ARTIKEL PUBLIKASIMUSEUM SENI JATENG DI SURAKARTA Museum Seni Jateng Di Surakarta (Wayang, Lukis, Batik, Tari, Silat, Karawitan).

ARTIKEL PUBLIKASI
MUSEUM SENI JATENG DI SURAKARTA
(Wayang, Lukis, Batik, Tari, Silat, Karawitan)

Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh :
Adhitya Yudha Langlang S
D 300 100 035

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

MUSEUM KESENIAN JATENG DI SURAKARTA
Adhitya Yudha Langlang. S
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyyah Surakarta
JL.A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp. 0271 717417
Email : Elangmerah63@gmail.com


ABSTRAKSI
Daerah Kesenian Kesenian kebudayaan Jawa sangatlah luas meliputi seluruh bagian
tengah dan timur pulau jawa, ada daerah yang disebut daerah kejawen yaitu banyumas,
Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang,dan lainya sehubungan dengan itu maka dalam
rangka seluruh Kesenian Kesenian kebudayaan Jawa ini, dua daerah luas bekas kerajaan
mataram sebelum terpecah yakini Yogyakarta dan Surakarta merupakan pusat Kesenian
Kesenian kebudayaan Jawa. Masyarakat Indonesia tersebar dari sabang hingga merauke
terdiri atas beraneka ragam suku, dan adat istiadat yang beraneka ragam, membuktikan
bahwa bangsa Indonesia mempunyai Kebudayaan yang tinggi dan diwariskan secara turun
temurun serta terpelihara keaslianya. Memasuki era globalisasi, arus budaya asing akan
masuk dan bercampur dengan budaya Indonesia yang kemungkinan akan mempengaruhi
bahkan menggeser budaya bangsa sehingga idealisme bangsa akan hilang. Menyikapi hal
tersebut perlu adanya upaya dari pemerintah, dimana salah satu usahanya adalah
memasukan, dan menyimpanya di dalam museum
Warisan budaya Jawa yang diwariskan di antaranya seni wayang, seni keris, seni batik,
seni gerabah, dan kegiatan yang berbau keraton atau kejawen, seperti upacara adat, pusaka,
peninggalan benda-benda keratonan. Dengan hal tersebut maka sudah wajib warisan budaya ini
kita jaga, dan lestarikan, berhubung kota Surakarta identik dengan image kota budaya, kota The
spirit of java, yang sudah diakui didalam negara, dan manca negara, tentang kisah ataupun
sejarah kerajaan- kerajaan masa lalu yang ada di solo, dan hal tersebut terbukti dari bekas

peninggalan kerajaan tersebut seperti keraton, dan bangunan lainya seperti rumah penduduk
jaman dulu, semua masih ada dan terawatt dengan baik hingga sekarang, dan masyarakat
Surakarta sadar betul tentang pentingnya penginggalan sejarah tersebut, Karena bagi masyarakat

Surakarta Kesenian Kesenian kebudayaan Jawa juga salah satu identitas bangsa Indonesia dan
di pandang tinggi oleh manca negara, dan beberapa telah di akui Unisco

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia tersebar dari sabang hingga merauke terdiri atas beraneka ragam
suku, dan adat istiadat yang beraneka ragam, membuktikan bahwa bangsa Indonesia
mempunyai Kebudayaan yang tinggi dan diwariskan secara turun temurun serta
terpelihara keaslianya. Memasuki era globalisasi, arus budaya asing akan masuk dan
bercampur dengan budaya Indonesia yang kemungkinan akan mempengaruhi bahkan
menggeser budaya bangsa sehingga idealisme bangsa akan hilang, dalam hal ini
warisan budaya Jawa yang diwariskan di antaranya seni wayang, seni keris, seni batik,
seni gerabah, dan kegiatan yang berbau keraton atau kejawen, seperti upacara adat,
pusaka, peninggalan benda-benda keratonan
Potensi Surakarta


Gambar 2.1 peta Surakarta
Sumber : Data Pribadi

Kondisi Fisik Kota Surakarta
Letak geografis Kota Surakarta berada antara 110 45` 15" - 110 45` 35" Bujur
Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan, memiliki suhu udara minimal 24ºC
maksimal 28ºC, dengan tekanan udara rata-rata 1008,74 mbs , kecepatan angin

berkisar 4 knot, kelembaban udara berkisar 64% sampai dengan 85%. Curah hujan
sebanyak 699mm jatuh pada bulan oktober. Sementara rata-rata curah hujan saat
terbesar juga jatuh pada bulan November sebesar 33,1 mm per hari hujan. Kota
Surakarta termasuk wilayah propinsi Jawa Tengah bagian selatan dan berada pada
simpul jalur lalu lintas utama pulau jawa bagian selatan dan berada pada simpul jalur
lalu lintas utama Pulau Jawa jalur selatan yaitu Jakarta-Jogja-Surakarta-Surabaya, dan
jalur utara Jakarta-Semarang-Surakarta-Surabaya.
Luas administratif

Kota Surakarata ±4,404 Ha terdiri dari 5 wilayah

kecamatan dan 51 kelurahan. Luas kecamatan luas adalah Banjarsari yaitu mencapai

33,63 % dari luas kota Surakarta. Lahan yang diugunakan untuk permukiman 61%
dari luas kota.
Kota surakarta terletak di dataran rendah dengan ketinggian ± 92 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan rat-rata 0-3% dan dilalui beberapa sungai yang
merupakan anakan sungai Bengawan Solo. Batas-batas wilayah Kota Surakarta adalah
:
a. Sebelah Utara

: Kab. Kab. Karanganyar dan Kab. Boyolali

b. Sebelah Timur

: Kab. Karanganyar

c. Sebelah Barat

: Kab. Sukoharjo

d. Sebelah Selatan


: Kab.Sukoharjo dan Boyolali

2. Tujuan, dan Sasaran
Tujuan


Menentukan konsep Museum Kesenian Jawa sebagai tempat yang dapat
memenuhi tuntutan masyarakat yaitu sebagai sarana pendidikan, pelestarian,
informasi, dan pengembangan serta hiburan yang menarik.



Menjelaskan keingintahuan masyarakat terhadap Kesenian

kebudayaan Jawa

dengan pendidikan, pelestarian, dan pengembangan seni- seni yang masuk dalam
budaya jawa.




Mewujudkan suatu konsep desain bangunan yang sesuai dengan ekspresi motif
batik yang notabenya adalah jenis dari Kesenian kebudayaan Jawa.
Sasaran

a. Mengungkapkan perwujudan tata ruang yang mendukung pemahaman dan
penikmatan koleksi.
b. Mengadakan studi tentang karakter ungkapan fisik untuk menyusun konsep dasar
perencanaan, dan perancangan.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian


Menurut M.A.Sutaarga dalam Muktiyono
Lembaga yang secara aktif melaksanakan tugasnya dalam menerangkan dunia
manusia, dan alam.



Menurut International Council Of MuseumLembaga yang bersifat tetap,

ditunjukan untuk kepentingan umum, dengan tujuan untuk memelihara,
menyelidiki, menyimpan, dan memperbanyak pengetahuan pada umumnya, dan
khususnya memamerkan pada khalayak ramai guna pendidikan, dan peningkatan
koleksi barang- barang yang berharga bagi kebudayaan.

2.Tata Pamer Museum
1) Pencapaian orientasi
a) Banyaknya pilihan pencapaian akan menghilangkan orientasi pengunjung.

Gambar 2.1 Orientasi Pengunjung
Sumber : David A. Robillard, Public Space Design in Museums, 1982

b) Penggunaan landmark pada ruang pembantu menciptakan orientasi.
c) Fleksibilitas ruang.
2) Faktor seleksi pencapaian
a) Penempatan pintu berpengaruh pada sirkulasi pengunjung.

Gambar 2.2 Perilaku Jalan Pengunjung
Sumber : David A. Robillard, Public Space Design in Museums, 1982


b) Munculnya ruang yang terlewatkan sebagai akibat penempatan pintu yang
kurang tepat.
3) Faktor alur pergerakan
Hal terpenting dalam alur pergerakan :

Gambar 2..3 Alur Pergerakan
Sumber : David A. Robillard, Public Space Design in Museums, 1982

a) Hindari bentuk ruang yang mengganggu sirkulasi pengunjung.
b) Penempatan obyek pada tengah ruang justru mempersingkat waktu kunjung.
4) Faktor jarak pencapaian

Gambar 2..4 Faktor Jarak Pencapaian
Sumber : David A. Robillard, Public Space Design in Museums, 1982

a) Sisi kanan bagian dekat pintu masuk memiliki efektifitas tinggi.
b) Warna lantai lebih gelap memberikan sarana nyaman.
c) Orientasi dibuat sejelas mungkin.
5) Kejenuhan pada obyek dan ruang


Gambar 2..5 Kejenuhan pada Obyek dan Ruang
Sumber : David A. Robillard, Public Space Design in Museums, 1982

a) Diversity pada ruang
b) Ukuran galeri dipersempit
c) Interior dan eksterior dibuat semenarik mungkin
d) Kecenderungan dan faktor mengatasi
6) Kecenderungan dan faktor mengatasi
Hindari penempatan pintu pada sisi kanan sebelum obyek pamer

Gambar 2..6 Penempatan Pintu sebelum Obyek Pamer
Sumber : David A. Robillard, Public Space Design in Museums, 1982

7) Penggunaan fariasi back ground
Menguatkan variasi obyek

Gambar 2.7 Penggunaan Variasi Background
Sumber : David A. Robillard, Public Space Design in Museums, 1982

3.Pola Kegiatan

Kegiatan pengunjung
Pengunjung museum
Istirahat

Datang

Melihat koleksi

Pulang

museum

1)

Kegiatan pengelola
Istirahat
Datang

Bekerja


Pulang

4.Lokasi Site

Area yang terletak di Jl. Slamet Riyadi no. 254, Laweyan, Solo, sebelah barat Luwes,
dengan kondisi eksisting site :
1.

Termasuk area pusat pelayanan kota I dan II yang mengacu pada fungsi pariwisata
budaya, perdagangan dan jasa, olahraga dan industri kreatif.

2.

Luas lahan ± 1,08 Ha.

3.

Berada di pusat kota.

4.

Tanah milik perusahaaan.

5.

Tanah tidak berkontur.

Gambar 4.1. Batas Lokasi Alternatif 1
Sumber: https://www.google.co.id/maps/place/Jalan+Slamet+Riyadi/@7.5692268,110.8162487,333m/data=!3m1!1e3!4m2!3m1!1s0x2e7a1681d3ce5815:0xdb05ffcadccb6115,
2014

Batas-batas lokasi
Utara

: Jl. Slamet Riyadi dan Hotel Novotel

Timur

: SAMI LUWES

Selatan : Graha Farma
Barat

: Solo Mio Galleria

5.Konsep Bentuk Bangunan
Pendekatan Tampilan Fisik Bangunan

Tampilan arsitektur modern kontenporer ditunjukan pada tampilan bangunan, dan pada eksterior
mengadopsi gaya colonial, dan pada interior menggunakan material modern.
Arsitektur konteporer (Shimbeck, 1998) Menyatakan bahwa arsitektur konteporer berkembang dari
pemikiran Arsitektur hari esok dan masa kini.

Daftar Pustaka

Buku
Amir Sutaarga, 1978, Cipta Selekta Museografi dan Museologi, Dekdikbud RI, Jakarta
Bappeda, 2010. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Surakarta Tahun

2012, Surakarta

Charis zainul, 2014, tugas akhir mahasiswa, UMS
Dept. P&K, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Dept. P&K, 1984, Proyek Pengembanagan Permuseuman, Balai Pustaka,

Jakarta

Dirjen Kebbudayaan, 1983, Pembakuan Rencana Induk Permuseuman di

Indonesia,

Depdikbud

RI, Jakarta
Ernest Neufert, 1994, Architect’s Data, One Edition, Erlangga, Jakarta
Ernest Neufert, 1990, Architect’s Data, Second Edition, Erlangga, Jakarta
Gun ho, 1993 Museum Arsitektur Jakarta penekanan pada konservasi,

Skripsi UGM

Jimmy S. Juwana.2005.Sistem Bangunan Tinggi. Erlangga : Jakarta
Peraturan Daerah Kota Surakarta, 2010, Rencana Pembangunan Jangka

Menegah Daerah Kota

Surakarta,
Robillard, David A. 1982, Public Space Design in Museums, Center for Architecture and Urban
Planning Research Monographs. Book 16.
Suminar.R.P, 2006, Museum Batik Pekalongan Sebagai Pusat Informasi,

Pendidkan,

Pengembanagan Batik di Pekalongan, Skripsi UMS
White, Edward T. 1985. Buku Pedoman Konsep. Intermedia : Bandung

Website
http://www.alltravels.com/indonesia/central-java/surakarta/photos/current-

photo-15134155

dan

http://muridingindimengerti.blogspot.com/2011/08/pasar-gede-tempo-dulu.html