HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN PENYELESAIAN MASALAH HEURISTIK WICKELGREN PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 TINGGIRAJA T.A. 2013/2014.
HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN
PENYELESAIAN MASALAH HEURISTIK WICKELGREN
PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA
VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 TINGGI RAJA T.A 2013/2014
Oleh :
Mauliana
NIM 409111044
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan ridho-Nya yang memberikan karunia kepada penulis hingga penelitian ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul Hubungan antara Minat
dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Realistik dengan
Penyelesaian Masalah Heuristik Wickelgren terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Materi SPLDV di Kelas VIII SMPN 1 Tinggi Raja T.A 2013/2014. Adapun
skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ribuan terima kasih
kepada Bapak Dr. Kms. M. Amin Fauzi, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak
awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, Bapak Drs. J. Ambarita, M.Pd, dan Ibu
Faiz Ahyaningsih, S.Si, M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian hingga penyusunan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd
selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memotivasi
penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan penulis kepada Bapak Rektor
UNIMED, Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor selaku
pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc.,Ph.D selaku Dekan FMIPA
UNIMED, beserta Pembantu Dekan I,II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak
Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si
selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia,
M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika, juga Bapak dan Ibu Dosen serta Staf
Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
membantu penulis selama perkuliahan.
v
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. H.H Saragih,
M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Tinggi Raja serta Bapak Drs.
Supomo, S.Pd dan Ibu Rayani siahaan, S.Pd selaku guru bidang studi matematika
yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian dan para
guru serta staf pegawai administrasi yang telah memberikan kesempatan dan
bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih dan sayang penulis kepada Ayahanda
Ahmad Kodim dan Ibunda Masliah Sinaga, selaku orang tua penulis juga untuk
adik-adik terhebat Ikbal, Muda, Lia dan Eva serta seluruh keluarga yang telah
memberikan do’a, dukungan dan kasih sayang yang tulus kepada penulis. Semoga
Allah membalas semua kebaikan kalian, Amin. Serta terima kasih dan cinta untuk
Hendri Syahputra Sinaga atas segala dukungan, do’a, serta kesabaran untuk
mendengar keluh kesah penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk Kak Sri selaku ibu kost
yang selalu memberikan nasehat dan dukungan kepada penulis selama tinggal di
kost. Tak lupa pula terima kasih untuk sahabat-sahabat terhebat Lutfia, Tika,
Uwis, Asmi, Zura, Ulfa, Ria Maulina serta teman seperjuangan di DIK A 2009
yang selalu mendukung penulis selama perkuliahan.
Penulis menyadari sepenuhnya banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
penbaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.
Medan,
Penulis
November 2013
Mauliana
Nim. 409111044
iii
HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN
PENYELESAIAN MASALAH HEURISTIK WICKELGREN
PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA
VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 TINGGI RAJA T.A 2013/2014
MAULIANA (409111044)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana minat belajar, hasil
belajar siswa, serta perasaan atau pendapat siswa dalam mengikuti pembelajaran
yang digunakan, serta untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan
signifikan antara minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PMR
menggunakan penyelesaian masalah heuristik Wickelgren pada materi SPLDV di
kelas VIII SMPN 1 Tinggi Raja T.A 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII di
SMPN 1 Tinggi Raja. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-1 yang diajar
menggunakan PMR dengan penyelesaian masalah heuristik Wickelgren.
Instrument dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest yeng berbentuk essay
dan berjumlah 5 soal, lembar observasi pembelajaran, angket minat belajar siswa
yang terdiri dari 15 item, dan lembar kuesioner pendapat siswa yang terdiri dari 4
pertanyaan terbuka. Setelah diberikan pretest dan postest dilakukan uji normalitas
data menggunakan uji Lilliefors. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa
data pretest dan postest berdistribusi normal. Dari hasil penelitian diperoleh nilai
rata-rata pretest adalah 39,625 dan nilai rata-rata posttest siswa 79,94 artinya
terdapat peningkatan rata-rata sebesar 40,315. Dari perolehan skor angket minat
siswa diperoleh skor rata-rata dari seluruh indikator diatas 75% yakni sebesar
88,645 % sehingga minat siswa dalam pembelajaran yang diterapkan tergolong
sangat baik. Sedangkan dari lembar observasi pembelajaran, diperoleh skor ratarata 3,9. Artinya pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik. Dan dari
pemberian lembar kuesioner diperoleh bahwa sebanyak 79,58% siswa
memberikan komentar positif dan 20,42% siswa memberikan komentar negatif.
Artinya pembelajaran ini memberikan dampak positif pada siswa. Dari uji
hipotesis diperoleh rhitung > rtabel yaitu 0,793 > 0,349. Artinya terdapat
korelasi/hubungan yang positif antara minat belajar dan hasil belajar siswa dalam
model yang diterapkan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 62,86%.
Sedangkan pada diperoleh t hitung > ttabel yaitu 5,954 > 2,04 maka nilai korelasi yang
diperoleh signifikan. Sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika realistik dengan penyelesaian
masalah heuristik Wickelgren pada materi SPLDV di kelas VIII SMPN 1 Tinggi
T.A 2013/2014 .
Kata kunci : PMR, Heuristic Wickelgren, hasil belajar, SPLDV
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
v
Daftar Tabel
vi
Daftar Lampiran
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang masalah
1
1.2
Identifikasi masalah
7
1.3
Batasan masalah
8
1.4
Rumusan masalah
8
1.5
Tujuan penelitian
8
1.6
Manfaat penelitian
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan pembelajaran
10
2.2 Pembelajaran matematika
11
2.3 Pembelejaran matematika dengan pendekatan realistik (PMR)
11
2.4 Prinsip pembelajaran matematika realistik
14
2.5 Karakteristik pembelajaran matematika realistik
16
2.6 Teori-teori belajar yang mendukung PMR
19
2.7 Kelebihan dan kelemahan PMR
21
2.8 Langkah-langkah pembelajaran matematika realistik
23
2.9 Tinjauan tentang heuristik Wickelgren
25
2.9.1 Langkah-langkah penyelesaian masalah heuristik Wickelgren
26
2.10 Tinjauan mengenai PMR menggunakan penyelesaian masalah
vii
heuristik Wickelgren
28
2.10.1 Langkah-langkah PMR dengan penyelesaian masalah heuristik
Wickelgren
29
2.11 Minat belajar
33
2.12 Hasil belajar
34
2.13 Materi pelajaran
36
2.13.1 Persamaan linear dua variabel
36
2.13.2 Sistem persamaan linear dua variabel
36
2.13.3 Metode penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
37
2.13.4 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan SPLDV
Menggunakan penyelesaian masalah heuristik Wickelgren
37
2.14 Penelitian yang relevan
39
2.15 Kerangka berpikir
40
2.16 Hipotesis penelitian
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu penelitian
43
3.2 Populasi dan sampel
43
3.2.1 Populasi
43
3.2.2 Sampel
43
3.3 Variabel penelitian
43
3.3.1 Variabel bebas
43
3.3.2 Variabel terikat
43
3.4 Rancangan penelitian
44
3.5 Instrumen pengumpul data
47
3.5.1 Test
47
3.5.1.1 Validitas test
47
3.5.2 Non tes
47
3.5.2.1 Angket
47
3.5.2.1.1 Validitas angket
48
3.5.2.2 Lembar observasi
48
viii
3.5.2.3 Kuesioner
48
3.6 Teknik analisis data
49
3.6.1 Analisis data test
49
3.6.2 Analisis data non test
52
3.6.2.1 Analisis data angket minat siswa
52
3.6.2.2 Analisis data lembar observasi
52
3.6.2.3 Analisis data kuesioner pendapat siswa
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Hasil penelitian
54
4.1.1 Deskripsi Nilai Pretest
54
4.1.2 Deskripsi Nilai Posttest
54
4.1.3 Deskripsi Angket Minat Belajar Siswa
55
4.1.4 Deskripsi Kuesioner Pendapat Siswa
56
4.1.5 Deskripsi Hasil Observasi Terhadap Pembelajaran
57
4.2
57
Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Normalitas Data
57
4.2.2 Uji Hipotesis
57
4.2.3 Analisis Regresi
60
4.3
61
Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
65
5.2 Saran
66
DAFTAR PUSTAKA
67
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelebihan dan kelemahan pembelajaran matematika realistik
22
Tabel 4.1 Data pretest siswa kelas VIII-1
54
Tabel 4.2 Data posttest siswa kelas VIII-1
55
Tabel 4.3 Rincian hasil angket minat belajar siswa
55
Tabel 4.4 Data kuesioner pendapat siswa
56
Tabel 4.5 Data hasil observasi pembelajaran
57
Tabel 4.6 Ringkasan hasil uji normalitas data pretest
58
Tabel 4.7 Ringkasan hasil uji normalitas data posttest
59
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Matematisasi konseptual
13
Gambar 2.2 Model pembelajaran dengan penyelesaian masalah
Kontekstual
16
Gambar 2.3 Skema langkah-langkah PMR menggunakan penyelesaian
Heuristik Wickelgren
Gambar 3.1 Skema prosedur penelitian
32
46
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana pelaksanaan pembelajaran pertemuan 1
67
Lampiran 2 : Rencana pelaksanaan pembelajaran pertemuan 2
71
Lampiran 3 : Rencana pelaksanaan pembelajaran pertemuan 3
74
Lampiran 4 : Lembar aktivitas siswa (LAS 1)
77
Lampiran 5 : Lembar aktivitas siswa (LAS 2)
83
Lampiran 6 : Lembar aktivitas siswa (LAS 3)
87
Lampiran 7 : Alternatif penyelesaian lembar aktivitas siswa (LAS 1)
91
Lampiran 8 : Alternatif penyelesaian lembar aktivitas siswa (LAS 2)
96
Lampiran 9 : Alternatif penyelesaian lembar aktivitas siswa (LAS 3)
99
Lampiran 10 : Kisi-kisi soal pretest
102
Lampiran 11 : Soal pretest
103
Lampiran 12 : Alternatif jawaban soal pretest
104
Lampiran 13 : Kisi-kisi soal posttest
105
Lampiran 14 : Soal posttest
106
Lampiran 15 : Alternatif jawaban soal posttest
107
Lampiran 16 : Lembar validasi pretest
114
Lampiran 17 : Lembar validasi posttest
117
Lampiran 18 : Daftar validator soal pretest dan posttest
120
Lampiran 19 : Kriteria penilaian jawaban pretest
121
Lampiran 20 : Kriteria penilaian jawaban posttest
122
Lampiran 21 : Lembar observasi pembelajaran
123
Lampiran 22 : Kriteria penskoran observasi proses pembelajaran
126
Lampiran 23 : Lembar hasil observasi pembelajaran
128
Lampiran 24 : Kisi-kisi angket minat belajar siswa
134
Lampiran 25 : Angket minat belajar siswa
135
Lampiran 26 : Kuesioner pendapat siswa
137
Lampiran 27 : Data hasil pretest dan posttest siswa
139
Lampiran 28 : Perhitungan mencari rata-rata, varians, dan standar deviasi
data
139
xii
Lampiran 29 : Perhitungan uji normalitas
144
Lampiran 30 : Perhitungan uji hipotesis
147
Lampiran 31 : Analisis Regresi
151
Lampiran 32 : Validitas angket
158
Lampiran 33 : Hasil pengamatan observasi pembelajaran
161
Lampiran 34 : Hasil perolehan skor angket minat siswa
162
Lampiran 35 : Perhitungan skor angket minat siswa
163
Lampiran 36 : Analisis data kuesioner pendapat siswa
167
Lampiran 37 : Dokumentasi penelitian
168
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah mutu pendidikan di Indonesia khususnya prestasi belajar siswa
merupakan masalah nasional yang telah lama diperbincangkan. Upaya yang
berkenaan dengan peningkatan prestasi belajar ini telah banyak dilakukan, baik
seminar pendidikan maupun penelitian pendidikan tentang model pembelajaran,
akan tetapi kenyataannya belum mampu memberikan hasil yang maksimal.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting
dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan. Hal ini disebabkan
matematika dapat melatih seseorang (siswa) berfikir logis, bertanggung jawab,
memiliki kepribadian baik dan keterampilan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari – hari. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan dan bahasa melalui model matematika yang berupa
kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, dan tabel.
Pembelajaran matematika di Indonesia dari pendidikan dasar hingga
pendidikan lanjutan memiliki tujuan tersendiri. Ada beberapa alasan pentingnya
menerapkan pembelajaran matematika di sekolah. Matematika perlu diajarkan
kepada siswa dikarenakan beberapa hal. Cockroft (dalam Abdurrahman 2009:
253) menyatakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan dikarenakan hal-hal berikut: (1) selalu
digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan
kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6)
memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.
Namun kondisi saat ini menunjukkan kualitas pendidikan matematika di
Indonesia masih rendah. Indonesia telah berpartisipasi dalam PISA ( programme
for internasional student assessment) sejak pertama kali dilaksanakan di tahun
2000. PISA merupakan suatu program penilaian skala internasional yang
2
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa berusia 15 tahun bisa menerapkan
pengetahuan yang sudah mereka pelajari di sekolah. PISA fokus dalam mengukur
kemampuan siswa dalam membaca, matematika dan sains. Walaupun Indonesia
telah terlibat sejak awal dalam PISA, hasil yang dicapai siswa Indonesia dalam
PISA jauh dari memuaskan. Sebagai contoh, pada PISA tahun 2009 skor
matematika siswa Indonesia menduduki peringkat 61 dari 65 negara. Dari hasil di
atas diperoleh bahwa hampir setengah dari siswa Indonesia yaitu 43,5% tidak
mampu menyelesaikan soal PISA paling sederhana. Sekitar sepertiga siswa
Indonesia yaitu 33,1% hanya bisa mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal
kontekstual diberikan secara eksplisit serta semua data yang dibutuhkan untuk
mengerjakan soal diberikan dengan tepat. Hanya 0,1% siswa Indonesia yang
mampu mengembangkan dan mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut
keterampilan berpikir dan penalaran. Berdasarkan hasil pencapaian di atas, hal
yang harus kita pikirkan adalah “ Apakah betul kalau siswa Indonesia tidak bisa
menerapkan apa yang sudah mereka pelajari?”. Lalu untuk apa kita mempelajari
suatu ilmu jika ternyata kita tidak bisa memanfaatkanya. Seperti yang dikatakan
Freudenthal bahwa “ proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari
bermakna bagi pembelajar. Dan suatu ilmu pengetahuan akan bermakna bagi
pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah realistik”. Suatu ilmu
pengetahuan akan sulit untuk kita terapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak
bermakna bagi kita. Kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama
dalam proses belajar (Wijaya, 2012: 1- 3).
Salah satu pendekatan yang marak dibicarakan orang belakangan ini
adalah Pendekatan Matematika Realistik. Freudenthal dalam Wijaya (2012: 20)
menyatakan bahwa “mathematics is a human activity”. Pernyataan tersebutlah
yang melandasi pengembangan pembelajaran matematika realistik (PMR).
Kebermaknaan konsep matematika merupakan konsep utama dari pembelajaran
matematika
realistik.
Zulkardi
(2012)
menambahkan
dalam
(Http://www.geocities.com/Athens/Crete/2336/rme.html, online: Februari 2013),
bahwa:
3
Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan pada
kebermaknaaan
ilmu
pengetahuan
dan
berorientasi
pada
pematematisasian pengalaman sehari-hari serta menerapkan matematika
dalam kehidupan nyata adalah pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR) yang mula-mula dikembangkan di negeri Belanda
sekitar 35 tahun yang lalu disebut RME (Realistic Mathematics
Education) dan saat ini sedang dikembangkan oleh tim Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang beranggotakan para
peneliti dan dosen dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI),
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Sanata Dharma
(USD), Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Institut Teknologi
Bandung (ITB).
Sebelumnya telah dijelaskan Becker dan Selter (1996) dalam Suherman
(2003: 143) yang mengungkapkan bahwa:
Pendidikan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education
(RME) diketahui sebagai pendekatan yang telah berhasil di Nederlands.
Ada suatu hasil yang menjanjikan dari penelitian kuantitatif dan
kualitatif yang telah ditunjukkan bahwa siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan PMR mempunyai skor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan tradisional dalam hal keterampilan berhitung, lebih khusus
lagi dalam hal aplikasi. Gagasan pendekatan pembelajaran matematika
dengan realistik ini tidak hanya populer di Belanda saja, melainkan
banyak mempengaruhi kerja para pendidik matematika di banyak bagian
di dunia.
Selain kurangnya kebermaknaan suatu ilmu pengetahuan atau konsep
pada siswa, Karakteristik matematika yang abstrak juga menjadi salah satu faktor
kesulitan dalam pembelajaran. Sudharta dalam (http://jasapintar-ptkptsskripsitesis.
blogspot.com/2012/11/meningkatkan-ketrampilan-siswa-kelas.html, online: Maret
2013), menerangkan bahwa “ Salah satu karakteristik matematika adalah
mempunyai objek yang bersifat abstrak”. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak
siswa
mengalami kesulitan dalam
matematika.
Rendahnya kemampuan
matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara
komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu, belajar
matematika siswa belum bermakna. Dimana siswa sering merasa sulit untuk
mengaitkan matematika yang dipelajarinya di kelas dengan berbagai situasi nyata,
dan juga mengalami kesulitan dalam menghubungkan antara pengetahuan
4
matematika yang sudah mereka miliki sebelumnya dengan apa yang mereka
pelajari di sekolah. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan sebanyak
mungkin contoh rill (nyata) yang dapat memperkuat kemampuan matematika
mereka.
Pembelajaran Matematika Realistik menekankan bahwa dalam proses
pembelajaran siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan sendiri
penyelesaian masalah agar konsep matematika yang dipelajari lebih melekat
dalam ingatan siswa. Untuk itu dibutuhkan sebuah strategi umum yang bisa
menuntun siswa untuk menemukan solusi atau penyelesaian masalah. Sekarang
ini, telah diterapkan suatu pendekatan yang mengajarkan sejumlah keterampilan
problem-solving (mengatasi masalah) kepada siswa, pendekatan seperti ini
disebut dengan pendekatan heuristik. Tujuan pendekatan heuristik adalah untuk
mengajarkan ketrampilan mengatasi masalah tertentu, yang dapat digunakan
siswa ketika mereka harus mengatasi masalah tertentu. Heuristik dapat disebut
sebagai strategi umum yang tidak berkaitan dengan subjek materi yang membantu
pemecah masalah dalam usaha untuk mendekati dan memahami masalah serta
menggunakan kemampuannya untuk menemukan solusi dari masalah matematika
yang dihadapi oleh siswa. Banyak penelitian tentang paradigma ini yang
dilakukan dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah yang terkait dengan
kata-kata, misal pertanyaan matematika yang dalam bentuk konteks pada materi
pokok SPLDV. Misalnya, Fia bermaksud membeli buah jeruk dan buah apel. Dia
merencanakan membeli sebanyak 10 biji buah. Berapa banyaknya masing-masing
buah apel dan buah jeruk yang mungkin dibeli oleh Fia?.
Menurut Polya dalam Suherman (2003: 91), solusi soal pemecahan
masalah memuat 4 langkah penyelesaian, yaitu : “ 1) Pemahaman terhadap
permasalahan (SEE); 2) Perencanaan penyelesaian masalah (PLAN); 3)
Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah (DO); 4) Memeriksa kembali
penyelesaian (CHECK)”. Ini merupakan heuristik yang umum sebagai dasar
pengembangan
model
heuristik
yang
lebih
rinci.
Wickelgren
(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2251797-tinjauan-tentang-
dalam
5
heuristik-wickelgren/#ixzz2KkhX02Qw.html,
online:
10
Februari
2013),
menjelaskan lebih rinci heuristik Polya namun tetap terdiri dari 4 langkah yaitu;
1) Menganalisis dan memahami masalah (analyzing and understanding a
problem)
2) Merancang dan merencanakan solusi (designing and planning a solution)
3) Mencari solusi dari masalah (exploring solution to difficult problem)
4) Memeriksa solusi (verifying a solution).
SMP Negeri 1 Tinggi Raja adalah sebuah sekolah menengah yang terdiri
dari 13 kelas. Sekolah ini terletak di Kecamatan Tinggi Raja, Kabupaten Asahan,
tepatnya 15 km dari kota Kisaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
penulis 6-7 Mei 2013 di sekolah tersebut, dari pemberian test diagnostik kepada
29 siswa kelas VIII untuk menyelesaian soal uraian pada materi SPLDV,
diperoleh fakta bahwa siswa kesulitan mengerjakan soal-soal penerapan seperti
berikut ini:
1. Sebuah lapangan berbentuk persegi panjang, panjangnya 5m lebih dari
lebarnya. Jika jumlah panjang dan lebarnya adalah 35m, berapakah panjang
dan lebar lapangan?
2. Jumlah kelereng andi dan budi adalah 45 dan selisih banyaknya kelereng andi
dan budi adalah 5. Tentukan banyak kelereng andi dan banyak kelereng budi!
Hasil test menunjukkan bahwa, hanya 10 orang (34,49%) yang
memperoleh nilai ≥ 70 dan 19 orang (65,51%) memperoleh nilai
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN
PENYELESAIAN MASALAH HEURISTIK WICKELGREN
PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA
VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 TINGGI RAJA T.A 2013/2014
Oleh :
Mauliana
NIM 409111044
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan ridho-Nya yang memberikan karunia kepada penulis hingga penelitian ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul Hubungan antara Minat
dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Realistik dengan
Penyelesaian Masalah Heuristik Wickelgren terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Materi SPLDV di Kelas VIII SMPN 1 Tinggi Raja T.A 2013/2014. Adapun
skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ribuan terima kasih
kepada Bapak Dr. Kms. M. Amin Fauzi, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak
awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, Bapak Drs. J. Ambarita, M.Pd, dan Ibu
Faiz Ahyaningsih, S.Si, M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian hingga penyusunan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd
selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memotivasi
penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan penulis kepada Bapak Rektor
UNIMED, Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor selaku
pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc.,Ph.D selaku Dekan FMIPA
UNIMED, beserta Pembantu Dekan I,II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak
Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si
selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia,
M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika, juga Bapak dan Ibu Dosen serta Staf
Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
membantu penulis selama perkuliahan.
v
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. H.H Saragih,
M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Tinggi Raja serta Bapak Drs.
Supomo, S.Pd dan Ibu Rayani siahaan, S.Pd selaku guru bidang studi matematika
yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian dan para
guru serta staf pegawai administrasi yang telah memberikan kesempatan dan
bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih dan sayang penulis kepada Ayahanda
Ahmad Kodim dan Ibunda Masliah Sinaga, selaku orang tua penulis juga untuk
adik-adik terhebat Ikbal, Muda, Lia dan Eva serta seluruh keluarga yang telah
memberikan do’a, dukungan dan kasih sayang yang tulus kepada penulis. Semoga
Allah membalas semua kebaikan kalian, Amin. Serta terima kasih dan cinta untuk
Hendri Syahputra Sinaga atas segala dukungan, do’a, serta kesabaran untuk
mendengar keluh kesah penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk Kak Sri selaku ibu kost
yang selalu memberikan nasehat dan dukungan kepada penulis selama tinggal di
kost. Tak lupa pula terima kasih untuk sahabat-sahabat terhebat Lutfia, Tika,
Uwis, Asmi, Zura, Ulfa, Ria Maulina serta teman seperjuangan di DIK A 2009
yang selalu mendukung penulis selama perkuliahan.
Penulis menyadari sepenuhnya banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
penbaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.
Medan,
Penulis
November 2013
Mauliana
Nim. 409111044
iii
HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN
PENYELESAIAN MASALAH HEURISTIK WICKELGREN
PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA
VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 TINGGI RAJA T.A 2013/2014
MAULIANA (409111044)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana minat belajar, hasil
belajar siswa, serta perasaan atau pendapat siswa dalam mengikuti pembelajaran
yang digunakan, serta untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan
signifikan antara minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PMR
menggunakan penyelesaian masalah heuristik Wickelgren pada materi SPLDV di
kelas VIII SMPN 1 Tinggi Raja T.A 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII di
SMPN 1 Tinggi Raja. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-1 yang diajar
menggunakan PMR dengan penyelesaian masalah heuristik Wickelgren.
Instrument dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest yeng berbentuk essay
dan berjumlah 5 soal, lembar observasi pembelajaran, angket minat belajar siswa
yang terdiri dari 15 item, dan lembar kuesioner pendapat siswa yang terdiri dari 4
pertanyaan terbuka. Setelah diberikan pretest dan postest dilakukan uji normalitas
data menggunakan uji Lilliefors. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa
data pretest dan postest berdistribusi normal. Dari hasil penelitian diperoleh nilai
rata-rata pretest adalah 39,625 dan nilai rata-rata posttest siswa 79,94 artinya
terdapat peningkatan rata-rata sebesar 40,315. Dari perolehan skor angket minat
siswa diperoleh skor rata-rata dari seluruh indikator diatas 75% yakni sebesar
88,645 % sehingga minat siswa dalam pembelajaran yang diterapkan tergolong
sangat baik. Sedangkan dari lembar observasi pembelajaran, diperoleh skor ratarata 3,9. Artinya pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik. Dan dari
pemberian lembar kuesioner diperoleh bahwa sebanyak 79,58% siswa
memberikan komentar positif dan 20,42% siswa memberikan komentar negatif.
Artinya pembelajaran ini memberikan dampak positif pada siswa. Dari uji
hipotesis diperoleh rhitung > rtabel yaitu 0,793 > 0,349. Artinya terdapat
korelasi/hubungan yang positif antara minat belajar dan hasil belajar siswa dalam
model yang diterapkan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 62,86%.
Sedangkan pada diperoleh t hitung > ttabel yaitu 5,954 > 2,04 maka nilai korelasi yang
diperoleh signifikan. Sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika realistik dengan penyelesaian
masalah heuristik Wickelgren pada materi SPLDV di kelas VIII SMPN 1 Tinggi
T.A 2013/2014 .
Kata kunci : PMR, Heuristic Wickelgren, hasil belajar, SPLDV
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
v
Daftar Tabel
vi
Daftar Lampiran
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang masalah
1
1.2
Identifikasi masalah
7
1.3
Batasan masalah
8
1.4
Rumusan masalah
8
1.5
Tujuan penelitian
8
1.6
Manfaat penelitian
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan pembelajaran
10
2.2 Pembelajaran matematika
11
2.3 Pembelejaran matematika dengan pendekatan realistik (PMR)
11
2.4 Prinsip pembelajaran matematika realistik
14
2.5 Karakteristik pembelajaran matematika realistik
16
2.6 Teori-teori belajar yang mendukung PMR
19
2.7 Kelebihan dan kelemahan PMR
21
2.8 Langkah-langkah pembelajaran matematika realistik
23
2.9 Tinjauan tentang heuristik Wickelgren
25
2.9.1 Langkah-langkah penyelesaian masalah heuristik Wickelgren
26
2.10 Tinjauan mengenai PMR menggunakan penyelesaian masalah
vii
heuristik Wickelgren
28
2.10.1 Langkah-langkah PMR dengan penyelesaian masalah heuristik
Wickelgren
29
2.11 Minat belajar
33
2.12 Hasil belajar
34
2.13 Materi pelajaran
36
2.13.1 Persamaan linear dua variabel
36
2.13.2 Sistem persamaan linear dua variabel
36
2.13.3 Metode penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
37
2.13.4 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan SPLDV
Menggunakan penyelesaian masalah heuristik Wickelgren
37
2.14 Penelitian yang relevan
39
2.15 Kerangka berpikir
40
2.16 Hipotesis penelitian
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu penelitian
43
3.2 Populasi dan sampel
43
3.2.1 Populasi
43
3.2.2 Sampel
43
3.3 Variabel penelitian
43
3.3.1 Variabel bebas
43
3.3.2 Variabel terikat
43
3.4 Rancangan penelitian
44
3.5 Instrumen pengumpul data
47
3.5.1 Test
47
3.5.1.1 Validitas test
47
3.5.2 Non tes
47
3.5.2.1 Angket
47
3.5.2.1.1 Validitas angket
48
3.5.2.2 Lembar observasi
48
viii
3.5.2.3 Kuesioner
48
3.6 Teknik analisis data
49
3.6.1 Analisis data test
49
3.6.2 Analisis data non test
52
3.6.2.1 Analisis data angket minat siswa
52
3.6.2.2 Analisis data lembar observasi
52
3.6.2.3 Analisis data kuesioner pendapat siswa
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Hasil penelitian
54
4.1.1 Deskripsi Nilai Pretest
54
4.1.2 Deskripsi Nilai Posttest
54
4.1.3 Deskripsi Angket Minat Belajar Siswa
55
4.1.4 Deskripsi Kuesioner Pendapat Siswa
56
4.1.5 Deskripsi Hasil Observasi Terhadap Pembelajaran
57
4.2
57
Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Normalitas Data
57
4.2.2 Uji Hipotesis
57
4.2.3 Analisis Regresi
60
4.3
61
Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
65
5.2 Saran
66
DAFTAR PUSTAKA
67
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelebihan dan kelemahan pembelajaran matematika realistik
22
Tabel 4.1 Data pretest siswa kelas VIII-1
54
Tabel 4.2 Data posttest siswa kelas VIII-1
55
Tabel 4.3 Rincian hasil angket minat belajar siswa
55
Tabel 4.4 Data kuesioner pendapat siswa
56
Tabel 4.5 Data hasil observasi pembelajaran
57
Tabel 4.6 Ringkasan hasil uji normalitas data pretest
58
Tabel 4.7 Ringkasan hasil uji normalitas data posttest
59
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Matematisasi konseptual
13
Gambar 2.2 Model pembelajaran dengan penyelesaian masalah
Kontekstual
16
Gambar 2.3 Skema langkah-langkah PMR menggunakan penyelesaian
Heuristik Wickelgren
Gambar 3.1 Skema prosedur penelitian
32
46
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana pelaksanaan pembelajaran pertemuan 1
67
Lampiran 2 : Rencana pelaksanaan pembelajaran pertemuan 2
71
Lampiran 3 : Rencana pelaksanaan pembelajaran pertemuan 3
74
Lampiran 4 : Lembar aktivitas siswa (LAS 1)
77
Lampiran 5 : Lembar aktivitas siswa (LAS 2)
83
Lampiran 6 : Lembar aktivitas siswa (LAS 3)
87
Lampiran 7 : Alternatif penyelesaian lembar aktivitas siswa (LAS 1)
91
Lampiran 8 : Alternatif penyelesaian lembar aktivitas siswa (LAS 2)
96
Lampiran 9 : Alternatif penyelesaian lembar aktivitas siswa (LAS 3)
99
Lampiran 10 : Kisi-kisi soal pretest
102
Lampiran 11 : Soal pretest
103
Lampiran 12 : Alternatif jawaban soal pretest
104
Lampiran 13 : Kisi-kisi soal posttest
105
Lampiran 14 : Soal posttest
106
Lampiran 15 : Alternatif jawaban soal posttest
107
Lampiran 16 : Lembar validasi pretest
114
Lampiran 17 : Lembar validasi posttest
117
Lampiran 18 : Daftar validator soal pretest dan posttest
120
Lampiran 19 : Kriteria penilaian jawaban pretest
121
Lampiran 20 : Kriteria penilaian jawaban posttest
122
Lampiran 21 : Lembar observasi pembelajaran
123
Lampiran 22 : Kriteria penskoran observasi proses pembelajaran
126
Lampiran 23 : Lembar hasil observasi pembelajaran
128
Lampiran 24 : Kisi-kisi angket minat belajar siswa
134
Lampiran 25 : Angket minat belajar siswa
135
Lampiran 26 : Kuesioner pendapat siswa
137
Lampiran 27 : Data hasil pretest dan posttest siswa
139
Lampiran 28 : Perhitungan mencari rata-rata, varians, dan standar deviasi
data
139
xii
Lampiran 29 : Perhitungan uji normalitas
144
Lampiran 30 : Perhitungan uji hipotesis
147
Lampiran 31 : Analisis Regresi
151
Lampiran 32 : Validitas angket
158
Lampiran 33 : Hasil pengamatan observasi pembelajaran
161
Lampiran 34 : Hasil perolehan skor angket minat siswa
162
Lampiran 35 : Perhitungan skor angket minat siswa
163
Lampiran 36 : Analisis data kuesioner pendapat siswa
167
Lampiran 37 : Dokumentasi penelitian
168
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah mutu pendidikan di Indonesia khususnya prestasi belajar siswa
merupakan masalah nasional yang telah lama diperbincangkan. Upaya yang
berkenaan dengan peningkatan prestasi belajar ini telah banyak dilakukan, baik
seminar pendidikan maupun penelitian pendidikan tentang model pembelajaran,
akan tetapi kenyataannya belum mampu memberikan hasil yang maksimal.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting
dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan. Hal ini disebabkan
matematika dapat melatih seseorang (siswa) berfikir logis, bertanggung jawab,
memiliki kepribadian baik dan keterampilan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari – hari. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan dan bahasa melalui model matematika yang berupa
kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, dan tabel.
Pembelajaran matematika di Indonesia dari pendidikan dasar hingga
pendidikan lanjutan memiliki tujuan tersendiri. Ada beberapa alasan pentingnya
menerapkan pembelajaran matematika di sekolah. Matematika perlu diajarkan
kepada siswa dikarenakan beberapa hal. Cockroft (dalam Abdurrahman 2009:
253) menyatakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan dikarenakan hal-hal berikut: (1) selalu
digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan
kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6)
memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.
Namun kondisi saat ini menunjukkan kualitas pendidikan matematika di
Indonesia masih rendah. Indonesia telah berpartisipasi dalam PISA ( programme
for internasional student assessment) sejak pertama kali dilaksanakan di tahun
2000. PISA merupakan suatu program penilaian skala internasional yang
2
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa berusia 15 tahun bisa menerapkan
pengetahuan yang sudah mereka pelajari di sekolah. PISA fokus dalam mengukur
kemampuan siswa dalam membaca, matematika dan sains. Walaupun Indonesia
telah terlibat sejak awal dalam PISA, hasil yang dicapai siswa Indonesia dalam
PISA jauh dari memuaskan. Sebagai contoh, pada PISA tahun 2009 skor
matematika siswa Indonesia menduduki peringkat 61 dari 65 negara. Dari hasil di
atas diperoleh bahwa hampir setengah dari siswa Indonesia yaitu 43,5% tidak
mampu menyelesaikan soal PISA paling sederhana. Sekitar sepertiga siswa
Indonesia yaitu 33,1% hanya bisa mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal
kontekstual diberikan secara eksplisit serta semua data yang dibutuhkan untuk
mengerjakan soal diberikan dengan tepat. Hanya 0,1% siswa Indonesia yang
mampu mengembangkan dan mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut
keterampilan berpikir dan penalaran. Berdasarkan hasil pencapaian di atas, hal
yang harus kita pikirkan adalah “ Apakah betul kalau siswa Indonesia tidak bisa
menerapkan apa yang sudah mereka pelajari?”. Lalu untuk apa kita mempelajari
suatu ilmu jika ternyata kita tidak bisa memanfaatkanya. Seperti yang dikatakan
Freudenthal bahwa “ proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari
bermakna bagi pembelajar. Dan suatu ilmu pengetahuan akan bermakna bagi
pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah realistik”. Suatu ilmu
pengetahuan akan sulit untuk kita terapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak
bermakna bagi kita. Kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama
dalam proses belajar (Wijaya, 2012: 1- 3).
Salah satu pendekatan yang marak dibicarakan orang belakangan ini
adalah Pendekatan Matematika Realistik. Freudenthal dalam Wijaya (2012: 20)
menyatakan bahwa “mathematics is a human activity”. Pernyataan tersebutlah
yang melandasi pengembangan pembelajaran matematika realistik (PMR).
Kebermaknaan konsep matematika merupakan konsep utama dari pembelajaran
matematika
realistik.
Zulkardi
(2012)
menambahkan
dalam
(Http://www.geocities.com/Athens/Crete/2336/rme.html, online: Februari 2013),
bahwa:
3
Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan pada
kebermaknaaan
ilmu
pengetahuan
dan
berorientasi
pada
pematematisasian pengalaman sehari-hari serta menerapkan matematika
dalam kehidupan nyata adalah pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR) yang mula-mula dikembangkan di negeri Belanda
sekitar 35 tahun yang lalu disebut RME (Realistic Mathematics
Education) dan saat ini sedang dikembangkan oleh tim Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang beranggotakan para
peneliti dan dosen dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI),
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Sanata Dharma
(USD), Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Institut Teknologi
Bandung (ITB).
Sebelumnya telah dijelaskan Becker dan Selter (1996) dalam Suherman
(2003: 143) yang mengungkapkan bahwa:
Pendidikan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education
(RME) diketahui sebagai pendekatan yang telah berhasil di Nederlands.
Ada suatu hasil yang menjanjikan dari penelitian kuantitatif dan
kualitatif yang telah ditunjukkan bahwa siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan PMR mempunyai skor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan tradisional dalam hal keterampilan berhitung, lebih khusus
lagi dalam hal aplikasi. Gagasan pendekatan pembelajaran matematika
dengan realistik ini tidak hanya populer di Belanda saja, melainkan
banyak mempengaruhi kerja para pendidik matematika di banyak bagian
di dunia.
Selain kurangnya kebermaknaan suatu ilmu pengetahuan atau konsep
pada siswa, Karakteristik matematika yang abstrak juga menjadi salah satu faktor
kesulitan dalam pembelajaran. Sudharta dalam (http://jasapintar-ptkptsskripsitesis.
blogspot.com/2012/11/meningkatkan-ketrampilan-siswa-kelas.html, online: Maret
2013), menerangkan bahwa “ Salah satu karakteristik matematika adalah
mempunyai objek yang bersifat abstrak”. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak
siswa
mengalami kesulitan dalam
matematika.
Rendahnya kemampuan
matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara
komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu, belajar
matematika siswa belum bermakna. Dimana siswa sering merasa sulit untuk
mengaitkan matematika yang dipelajarinya di kelas dengan berbagai situasi nyata,
dan juga mengalami kesulitan dalam menghubungkan antara pengetahuan
4
matematika yang sudah mereka miliki sebelumnya dengan apa yang mereka
pelajari di sekolah. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan sebanyak
mungkin contoh rill (nyata) yang dapat memperkuat kemampuan matematika
mereka.
Pembelajaran Matematika Realistik menekankan bahwa dalam proses
pembelajaran siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan sendiri
penyelesaian masalah agar konsep matematika yang dipelajari lebih melekat
dalam ingatan siswa. Untuk itu dibutuhkan sebuah strategi umum yang bisa
menuntun siswa untuk menemukan solusi atau penyelesaian masalah. Sekarang
ini, telah diterapkan suatu pendekatan yang mengajarkan sejumlah keterampilan
problem-solving (mengatasi masalah) kepada siswa, pendekatan seperti ini
disebut dengan pendekatan heuristik. Tujuan pendekatan heuristik adalah untuk
mengajarkan ketrampilan mengatasi masalah tertentu, yang dapat digunakan
siswa ketika mereka harus mengatasi masalah tertentu. Heuristik dapat disebut
sebagai strategi umum yang tidak berkaitan dengan subjek materi yang membantu
pemecah masalah dalam usaha untuk mendekati dan memahami masalah serta
menggunakan kemampuannya untuk menemukan solusi dari masalah matematika
yang dihadapi oleh siswa. Banyak penelitian tentang paradigma ini yang
dilakukan dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah yang terkait dengan
kata-kata, misal pertanyaan matematika yang dalam bentuk konteks pada materi
pokok SPLDV. Misalnya, Fia bermaksud membeli buah jeruk dan buah apel. Dia
merencanakan membeli sebanyak 10 biji buah. Berapa banyaknya masing-masing
buah apel dan buah jeruk yang mungkin dibeli oleh Fia?.
Menurut Polya dalam Suherman (2003: 91), solusi soal pemecahan
masalah memuat 4 langkah penyelesaian, yaitu : “ 1) Pemahaman terhadap
permasalahan (SEE); 2) Perencanaan penyelesaian masalah (PLAN); 3)
Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah (DO); 4) Memeriksa kembali
penyelesaian (CHECK)”. Ini merupakan heuristik yang umum sebagai dasar
pengembangan
model
heuristik
yang
lebih
rinci.
Wickelgren
(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2251797-tinjauan-tentang-
dalam
5
heuristik-wickelgren/#ixzz2KkhX02Qw.html,
online:
10
Februari
2013),
menjelaskan lebih rinci heuristik Polya namun tetap terdiri dari 4 langkah yaitu;
1) Menganalisis dan memahami masalah (analyzing and understanding a
problem)
2) Merancang dan merencanakan solusi (designing and planning a solution)
3) Mencari solusi dari masalah (exploring solution to difficult problem)
4) Memeriksa solusi (verifying a solution).
SMP Negeri 1 Tinggi Raja adalah sebuah sekolah menengah yang terdiri
dari 13 kelas. Sekolah ini terletak di Kecamatan Tinggi Raja, Kabupaten Asahan,
tepatnya 15 km dari kota Kisaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
penulis 6-7 Mei 2013 di sekolah tersebut, dari pemberian test diagnostik kepada
29 siswa kelas VIII untuk menyelesaian soal uraian pada materi SPLDV,
diperoleh fakta bahwa siswa kesulitan mengerjakan soal-soal penerapan seperti
berikut ini:
1. Sebuah lapangan berbentuk persegi panjang, panjangnya 5m lebih dari
lebarnya. Jika jumlah panjang dan lebarnya adalah 35m, berapakah panjang
dan lebar lapangan?
2. Jumlah kelereng andi dan budi adalah 45 dan selisih banyaknya kelereng andi
dan budi adalah 5. Tentukan banyak kelereng andi dan banyak kelereng budi!
Hasil test menunjukkan bahwa, hanya 10 orang (34,49%) yang
memperoleh nilai ≥ 70 dan 19 orang (65,51%) memperoleh nilai