Pasar Seni Jawa Barat Tema Motif Batik Kawung.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jawa Barat merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang memiliki banyak potensi
dan berkemampuan untuk menarik banyak wisatawan melalui seni dan budaya, hal ini dapat
menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Jawa Barat memiliki seni dan budaya
yang menarik dan tetap dapat bertahan dalam ingatan masyarakat. Akan tetapi tidak semua
masyarakat di Jawa Barat mengetahui betapa kayanya seni dan budaya yang mampu menarik
para wisatawan lokal serta asing untuk datang berkunjung sekaligus semakin memperdalam
perkenalan Jawa Barat terhadap dunia.
Sebagai pusat pemerintahan di Jawa Barat, Kota Bandung memiliki jumlah penduduk
yang terpadat di Indonesia (Pikiran Rakyat, 8 Oktober 2010) dan hal tersebut berpengaruh
pada infrastrukturnya. Misalnya pada beberapa ruas jalan di Bandung yang terkenal macet dan
penuh sesak dengan banyaknya orang yang datang melewatinya, terutama jika pada area jalan
tersebut terdapat ruko atau pedagang kaki lima di pinggir jalan.
Bangunan-bangunan yang berdiri pun semakin bertambah hingga Kota Bandung
menjadi semakin penuh sesak. Berbagai fungsi serta fasilitas yang ditawarkan dari bangunanbangunan tersebut seakan mengarah pada masyarakat modern sehingga ketertarikan
masyarakat terhadap seni dan budaya dapat bergeser.
Keadaan tersebut cukup mendapat tanggapan yang baik dari pemerintah, yaitu dengan
dibangunnya tempat untuk mendukung keberlangsungan seni budaya di Indonesia, khususnya

1


Jawa Barat. Pasar seni yang didirikan di Jalan Taman Sari di Kota Bandung adalah fasilitas
yang pemerintah dirikan untuk mendukung seni budaya, akan tetapi sarana dan prasarana
yang disediakan kurang mencukupi dan memenuhi kebutuhan pengunjung.
Keadaan yang kurang mendukung membuat pasar seni ini tidak maksimal dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat akan pengenalan seni budaya yang lebih mendalam, dan
ternyata respon masyarakat sangat baik dan menunjukkan ketertarikan masyarakat Jawa Barat
khususnya Bandung terhadap kesenian dan kebudayaan yang seakan semakin tergeser oleh
modernisasi.
Hal tersebut terbukti dengan adanya perkembangan bahwa Pasar Seni Taman Sari saat
ini sudah menjadi tujuan wisata bukan hanya dari Indonesia tetapi juga hingga mancanegara
(Pikiran Rakyat, 30 April 2009). Kondisi tersebut dengan jelas menyampaikan bahwa
ketertarikan masyarakat tehadap kekayaan seni budaya sebenarnya besar dan sangat
mendukung keberlangsungannya di Indonesia. Oleh karena hal tersebut, keberadaan pasar
seni yang dapat memberikan fasilitas yang baik dan lengkap dalam sarana dan prasarana
menjadi suatu pilihan yang dibuat untuk mendukung seni dan budaya Jawa Barat agar tetap
maju.
Selain seni dan budayanya, Jawa Barat memiliki kekayaan lain yaitu keanekaragaman
kuliner yang mampu menggoyang lidah. Berbagai macam kuliner yang ada pada tiap

kabupaten dan kota memiliki kekhasan tersendiri baik dari bahan, cara memasak, bumbu
hingga rasa yang tercipta dari masakan tersebut. Hal ini pun dapat menarik wisatawan untuk
datang dari daerah bahkan negara lain. Dengan demikian, pasar seni yang dimaksud
merupakan pasar seni yang tidak hanya mendukung seni dan budaya saja tetapi juga kuliner
khas yang terdapat di Jawa Barat dan diharapkan mampu menambah kecintaan masyarakat
terhadap kekayaan Indonesia khususnya Jawa Barat sehingga dapat tetap bertahan hingga di
masa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana mendesain pasar seni yang mampu memenuhi kebutuhan pengunjung
untuk lebih mengenal seni dan budaya Jawa Barat?
Bagaimana mendesain area kerja bagi seniman agar nyaman saat membuat karya seni
sekalipun banyak pengunjung yang melihat?
Bagaimana mendesain display agar benda-benda seni dapat ‘dinikmati’ pengunjung?

2



1.3 Tujuan Perancangan
Untuk mendesain pasar seni yang mampu memenuhi kebutuhan pengunjung untuk

lebih mengenal seni dan budaya Jawa Barat.
Untuk mendesain area kerja bagi seniman agar nyaman saat membuat karya seni
sekalipun banyak pengunjung yang melihat.
Untuk mendesain display agar benda-benda seni dapat ‘dinikmati’ pengunjung.

1.4 Manfaat Perancangan
1. Bagi masyarakat, merupakan sarana untuk mengenal lebih dalam serta menanamkan
kecintaan terhadap budaya dan seni Jawa Barat.
2. Bagi perancang, memberikan suatu wadah untuk memperdalam pengenalan
masyarakat terhadap budaya dan seni Jawa Barat.
3. Bagi pemerintah, membantu dalam melestarikan budaya dan seni Jawa Barat agar
tetap bertahan di tengah perkembangan zaman.

1.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk menyusun perancangan ini adalah:
1. Studi Pustaka, yaitu dengan melakukan studi perpustakaan untuk mendapatkan data
sebagai landasan teori dengan membaca literatur buku dan media lain yang
berhubungan dengan permasalahan desain.
2. Studi Lapangan, yaitu mengadakan survei dan studi lapangan yang dilakukan dengan
menggunakan metode sebagai berikut:

Wawancara, dengan mengajukan pertanyaan dengan pihak yang bersangkutan dan
narasumber yang memberikan tanggapan berupa opini atau pendapat yang
dijadikan informasi penting bagi penulis.
Observasi, dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas dalam lingkungan
pasar seni sehingga dapat menyimpulkan informasi yang sesuai dengan aktivitas
yang ada.
Selain itu, metode pengumpulan data dilakukan melalui situs-situs di internet dan
literatur yang lain guna melengkapi data-data yang diperlukan.

3



1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan pada laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
Bab I yaitu Bab Pendahuluan, penulis menjelaskan Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Tujuan Perancangan dan Sistematika Penulisan.
Bab II yaitu Bab Pasar Seni, Jawa Barat, Sunda dan Batik, penulis membahas tentang
teori-teori yang mendukung perancangan penulis terutama karya seni sunda dan batik.
Bab III yaitu Bab Pasar Seni, penulis menjelaskan tentang Deskripsi Obyek Studi,
Analisa Fisik dan Analisa Fungsional.

Bab IV yaitu Bab Pasar Seni Jawa Barat, penulis menjelaskan Ide, Konsep dan
Keputusan

Desain.

Didalamnya

terdapat

penjelasan

lebih

detail

mengenai

pengaplikasian konsep terhadap desain ruang pasar seni.
Bab V yaitu Bab Simpulan, penulis menjelaskan simpulan yang didapat selama proses
perancangan hingga hasil akhir yang telah dicapai.




4



BAB V
SIMPULAN

Keberadaan seni dan budaya di setiap daerah selayaknya kita lestarikan. Kemajuan zaman
yang semakin cepat selayaknya tidak menggeser kecintaan terhadap kesenian lokal. Seni dan
budaya yang ada bukan hanya bentuk suatu warisan tetapi juga mengandung banyak ajran mulia
yang dapat dijadikan sebagai nasihat bagi kehidupan.
Tetap memajukan seni dan budaya sendiri di negeri sendiri bukanlah hal yang sulit,
memang zaman semakin maju tetapi sepatutunya sebagai Bangsa Indoonesia tetaplah mencintai
budaya sendiri sehingga dengan sendirinya daya kreatifitas dapat terus berkembang untuk
menciptakan hal-hal yang baru dalam karya seni.
Ketersediaan fasilitas turut membantu untuk menjaga keberlangsungannya, hal ini dapat
diwujudkan dengan berbagai cara dan salah satunya yaitu dengan mendirikan pasar seni.
Memang kesan yang pertama terasa adalah kuno dan ketinggalan zaman akan tetapi melalui

kreatifitas dan pemahaman yang tepat, pasar seni yang yang semula sudah terpatok dalam pikiran
masyarakat dengan pemahamannya masing-masing dapat berubah.
Dengan pengaplikasian yang tepat dan pemaknaan yang tidak sembarangan, berbagai
aplikasi yang “kuno” dapat dibuat lebih modern. Tentu saja modern yang tetap memiliki unsur
budaya lokal dengan tetap mengedepankan maksud dari pasar seni tersebut dibuat.
95


Pemaknaan suatu seni dapat tercipta malalui karya-karya yang tidak biasa, baik melalui
material, aplikasi konsep hingga filosofi yang terkandung didalamnya. Semua itu bertujuan untuk
tetap melestarikan budaya dan menambahkan kecintaan msyarakat terhadap seni dan budaya
sendiri. Sehingga kemajuan zaman dapat digunakan sebagai pemicu kreatifitas agar seni budaya
lokal khususnya Jawa Barat dapat pula dikenal oleh seluruh dunia.
Dalam membuat keputusan desain, pada akhirnya dibuatlah area khusus yang digunakan
untuk memberikan pemahaman dan pengertian lebih lagi terhadap suatu karya seni. Selain itu,
jika hanya sekedar melihat saja tidak dapat memberi keahlian oleh karenanya diberikan kelaskelas untuk kursus. Sehingga apa yang diharapkan yaitu untuk lebih mengenal seni dan budaya
Jawa Barat dapat tercapai.
Area yang dibuat untuk workshop berakhir pada keputusan untuk bersifat terbuka. Hal ini
dilakukan dengan berbagai pertimbangan, yaitu pemahaman yang lebih lagi tentang suatu karya
seni kepada pengunjung yang datang. Namun pertimbangan yang selanjutnya adalah masalah
gangguan, apakah seniman aakan merasa terganggu dengan adanya pengunjung yang ingin

bertanya terntang karya yang sedang dibuat oleh seniman.
Pertimbangan tersebut berakhir pada keputusan untuk tetap memiliki workshop terbuka
namun tetap memberi batasan-batasan agar pengunjung tidak mengganggu, yaitu adanya rak
display yang membatasi pengunjung agar tidak mengganggu seniman. Selain itu, ada pula asisten
seniman yang bertugas untuk membantu seniman, dalam hal ini termasuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang pengunjung ajukan agar seniman tidak merasa terlalu terganggu.
Berikutnya adalah karya seni yang dijual. Karya seni tersebut membutuhkan tempat untuk
dapat memajangnya dan tertarik untuk membeli. Peletakan lemari display pun diletakkan di
sepanjang koridor area pasar seni dengan mendesain lemari sedemikian rupa, yaitu pemberian
motif kawung sebagai background dan beberapa modifikasi untuk memajang karya seni agar
dapat tetap terlihat. Bentuk kawung dibuat besar dan sederhana agar tidak menjadi “saingan”
untuk karya seni yang dipajang.
Konsep yaitu “nu urang, ku urang, keur balarea” serta motif kawung sebagai tema telah
diaplikasikan. Pemilihan tersebut berdasarkan tujuan untuk melestarikan baik seni dan budaya
Jawa Barat agar dapat tetap berlangsung dan berjaya minimal di negeri sendiri.

96



DAFTAR PUSTAKA
D.K Ching, Francis (2000), Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Tatanan, Erlangga, Jakarta.

Gonzo, Harry, Ir (2008), Kombinasi Warna, PT. Gramedia, Jakarta.
Karlen, Mark, James Benya (2007), Dasar-dasar Desain Pencahayaan, Erlangga, Jakarta.
Piotrowski, ASID, IIDA, Christine & Elizabeth A Rogers, IIDA (2007), Desaining
Commercial Interiors Second Edition, John Wiley & Sons, Inc, Kanada.
Pradito, Didit, dkk (2010), The Dancing Peacock Colours and Motifs of Priangan Batik,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sulastianto, Hari (2006), Seni Budaya, Grafindo, Media Pratama, Jakarta.
Suryawan, Debbie (2009),
 Chic Mengolah Wastra Indonesia: Batik Jawa Barat,
TB Gramedia Jambi, Jambi.
Tim Griya Asri (2010), Griya Asri, PT. Griya Asri Prima, Jakarta.
Tim Kompas Gramedia (2010), 15 Taman Sempit Elegan Karya Lanskaper Ternama,
PT. Samindra Utama, Jakarta.
Hoop, Van Der (1949), INDONESISCHE SIERMOTIEVEN: Ragam-ragam Perhiasan
Indonesia, N.V v/h A.C. Nix & Co., Bandung.
http://www.bandungkab.go.id, 3 Mei 2011
http://dekranasjabar.com/profil/jcc/29/kriya-unggulan-jawa-barat.html, 9 Desember 2010.
http://iwansusanto.com/-makanan-khas.htm, 16 September 2010.
http://kamusbahasaindonesia.org, 16 Oktober 2010.
http://maps.google.com/, 16 Oktober 2010.
http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/78, 16 September 2010.

http://disparbud.jabarprov.go.id/applications/frontend/index.php?mod=objekwisata&act=showDetail&catid=42, 16 September 2010.
http://www.kasundaan.org/id/index.php?option=com_content&view=article&id=15&Item
id=26, 9 Desember 2010.
http://www.sabda.org/misi/sejarah_suku_sunda, 9 Desember 2010.
http://www.sundanet.com/?p=105, 9 Desember 2010.
http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/29228/metro-dallas-ramaikan-persaingan-malbandung, 16 September 2010.
http://yogaparta.wordpress.com/2009/06/14/pengertian-seni-kriya, 3 Mei 2011.


xviii