PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Tipe Ekstensi Di Yayasan Sayab Ibu Yogyakarta.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY
SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU
YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh:
Yunita Ayu Purbaningtyas
J100141015
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY
SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU
YOGYAKARTA
( Yunita Ayu Purbaningtyas, 2014, hal)
ABSTRAK
Latar Belakang: cerebral palsy spastik quadriplegia adalah gangguan postur
badan gangguan gerakan yang bersifat non progresif yang disebabkan oleh karena
lesi atau perkembangan abnormal pada otak yang sedang tumbuh atau belum
selesai pertumbuhannya yang ditandai dengan peningkatan reflex tendon,
hiperkontraktilitas pada keempat ekstremitas dan klonus yang terjadi pada
anggota gerak bawah. modalitas yang diberikan pada kondisi ini Terapi Latihan
passive exercise, latihan berguling, dan Nebulizer.
Tujuan: Untuk mengetahui manfaat pemberian modalitas terapi latihan dalam
mengurangi spastisitas, meningkatkan motorik kasar, serta manfaat
nebulizeruntuk mengurangi sputum.
Metode: Metode Fisioterapi yang digunakan dalam kasus tersebut yaitu dengan
modalitas terapi latihan, serta nebulizer dan evaluasi dengan metode pengukuran
spastisitas dengan skala Asworth, motorik kasar (GMFM), dan evaluasi keluarnya
sputum.
Hasil: Setelah dilakukan 6 kali terapi didapatkan hasil tidak adanya penurunan
spastisitas, tidak mengalami peningkatkan kemampuan fungsional, dan keluarnya
sputum.
Kesimpulan: Pada kasus tersebut modalitas terapi latihan passive exercise dan
latihan berguling belum mampu mengurangi spastisitas dan meningkatkan
motorik kasar serta meningkatkan kemampuan fungsional. Tetapi didapatkan hasil
berupa keluarnya sputum dengan terapi nebulizer.
Kata Kunci: Cerebral Palsy, Terapi Latihan, Nebulizer.
ix
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut kamus Kedokteran (Dorlan, 2005) Cerebral palsy adalah
setiap kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak progresif, yang
terjadi pada anak kecil yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat trauma
lahir atau patologi intra uterine. Gangguan ini ditandai dengan
perkembangan motorik yang abnormal atau terlambat, seperti paraplegi
spastik, hemiplegia atau tetraplegia, yang sering disertai dengan retardasi
mental, kejang atau ataksia.
CP dapat menyebabkan gangguan sikap (postur), control gerak,
gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan neurologic
berupa kelumpuhan, spastic, gangguan basal ganglia, cerebellum, dan
kelainan mental (mental retardation). American Academy for Cerebral
Palsy mengemukakan klasifikasi gambaran klinis CP sebagai berikut :
klasifikasi neuromotorik yaitu, spastic, atetois, rigiditas, ataxia, tremor,
dan mixed. Sedangkan berdasarkan bagian tubuh yang terkena CP
dibedakan menjadi hemiplegia, diplegi, dan quadriplegia (Miller &
Bachrach, 2006).
Dan dari hasil permasalahan inilah fisioterapi mengambil peran
yang cukup penting pada kasus CP. Yang pertama dilakukan adalah
mengatasi masalah adanya penumpukan spuntum dengan menggunakan
Nebulizer. Nebulizer merupakan suatu mesin atau alat yang dapat
menyemprotkan kabut halus sediaan obat kedalam traktus respiratorius
(Morris,2011). Masalah berikutnya yang sangat penting dan perlu adanya
penanganan kusus adalan spastisitas, adapun beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan fisioterapi pada kasus CP spastic Quadriplegi adalah
dengan menggunakan passive exercise sehingga diharapkan dapat
menurunkan dan mengontrol tingkat spastisitas pada anak yang mengalami
CP.
2. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang dikemukakan dari penulis ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah terapi latihan perupa passive
exercise mampu mengontrol dan mengurangi tingkat spastisitas
pada penderita CP spastik Quadryplegi.
2. Untuk mengetahui apakah terapi dengan nebulizer dan terapi
latihan berupa cupping, tappotement dan vibrasi mampu
mengurangi sputum yang mengganggu pernafasan penderita
CP spastik Quadryplegi.
B. DESKRIPSI KASUS
1. Definisi
Menurut kamus Kedokteran (Dorlan, 2005) Cerebral palsy adalah
setiap kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak progresif,
yang terjadi pada anak kecil yang disebabkan oleh kerusakan otak
akibat trauma lahir atau patologi intra uterine. Gangguan ini ditandai
dengan perkembangan motorik yang abnormal atau terlambat, seperti
paraplegi spastik, hemiplegia atau tetraplegia, yang sering disertai
dengan retardasi mental, kejang atau ataksia.
Definisi spastik menurut kamus kedokteran (Dorlan, 2005) adalah
bersifat dan ditandai dengan spasme. Hipertonik, dengan demikian
otot-otot dan gerakan kaku. Quadriplegia adalah kelemahan pada
keempat ekstremitas.
2. Anatomi Fisiologi
Otak merupakan bagian terdepan dari sistem saraf pusat yang
mengalami perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga
selaput pelindung (meningen) dan berada di dalam rongga tulang
tengkorak. Otak juga merupakan alatuntuk memproses data tentang
lingkungan internal dan eksternal tubuh yang diterima reseptor pada
alat indera (seperti mata, telinga, kulit, dan lain-lain). Datatersebut
dikirimkan oleh urat saraf yang dikenal dengan sistem saraf
keseluruhan. Sistem sarafini memungkinkan seluruh urat saraf
mengubah rangsangan dalam bentuk impuls listrik. Kemudian impuls
listrik dikirim ke pusat sistem saraf yang berada diotak dan urat saraf
tulang belakang. Disinilah data diproses dan direspon dengan
rangsangan yang cocok. Biasanya dalan tahap ini timbul saraf efektor
yang berfungsi untuk mengirim impuls saraf ke otot sehingga otot
berkontraksi atau rileks. Di dalam jaringan sarafpusat terdapat hirarki
control. Banyak rangsangan sederhana berhubungan dengan tindakan
refleksatau aksi spontan
3. Etiologi
Periode terjadinya kerusakan otak dikelompokan dalam 3 katergori
yaitu: Prenatal Perinatal Post natal
4. Patologi
Penyebab cerebral palsy spastik quadriplegia yaitu pada waktu
kehamilan antara minggu ke 26 sampai dengan minggu ke 34 masa
kehamilan, area periventricular white matter yang mendekati dengan
lateral ventricles sangat rentan terhadap cidera. Apabila area ini
membawa fiber yang bertanggung jawab terhadap control motorik dan
tonus otot pada kaki, cedera dapat menyebabkan spastic diplegi. Saat
lesi yang lebih besar menyebar sebelum area fiber berkurang dari
korteks motorik, hal ini dapat melibatkan centrum semiovale dan
corona radiate, yang dapat menyebabkan spastic quadriplegia.
5. Teknologi Intervensi Fisioterapi
1. Terapi Latihan
Terapi latihan adalah suatucara mempercepat penyembuhan
dari suatu injury/penyakit tertentu yang pernah mengubah cara
hidupnya yang normal. Terapi latihan adalah suatu usaha
pengobatan
dalam
fisioterapi
yang
dalam
pelaksanaannya
menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik secara aktif
maupun pasif (Wisnhu, 2010).
a. Passive exercise
Efek dan kegunaan Relaxed Passive Movement yaitu (1)
mencegah
proses
perlengketan
jaringan
untuk
memelihara kebebasan gerak sendi. (2) mendidik
kembali
pola
gerakan
dengan
stimulasi
pada
propioceptor. (3) mencegah pemendekan otot. (4)
memperlancar sirkulasi darah/limfe. (5) untuk relaksasi
(Wisnhu, 2010).
b. Latihan Berguling
Adapun latihan yang diberikan adalah dengan
memposisikan bayi pada posisi telentangdan dipegangi
kaki kanan dan kirinya. Selanjutnya gerakkan salah satu
kaki yang lain sehingga bayi tengkurap. Latihan
dilakukan 2-3 menit dan untuk hasil yang maksimal
lakukan latihan rutin 2 kali sehari.
2. Nebulizer
Nebulizer merupakan
suatu mesin
atau alat
yang dapat
menyemprotkan kabut halus sediaan obat kedalam traktus respiratorius
(Morris,2011). Keuntungan nebulizer adalah : (1) medikasi dapat
diberikan langsung pada tempat/sasaran aksinya (seperti paru) oleh
karena itu dosis yang diberikan rendah. (2) dosis yang rendah dapat
menurunkan absorbsi sistemik dan efek samping sistemik. (3)
pengiriman obat melalui nebulizer ke paru sangat cepat, sehingga
aksinya lebih cepat daripadarute lainnya seperti subkutan atau oral. (4)
udara yang dihirup melalui nebulizer telah lembab, yang dapat
membantu mengeluarkan sekresi bronchus (Morris,2011).
C. PROSES FISIOTERAPI
Nama pasien adalah An.MFF, berusia 4 tahun, jenis kelamin lakilaki, agama islam, beralamat di Panti II Yayasan Sayap Ibu Kadirojo,
Purwomartini, Kalasan. Diagnosa Medis : CP Spastic Quadriplegy.
Dari pemeriksaan yang sudah dilakukan terdapat dari pemeriksaan
yang sudah dilakukan terdapat Pasien belum mampu berguling, kaku pada
keempat anggota gerak, pasien mengalami sesak nafas karena adanya
penumpukan spuntum.
Untuk mengurangi problematika yang ada maka penulis memilih
modalitas Fisioterapi berupa Terapi Latihan dan Nebulizer.
Pelaksanaan Terapi:
(1) TERAPI I Tanggal 02 juli 2014
(2) TERAPI II Tanggal 03 juli 2014
(3) TERAPI III Tanggal 4 juli 2014
(4) TERAPI IV Tanggal 7 juli 2014
(5) TERAPI V Tanggal 10 juli 2014
(6) TERAPI VI Tanggal 11 juli 2014
Evaluasi pada kasus CP Spastic Quadriplegi dilakukan dengan
pemeriksaan
spastisitas
dengan
menggunakan
Skala
pemeriksaaan motorik kasar dengan menggunakan GMFM.
Asworth
dan
Edukasi pengasuh di panti untuk sering menggerakkan aggota gerak
pasien secara pasif dengan tujuan untuk mengurangi spastisitas atau minimal
memelihara agar tidak terjadi peningkatan spastisitas.
D. HASIL
Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sebanyak 6 kali didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Spastisitas dengan Skala Asworth pada pasien
Cerebral Palsy spastic Quadriplegi Tipe Ekstensi
T
6
T
5
T
4
T
3
T
2
T1
Kan
an
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Region
Neck
Shoulder
Elbow
Wrist
Hip
Knee
Ankle
T1
Kiri
T
2
T
3
T
4
T
5
T
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Dari hasil evaluasi GMFM pasien dengan nama An. M yang mendapatkan
terapi latihan passive exercise yaitu dengan 6x frekuensi latihan dengan durasi 45
menit dalam waktu 1 bulan didapatkan hasil yaitu tidak adanya peningkatan
kemampuan fungsional yang ditunjukkan dengan peningkatan score GMFM dari
T1 = 0,392% menjadi T6 = 0,392%.
Tabel 4.4 Hasil Terapi Nebulizer Pada Pasien Cerebral Palsy Spastik
Quadriplegy Tipe Ekstensi
T0
T1
T2
T3
T4
T5
T6
-
+
-
-
+
+
+
Keterangan:
+ jika sputum keluar setelah dilakukan dterapi
-
Jika sputum tidak keluar setelah dilakukan terapi
E. KESIMPULAN
Terapi latihan dilakukan dengan menggunakan passive exercise dan
nebulizer untuk problem penumpukan sputum. Setelah dilakukan penanganan
fisioterapi pada pasien dengan umur 4 tahun selama satu bulan dengan
diagnosa CP spastik quadriplegia dengan menggunakan terapi latihan passive
exercise didapatkan hasil yaitu (1) pemeriksaan spastisitas dengan skala ukur
Asworth, pada keempat ekstremitas dinilai dari pemeriksaan awal (T1) sampai
dengan terapi akhir (T6) diperoleh hasil nilai tetap atau tidak megalami
penurunan dan peningkatan, (2) pemeriksaan kemampuan fungsional motorik
kasar dengan GMFM dinilai dari pemeriksaan awal (T1) sampai dengan
pemeriksaan akhir (T6) tidak mengalami peningkatan dan tidak mengalami
penurunan yaitu pada total score 0,392%.
Hasil penanganan yang belum terdapat perubahan ini antara lain
disebabkan karena (1) waktu penanganan, yang mana hanya dilakukan 6x
frekuensi latihan dalam waktu 1 bulan dimana penanaman pengalaman
motoris dan sensoris dari gerakan-gerakan dasar fungsional atau gerakan sikap
normal, serta penanaman kemampuan fungsional membutuhkan waktu yang
lama, dan bisa sampai bertahun-tahun.
Selain terapi latihan yang dilakukan untuk mengurangi spastisitas
terdapat masalah lain yaitu penumpukan sputum maka digunakanlah terapi
nebulizer dan diperoleh hasil yaitu keluarnya sputum yang menumpuk dan
berkurangnya tingkat sesak nafas pada pasien.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah respon orang-orang sekitar
terhadap situasi pasien, karena pasien merupapan anak terlantar yang tinggal
di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta maka perhatian yang didapatkan tentu saja
akan sedikit berbea dengan anak yang memiliki orang tua dengan perhatian
kusus. Hal ini penting karena mengingat fisioterapi tidak dapat memantau
secara langsung kegiatan sehari-hari pasien. Oleh karena itu melibatkan orangorang sekitar yang sering berinteraksi dengan pasien atau minimal yang
memberikan pengawasan terhadap pasien dalam tiap sesi latihan serta evaluasi
kondisi pasien dan memberikan edukasi tentang berbagai hal mengenai
kondisi pasien sendiri.
SARAN
Pada bagian akhir karya tulis ilmiah ini penulis ingin mengembangkan
saran-saran yang berkaitan dengan kondisi CP spastik quadriplegi, agar
keberhasilan dalam penanganan dapat tercapai.Untuk mendapat hasil yang
optimal dalam penanganan CP spastik quadriplegi disarankan (1) sebaiknya
latihan dilakukan sesering mungkin baik dalam hal intensitas maupun frekuensi
latihan, (2) disarankan fisioterapi bisa memberi latihan dengan kreatif dan
variatif agar anak tidak bosan saat latihan, (3) fisioterapi harus mempunyai
pengetahuan luas tentang ilmu tumbuh kembang anak normal dan berbagai
ilmu mengenai fisioterapi dalam pediatri saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999; Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi
Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan Kesehatan, Jakarta
Dorland, W.A Newman. 2005. Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Elita Mardiani. Tesis Faktor – Faktor Risiko Prenatal Dan Perinatal Kejadian Cerebral Palsy.
Semarang: Universitas Diponegoro; 2006.
Freeman Miller, M.D. & Steven. Bachrach, M.D.; et al. Cerebral Palsy: A Complete Guide
for Ceregiving. 2nd ed. 2006.
Indrastuti, L. 2004; Rehabilitasi Medik pada Crebral Palsy, diambil dari Kumpulan Makalah
Seminar Cerebral Palsy Gangguan Gerak dan Mental, YPAC Semarang dan UNDIP,
Semarang
Jan S.T. Pediatric Physical Therapy. 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Walkins; 2008.
Keith, M.P., 2002; Gross Motor Function Measure Score Sheet (GMFM) (GMFM-88 and
GMFM-66 scoring), Version 1.0.
Lane R. Psychosom Med. Philadelphia: Lippincott Williams & Walkins; 2009.
Lumbantobing. 2003. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Lunar. Jadwal Imunisasi IDAI dan Dep. Kesehatan RI. Post on 1 Mei 2012. Available in:
http://forensik093.blogspot.com/2012/05/jadwal-imunisasi-idai-dan-dep-kesehatan.html
Malene Wesselhoff. The Modified Ashworth Scale. Post on Juni 2012. Available in:
http://fysio.dk/fafo/Maleredskaber/Maleredskaber-alfabetisk/Ashworth-Scale/
Martin, J. H. 2003; Neuroanatomy Text and Atlas; Edisi ke-3, The Mac Graw Hill Company,
New York
Molnar, C.R. 1992. Anatomi Susunan Syaraf Manusia, Prinsip-prinsip Dasar Neurobiologi,
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Morris K. 2011. Using A Nebulizer to Treat Aspiration Pneumonia. Redford; Morris Hospital
for Veterinary Service.
Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 80 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomer
1536.
Peter L. Rosenbaum, Walter SD, et al. Prognosis for gross motor function in cerebral palsy:
creation of motor developmental curve. JAMA 2002.
Putz, Pabst. 2003. Atlas Anatomi Manusia, Sobotta; jilid 1 edisi ke 21, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Russel, D. 2002; CanChild Centre for Childhood Disability Research; Institute for Applied
Health Sciences of McMaster University
Sheperd, B. R .1995; Phisioterapy for Pediatric; Third Edition, Facult of Health Science The
University of Sidney, Australia
S.Snell, Richard. 2002; Anatomi Klinik. EGC.Jakarta.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wishnu.
2010.
Terapi
Latihan.
Diakses
:
22
Oktober
2014.
http://wishnusubroto.blogspot.com/2010/02/terapi-latihan-definisi-dikemukakan.html.
SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU
YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh:
Yunita Ayu Purbaningtyas
J100141015
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY
SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU
YOGYAKARTA
( Yunita Ayu Purbaningtyas, 2014, hal)
ABSTRAK
Latar Belakang: cerebral palsy spastik quadriplegia adalah gangguan postur
badan gangguan gerakan yang bersifat non progresif yang disebabkan oleh karena
lesi atau perkembangan abnormal pada otak yang sedang tumbuh atau belum
selesai pertumbuhannya yang ditandai dengan peningkatan reflex tendon,
hiperkontraktilitas pada keempat ekstremitas dan klonus yang terjadi pada
anggota gerak bawah. modalitas yang diberikan pada kondisi ini Terapi Latihan
passive exercise, latihan berguling, dan Nebulizer.
Tujuan: Untuk mengetahui manfaat pemberian modalitas terapi latihan dalam
mengurangi spastisitas, meningkatkan motorik kasar, serta manfaat
nebulizeruntuk mengurangi sputum.
Metode: Metode Fisioterapi yang digunakan dalam kasus tersebut yaitu dengan
modalitas terapi latihan, serta nebulizer dan evaluasi dengan metode pengukuran
spastisitas dengan skala Asworth, motorik kasar (GMFM), dan evaluasi keluarnya
sputum.
Hasil: Setelah dilakukan 6 kali terapi didapatkan hasil tidak adanya penurunan
spastisitas, tidak mengalami peningkatkan kemampuan fungsional, dan keluarnya
sputum.
Kesimpulan: Pada kasus tersebut modalitas terapi latihan passive exercise dan
latihan berguling belum mampu mengurangi spastisitas dan meningkatkan
motorik kasar serta meningkatkan kemampuan fungsional. Tetapi didapatkan hasil
berupa keluarnya sputum dengan terapi nebulizer.
Kata Kunci: Cerebral Palsy, Terapi Latihan, Nebulizer.
ix
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut kamus Kedokteran (Dorlan, 2005) Cerebral palsy adalah
setiap kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak progresif, yang
terjadi pada anak kecil yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat trauma
lahir atau patologi intra uterine. Gangguan ini ditandai dengan
perkembangan motorik yang abnormal atau terlambat, seperti paraplegi
spastik, hemiplegia atau tetraplegia, yang sering disertai dengan retardasi
mental, kejang atau ataksia.
CP dapat menyebabkan gangguan sikap (postur), control gerak,
gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan neurologic
berupa kelumpuhan, spastic, gangguan basal ganglia, cerebellum, dan
kelainan mental (mental retardation). American Academy for Cerebral
Palsy mengemukakan klasifikasi gambaran klinis CP sebagai berikut :
klasifikasi neuromotorik yaitu, spastic, atetois, rigiditas, ataxia, tremor,
dan mixed. Sedangkan berdasarkan bagian tubuh yang terkena CP
dibedakan menjadi hemiplegia, diplegi, dan quadriplegia (Miller &
Bachrach, 2006).
Dan dari hasil permasalahan inilah fisioterapi mengambil peran
yang cukup penting pada kasus CP. Yang pertama dilakukan adalah
mengatasi masalah adanya penumpukan spuntum dengan menggunakan
Nebulizer. Nebulizer merupakan suatu mesin atau alat yang dapat
menyemprotkan kabut halus sediaan obat kedalam traktus respiratorius
(Morris,2011). Masalah berikutnya yang sangat penting dan perlu adanya
penanganan kusus adalan spastisitas, adapun beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan fisioterapi pada kasus CP spastic Quadriplegi adalah
dengan menggunakan passive exercise sehingga diharapkan dapat
menurunkan dan mengontrol tingkat spastisitas pada anak yang mengalami
CP.
2. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang dikemukakan dari penulis ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah terapi latihan perupa passive
exercise mampu mengontrol dan mengurangi tingkat spastisitas
pada penderita CP spastik Quadryplegi.
2. Untuk mengetahui apakah terapi dengan nebulizer dan terapi
latihan berupa cupping, tappotement dan vibrasi mampu
mengurangi sputum yang mengganggu pernafasan penderita
CP spastik Quadryplegi.
B. DESKRIPSI KASUS
1. Definisi
Menurut kamus Kedokteran (Dorlan, 2005) Cerebral palsy adalah
setiap kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak progresif,
yang terjadi pada anak kecil yang disebabkan oleh kerusakan otak
akibat trauma lahir atau patologi intra uterine. Gangguan ini ditandai
dengan perkembangan motorik yang abnormal atau terlambat, seperti
paraplegi spastik, hemiplegia atau tetraplegia, yang sering disertai
dengan retardasi mental, kejang atau ataksia.
Definisi spastik menurut kamus kedokteran (Dorlan, 2005) adalah
bersifat dan ditandai dengan spasme. Hipertonik, dengan demikian
otot-otot dan gerakan kaku. Quadriplegia adalah kelemahan pada
keempat ekstremitas.
2. Anatomi Fisiologi
Otak merupakan bagian terdepan dari sistem saraf pusat yang
mengalami perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga
selaput pelindung (meningen) dan berada di dalam rongga tulang
tengkorak. Otak juga merupakan alatuntuk memproses data tentang
lingkungan internal dan eksternal tubuh yang diterima reseptor pada
alat indera (seperti mata, telinga, kulit, dan lain-lain). Datatersebut
dikirimkan oleh urat saraf yang dikenal dengan sistem saraf
keseluruhan. Sistem sarafini memungkinkan seluruh urat saraf
mengubah rangsangan dalam bentuk impuls listrik. Kemudian impuls
listrik dikirim ke pusat sistem saraf yang berada diotak dan urat saraf
tulang belakang. Disinilah data diproses dan direspon dengan
rangsangan yang cocok. Biasanya dalan tahap ini timbul saraf efektor
yang berfungsi untuk mengirim impuls saraf ke otot sehingga otot
berkontraksi atau rileks. Di dalam jaringan sarafpusat terdapat hirarki
control. Banyak rangsangan sederhana berhubungan dengan tindakan
refleksatau aksi spontan
3. Etiologi
Periode terjadinya kerusakan otak dikelompokan dalam 3 katergori
yaitu: Prenatal Perinatal Post natal
4. Patologi
Penyebab cerebral palsy spastik quadriplegia yaitu pada waktu
kehamilan antara minggu ke 26 sampai dengan minggu ke 34 masa
kehamilan, area periventricular white matter yang mendekati dengan
lateral ventricles sangat rentan terhadap cidera. Apabila area ini
membawa fiber yang bertanggung jawab terhadap control motorik dan
tonus otot pada kaki, cedera dapat menyebabkan spastic diplegi. Saat
lesi yang lebih besar menyebar sebelum area fiber berkurang dari
korteks motorik, hal ini dapat melibatkan centrum semiovale dan
corona radiate, yang dapat menyebabkan spastic quadriplegia.
5. Teknologi Intervensi Fisioterapi
1. Terapi Latihan
Terapi latihan adalah suatucara mempercepat penyembuhan
dari suatu injury/penyakit tertentu yang pernah mengubah cara
hidupnya yang normal. Terapi latihan adalah suatu usaha
pengobatan
dalam
fisioterapi
yang
dalam
pelaksanaannya
menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik secara aktif
maupun pasif (Wisnhu, 2010).
a. Passive exercise
Efek dan kegunaan Relaxed Passive Movement yaitu (1)
mencegah
proses
perlengketan
jaringan
untuk
memelihara kebebasan gerak sendi. (2) mendidik
kembali
pola
gerakan
dengan
stimulasi
pada
propioceptor. (3) mencegah pemendekan otot. (4)
memperlancar sirkulasi darah/limfe. (5) untuk relaksasi
(Wisnhu, 2010).
b. Latihan Berguling
Adapun latihan yang diberikan adalah dengan
memposisikan bayi pada posisi telentangdan dipegangi
kaki kanan dan kirinya. Selanjutnya gerakkan salah satu
kaki yang lain sehingga bayi tengkurap. Latihan
dilakukan 2-3 menit dan untuk hasil yang maksimal
lakukan latihan rutin 2 kali sehari.
2. Nebulizer
Nebulizer merupakan
suatu mesin
atau alat
yang dapat
menyemprotkan kabut halus sediaan obat kedalam traktus respiratorius
(Morris,2011). Keuntungan nebulizer adalah : (1) medikasi dapat
diberikan langsung pada tempat/sasaran aksinya (seperti paru) oleh
karena itu dosis yang diberikan rendah. (2) dosis yang rendah dapat
menurunkan absorbsi sistemik dan efek samping sistemik. (3)
pengiriman obat melalui nebulizer ke paru sangat cepat, sehingga
aksinya lebih cepat daripadarute lainnya seperti subkutan atau oral. (4)
udara yang dihirup melalui nebulizer telah lembab, yang dapat
membantu mengeluarkan sekresi bronchus (Morris,2011).
C. PROSES FISIOTERAPI
Nama pasien adalah An.MFF, berusia 4 tahun, jenis kelamin lakilaki, agama islam, beralamat di Panti II Yayasan Sayap Ibu Kadirojo,
Purwomartini, Kalasan. Diagnosa Medis : CP Spastic Quadriplegy.
Dari pemeriksaan yang sudah dilakukan terdapat dari pemeriksaan
yang sudah dilakukan terdapat Pasien belum mampu berguling, kaku pada
keempat anggota gerak, pasien mengalami sesak nafas karena adanya
penumpukan spuntum.
Untuk mengurangi problematika yang ada maka penulis memilih
modalitas Fisioterapi berupa Terapi Latihan dan Nebulizer.
Pelaksanaan Terapi:
(1) TERAPI I Tanggal 02 juli 2014
(2) TERAPI II Tanggal 03 juli 2014
(3) TERAPI III Tanggal 4 juli 2014
(4) TERAPI IV Tanggal 7 juli 2014
(5) TERAPI V Tanggal 10 juli 2014
(6) TERAPI VI Tanggal 11 juli 2014
Evaluasi pada kasus CP Spastic Quadriplegi dilakukan dengan
pemeriksaan
spastisitas
dengan
menggunakan
Skala
pemeriksaaan motorik kasar dengan menggunakan GMFM.
Asworth
dan
Edukasi pengasuh di panti untuk sering menggerakkan aggota gerak
pasien secara pasif dengan tujuan untuk mengurangi spastisitas atau minimal
memelihara agar tidak terjadi peningkatan spastisitas.
D. HASIL
Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sebanyak 6 kali didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Spastisitas dengan Skala Asworth pada pasien
Cerebral Palsy spastic Quadriplegi Tipe Ekstensi
T
6
T
5
T
4
T
3
T
2
T1
Kan
an
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Region
Neck
Shoulder
Elbow
Wrist
Hip
Knee
Ankle
T1
Kiri
T
2
T
3
T
4
T
5
T
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Dari hasil evaluasi GMFM pasien dengan nama An. M yang mendapatkan
terapi latihan passive exercise yaitu dengan 6x frekuensi latihan dengan durasi 45
menit dalam waktu 1 bulan didapatkan hasil yaitu tidak adanya peningkatan
kemampuan fungsional yang ditunjukkan dengan peningkatan score GMFM dari
T1 = 0,392% menjadi T6 = 0,392%.
Tabel 4.4 Hasil Terapi Nebulizer Pada Pasien Cerebral Palsy Spastik
Quadriplegy Tipe Ekstensi
T0
T1
T2
T3
T4
T5
T6
-
+
-
-
+
+
+
Keterangan:
+ jika sputum keluar setelah dilakukan dterapi
-
Jika sputum tidak keluar setelah dilakukan terapi
E. KESIMPULAN
Terapi latihan dilakukan dengan menggunakan passive exercise dan
nebulizer untuk problem penumpukan sputum. Setelah dilakukan penanganan
fisioterapi pada pasien dengan umur 4 tahun selama satu bulan dengan
diagnosa CP spastik quadriplegia dengan menggunakan terapi latihan passive
exercise didapatkan hasil yaitu (1) pemeriksaan spastisitas dengan skala ukur
Asworth, pada keempat ekstremitas dinilai dari pemeriksaan awal (T1) sampai
dengan terapi akhir (T6) diperoleh hasil nilai tetap atau tidak megalami
penurunan dan peningkatan, (2) pemeriksaan kemampuan fungsional motorik
kasar dengan GMFM dinilai dari pemeriksaan awal (T1) sampai dengan
pemeriksaan akhir (T6) tidak mengalami peningkatan dan tidak mengalami
penurunan yaitu pada total score 0,392%.
Hasil penanganan yang belum terdapat perubahan ini antara lain
disebabkan karena (1) waktu penanganan, yang mana hanya dilakukan 6x
frekuensi latihan dalam waktu 1 bulan dimana penanaman pengalaman
motoris dan sensoris dari gerakan-gerakan dasar fungsional atau gerakan sikap
normal, serta penanaman kemampuan fungsional membutuhkan waktu yang
lama, dan bisa sampai bertahun-tahun.
Selain terapi latihan yang dilakukan untuk mengurangi spastisitas
terdapat masalah lain yaitu penumpukan sputum maka digunakanlah terapi
nebulizer dan diperoleh hasil yaitu keluarnya sputum yang menumpuk dan
berkurangnya tingkat sesak nafas pada pasien.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah respon orang-orang sekitar
terhadap situasi pasien, karena pasien merupapan anak terlantar yang tinggal
di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta maka perhatian yang didapatkan tentu saja
akan sedikit berbea dengan anak yang memiliki orang tua dengan perhatian
kusus. Hal ini penting karena mengingat fisioterapi tidak dapat memantau
secara langsung kegiatan sehari-hari pasien. Oleh karena itu melibatkan orangorang sekitar yang sering berinteraksi dengan pasien atau minimal yang
memberikan pengawasan terhadap pasien dalam tiap sesi latihan serta evaluasi
kondisi pasien dan memberikan edukasi tentang berbagai hal mengenai
kondisi pasien sendiri.
SARAN
Pada bagian akhir karya tulis ilmiah ini penulis ingin mengembangkan
saran-saran yang berkaitan dengan kondisi CP spastik quadriplegi, agar
keberhasilan dalam penanganan dapat tercapai.Untuk mendapat hasil yang
optimal dalam penanganan CP spastik quadriplegi disarankan (1) sebaiknya
latihan dilakukan sesering mungkin baik dalam hal intensitas maupun frekuensi
latihan, (2) disarankan fisioterapi bisa memberi latihan dengan kreatif dan
variatif agar anak tidak bosan saat latihan, (3) fisioterapi harus mempunyai
pengetahuan luas tentang ilmu tumbuh kembang anak normal dan berbagai
ilmu mengenai fisioterapi dalam pediatri saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999; Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi
Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan Kesehatan, Jakarta
Dorland, W.A Newman. 2005. Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Elita Mardiani. Tesis Faktor – Faktor Risiko Prenatal Dan Perinatal Kejadian Cerebral Palsy.
Semarang: Universitas Diponegoro; 2006.
Freeman Miller, M.D. & Steven. Bachrach, M.D.; et al. Cerebral Palsy: A Complete Guide
for Ceregiving. 2nd ed. 2006.
Indrastuti, L. 2004; Rehabilitasi Medik pada Crebral Palsy, diambil dari Kumpulan Makalah
Seminar Cerebral Palsy Gangguan Gerak dan Mental, YPAC Semarang dan UNDIP,
Semarang
Jan S.T. Pediatric Physical Therapy. 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Walkins; 2008.
Keith, M.P., 2002; Gross Motor Function Measure Score Sheet (GMFM) (GMFM-88 and
GMFM-66 scoring), Version 1.0.
Lane R. Psychosom Med. Philadelphia: Lippincott Williams & Walkins; 2009.
Lumbantobing. 2003. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Lunar. Jadwal Imunisasi IDAI dan Dep. Kesehatan RI. Post on 1 Mei 2012. Available in:
http://forensik093.blogspot.com/2012/05/jadwal-imunisasi-idai-dan-dep-kesehatan.html
Malene Wesselhoff. The Modified Ashworth Scale. Post on Juni 2012. Available in:
http://fysio.dk/fafo/Maleredskaber/Maleredskaber-alfabetisk/Ashworth-Scale/
Martin, J. H. 2003; Neuroanatomy Text and Atlas; Edisi ke-3, The Mac Graw Hill Company,
New York
Molnar, C.R. 1992. Anatomi Susunan Syaraf Manusia, Prinsip-prinsip Dasar Neurobiologi,
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Morris K. 2011. Using A Nebulizer to Treat Aspiration Pneumonia. Redford; Morris Hospital
for Veterinary Service.
Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 80 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomer
1536.
Peter L. Rosenbaum, Walter SD, et al. Prognosis for gross motor function in cerebral palsy:
creation of motor developmental curve. JAMA 2002.
Putz, Pabst. 2003. Atlas Anatomi Manusia, Sobotta; jilid 1 edisi ke 21, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Russel, D. 2002; CanChild Centre for Childhood Disability Research; Institute for Applied
Health Sciences of McMaster University
Sheperd, B. R .1995; Phisioterapy for Pediatric; Third Edition, Facult of Health Science The
University of Sidney, Australia
S.Snell, Richard. 2002; Anatomi Klinik. EGC.Jakarta.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wishnu.
2010.
Terapi
Latihan.
Diakses
:
22
Oktober
2014.
http://wishnusubroto.blogspot.com/2010/02/terapi-latihan-definisi-dikemukakan.html.