PENGOLAHAN LIMBAH BAGLOG JAMURDENGAN KOTORAN HEWAN AYAM SECARA AEROB Pengolahan Jamur Limbah Baglog Jamur dengan Kotoran Hewan Ayam Secara Aerob Untuk Pembuatan Pupuk Organik.
PENGOLAHAN LIMBAH BAGLOG JAMUR
DENGAN KOTORAN HEWAN AYAM SECARA AEROB
UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan
Guna Mencapai Derajat
Sarjana S-1
Disusunoleh:
FARID SETYO LEGOWO
A420100072
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan ini pembimbingskripsi/tugas akhir :
Nama
: Dr. Siti Chalimah, M.Pd.
NIP/NIK/NIDN
: 07116125901
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama
: Farid Setyo Legowo
NIM
: A420100072
Program Studi
: Pendidikan Biologi
Judul Skripsi
:
“PENGOLAHAN LIMBAH BAGLOG JAMUR DENGAN KOTORAN
HEWAN AYAM SECARA AEROB UNTUK PEMBUATAN PUPUK
ORGANIK ”
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 1 Juni 2014
Pembimbing,
Dr. Siti Chalimah, M.Pd
NIDN. 07116125901
PENGOLAHAN LIMBAH BAGLOG JAMUR
DENGAN KOTORAN HEWAN AYAM SECARA AEROB
UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Farid Setyo Legowo(1), Dr. S. Chalimah, M. Pd (2)
(1)
Mahasiswa PendidikanBiologi FKIP UMS
(2)
Dosen Pembimbing Biologi FKIP UMS
Abstrak
Permasalahan yang timbul dalam produksi jamur adalah melimpahnya
limbah baglog yang berpotensi sebagai sumber polusi di lingkungan. Solusi yang
akan diberikan adalah mengolah limbah baglog secara aerob dengan
memanfaatkan mikroorganisme pada kotoran ayam untuk proses degradasi.
Limbah baglog dapat diolah dengan berbagai inokulum untuk mempercepat
proses degradasi, agar dapat digunakan kembali serta menekan tumpukan limbah
di lingkungan. Tujuan penelitian 1)mengetahui perbedaan konsentrasi kotoran
ayam sebagai inokulum terhadap kadar makronutrien C, N, P, K dan C/N Ratio,
2)mengetahui faktor lingkungan pada proses degradasi limbah baglog. Metode
penelitian eksperimen dengan 1 faktorial dan 4 konsentrasi perlakuan (0%, 20%,
30%, 40%). Kotoran hewan yang digunakan adalah kotoran ayam. Desain
percobaan RAL, dengan uji Anava satu jalur (One Way). Indikator fisik yang
diukur yaitu suhu, pH, kelembaban, tekstur, warna, aroma, dan kandungan
makronutrien C, N, P, K dan C/N rasio. Lama waktu penelitian yaitu 27 hari.
Hasil pengamatan menunjukkan suhu awal cukup rendah, kemudian suhu naik
pada pengamatan hari ke 18, setelah itu suhu kembali menurun. PH pada
pngamatan hari pertama cukup rendah, kemudian pH naik dan menjadi netral
pada hari ke 18. Kandungan makronutrien N, P, dan K tertinggi pada perlakuan
40%, sedangkan kandungan C tertinggi pada perlakuan 0%. Pupuk organik
limbah baglog sudah memenuhi standar mutu Menpan 2009. Aroma, warna, dan
tekstur limbah baglog yaitu beraroma seperti tanah, berwarna coklat kehitaman,
dan bertekstur lembut, hal tersebut menunjukkan pupuk telah matang.
Kata kunci: Limbah baglog jamur, Kotoran ayam, Aerob, Pupuk organik.
PENDAHULUAN
Limbah baglog jamur adalah limbah dari media tanam jamur yang sudah
tidak produktif dan tidak digunakan lagi. Baglog memiliki kandungan Lignin dan
selulosa yang cukup tinggi. Lignin adalah zat yang berfungsi sebagai penyususun
sel yang terdapat dalam kayu bersama dengan selulosa. Komposisi baglog jamur
terdiri dari 80% serbuk gergaji, 10% dedak padi, 1,8% kapur, 1,8% gipsum dan
0,4% TS (Ghazali, 2009).
Sutanto (2002), menyatakan bahwa proses pengomposan limbah organik
dengan bermacam-macam komposisi relative lebih mudah dari pada bahan dasar
secara individual. Pembuatan kompos merupakan salah satu strategi yang dapat
dilaksanakan dengan tujuan untuk menekan banyaknya limbah, pengumpulan, dan
biaya pengangkutan. Ada beberapa bahan dari berbagai sumber yang dapat
dikomposkan misalnya limbah ternak, limbah manusia, limbah pertanian, pupuk
hijau, sampah kota, sampah pemukiman, limbah agroindustri, dan limbah hasil
laut.
Ghazali (2009), menyatakan bahwa komposisi dari baglog jamur terdiri
dari 80% serbuk gergaji, 10% dedak padi, 1,8% kapur, 1,8% gipsum dan 0,4%
TS. Kurniawan (2008), menyatakan bahwa berdasarkan komposisi limbah baglog
jamur dengan 80% serbuk gergaji dan 10% dedak padi yang ada dalam baglog
jamur merupakan bahan baku superkarbon. Setyorini (2005), menyatakan bahwa
pupuk organik mengandung unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg, Fe,
Mn, Bo, S, Zn dan Co) yang dapat memperbaiki struktur tanah. Pemakaian pupuk
organik pada tanah liat akan mengurangi kelengketan sehingga mudah diolah.
Sedang pada tanah berpasir dapat meningkatkan daya ikat tanah terhadap air dan
udara.
Sutanto (2002), menyatakan bahwa karakteristik kompos matang yaitu
strukturnya bersifat remah, sehingga tidak dikenali kembali bahan dasarnya.
Warna terbaiknya adalah coklat kehitaman dan proses dekomposisi aerob
ditunjukkan dari terjadinya perubahan warna menjadi kehitaman. Kelembapan
kompos dapat diperkirakan dengan menusukkan tangkai pada kedalaman yang
berbeda. Bau kompos yang baik harus berbau seperti humus atau tanah. PH
terbaik adalah netral sampai agak keasaman dengan kisaran antara 6,0–7,5.
Gaur (1986), menyatakan bahwa aktifator merupakan bahan yang mampu
mengatur dekomposisi mikroba dalam proses pengomposan. Aktifator organik
adalah bahan yang mengandung N tinggi dalam bentuk yang bervariasi (protein
dan asam amino) yang berasal dari mikroba. Terdapat dua jenis bahan aktifator,
yaitu berbentuk mikroba yang disebut sebagai aktifator alam (fungi yang dikoleksi
dari kompos matang, sisa binatang, darah kering, tanah yang kaya humus, dan
sampah) dan berbentuk komiawi yang disebut aktifator buatan (amonium sulfat,
asam amino, sodium nitrat, urea, dan amonia).
Saraswati dkk (2006), menyatakan bahwa proses perombakan bahan
organik dapat berlangsung pada kondisi aerob dan anaerob. Pengomposan anaerob
dapat diartikan sebagai proses dekomposisi bahan organik tanpa menggunakan
O2. Proses pengomposan terdiri atas tiga tahapan dalam kaitannya dengan suhu,
yaitu mesofilik, termofilik, dan pendinginan. Tahap awal mesofilik, suhu proses
naik sekitar 40oC karena adanya fungi dan bakteri pembentuk asam. Pada kisaran
suhu termofilik, proses degradasi dan stabilisasi akan berlangsung secara
maksimal. Pada tahapan pendinginan terjadi penurunan aktivitas mikroba,
penggantian mikroba termofilik dengan bakteria dan fungi mesofilik.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui perbedaan konsentrasi kotoran
ayam sebagai inokulum terhadap kadar makronutrien C, N, P, K, dan C/N rasio,
mengetahui perbedaan kadar C, N, P, K, dan C/N Ratio terhadap kandungan
inokulum kotoran ayam pada konsentrasi berbeda, dan mengetahui pengaruh
faktor lingkungan terhadap proses degradasi limbah baglog.
METODE PENELITIAN
Penelitian dalakukan di Edupark Universitas Muhammadiyah Surakarta
pada tanggal 11 Januari sampai 7 Februari 2014. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan menggunakan
pola rancangan faktorial yang terdiri dari 1 faktor dengan 4 kombinasi perlakuan
dan masing-masing perlakuan menggunakan 4 kali ulangan.
Faktor 1. Jenis inokulum terdiri dari 1 taraf yaitu:
A = inokulum kotoran ayam
Perbandingan jumlah konsentrasi terdiri dari 4 taraf yaitu:
0 = 0%
x = 20%
y = 30%
z = 40%
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Konsentrasi
Inokulum
A
0
x
y
Z
A0
Ax
Ay
Az
Keterangan:
A0
: Kompos tanpa inokulum sebagai kontrol.
Ax
: Penambahan inokulum kotoran ayam dengan konsentrasi 20%.
Ay
: Penambahan inokulum kotoran ayam dengan konsentrasi 30%.
Az
: Penambahan inokulum kotoran ayam dengan konsentrasi 40%.
Tabel 2. Perlakuan Ulangan
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
A0
A01
A02
A03
A04
Ax
Ax1
Ax2
Ax3
Ax4
Ay
Ay1
Ay2
Ay3
Ay4
Az
Az1
Az2
Az3
Az4
Data yang diambil adalah data kualitatif yang dapat diperoleh saat
menguukur melelui statistik sederhana atau rerata sedangkan data kuantitatif dapat
di hitung melalui uji anava satu jalur (One Way Anova) dan membandingkan hasil
analisis laboratorium dengan standar baku mutu pupuk organik dari ManPan
2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Suhu pupuk
Tabel 3. Pengamatan Suhu Pupuk Limbah Baglog.
Perlakuan
Suhu (hari ke)
0
9
18
27
A0
18,23
24,43
26,53
24,24
Ax
16,13
25,11
26,89
23,01
Ay
19,68
25,32
27,18
23,77
Az
18,08
24,69
27,74
24,27
Suhu pupuk pada awal pengamatan hari ke 0 cukup rendah,
kemudian suhu naik dan mencapai suhu maksimal pada pengamatan hari
ke 18. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan aktifitas mikroba
yang menyebabkan meningkatnya suhu pada pupuk organik (Sumardi,
1999). Pada pengamatan hari ke 27 suhu pupuk kembali menurun. Hal
tersebut merupakan tahap pematangan pupuk organik. Tahap ini aktifitas
mikroba menurun karena jumlah bahan makanannya berkurang (Cahaya
dan Nugraha, 2008).
2.
pH pupuk
Tabel 4. Hasil Pengamatan pH Pupuk Limbah Baglog.
pH (hari ke)
Perlakuan
0
9
18
27
A0
6,2
6,6
7,0
7,1
Ax
6,4
7,0
7,1
7,0
Ay
5,9
6,8
7,1
7,0
Az
6,3
6,9
7,1
6,9
Pengamatan pH pupuk pada awal pengamatan hari ke 0 cukup
rendah. Kemudian pH naik pada pengamatan hari ke 9 dan menjadi netral
pada pengamatan hari ke 18 dan ke 27. Terjadinya penurunan pH pada
awal proses pengomposan karena aktivitas bakteri yang menghasilkan
asam. Dengan munculnya mikroorganisme lain dari bahan yang
didekomposisi maka pH kembali naik setelah beberapa hari, dan pH
berada pada kondisi netral (Sutanto, 2002).
3.
Kandungan Makronutrien
Tabel 5. Kandungan Makronutrien Pupuk Limbah Baglog.
Perlakuan
Makronutrien
Control 0%
(%)
C.Organik
Bahan Organik
Nitrogen
Kalium (K2O)
Phospor (P2O2)
C/N rasio
33,15
57,04
0,8
0,63
0,34
36,74
Inokulum
Kotoran
Ayam
20% (%)
20,86
35,97
1,19
0,83
0,7
17,58
Inokulum
Kotoran
Ayam
30% (%)
Inokulum
Kotoran
Ayam
40% (%)
21,78
37,55
1,37
0,61
1
15,97
23,78
40,99
1,73
0,76
1,14
13,74
Satuan
%
%
%
%
%
-
Nilai SNI
Manpan
2009
>12
DENGAN KOTORAN HEWAN AYAM SECARA AEROB
UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan
Guna Mencapai Derajat
Sarjana S-1
Disusunoleh:
FARID SETYO LEGOWO
A420100072
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan ini pembimbingskripsi/tugas akhir :
Nama
: Dr. Siti Chalimah, M.Pd.
NIP/NIK/NIDN
: 07116125901
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama
: Farid Setyo Legowo
NIM
: A420100072
Program Studi
: Pendidikan Biologi
Judul Skripsi
:
“PENGOLAHAN LIMBAH BAGLOG JAMUR DENGAN KOTORAN
HEWAN AYAM SECARA AEROB UNTUK PEMBUATAN PUPUK
ORGANIK ”
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 1 Juni 2014
Pembimbing,
Dr. Siti Chalimah, M.Pd
NIDN. 07116125901
PENGOLAHAN LIMBAH BAGLOG JAMUR
DENGAN KOTORAN HEWAN AYAM SECARA AEROB
UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Farid Setyo Legowo(1), Dr. S. Chalimah, M. Pd (2)
(1)
Mahasiswa PendidikanBiologi FKIP UMS
(2)
Dosen Pembimbing Biologi FKIP UMS
Abstrak
Permasalahan yang timbul dalam produksi jamur adalah melimpahnya
limbah baglog yang berpotensi sebagai sumber polusi di lingkungan. Solusi yang
akan diberikan adalah mengolah limbah baglog secara aerob dengan
memanfaatkan mikroorganisme pada kotoran ayam untuk proses degradasi.
Limbah baglog dapat diolah dengan berbagai inokulum untuk mempercepat
proses degradasi, agar dapat digunakan kembali serta menekan tumpukan limbah
di lingkungan. Tujuan penelitian 1)mengetahui perbedaan konsentrasi kotoran
ayam sebagai inokulum terhadap kadar makronutrien C, N, P, K dan C/N Ratio,
2)mengetahui faktor lingkungan pada proses degradasi limbah baglog. Metode
penelitian eksperimen dengan 1 faktorial dan 4 konsentrasi perlakuan (0%, 20%,
30%, 40%). Kotoran hewan yang digunakan adalah kotoran ayam. Desain
percobaan RAL, dengan uji Anava satu jalur (One Way). Indikator fisik yang
diukur yaitu suhu, pH, kelembaban, tekstur, warna, aroma, dan kandungan
makronutrien C, N, P, K dan C/N rasio. Lama waktu penelitian yaitu 27 hari.
Hasil pengamatan menunjukkan suhu awal cukup rendah, kemudian suhu naik
pada pengamatan hari ke 18, setelah itu suhu kembali menurun. PH pada
pngamatan hari pertama cukup rendah, kemudian pH naik dan menjadi netral
pada hari ke 18. Kandungan makronutrien N, P, dan K tertinggi pada perlakuan
40%, sedangkan kandungan C tertinggi pada perlakuan 0%. Pupuk organik
limbah baglog sudah memenuhi standar mutu Menpan 2009. Aroma, warna, dan
tekstur limbah baglog yaitu beraroma seperti tanah, berwarna coklat kehitaman,
dan bertekstur lembut, hal tersebut menunjukkan pupuk telah matang.
Kata kunci: Limbah baglog jamur, Kotoran ayam, Aerob, Pupuk organik.
PENDAHULUAN
Limbah baglog jamur adalah limbah dari media tanam jamur yang sudah
tidak produktif dan tidak digunakan lagi. Baglog memiliki kandungan Lignin dan
selulosa yang cukup tinggi. Lignin adalah zat yang berfungsi sebagai penyususun
sel yang terdapat dalam kayu bersama dengan selulosa. Komposisi baglog jamur
terdiri dari 80% serbuk gergaji, 10% dedak padi, 1,8% kapur, 1,8% gipsum dan
0,4% TS (Ghazali, 2009).
Sutanto (2002), menyatakan bahwa proses pengomposan limbah organik
dengan bermacam-macam komposisi relative lebih mudah dari pada bahan dasar
secara individual. Pembuatan kompos merupakan salah satu strategi yang dapat
dilaksanakan dengan tujuan untuk menekan banyaknya limbah, pengumpulan, dan
biaya pengangkutan. Ada beberapa bahan dari berbagai sumber yang dapat
dikomposkan misalnya limbah ternak, limbah manusia, limbah pertanian, pupuk
hijau, sampah kota, sampah pemukiman, limbah agroindustri, dan limbah hasil
laut.
Ghazali (2009), menyatakan bahwa komposisi dari baglog jamur terdiri
dari 80% serbuk gergaji, 10% dedak padi, 1,8% kapur, 1,8% gipsum dan 0,4%
TS. Kurniawan (2008), menyatakan bahwa berdasarkan komposisi limbah baglog
jamur dengan 80% serbuk gergaji dan 10% dedak padi yang ada dalam baglog
jamur merupakan bahan baku superkarbon. Setyorini (2005), menyatakan bahwa
pupuk organik mengandung unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg, Fe,
Mn, Bo, S, Zn dan Co) yang dapat memperbaiki struktur tanah. Pemakaian pupuk
organik pada tanah liat akan mengurangi kelengketan sehingga mudah diolah.
Sedang pada tanah berpasir dapat meningkatkan daya ikat tanah terhadap air dan
udara.
Sutanto (2002), menyatakan bahwa karakteristik kompos matang yaitu
strukturnya bersifat remah, sehingga tidak dikenali kembali bahan dasarnya.
Warna terbaiknya adalah coklat kehitaman dan proses dekomposisi aerob
ditunjukkan dari terjadinya perubahan warna menjadi kehitaman. Kelembapan
kompos dapat diperkirakan dengan menusukkan tangkai pada kedalaman yang
berbeda. Bau kompos yang baik harus berbau seperti humus atau tanah. PH
terbaik adalah netral sampai agak keasaman dengan kisaran antara 6,0–7,5.
Gaur (1986), menyatakan bahwa aktifator merupakan bahan yang mampu
mengatur dekomposisi mikroba dalam proses pengomposan. Aktifator organik
adalah bahan yang mengandung N tinggi dalam bentuk yang bervariasi (protein
dan asam amino) yang berasal dari mikroba. Terdapat dua jenis bahan aktifator,
yaitu berbentuk mikroba yang disebut sebagai aktifator alam (fungi yang dikoleksi
dari kompos matang, sisa binatang, darah kering, tanah yang kaya humus, dan
sampah) dan berbentuk komiawi yang disebut aktifator buatan (amonium sulfat,
asam amino, sodium nitrat, urea, dan amonia).
Saraswati dkk (2006), menyatakan bahwa proses perombakan bahan
organik dapat berlangsung pada kondisi aerob dan anaerob. Pengomposan anaerob
dapat diartikan sebagai proses dekomposisi bahan organik tanpa menggunakan
O2. Proses pengomposan terdiri atas tiga tahapan dalam kaitannya dengan suhu,
yaitu mesofilik, termofilik, dan pendinginan. Tahap awal mesofilik, suhu proses
naik sekitar 40oC karena adanya fungi dan bakteri pembentuk asam. Pada kisaran
suhu termofilik, proses degradasi dan stabilisasi akan berlangsung secara
maksimal. Pada tahapan pendinginan terjadi penurunan aktivitas mikroba,
penggantian mikroba termofilik dengan bakteria dan fungi mesofilik.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui perbedaan konsentrasi kotoran
ayam sebagai inokulum terhadap kadar makronutrien C, N, P, K, dan C/N rasio,
mengetahui perbedaan kadar C, N, P, K, dan C/N Ratio terhadap kandungan
inokulum kotoran ayam pada konsentrasi berbeda, dan mengetahui pengaruh
faktor lingkungan terhadap proses degradasi limbah baglog.
METODE PENELITIAN
Penelitian dalakukan di Edupark Universitas Muhammadiyah Surakarta
pada tanggal 11 Januari sampai 7 Februari 2014. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan menggunakan
pola rancangan faktorial yang terdiri dari 1 faktor dengan 4 kombinasi perlakuan
dan masing-masing perlakuan menggunakan 4 kali ulangan.
Faktor 1. Jenis inokulum terdiri dari 1 taraf yaitu:
A = inokulum kotoran ayam
Perbandingan jumlah konsentrasi terdiri dari 4 taraf yaitu:
0 = 0%
x = 20%
y = 30%
z = 40%
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Konsentrasi
Inokulum
A
0
x
y
Z
A0
Ax
Ay
Az
Keterangan:
A0
: Kompos tanpa inokulum sebagai kontrol.
Ax
: Penambahan inokulum kotoran ayam dengan konsentrasi 20%.
Ay
: Penambahan inokulum kotoran ayam dengan konsentrasi 30%.
Az
: Penambahan inokulum kotoran ayam dengan konsentrasi 40%.
Tabel 2. Perlakuan Ulangan
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
A0
A01
A02
A03
A04
Ax
Ax1
Ax2
Ax3
Ax4
Ay
Ay1
Ay2
Ay3
Ay4
Az
Az1
Az2
Az3
Az4
Data yang diambil adalah data kualitatif yang dapat diperoleh saat
menguukur melelui statistik sederhana atau rerata sedangkan data kuantitatif dapat
di hitung melalui uji anava satu jalur (One Way Anova) dan membandingkan hasil
analisis laboratorium dengan standar baku mutu pupuk organik dari ManPan
2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Suhu pupuk
Tabel 3. Pengamatan Suhu Pupuk Limbah Baglog.
Perlakuan
Suhu (hari ke)
0
9
18
27
A0
18,23
24,43
26,53
24,24
Ax
16,13
25,11
26,89
23,01
Ay
19,68
25,32
27,18
23,77
Az
18,08
24,69
27,74
24,27
Suhu pupuk pada awal pengamatan hari ke 0 cukup rendah,
kemudian suhu naik dan mencapai suhu maksimal pada pengamatan hari
ke 18. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan aktifitas mikroba
yang menyebabkan meningkatnya suhu pada pupuk organik (Sumardi,
1999). Pada pengamatan hari ke 27 suhu pupuk kembali menurun. Hal
tersebut merupakan tahap pematangan pupuk organik. Tahap ini aktifitas
mikroba menurun karena jumlah bahan makanannya berkurang (Cahaya
dan Nugraha, 2008).
2.
pH pupuk
Tabel 4. Hasil Pengamatan pH Pupuk Limbah Baglog.
pH (hari ke)
Perlakuan
0
9
18
27
A0
6,2
6,6
7,0
7,1
Ax
6,4
7,0
7,1
7,0
Ay
5,9
6,8
7,1
7,0
Az
6,3
6,9
7,1
6,9
Pengamatan pH pupuk pada awal pengamatan hari ke 0 cukup
rendah. Kemudian pH naik pada pengamatan hari ke 9 dan menjadi netral
pada pengamatan hari ke 18 dan ke 27. Terjadinya penurunan pH pada
awal proses pengomposan karena aktivitas bakteri yang menghasilkan
asam. Dengan munculnya mikroorganisme lain dari bahan yang
didekomposisi maka pH kembali naik setelah beberapa hari, dan pH
berada pada kondisi netral (Sutanto, 2002).
3.
Kandungan Makronutrien
Tabel 5. Kandungan Makronutrien Pupuk Limbah Baglog.
Perlakuan
Makronutrien
Control 0%
(%)
C.Organik
Bahan Organik
Nitrogen
Kalium (K2O)
Phospor (P2O2)
C/N rasio
33,15
57,04
0,8
0,63
0,34
36,74
Inokulum
Kotoran
Ayam
20% (%)
20,86
35,97
1,19
0,83
0,7
17,58
Inokulum
Kotoran
Ayam
30% (%)
Inokulum
Kotoran
Ayam
40% (%)
21,78
37,55
1,37
0,61
1
15,97
23,78
40,99
1,73
0,76
1,14
13,74
Satuan
%
%
%
%
%
-
Nilai SNI
Manpan
2009
>12