tsanawiyah Mardhotilah. Kabupaten Pesisir Barat juga menerangkan bahwasanya:

“Komponen pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak yang terdiri dari guru,

peserta didik dan bahan pelajaran sudah mulai membaik walaupun masih ada kekurangan. Hal ini dapat dilihat sebagaimana, Guru/pendidik, yaitu guru aqidah akhlak sebelum melakukan proses pembelajaran mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan menerapkannya dengan memberikan bahan pelajaran semaksimal mungkin. Bahan pelajaran/materi, yang akan disampaikan oleh pendidik bersumber pada buku paket dan buku-buku penunjang lainnya, hanya saja sebagian peserta didik, dalam pelaksanaan proses pembelajaran, walaupun demikian dalam menerima materi yang disampaikan oleh pendidik memang belum sepenuhnya aktif dan bersemangat semua.21

Berdasarkan hasil Pra Survey tersebut, terlihat bahwa guru mata pelajaran aqidah akhlak sudah memiliki salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu dapat membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran, akan tetapi guru tersebut masih mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran, hal ini selaras dengan pernyataan yang diutarakannya yakni:

“Dalam proses pembelajaran, untuk mentransfer ilmu saya sudah berusaha dengan sebaik mungkin agar apa yang saya sampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik, hanya saja karena media yang sangat terbatas yang tersedia, saya mengalami kesulitan untuk menyampaikannya secara maksimal. Dan motivasi peserta didikpun cukup baik akan tetapi pedagogik, kompetensi

20

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Kompetensi (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 39.

21

Syairullah Syam, S. Pd. Kepala Madrasah tsanawiyah Mardhotillah, Kab. Pesisir Barat, wawancara, 20 maret 2016.


(29)

13

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh

dari pendidikan profesi”.22

Dalam penelitian ini, penulis hanya menjelaskan satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik sebagaimana tertera dalam Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen, yaitu kompetensi pedagogik.

Kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Seorang guru dikatakan memiliki kompetensi pedagogik dapat dilihat dari indikator sebagai berikut yaitu:23

1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; 2. Pemahaman terhadap peserta didik;

3. Pengembangan kurikulum/silabus 4. Perencanaan pembelajaran

5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6. Evaluasi hasil belajar;

7. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Dari beberapa indikator kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik yang profesional apabila ia melaksanakan tugasnya dengan penuh kesiapan dan penguasaan materi, pengelolaan pembelajaran, dan pemahaman terhadap karakter peserta didik dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga dalam proses belajar pendidik dapat

22

Redaksi Sinar Grafika, Op. Cit., h. 9.

23


(30)

14

mentransfer ilmu pengetahuan secara baik dan seorang peserta didik dapat memahaminya dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-harinya.

Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan terletak pada komponen dalam proses pendidikan yaitu guru, salah satunya adalah komponen kurikulum pendidikan guru harus disusun atas dasar kompetensi yang diperlukan oleh setiap guru, yaitu tujuan, program pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi dan hendaknya direncanakan sedemikianrupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum, dengan demikian seorang guru dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin.

Dengan kompetensi yang dimiliki, selain menguasai materi, mengelola program belajar mengajar, kepribadian baik dan bersosialisasi dengan masyarakat, guru pada umumnya dan khusus guru mata pelajaran aqidah akhlak juga dituntut dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.

Motivasi belajar adalah “keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.24

Motivasi belajar sangat penting dalam proses belajar siswa, “karena fungsinya yang

mendorong, menggerakkan, mengarahkan kegiatan belajar.25

Pendapat lain dikemukakan oleh Thomas M. Risk yang dikutif oleh Daradjat, motivasi adalah we may now define motivation, in a pegagogical sense, as the conscious effort on the part of the teacher to establish in studens motives leading to

24

Djali, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), h. 101.

25

Oemar Hamalik, Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h. 156.


(31)

15

sustained actifity toward the leaning goals. “Motivasi adalah usaha yang disadari

oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri siswa yang menunjang kegiatan kearah tujuan-tujuan belajar.”26

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan motivasi adalah daya penggerak yang menjadikan manusia melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. demikian pula halnya peserta didik yang sedang menjalani aktivitas belajar disekolah, karena didorong oleh motivasi dalam diri masing-masing, dan seorang guru harus dapat membangkitkan motivasi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Motivasi belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relativ permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan dan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

26

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h. 140.


(32)

16

Motivasi belajar merupakan landasan mental untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, peserta didik yang memiliki motivasi tinggi pasti akan rajin dan giat dan lebih cepat menguasai materi pelajaran dibanding dengan peserta didik yang tidak memiliki motivasi yang tinggi, karena tidak ada yang merubah kecuali peserta didik itu sendiri. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT yakni:



















Artinya: “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.27 (Q.S. Ar-Rad : 11)

Oleh karena itu motivasi belajar peserta didik harus ditumbuhkan dengan baik, agar peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar dan dapat ditingkatkan keberhasilannya.

Menurut Hamzah B. Uno dalam buku teori motivasi dan pengukuran menyatakan bahwa indikator motivasi belajar dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil;

Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil

27


(33)

17

dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperoleh kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan prilaku

manusia, sesuatu yang berasal dari „‟dalam‟‟ diri manusia yang bersangkutan.

Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatar belakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu. Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu dari gurunnya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa

„‟keberhasilan‟‟anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan

dari luar dirinya.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan;

Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang


(34)

18

menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat.

4. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat dan sebagainya.

5. Adanya penghargaan dalam belajar;

Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil

belajar yang lebih baik. Pernyataan seperti „‟bagus‟‟, „‟hebat‟‟ dan lain-lain disamping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak.


(35)

19

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik.28

Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan, oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.

Adapun menurut Sardiman, peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang baik dapat dilihat dari indikasi sebagai berikut yaitu:

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah bagi orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, dan lain sebagainya)

4. Lebih sering bekerja mandiri

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (yang bersifat mekanis, berulang-ulang, sehingga kurang kreatif)

6. Dapat mempertahankan pendapatnya 7. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

8. Senang mencari dan memecahkan masalah-masalah sosial.29

Dari pendapat diatas dapat disimpukan bahwa tinggi rendahnya motivasi belajar peserta didik dapat dilihat juga pada perbuatan atau perilakunya pada saat

28

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cet. Ke VIII, h. 23.

29

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 83.


(36)

20

melaksanakan proses pembelajaran. Jika motivasi belajar peserta didik tinggi maka dalam berlansungnya proses belajar peserta didik akan mengikuti proses pembelajaran dengan tertib dan tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya proses belajar. Sebaliknya jika motivasi belajar peserta didik tersebut rendah maka ia akan menunjukkan perilaku atau perbuatan yang buruk pula.

Tujuan pendidikan bukan hanya ditentukan oleh sekolah, struktur, isi, kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing peserta didik, jika guru dianalogikan dengan sebuah tombak, maka dialah tombak bermata dua. Satu mata harus memiliki ketajaman dalam penguasaan materi dan hakikat ilmu yang akan diajarkannya, sedangkan satu mata tajam lainnya adalah karena memiliki kemampuan atau keterampilan dalam meramu dan menyajikan materi sehingga peserta didik dapat belajar dengan bermakna, serta memberikan kegunaan yang dapat dirasakan dari proses pembelajaran yang diikutinya.30

30

Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 2. h. 13.


(37)

21

0 5 10 15 20 25

Motivasi Tinggi

Motivasi Sedang

Motivasi Rendah

Diagram 1.1

Data awal Motivasi Belajar Peserta Didik Di MTs Mardotillah tahun ajaran 2015/2016

Sumber data: hasil Observasi di MTs Mardhotillah kecamatan pesisir selatan

Dari hasil diatas peneliti berencana untuk melakukan penelitian kuantitatif yaitu mengetahui adakah pengaruh kompetensi pedagogik guru aqidah akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik. Dengan menggunakan observasi hal ini terbukti bahwa hasil observasi dari 36 peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi 5 orang atau 14%, yang memiliki motivasi sedang sebanyak 8 orang atau 22%, sedangkan yang memiliki motivasi rendah 23 orang atau 64%. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi belajar peserta didik di MTs Mardhotillah sangat rendah.

Guru yang mempunyai kompetensi pedagogik akan mampu menciptakan lingkungan belajar efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelas. Kemampuan guru mengelola kelas meliputi:

1. Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan

2. Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik


(38)

22

3. Guru mampu mengembangkan kurikulum atau silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar,

4. Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,

5. Mampu melaksanakan pembelajaran-pembelajaran yang mendidik dengan interaktif. Sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan,

6. Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan

7. Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan ekstra kurikuler dan intrakulikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.31

Dari beberapa indikator kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik yang profesional apabila ia melaksanakan tugasnya dengan penuh kesiapan dan penguasaan materi, pengelolaan pembelajaran, dan pemahaman terhadap karakter peserta didik dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga dalam proses belajar pendidik dapat mentransfer ilmu pengetahuan secara baik dan seorang peserta didik dapat memahaminya dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-harinya.

Guru yang mempunyai kompetensi pedagogik akan dapat meningkatkan motivasi peserta didik, realita sekarang banyak guru yang pintar tetapi belum dapat mentransfer ilmunya kepada peserta didik, belum mampu mengkondisikannya di saat pembelajaran serta cara penyampaian kurang tepat, hal inilah yang mengakibatkan motivasi belajar peseta didik kurang maksimal, guru di MTs Mardhotillah kec. pesisir selatan, kab. pesisir barat, memiliki kompetensi pedagogik yang berbeda beda.

31

Sagala Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 32.


(39)

23

Sebagian besar dari mereka dalam melaksanakan pengajaran nampak lebih mekanis dan kurang akan aspek pedagogis sehingga peserta didik cenderung kerdil tidak mempunyai dunianya sendiri.

Hal ini berdampak pada motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti pelajaran kurang maksimal, apabila peserta didik tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran maka tujuan dari pendidikan tidak akan tercapai, terlebih lagi peserta didik tidak akan mengaktualisasikan nilai dari pelajaran yang disampaikan guru, khususnya nilai moral yang terkandung di dalam suatu pelajaran yaitu akidah akhlak.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui pra survey sebagaimana penulis paparkan diatas, tentu saja membutuhkan penjelasan lanjut adakah pengaruh kompetensi pedagogik guru mata pelajaran aqidah akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik di MTs Mardhotillah kec. Pesisir selatan, kab. Pesisir Barat. Maka penulis mencoba meneliti permasalahan tersebut sehingga diperoleh gambaran yang jelas.

D.Rumusan Masalah

Telah disebutkan dalam latar belakang masalah diatas, bahwa untuk menjadi seorang guru yang berkompetensi dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tidaklah mudah. Seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam mengelola pembelajaran untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik, adanya lingkungan belajar yang kondusif, dan dapat menciptakan pemahaman


(40)

24

pengetahuan kepada peserta didik yang bermakna utuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Berdasarkan pernyataan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah pada penelitian ini yaitu: “adakah pengaruh kompetensi pedagogik guru akidah akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII Di MTs Mardhotillah kec. Pesisir selatan, kab. Pesisir Barat tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru akidah akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII Di MTs Mardhotillah kecamatan. Pesisir selatan, kabupaten. Pesisir Barat tahun ajaran 2015/2016?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat praktis

a. Guru Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi guru akan arti penting kompetensi pedagogik dalam meningkatkan motivasi peserta didik MTs Mardhotillah kec. Pesisir selatan, kab. Pesisir Barat.

b. MTs Mardotillah Sebagai kontribusi pemikiran bagi lembaga pendidikan, khususnya di MTs Mardhotillah kec. Pesisir selatan, kab. Pesisir Barat khususnya dalam pembelajaran yang efektif dan efisien.


(41)

25

c. Penulis (Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wawasan dalam rangka meningkatkan kualitas sebagai tenaga professional dibidang pendidikan).

2. Manfaat teoritis

a. Menambah khasanah keilmuan dalam ilmu pendidikan tentang kompetensi pedagogik.

b. Pengembangan ilmu pendidikan dan wawasan sekaligus kontribusi pemikiran arti penting kompetensi pedagogik dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

3. Bagi Kelembagaan Bagi IAIN Bandar Lampung khususnya Fakultas Tarbiyah, penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan kajian bagi pengembangan ilmu pengetahuan secara luas.

G. Penelitian Yang Relevan

Kajian pustaka pada dasarnya digunakan untuk memperoleh suatu informasi tentang teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian dan digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Dalam kajian pustaka ini peneliti menelaah beberapa karya ilmiah antara lain:

1. Skripsi Siti Amiroh, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan lampung tahun

2010 judul “Kompetensi Guru PAI dalam Menerapkan KTSP di MI Guppi Kabupaten way kanan di dalam Menerapkan KTSP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru PAI di MI Guppi di dalam menerapkan


(42)

26

KTSP yang digunakan di Madrasah tersebut didasarkan pada kompetensi yang dimilikinya. Adapun kompetensi yang dimilikinya itu mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial kemasyarakatan, dan kompetensi kepribadian. Kompetensi pedagogik dalam penelitian tersebut berindikator antara lain; mampu membuat silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan mengevaluasi proses pembelajaran. Selaku tenaga pendidik itu sangat diharapkan sebagai pendukung dalam proses pembelajaran yang yang dikelolanya.32

2. Skripsi Ida Farida Septiana, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan lampung tahun 2009 judul “Studi Tentang Kompetensi Guru PAI dalam Menerapkan KTSP di SMP Negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru PAI di SMP Negeri 2 bisa dinyatakan cukup baik. Kriteria cukup tersebut diperoleh dari pengolahan skor nilai pada masing-masing indikator yang menghasilkan nilai akhir 3, 72%. Adapun indikatornya antara lain: pengembangan peserta didik untuk mengevaluasikan berbagai potensi yang dimilikinya, keahlian mengelola kegiatan pembelajaran yang mendidik, mampu bervariasi dalam metode pembelajaran dan mampu merancang program pembelajaran.33

32Siti Amiroh,“

Kompetensi Guru PAI dalam Menerapkan KTSP di MI GUPPI di dalam Menerapkan KTSP, Skripsi Fakultas Tarbiyah, (Bandar lampung: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN, 2010), h. 7.

33

Ida Farida Septiana, “Studi Tentang Kompetensi Guru PAI dalam Menerapkan KTSP di


(43)

27

3. Skripsi, Zaim Fida, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan lampung tahun 2011

judul “Kompetensi Pedagogik Guru Madrasah Ibtidaiyah Pasca Lulus Sertifikasi Guru (guru bersertifikat) Studi pada Guru Rumpun MataPelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kompetensi pedagogik guru pasca lulus sertifikasi (guru bersertifikat) studi pada guru rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah dibuktikan dalam tujuh komponen kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru professional. Komponen tersebut dipraktekkan oleh guru baik saat pembelajaran di dalam kelas maupun saat peserta didik di luar kelas dengan memahami karakter masing-masing. Selain itu juga ada pemantauan dari stakeholder (kepala sekolah, pengawas, guru sejawat) yang bersinggungan langsung dengan objek penelitian yang dapat memberikan informasi terkait dengan kompetensi pedagogik guru pasca lulus sertifikat.34 Dari beberapa penelitian di atas

peneliti menemukan beberapa indikator dari kompetensi pedagogik guru. Dari indikator-indikator tersebut peneliti akan mencari apakah kompetensi pedagogik guru akidah akhlak ada pengaruhnya dengan motivasi peserta didik di MTs Mardhotillah.

34Zaim Fida,”Kompetensi Pedagogik Guru Madrasah Ibtidaiyah Pasca Lulus Sertifikasi

Guru (guru bersertifikat) Studi pada Guru Rumpun Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah


(44)

28 BAB II


(45)

29

LANDASAN TEORI

A.Kajian Teori 1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Pada diri setiap peserta didik terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar, kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber, Peserta didik belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita, kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah dan tinggi, motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.35

Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, motif dapat dikatakan sebagai penggerak dari dalam dan subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.36

Menurut WoodWorth Marques motif adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya.37

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal Organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu, dalam arti ini

35

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), h. 80.

36

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 9. h. 71.

37


(46)

30

motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Glietman, 1986, Reber, 1988).38

Teori motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan, sementara itu Gates dan kawan-kawannya mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tetentu. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan.39

Sementara Menurut Mc. Donald sebagaimana yang dikutif Syaiful Bahri Djmarah, bahwa motivation is energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi sesorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.40

Perumusan Mc. Donald sebagaiman dikutif oleh Oemar Hamalik bahwa motivasi mengandung tiga unsur yang berkaitan, 1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam diri pribadi, perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu didalam sistem neurofisiologis dalam organisme manusia. 2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal). Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana

38

Muhibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : Grafindo Persada, 2010), h. 153.

39

Djali, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), cet. 3. h. 101.

40

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar dan Mengajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h. 148.


(47)

31

emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. 3) motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan, pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju kearah tujuan.41

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa motivasi adalah dorongan, alasan, kehendak, atau kemauan, suatu daya penggerak dalam diri pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan tindakan tertentu dan memberikan arah dalam pencapaian suatu tujuan.

b. Macam-macam Motivasi Belajar

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi dapat dapat dilihat dari sudut pandang, dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif sangat berfariasi.

1. Motivasi dilihat dari dasar pembawaan

Menurut Arden N. Fransen yang dikutif oleh Sardiman, motivasi dilihat dari bawaan adalah sebagai berikut:

a) Motif-motif bawaan

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motif ini tanpa dipelajari. Contohnya yaitu seperti dorongan untuk makan, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk istirahat, dorongan seksual dan lain-lain.

b) Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif yang timbul karena dipelajari, sebagai contohnya yaitu dorongan untuk belajar suatu ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat.42

41

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000), h. 174.


(48)

32 2. Motivasi dilihat dari sifatnya

Motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yakni “motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik.43

a) Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam, seperti minat atau keinginan sehingga seorang tidak lagi termotivasi oleh bentuk-bentuk intensif hukuman.44 Motivasi intrinsik adalah

hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri yang dapat mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi instrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung didalam pelajaran itu. Peserta didik belajar semata-mata untuk menguasai nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah, dan sebagainya. Yang

termasuk kedalam motivasi intrinsik siswa adalah “perasaan menyenangi

materi, dan kebutuhan terhadap materi tersebut”.45 Hal inipun dapat dilihat

dari tingkah laku peserta didik seperti “peserta didik yang gemar membaca

tidak ada yang perlu mendorongnya, dia telah mencari sendiri buku-buku

42

Sardiman, Interaksi Belajar Mengajar (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h. 86.

43

Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit.,h. 149.

44

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h. 84-87.

45


(49)

33

untuk dibacanya., orang yang rajin dan bertanggung jawab tidak usah mencari komando, ia sudah belajar sebaik-baiknya.46

b) Motivasi Ekstrinsik

Adapun motivasi ekstinsik adalah dorongan terhadap prilaku seorang yang ada diluar perbutatan yang diakukannya.47 Yang dimaksud dengan

motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar.48 Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila peserta didik

menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Peserta didik belajar karena hendak mencapai tujuan belajar yang terletak diluar hal yang dipelajari. Misalnya untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.

Motivasi ekstrinsik diperlukan agar peserta didik mau maju. Berbagai macam cara pendidik bisa dilakukan agar peserta didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar, dan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuk.

Tanpa membedakan antara usaha mengembangkan motivasi ekstrinsik dan mengembangkan motivasi intrinsik disarankan kepada guru untuk berusaha:49

46

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Grafindo Persada, 2011), h. 73.

47

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : Rineka Cipta, 2013), h. 91.

48

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h. 151.

49


(50)

34

a) Menjelaskan kepada peserta didik, mengapa suatu bidang studi dimasukkan kedalam kurikulum sekolah dan apa gunanya untuk kehidupan kelak.

b) Mendorong peserta didik untuk memandang belajar disekolah suatu tugas yang tidak harus menekan, sehingga siwa mempunyai intensitas untuk belajar dan menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin. c) Menggunakan bentuk-bentuk kompetisi (persaingan) antara peserta

didik dengan peserta didik lainnya atau kelompok-kelompok peserta didik, dengan menjaga jangan sampai kompetisi menjadi alasan utuk saling bermusuhan.

d) Menggunakan insentif, seperti pujian dan hadiah berupa materi, secara wajar dan tidak berlebih-lebihan.

Perhatian dan motivasi merupakan persyaratan utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus yang diberikan guru tidak akan berarti tanpa adanya motivasi dan perhatian siswa, antara lain dengan cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajranya, menggunakan alat bantu yang menarik perhatian siswa, seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain.


(51)

35

Secara umum siswa akan terangsang utuk belajar apabila ia melihat situasi belajar yang memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.50

c. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar perlu adanya motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari peserta didik. Dan dalam kegiatan belajar mengajar juga pasti terdapat peserta didik yang tidak memperhatikan keterangan dari guru. Bahkan sedikit pun tidak tergerak hatinya untuk mengikuti penjelasan guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik tidak mengikuti pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Hal tersebut merupakan tanda bahwa peserta didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Kemiskinan intrinsik ini merupakan masalah yang memerlukan bantuan yang tidak bisa ditunda-tunda, guru harus memberikan suntikan dalam motivasi ekstrinsik. Sehingga dengan bantuan guru motivasi peserta didik akan muncul.

Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan fungsi-fungsi motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi peserta didik.

50


(52)

36

Baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbauatan yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorongan maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.

Untuk jelasnya ketiga fungsi motivasi tersebut, akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut.51

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Pada mulanya peserta didik tidak memiliki hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar, sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang yang ingin dipelajari, sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong peserta didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu, peserta didik mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu obyek. Peserta mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang harus dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu, sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini memengaruhi sikap apa yang seharusnya peserta didik diambil dalam rangka belajar.

51


(53)

37 2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap peserta didik merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik, disini peserta didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga, akal pikiran berproses dengan segenap jiwa dan raga, akal pikiran berproses dengan sikap dan raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar, sikap berada dalam kepastian dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya.

3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Peserta didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi perbuatan mana yang harus dilakukan dan perbuatan mana yang diabaikan, peserta didik yang ingin mendapatkan suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari pelajaran yang lain, pasti peserta didik akan mempelajari pelajaran di mana tersimpan sesuatu yang dicari itu, sesuatu yang dicari itu. Sesuatu yang akan dicari peserta didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya, tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada peserta didik dalam belajar, dengan tekun anak didik belajar dengan penuh konsentrasi peserta didik belajar agar tujuannya mencari sesuatu yang ingin diketahui atau dimengerti itu cepat tercapai, segala sesuatu yang mengganggu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan


(54)

38

disingkirkan jauh-jauh, itulah fungsi motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan peserta didik dalam belajar.

Selain ketiga fungsi motivasi diatas menurut Dimyati dan mudjiono, motivasi belajar mempunyai lima fungsi, diantaranya.

1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir 2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar

3) Mengarahkan kegiatan belajar 4) Meningkatkan semangat belajar

5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.52

Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan belajar.

Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi, adanya motivasi yang baik dalam belajar menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain denhan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat membuahkan hasil yang baik, intensitas motivasi seseorang peserta didik sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

d. Teori Motivasi

Ada beberapa macam tentang teori motivasi, salah satu teori yang terkenal penggunaannya untuk menerangkan motivasi peserta didik adalah yang dikembangkan oleh Maslow (1943, 1970), sebagai berikut:

52


(55)

39 1. Fisiologis;

Ini merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, meliputi kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat berlindung, yang penting untuk mempertahankan hidup.

2. Rasa aman;

Ini merupakan kebutuhan kepastian keadaan dan lingkungan yang dapat diramalkan,ketidakpastian,ketidakadilan,keterancaman akanmenimbulkan kecemasan dan ketakutan pada diri individu.

3. Rasa cinta;

Ini merupakan kebutuhan afeksi dan penelitian dengan orang lain. 4. Penghargaan;

Ini merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, dihormati oleh orang-orang lain. Secara tidak lansung ini merupakan kebutuhan perhatian, ketenaran, status, martabat dan lain sebagainya. 5. Akulturasi diri;

Ini merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri sepenuhnya, merealisasikan potensi potensi yang dimilikinya.

6. Mengetahui dan mengerti;

Ini merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya, dan untuk mendapatkan pengetahuan, mendapatkan keterangan-keterangan, dan untuk mengerti sesuatu.

7. Estetik;

Kebutuhan ini dimanifestasikan sebagai kebutuhan, keteraturan, keseimbangan, dan kelengkapan dari suatu tindakan.53

Dari penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan jika seorang peserta didik memiliki kebutuhan seperti dijelaskan diatas, berarti peserta didik

53


(56)

40

memiliki motivasi yang cukup kuat. Kebutuhan tersebut akan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dan jika seorang siswa memiliki motivasi dengan ciri-ciri tekun mengahadapi tugas, ulet menghadapi masalah kesulitan, menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, dan lebih senang bekerja mandiri maka tujuan pembelajaran akan dicapai.

Lebih lanjut Sardiman pun menjelaskan teori motivasi sebagai berikut: 1. Teori insting;

Tindakan setiap manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkitan dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respon terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari.

2. Teori fisiologis;

Teori ini disebutnya “Behaviour theories”, semua tindakan manusia itu

berakar pada usaha manusia memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik (kebutuhan primer).

3. Teori psikoanalitik;

Teori ini lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiawan yang ada pada diri manusia. Karena pada setiap diri manusia mempunyai ego. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri yaitu: tekun mengerjakan tugas, ulet menghadapi kesulitan, cepat bosan dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, senang mencari dan memecahkan masalah.54

e. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar

Menurut De. Decce dan Grawford (1974) yang dikutip oleh syaiful bahri djamarah, bahwa ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik yaitu :

1. Menggairahkan anak didik;

54


(57)

41

Dalam kegiatan rutin dikelas sehari-hari guru berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dilakukan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek pelajaran dalam situasi belajar.

2. Memberikan harapan realistis;

Guru memberikan harapan realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang realistis untuk anak didiknya.

3. Memberikan insentif

Bila anak didik mengalami keberhasilan guru diharapkan memberikan reward atau hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan lain-lainnya).

4. Mengarahkan perilaku anak didik

Disini guru dituntut untuk memberikan respon terhadap anak didik yang tak terlibat lansung dalam kegiatan belajar dikelas.55

Seperti dikutip oleh Gege dan Berliner (1979) Frenc dan Raven (1959), menyarankan sejumlah cara meningkatkan motivasi anak didik tanpa harus melakukan organisasi kelas secara besar-besaran.

1. Menggunakan pujian verbal

2. Menggunakan nilai tes dan secara bijaksana 3. Membangkitkan rasa ingin tahu

4. Melakukan hal yang luar biasa 5. Meransang hasrat anak didik

6. Memanfaatkan apresiasi anak didik

7. Terapkan konsep-konsep unik agar dapat membuat siswa terlibat dalam belajar.

8. Minta kepada anak didik untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya.

9. Pergunakan simulasi dan permainan

10.Perkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan

11.Perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan terhadap peserta didik dari keterlibatan dalam belajar.56

55

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h. 151.

56


(58)

42

Menurut Oemar Hamalik, guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, adalah sebagai berikut:

1. Memberi angka

Umumnya setiap siswi ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru.

2. Pujian

Memberikan pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan besar manfaatnya sebagai pendorong belajar.

3. Reward

Cara ini juga dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada ahir tahun kepada siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik.

4. Kerja kelompok

Kadang-kadang untuk perasaan mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.

5. Persaingan

Baik kerja kekompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada murid.

6. Tujuan dan level of aspiration

Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa 7. Sarkasme

Adalah dengan cara mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar yang kurang.

8. Penilaian

Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar. 9. Karya wisata dan ekskursi

Cara ini dapat membagikan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman lansung dan bermakna baginya.

10.Film pendidikan

Setiap siswa merasa senang menonton film 11.Belajar melalui radio

Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengarkan ceramah.57

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa banyak sekali cara yang dapat digunakan dan dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan atau

57


(1)

146 Lampiran 15

PERHITUNGAN ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AQIDAH AHKLAK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

PESERTA DIDIK

rxy =

keterangan :

rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment N = Number Of Cases

∑XY = Jumlah perkalian antara skor X dan skor Y

∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y

Dengan harga kritik (Product Moment) dapat dikatakan signifikan jika r hitung lebih besar daripada harga r tabel, maka diketahui :

N = 55

∑X = 5313

∑Y = 5245

∑X² = 494707

∑Y² = 500977


(2)

147 Diketahui :

rxy =

rxy = rxy = rxy = rxy = rxy =


(3)

148 Lampiran 16

Tabel nilai-nilai r Product Moment

NO

Inteval

Kepercayaan N

Interval

Kepercayaan N

Interval Kepercayaan

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0,0997 0, 999 27 0, 381 0, 487 55 0, 266 0, 345 4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330 5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317 6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306 7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296 8 0,707 0,874 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286 9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278 10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270 11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263 12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 41 0,308 0,396 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115 20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 46 0,291 0,276 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081 25 0,396 0,505 49 0,281 0,364


(4)

149 Lampiran 17

PEDOMAN OBSERVASI A. Umum

1. Letak geografis Madrasah Tsanawiyah Mardhotillah kecamatan pesisir selatan

2. Situasi dan kondisi Madrasah tsanawiyah kecamatan pesisir selatan 3. Sarana dan prasana MTs Mardhotillah kecamatan pesisir selatan

4. Situasi dan kondisi siswi Madrasah Tsanawiyah MTs Mardhotillah kecamatan pesisir selatan

B. Proses belajar mengajar

1. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran? 2. Sikap guru dalam proses pemblajaran?


(5)

150 Lampiran 18

PEDOMAN WAWANCARA

A. Kepala Madrasah Tsanawiyah Mardhotillah kecamatan pesisir selatan

1. Bagaimana sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah kecamatan Pesisir selatan?

2. Apakah tujuan berdirinya Madrasah tsanawiyah kecamatan pesisir selatan?

3. Bagaimana keadaan guru madrasah tsanawiyah kecamatan pesisir selatan?

4. Bagaimana keadaan siswa Madrasah tsanawiyah kecamatan pesisir selatan?

5. Bagaimana kompetensi mengajar guru aqidah akhlak dimadrasah tsanawiyah kecamatan pesisir selatan?

6. Apakah kompetensi mengajar yang dimiliki oleh guru aqidah akhlak dimadrasah tsanawiyah kecamatan pesisir selatan?

B. Guru mata pelajaran aqidah akhlak

1. Bagaimana motivasi peserta didik ketika dalam kegiatan belajar mengajar?

2. Faktor apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pengajaran aqidah akhlak?


(6)

151 Lampiran 19

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Sejarah Berdirinya MTs Mardhotillah kecamatan pesisir selatan

2. Kedaan guru dan karyawan madrasah tsanawiyah kecamatan pesisir selatan 3. Keadaan sarana dan prasarana madrasah tsanawiyah kecamatan pesisir selatan 4. Visi dan misi tujuan dan rencana strategi madrasah tsanawiyah kecamatan


Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU AKHLAK TERHADAP PERILAKU PESERTA DIDIK DI SMK Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Akhlak Terhadap Perilaku Peserta Didik Di Smk Muhammadiyah 5 Surakarta.

0 5 17

1908161225 lkpj kab. pesisir selatan tahun 2015 rev

2 5 372

0906161219 lkj kab. pesisir selatan tahun 2015

0 0 94

PENGARUH KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK SISWA KELAS VIII DI MTS NEGERI 1 TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Guru - PENGARUH KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK SISWA KELAS VIII DI MTS NEGERI 1 TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 40

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SKI DI MTS NURUL HUDA - STAIN Kudus Repository

0 0 11

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SKI DI MTS NURUL HUDA - STAIN Kudus Repository

0 0 29

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SKI DI MTS NURUL HUDA - STAIN Kudus Repository

0 0 21

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK PESERTA DIDIK MTs ITTIHAD NGAMBUR KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT - Raden Intan Repository

0 1 137

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH ABNAUL AMIR KABUPATEN GOWA

0 0 62