PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG “SAFETY RIDING DAYTIME RUNNING LIGHT” (Studi kualitatif persersi masyarakat Surabaya tentang safety riding (Daytime Running Light) melalui media buku undang-undang dan media nirmasa).

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG “SAFETY RIDING
DAYTIME RUNNING LIGHT”
(Studi kualitatif per ser si masyar akat Sur abaya tentang safety riding (Daytime
Running Light) melalui media buku undang-undang dan media nir masa)

SKRIPSI

Oleh :
ANNISA NADHILAH
0843010126

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


J UDUL PROPOSAL SKRIPSI : PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA
TENTANG “ “SAFETY RIDING
DAYTIME RUNNING LIGHT”
Nama Mahasiswa

: Annisa Nadhilah

NPM

: 0843010126

Program Studi

: Ilmu Komunikasi

Fakultas

: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah di pertahankan dihadapan dan di terima oleh tim penguji skripsi jurusan ilm

komunikasi fakultas ilmu sosial dan politik Universitas pembangunan nasional
veteran ” jawatimur pada tanggal 20 juni 2013 :
TIM PENGUJ I

PEMBIMBING

J uwito, S.sos, M.Si
NPT. 3 6704 95 0036 1

Dr s. Kusnarto, Msi
NIP. 195808011984021001

Dr s.Saifuddin Zuhri,M.si
NPT.3 7006 94 00351

Dr s. Kusnarto, Msi
NIP. 195808011984021001
Mengetahui,
WS.DEKAN


Dra. Sumardjiati, M.Si
NPI. 196203231993092001

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis memohon kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi
dengan lancar.
Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
banyak membantu dan memberi semangat kepada peneliti , memberikan petunjuk,
koreksi, dan saran yang bersifat membangun dan memperluas pola pikir, daya kritis,
serta wawasan untuk penulis diantaranya:
1. Terimakasih kepada Allah S.W.T yang telah memberikan nikmat yang tanpa
henti kepada penulis.
2. Bapak dan ibu tercinta yang selalu mendoakan,selalu mengingatkan setiap
pagi yang tanpa bosan-bosannya memberikan semangat serta dukungan moral

dan materi tanpa henti
3. DRA. Hj. Suparwati, MSi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Juwito, S.Sos, Msi, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UPN “Veteran”Jawa Timur.
5. Drs. Kusnarto, Msi yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi.
6. Embah is dan mbah Gaguk yang dengan ikhlas memdoakan dan memberi
semangat moral dan materi selama penulis memulai kuliah sampai selesai
7. Dek Biba yang selalu meminjamkan leptop selama mengerjakan Skripsi dan
semua keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Terimakasih
semua.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8. Lulus Yuliani sahabat yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk
menyelesaikan dan membantu peneliti dalam mengerjakan Skripsi.
9. Keponakan tercinta Sultan Attar Shalahudin yang selalu membuat tertawa
dan membuat ringan dalam mengerjakan Skripsi


meskipun tidak jarang

malah bikin males ngerjain skripsi kalau waktu main, mas doni dan mbak tika
terimakasih sudah meminjamkan anaknya jangan bosen ya.
10. Para teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih
semua.
11. Serta teman-teman yang banyak membantu dan memberikan saran dan kritik
kepada penulis namun tak tersebutkan, penulis ucapkan terima kasih banyak.

Demikian Skripsi ini ditulis, peneliti berharap semoga Skripsi ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu komunikasi di masa yang akan datang. Peneliti menyadari
bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, kritik dan saran sangat peneliti nantikan.

Surabaya,
Peneliti

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL ....................................................................................

i

LEMBAR PERSETUJ UAN ........................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................

v

DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
ABSTRAKSI . ............................................................................................. viii
BAB I

BAB II


PENDAHULUAN ........................................................................

1

1.1

Latar Belakang ......................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah ................................................................. 12

1.3

Tujuan Penelitian .................................................................. 12

1.4


Kegunaan Penelitian ............................................................. 12

KAJ IAN PUSTAKA .................................................................... 14
2.1

Landasan Teori ..................................................................... 14
2.1.1 Persepsi ..................................................................... 14
2.1.2 Jenis Persepsi ............................................................ 17
2.1.3 Unsur-Unsur Budaya Yang Mempengaruhi Persepsi . 20
2.1.4 Buku Sebagai Komunikasi Massa .............................. 22
2.1.5 Pengertian Masyarakat .............................................. 24
2.1.6 Teori Jarum Hipodermik ........................................... 26
2.1.7 Kerangka Pikir .......................................................... 27

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 29

3.1

Jenis Penelitian ..................................................................... 29

3.2

Definisi Konseptual .............................................................. 30
3.2.1 Penggambaran Masyarakat ....................................... 30
3.2.2 Persepsi ..................................................................... 31

3.3

Informan Penelitian ............................................................... 32

3.4

Teknik Pengumpulan Data .................................................... 33

3.5


Metode Analisis Data ............................................................ 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 35
4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 35

4.2

Gambaran Umum Kota Surabaya ........................................... 36

4.3. Penyajian Data ...................................................................... 37
4.3.1. Identitas Informan ......................................................... 38
4.3.2. Hasil Wawancara ........................................................... 42
4.3.3. pembahasan

................................................................. 62

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 76
5.1


Kesimpulan ........................................................................... 76

5.2

Saran ..................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77
LAMPIRAN

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
Annisa Nadhilah. NPM 0843010126. PERSEPSI MASYARAKAT
TENTANG “SAFETY RIDING DAYTIME RUNNING LIGHT” (Studi
kualitatif per ser si masyar akat Surabaya tentang safety riding (Daytime
Running Light).
Penelitian ini bartujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang
peraturan menyalakan lampu motor di siang hari di kota Surabaya selain itu untuk
menambah pengetahuan
Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia
akan informasi. Media menyajikan kegiatan atau peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Hingga antara keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling
membutuhkan satu sama lainnya. Berita-berita yang disajikan oleh media massa
merupakan hasil seleksi dari berbagi issue yang berkembang di masyarakat. Tidak
semua kejadian atau peristiwa yang terjadi didalam kehidupan manusia
ditampilkan oleh media massa.
Persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasi dan memberikan
penenilaian pada objek-objek fisik maupun objek sosial, dan pengindraan tersebut
tergantung pada stimulus fiisk dan sitimulus sosial yang ada pada lingkungannya.
Sensasi-sensai dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang
telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap,
ingatan dan lain-lain (Young, 1956:78)
Tipe penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan studi
deskriptif dengan mengumpulkan data melalui wawancara mendalam. Informan
dalam penelitian ini adalah orang yang berumur di atas 17 tahun, mengunakan
motor, melewati perempatan mayangkara, berdomisili di Surabaya dan memiliki
profesi yang berbeda-beda, yang memahami permasalahan yang terjadi sesuai isi
penelitian dan bisa memberikan data yang diperlukan oleh peneliti. Dalam
wawancara tersebut melibatkan empat orang yaitu satu orang polisi berpangkat
IPDA, satu orang sekertaris sekertariat Dinas Perhubungan Surabaya cabang
Joyoboyo, satu orang karyawan salah satu intansi pemerintahan di kota Surabaya,
dan satu orang mahasiswi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tiga (informan satu, dua, dan empat)
dari empat infoeman menyatakan setujuh terhadap peraturan menyalakan lampu
motor di siang hari/ safety riding (daytime running light) di karenakan peraturan
tersebut sangat bermanfaat bagi pengendara dan dapat menekan angka kecelakaan
di jalan raya, selain itu informan ketiga menyatakan pendapatnya tentang
peraturan menyalakan lampu motor di siang hari/ safety riding (daytime running
light) tidak setuju di karenaka peraturan tersebut hanya sia-sia dan tidak cocok jia
alasannya hanya untuk meminimalisasikan kecelakaan di jalan

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Secara garis besar ditarik kesimpulan bahwa peraturan menyalakan lampu
motor di siang hari sangat bermanfaat karena dengan adanya pengendara
menyalakan lampu motor maka dapat membantu pengendara lain agar lebih
berhati-hati dan dengan begitu maka angka kecelakaan di jalan akan mengurang.

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan

manusia akan informasi. Media menyajikan kegiatan atau peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan manusia. Hingga antara keduanya tidak dapat dipisahkan dan
saling membutuhkan satu sama lainnya. Berita-berita yang disajikan oleh media
massa merupakan hasil seleksi dari berbagi issue yang berkembang di masyarakat.
Tidak semua kejadian atau peristiwa yang terjadi didalam kehidupan manusia
ditampilkan oleh media massa. Media massa berhak untuk menentukan fakta apa
akan diambil bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak
kemana berita disebut dibawa. Ini tentu saja berkaitan dengan cara pandangan
atau perspektif yang digunakan oleh masing-masing media (Sobur, 2002 : 162)
Media massa sebagai ruang dimana berbagai ideology dipresentasikan
yang berarti disatu sisi media dapat menjadi sarana penyebaran idology penguasa,
alat legistimasi dan kontrol atas wilayah public. Namun disisi lain media juga
dapat menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Meskipun demikian, media
sesungguhnya berada ditengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai
kepentingan, konflik dan fakta yang komplek dan beragam, sehingga media massa
memprensitasikan kepentingan banyak pihak. Media massa juga dapat menjadi
instrument perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan idiolgi
tanding (Eriyanto,2003: 47)

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Sebagai suatu alat untuk menyampaikan informasi, wawasan dan
penilaian media massa mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai insitusi
yang dapat membentuk persepsi public. Namun sebagai masyarakat berpendapat
bahwa media massa tidak lebih banyak memberikan kebenaran atau fakta apa
adanya, media cenderung menciptakan peristiwa, menafsirkan dan mengerakan
terbentuknya kebenaran. Tidak selalu untuk melayani kepentingan pihak-pihak
tertentu secara kontrol. Maka yang namanya realitas dan subjek politik menjadi
luntur, keduanya tidak selalu menjadi penting ketimbang yang dikatakan media
tentang realitas dan subyek politik tersebut (Sobur,2002: 30-32).
Meskipun demikian tak dapat dipungkiri bahwa media massa mempunyai
peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, terlepas dari bagaimana
penerbit mengemas dan menyajikan tulisan. Karena media massa juga merupakan
jembatan dalam membangun stabilitas nasional serta kontrol sosial antara
pemerintah dan masyarakat, yang ada dalam penyampaiannya tidak hanya dapat
disampaikan secara langsung namun secara efisiensi dan efektifitas hal tersebut
juga disampaikan melalui media massa.
Media massa di bedakan menjadi dua macam yaitu media massa
elektronik dan media massa cetak. Media massa elektronik adalah suatu media
yang menampilkan pesan-pesan baik secara audio maupun visual, contoh: televisi,
radio, internet, dan sebagainya. Sedangkan media massa cetak adalah suatu media
statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Dan salah satu bentuknya adalah
buku (Eriyanto, 2002:3-5)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Buku secara spesifik memiliki keunggulan, antara lain informasiinformasi yang dicantumkan mampu menjangku masyarakat luas. Berbeda dengan
majalah yang terbit seminggu sekali, atau sebulan sekali. Buku juga menyajikan
informasi, padat, dan jelas buku hanya dapat dinikmati secara visual, yaitu
menggunakan satu indra, pengeliatan. Ini menjadikan buku sebagai hot media dan
tidak multitafsir. Buku juga merupakan salah satu media yang memberikan
wawasan dan pengetahuan secara luas. Buku pun merupkan media yang praktis.
Informasi pada dasarnya dibentuk melalui proses aktif dari pembuatan
informasi. Peristiwa yang kompleks dan tidak beraturan, disederhanakan dan
dibuat bermakna oleh pembuatan informasi. Tahap paling awal dari sebuah
informasi adalah sebagaimana fakta dan realita mempresepsikan peristiwa atau
fakta yang akan diliputi.
Fakta yang akurat dan aktualisasi masyarakat,merupakan perwujudan
dari sebuah informasi yang selaras, seimbang, dan dapat dipercaya. Oleh karena
itu setiap perspektif media dalam mengelolah dan menyusun informasi akan selalu
berbeda-beda, baik dalam kemasan atau dalam tampilannya. Hal tersebut
dikarenakan adanya segmentasi yang berbeda-beda, baik dalam kemasan atau
dalam tampilannya. Dikarenakan adanya segmentasi yang berbeda-beda serta visi
misi yang dibangun dan diciptakan oleh masing-masing media
Oleh karena itu dalam mengkonstruksi suatu realitas, setiap buku
memiliki kebijakan yang akan membuat informasi terlihat objektif atau tidak
objektif dimata pembaca.seperti halnya buku Undang-undang dasar yang
memiliki cara pandang atau arah informasi yang spesifik dalam menyeleksi suatu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

peristiwa. Termasuk informasi tentang peraturan menyalakan lampu di siang hari
khusus bagi pengendara sepeda motor / Safety Riding(Daytime Running Light).
Awal mula peraturan menyalakan lampu motor di siang hari dikenalkan
pertamakali dan kemudian dianjurkan di negara Skandinavia seperti Swedia,
Firlandia,dan Norwegia sekitar tahun 1977. Di negara-negara tersebut memang
dikenal berkabut walaupun pada disiang hari. Menyalakan lampu kendaraan
bermotor pada siang hari di negara-negara tersebut sangat bermanfaat, efektif dan
membantu para pengendara motor karena tingkat cahaya lingkungan (cahaya sinar
matahari) yang diterima pada siang hari sangat minim low levels of natural
daytime light. (Albornoz, Louis. (tt). Why a cat’s daytime running lights are
unsafe and should be eliminated. http:// www.helium.com/item/209820-why-acat’s-daytime-running-lights-are-unsafe-and-shoul-be-eliminated).

(diakses

tanggal 04 September 2012).
Di Indonesia juga menerapkan aturan menyalakan lampu motor di siang
hari, Undang-undang nomer 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
telah ditetapkan dalam rapat paripurna DPR RI pada tanggal 26 Mei 2009 yang
kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 2009. Undang-undang
ini adalah kelanjutan dari Undang-undang Nomer 14 tahun 1992. Pada pasal 293
menyatakan bahwa setiap penguna motor wajib menyalakan lampu utama motor
pada siang atau pada malam hari. Itu berarti setiap pengguna kendaraan roda dua
harus menyalakan lampu utama kendaraannya pada siang hari (daytime running
light/DRL), jika tidak mau akan dikenakan tilang sebesar Rp. 250.000 (dua ratus
lima puluh ribu) atau kurungan paling lama satu bulan. Selain itu menurut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

kapolres

Metro

Jaya

Kombes

Polisi

Imam

sugianto

di

Mapolresta

mengungkapkan, “ Sejak 1 April 2009, para pengendara roda dua untuk mematuhi
aturan menyalakan lampu kendaraan disiang hari, karena apabila dilanggar polisi
akan melakukan tindakan tegas dengan menilang, ini demi keselamatan bersama
dan Menghindari kecelakaan .” himbauan dari bapak Kapolres sangat bertolak
belakang dengan keadaan di jalan, banyak sekali kecelakaan bukan karena tidak
menyalakan lampu motor disiang hari peneliti mengambil contoh arus mudik dan
arus balik pada tahun 2011 dan 2012 tidak sedikit kecelakaan yang tidak berkaitan
dengan peraturan menyalakan lampu motor disiang hari, selain itu kecelakaan
semakin meningkat meskipun tidak sedikit pengemudi motor sudah menaati
peraturan,

tidak

hanya

itu

sepeda

motor

buatan terbaru

pun

sudah

motor

untuk

mengotomatiskan lampu utama menyala jika motor dihidupkan.
Kebijakan

pemerintah

tentang

menyalakan lampu di siang hari mulai

kendaraan

sepeda

April 2010 merupakan salah satu

kebijakan peraturan yang menyumbang peningkatan suhu bumi karena tidak
memperhatikan dampak negatif jangka panjang yang justru berakibat fatal,
khususnya untuk pemanasan global (global worming). Pada dasarnya penerapan
pasal 107 ayat 2 UU No. 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkutan jalan
adalah semata-mata untuk kepentingan keselamatan publik pengendara sepeda
motor di jalan raya. Pada dasarnya penyebab dasar kecelakaan lalulintas
khususnya yang terjadi pada kendaraan roda dua di jalan raya disebabkan karena
adanya sorotan lampu utama yang menimbulkan kilatan cahaya dari sepeda motor
terhadap pengendara lain, dampak kilatan lampu utama motor terhadap kesehatan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

mata manusia di siang hari dan pemanasan global. Ada jutaan kendaraan sepeda
motor yang ada diseluruh indonesia yang di paksa membakar lampunya setiap
hari dan memberi sumbangan terhadap global worming. (opinion publika 2009.
Interpretasi publik atas pasal 107 ayat 2 UU No.22 tahun 2009: “munggunakan
lampu

utama

motor

disiang

hari”.

http://ali-

habiun.blogspot.com/2009/11/interpetasi-publik-atas-pasal-107-ayat.htmlv
(diakses tanggal 04 September 2012)
Pemanasan bumi (global worming) adalah suatu proses meningkatnya
suhu rata-rata atmosfir, laut dan daratan bumi. Pemanasan global membangkitkan
fenomena perubahan iklim yang pada gilirannya menjadi biang bencana
lingkungan dari skala paling kecil sampai dengan paling besar yang berpotensi
meluluhlantakan kehidupan di bumi. Seperti badai yang dari tahun ke tahun
semakin ganas, iklim yang tidak stabil, temperatur yang meningkat, kenaikan
muka air laut, mencairnya es batu di kutub dan sebagaiannya. Laporan dari “The”
pada tahun 2001 dan 2007 terbukti kurang lebih 20-30% tumbuhan dan hewan
diperkirakan resiko kepunahannya meningkat. Hal itu bisa terjadi jika kenaikan
temperatur global rata-rata di atas 1,5°C sampai 2,5°C. Tutupan hutan indonesia
menyusut menjadi 98 juta hektar pada tahun 2002. Deforentasi hutan pun
meningkat dari 1.6 juta ha/tahun (1985-1997) menjadi 2,8-3,6 juta ha/tahun
(1998-2000). (suara merdeka, 30 Juni 2010)
Gas rumah kaca adalah gas-gas atsmofer yang memiliki kemampuan
untuk menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga
menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi hangat. Meningkatnya jumlah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

emisi gas rumah kaca di atmosfir akan meningkatkan pemanasan bumi, yang
antara lain disebabkan sektor seperti: energi, transportasi, kehutanan, pertanian,
dan pertenakan serta sampah.
Tingkat emisi global gas rumah kaca yang ada saat ini, yaitu 353ppm,
diperkirakan dalam 50-100 tahun ke depan bila tidak ada perubahan pola
konsumsi dan produksi, emisi menjadi 580ppm. Dari studi Asia Development
Bank (ADB) diperkirakan ada 800 ribuan rumah di tepi pantai yang terancam
kenaian air laut dan ancaman krisis air bersih karena gangguan salinitas, seperti di
Surabaya. Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke 21 dunia sebagai
penyumbang emisi CO2 yaitu sekitar 1,2% sedangkan untuk emisi/capita
indonesia menempati tempat ke 108 dengan nilai 0,4 ton CO2/capita. (Sadikin,
2009).
Dilematis mengenai pelaksanaan peraturan menyalakan lampu disiang
hari(Daytime Running Light) perlu dibahas lebih lanjut. Sepintas memang masuk
akal bahwa lampu yang menyala dapat menarik perhatian seseorang sehingga
pengendara yang berpapasan bisa lebih hati-hati. Namun perlu kita cermati lebih
mendalam mengenai peraturan tersebut. Termasuk berbagai hal atau dampak yang
menyebabkan pelaksanaan peraturan tersebut terkesan tidakkonsisten.
Dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan peraturan menyalakan lampu
motor disiang hari ada beberapa macam:
A. Pertama, dari segi ekonomi secara teknik umur bola lampu mempunyai life
cycle tertentu, sehingga apabila sering dinyalakan akan memperpendek umur
bola lampu tersebut. Walaupun harga bola lampu tidaklah mahal, akan tetapi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

apabila sering menganti bola lampu maka biaya perawatan kendaraan pun
otomatis bertambah. Selain itu, banyaknya anggapan bahwa menghidupkan
lampu akan meningkatkan pembakaran yang akan berakibat boros BBM.
Memang ada selisi pemakaian BBM ketika lampu dinyalakan tapi tidak
signifikan. Menghidupkan lampu juga akan berpengaruh kepada aki motor
tersebut sehingga harus sering charge dan umurnya pun bertambah pendek
yang akan berpengaruh pada konsumsi aki.
B. Kedua, dari segi kesehatan dan keselamatan, sensitif syaraf sensorik pada
indra termasuk mata memiliki ambang batas. Mata sering terkena pancaran
sinar dengan intensitas berlebihan akan bertambah tinggi nilai ambang batas
nya, sehingga nilai sensitifnya berkurang dan dalam jangka waktu yang lama
akan dapat merusak mata itu sendiri. Lampu kendaraan sangat bervariasi,
mulai dari intensitasnya maupun arah atau posisipancarannya. Apabila sinar
tersebut pancarannya tepat mengenai mata pengendara yang berpapasan dan
dengan intensitas tinggi dan bahkan sampai menyilaukan, maka hal ini
merupakan salah satu dampak negatif yang paling merugikan (Oscorner,
2009)
Dampak negatif peraturan menyalakan lampu motor disiang hari dari segi
lingkungan. Seperti yang dipaparkan di awal bahwa kebijakan peraturan
menyalakan lampu motor disiang hari memberikan peranan pada pemanasan
global (global warming) yang sedang mengancam bumi saat ini, suatu penelitian
pernah dilakukan di Erope United (EU) yaitu mencoba mengimplementasikan
sistem menyalakan lampu utama pada cuaca terang UK. Dan ternyata menambah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

sekitar 1,85 juta ton CO2 pada atmosfer UK (UK mengeluarkan sekitar 560
MtCO2 per tahun) (The Association of Drivers against Daytime Running Light,
2010)
Presiden SBY telah mendatangani UU Lalulintas tahun 2009 yang salah
satu pasalnya menyatakan setiap pengguna motor wajib menyalakan lampu utama
motor pada siang hari atau pun pada malam hari. Hal ini bertentangan dengan
semangat untuk hemat energi ditengah-tengah pemanasan global yang melanda
seluruh dunia yang wajib setiap negara menurunkan emisinya, salah satunya
dengan cara hemat energy (diet karbon) (Walhi bali,2010)
Menipisnya lapisan ozon di atmosfir maka akan semakin tinggi sinar
ultra violet yang berasal dari sinar matahari akan tembus kebumi yang bisa
menimbulkan banyak bencana. Rumah berdinding kaca dapat menimbulkan efek
terhadap pemanasan global apalagi sinar lampu utama motor jelas-jelas bersumber
dari energi panas yang ditimbulkan oleh bola lampu, hal ini juga berpengaruh
terhadap meningkatnya temperatur udara pada daerah tertentu, besar energi panas
yang dikeluarkan oleh bola lampu utama dari sekian ribu sepeda motor pada siang
hari, terhadap perubahan suhu udara di suatu kota dapat meningkatkan efek
pemanasan global.
Tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor meningkat lebih dari 6 (enam)
kali lipat dalam 20 tahun terakhir, dari sektar 6 juta (enam) unit pada tahun 1990,
meningkat menjadi sekitar 20juta pada tahun 2003 dan menembus 35juta unit
pada tahun 2008. Angka ini masih terus menunjukan kecenderungan untuk
meningkat setiap tahunnya ditambah dengan peralatan listrik semakin beragam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

dan semakin terjangkau. Memanfaatkan berbagai alat dan fasilitas tersebut
serta meningkatnya kegiatan industri diperlukan energi baik Bahan Bakar
Minyak (BBM) maupun listrik. Hal ini antara lain menjadi penyebab
konsumsi energi masyarakat per kapita terus meningkat. Pertumbuhan konsumsi
energi indonesia 8% pertahun jauh lebih tinggi dari pertumbuhan energi negara
industri yang 3% pertahun (Sadikin,

R, Susi. 2009. Hemat Energi.

http://www.jakarta.go.id/v70/index.php/en/ingkunganhidup/1734-hemat-energi.
(diakses 04 september 2012)
Energi dapat digunakan oleh masyarakat diperlukan proses dan energi
serta sumber daya alam untuk memproduksinya. Proses produksi tersebut akan
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Maka penggunaan energi harus
dilakukan sehemat mungkin dengan cara yang bijaksana dan cerdas, terutama
penggunaan energi tidak terbarukan serperti bahan bakar atau minyak bumi.
Pembakaran BBM lebih meningkat dengan menyalakan lampu utama
motor karena sesuai dengan hukum kekekalan energi, semakin banyak energi
yang digunakan maka akan semakin banyak energi yang dibutuhkan. Ada
penambahan bahan bakar yang dapat menambah sejumlah karbon dioksidasi dan
emisi kendaraan lainnya yang di buang ke atmosfir Ini memberikan sumbangsih
yang cukup besar untuk global warming. Juga akan meningkatkan volume
sampah bola lampu motor.
Pada pembahasan permasalah di atas maka peneliti tertarik mengambil
objek penelitiannya di kota Surabaya karena di Surabaya tingkat perkembangan
penjualan sepeda motor meningkat dari tahun ketahun, maka dari itu polusi di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

kota Surabaya semakin tinggi oleh karena itu penelitian mengenai peraturan
menyalakan lampu disiang hari sangat cocok dilakukan di Surabaya.
Peneliti memilih masyarakat Surabaya sebagai subyek penelitian ini
dikarenakan Surabaya merupakan kota yang pertama kali menerapkan peraturan
menyalakan lampu motor disiang hari penuturan bapak Sabilul Arif kasatlantas
Surabaya, dan sebagai kota metropolitan yang masyarakatnya mempunyai
mobilitas yang tinggi.
Selain tertuang di buku undang-undang peraturan tersebut juga
diemplementasikan ke audio seperti spiker di perempatan mayangkara di depan
masjid Al-falaq dan di depan lampu lalu lintas dekat kebun binatang surabaya,
peraturan tersebut di sampaikan dengan mengunakan bahasa jawa.
Untuk kajian permasalahan di atas, peneliti akan menggunakan teori
jarum hipodermik dimana menyalakan lampu motor di siang hari Safety
Riding(Daytime Running Linght) akan menjadi stimulus bagi masyarakat
Surabaya, dan respon yang ada dapat dilihat dari opini mereka (masyarakat
surabaya)setelah mengetahui pro dan kontra menyalakan lampu disiang hari
Safety Riding(Daytime running Linght). Alasan menggunakan jarum hipodermik
ini adalah karena teori jarum hipodermik memandang bahwa sebuah stimulus
seakan-akan disuntikan langsung dalam diri komunikan sebagai khalayak media
massa tersebut (Effendy, 1993 : 84)
Menurut Sciffman dan Kanuk (1999:162) persepsi sebagai sebuah proses
dimana individu menyeleksi, mengorganisasikan dan mengintepretasikan stimuli

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

ke dalam sebuah pengertian atau pelabelan yang ditimpalkan dalam sebuah
gambar dari sebuah dunia
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana
persepsi masyarakat Surabaya tentang “ Menyalakan Lampu Motor Disiang Hari”
Safety Riding (Day Running Linght). Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti
masyarakat Surabaya dengan batasan usia 17 tahun keatas. Hal ini dikarenakan
pada usia tersebut individu sudah tertarik dengan fenomena-fenomena sosial dan
dianggap sudah dapat menganalisi fenomena tersebut(Hurlock, 2004:12). Dengan
pemberian batasan usia tersebut dapat mewakili responden yang diinginkan.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka diambil suatu rumusan

masalah penelitian, yaitu:
“Bagaimana persepsi masyarakat Surabaya tentang “Safety Riding (Daytime
Running Linght ?)”

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Surabaya tentang Safety Riding
(Daytime Running Linght).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

1.4

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak,

antara lain :
I.

Kegunaan teoritis
Secara tioritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran pada ilmu komunikasi.

II.

Kegunaan praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
khalayak media massa dalam melihat kecenderungan persepsi masyarakat
tentang peraturan menyalakan lampu pada siang hari Safety Riding
(daytime running linght)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui pemilihan, pengetahuan, dan
pengertian informasi tentang sesuatu tersebut. Tindakan seseorang terhadap
sesuatu hal banyak dipengaruhi oeh hal-hal tersebut.
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasian, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses
tersebut mempengaruhi prilaku kita. Persepsi merupakan inti komunikasi, karena
jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif.
Persepsilah yang manentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan
yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antara individu, semakin
mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya
semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok idealis.
(Mulyana, 2005:167)
Selain devisi persepsi di atas, peneliti akan memberikian beberapa
definisi persepsi menurut beberapa ahli, diantaranya menurut De Vito persepsi
adalah proses ketika menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi
indera kita. Bagi Atkinson persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan
menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Verbeek persepsi

14
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

(pengamatan) ialah suatu replika dari benda di luar manusia yang intrapsikis,
dibentuk berdasarkan ransangan-ransangandari objek. Pareek memberikan definisi
yang lebih luas yakni, didefinisian sebagai proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada
rangsangan pancaindra atau data. (Sobur,2003:445)
Persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan,
memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsangan dalam proses
pengelompokan, dan membedakan inipersepsi melibatkan proses interprestasi
berdasarkan

pengalaman

terhadap

satu

peristiwa

atau

objek.

proses

pengelmpokan, membedakan, dan mengorganisir informasi pada dasarnya dapat
terjadi pada tingkatan sensai, hanya saja tidak terjadi interpretasi atau pemberian
arti terhadap stimulus. (Shaleh, 2009:110)
Pada persepsi pemberian arti ini menjadi hal yang penting dan utama.
Pemberian arti ini dikaitkan dengan isi pengalaman seseorang. Dengan kata lain
seseorang

menafsirkan satu

stimulus

berdasarkan

minat,

harapan,

dan

keterkaitannya dengan pengalaman yang dimilikinya. Oleh karenanya, persepsi
juga dapat didefinisikan sebagai interprestasi berdasarkan pengalaman. (Shaleh,
2009:11)
Persepsi merupakan salah satu cara kerja (proses)yang rumit dan aktif.
Orang seringkali menganggap bahwa persepsi menyajikan suatu pencerminan
yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Anggapan tersebut tidak
semuanya

benar,

sebab

persepsi

bukan

(Shaleh, 2009:112)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

merupakan

cerminan

realitas

16

Presepsi bukan suatu yang statis melaikan bisa berubah-ubah. Proses
perubahan disebabkan oleh proses faal (psikologis) dari system saraf pada indra
manusia. (Shaleh, 2009:132)
Menurut j. Cohen, persepsi adalah interpretasi bermakna atas sensasi
sebagai representative objek eksternal, persepsi adalah pengetahuan yang tampak
mengenai apa yang di luar sana. (Riswandi, 2009;49)
Menurut Desiderato, merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah pemberian makna kepada stimulus indrawi
(sensor stimuli). Walaupun begitu menafsirkan makna informasi indrawi tidak
hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi motivasi, dan juga
memori. (Rakhmat, 2005:51)
Dari beberapa definisi di atas disimpulkan bahwa untuk membentuk
sebuah persepsi, konsumen melakukan proses memilih, mengorganisasikan, dan
juga menginterpretasikan pandangan, pendapat, maupun tanggapan mengenai hal
tersebut.
Penilaian masyarakat terhadap sebuah objek tertentu dapat bersifat positif
dan negative. Semuanya tergantung dari individu atau masyarakat dalam
mempersiapkan objek yang disajikan, dibandingkan dengan harapan masyarakat
yang seharusnya mereka terima. Jika dalam kenyataan sama dengan yang
diharapkan, maka masyarakat akan memberikan penilaian yang positif terhadap
produk tersebut, tetapi apabila produk yang diterima tidak sesuai dengan harapan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

masyarakat yang menggunakannya, maka masyarakat akan memberikan penilaian
yang negative terhadap objek tersebut.
Menurut Shaleh (2009:113), hakikatnya persepsi ada 2 yakni :
1. Persepsi merupakan kemampuan kognitif
Persepsi banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan
persepsi, orang telah membentukan apa yang telah akan diperhatikan. Setiap
kali kita merumuskan perhatian lebih besar kemungkinan kita akan
memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya
dengan pengalaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat kembali.
2. Peran atensi dalam persepsi
Sejumlah rangsangan yang besar berlombah menuntut perhatian. Biasanya
manusia dan hewan akan memilih mana yang rangsangan tersebut yang paling
menarik dan paling mengesankan. Keterbukan kita untuk memilih inilah yang
disebut dengan atensi atau perhatian. Beberapa psikologi melihat atensi sebagai
jenis alat saring (filter), yang akan menyaring semua informasi pada titik yang
berbeda dalam proses persepsi.

2.1.2 J enis Persepsi
Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi dua :
1.

Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik)
Merupakan suatu persepsi yang dilakukan melalui lambang-lambang fisik.
Dalam mempersepsikan fisik, kita terkadang melakukan kekeliruan. Indra
kita terkadang menipu kita dan melakukan suatu ilusi. Latar belakang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

pengalaman, budaya, suasana psikologis yang berbeda juga membuat persepsi
kita berbeda atas suatu objek. (mulyana, 2005:171)
2. Persepsi terhadap manusia (persepsi social)
Persepsi social adalah proses menangkap arti objek-objek social dan kejadiankejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional,
sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Karena setiap orang
memiliki gambaran yang sangat berbeda mengenai relitas disekelilingnya.
(Mulyana, 2005:175)
Sifat-sifat Dunia Persepsi
1.

Dunia persepsi mempunyai sifat-sifat ruang. Objek-objek yang dipersepsi
itu“meruang”, berdimensi ruang. Kita mengenal relasi-relasi serta penentuanpenentuan yang berhubungan dengan ruangan atas-bawah, kiri-kanan, depanbelakang, dekat-jauh.mengenal persepsi ruang ini mengandung persoalanpersoalan psikologi yang penting, terutama penglihatan sifat ruang (dimensi
ketiga)

2. Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu. Dalam hal ini memiliki kestabilan
yang luas. Objek–objek persepsi yang kurang lebih bersifat tetap. Namun,
kita juga harus mempersepsi adanya perubahan yang terjadi dalam waktu.
Kita mengamati lama dan kecepatan. Persepsi sendiri juga membutuhkan
waktu
3. Dunia persepsi itu berstruktur menurut berbagai keluhan yang kurang lebih
berdiri sendiri menampakan diri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

4.

Dunia persepsi adalah suatu dunia yang penuh dengan arti. Mempersepsi
tidaklah sama dengan mengonstartirkan benda dan kejadian tanpa makna.
Yang kita persepsi selalu merupakan tanda-tanda, ekspresi-ekspresi, bendabenda dengan fungsi, relasi-relasi yang penuh arti serta kejadian-kejadian.
(Mulyana, 2005:470)
Proses Per sepsi
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama, yakni:

1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
interpretasi dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagi factor, seperti
pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan
kecerdasan. Interpretasi juga tergantung pada seseorang untuk mengadakan
pengatagorikan informasi yang diterimanya yaitu, proses mereduksi informasi
yang kompleks menjadi sederhana.

Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi menurut Alex Sobur, (2003:449)
1. Terjadinya Stimulus Alam Indra
Pada tahapan pertama, alat-alat indera kita akan dirangsang. Setiap individu
pasti

memiliki

kemampuan

penginderaan

untuk

(rangsangan), walaupun kadang tidak selalu digunakan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

merasakan

stimulus

20

2. Stimulus Terhadap Alat Indera Diatur
Pada tahapan kedua, rangsangan terhadap alat indera diatur menurut berbagai
prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas
(Proximity) atau kemiripan, sedangkan prinsip lain adalah kelengkapan
(Closure) atau kita mempersepsikan gambar atau pesan yang dalam kenyataan
tidak lengkap sebagai gambar atau pesan lengkap. Apa yang kita persepsikan,
juga kita tata kedalam suatu pola yang bermakna bagi kita, pola ini belum tentu
bener atau salah dari segi objektif tertentu.
3. Stimlus Alat Indera Ditafsirkan-Dievaluasi
4. Langkah ketiga adalah penafsiran dan evaluasi yang tidak semata-mata
didasarkan ada rfangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan,system nilai, keyakinan, keadaan
fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada diri kita. Karena
walaupun kita semua sama-sama menerima sebuah pesan, cara masing-masing
orang menafsirkan mengevaluasinya adalah tidak sama.

2.1.3 Unsur-unsur Budaya yang Mempengaruhi Per sepsi
Larry A. Samovar dan Richard E. Perter mengemukakan enam unsur
budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi :
1. Kepercayan, nilai, sikap
Kepercayaan adalah anggapan subjektif bahwa suatu objek atau peristiwa
punya ciri atau nilai tertentu, dengan atau tanpa bukti. Nilai adalah komponen
evaluative dari kepercayaan kita, nilai bersifat normative.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2. Pandangan Dunia
Merupakan orientasi budaya terhadap tuhan, kihidupan, kematian, alam
semesta, kebenaran, materi (kekayaan), isu-isu fisiologis lainnya yang
berkaitan dengan kehidupan. Pandangan dunia mencakup agama dan ideology,
idelogy-ideology berbeda juga punya konsep berbeda mengenai bagaimana
hubungan antara manusia sati dengan yang lainnya. Maka pandangan dunia
merupakan unsur penting yang mempengaruhi persepsi seseorang ketika
berkomunikasi dengan orang lain. Khususnya yang berbeda budaya.
3. Organisasi Sosial
Organisasi-organisasi yang kita masuki, apakah formal, juga mempengaruhi
kita dalam mempersepsikan dunia dan kehidupan ini, pada gilirannya
mempengaruhi prilaku kita.
4. Tabiat Manusia
Pandangan kita tentang siapa kita, bagaimana sifat atau watak kita, juga
mempengaruhi cara kita mempersepsi lingkungan fisik dan social kita.
5. Orientasi Kegiatan
Aspek lain yang mempengaruhi persepsi kita adalah pandangan kita tentang
aktivitas. Orientasi ini paling dianggap sebagai suatu rentangan dari Being
(siapa seseorang) hiungga doing (apa yang dilakukan seseorang). Dalam suatu
budaya mungkin terdapat dua kecendrungan ini, namun salah satunya
dominan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

6. Persepsi Tentang Diri dan Orang Lain
Masyarakat timur, pada umumnya adalah masyarakat kolektivitas. Dalam diri
kolektivitas, diri (self) tidak bersifat unik atau otonomi, melainkan lebur
dalam kelompok (keluarga, kelompok kerja, suku, bangsa, dan sebagainya),
sementara diri dalam budaya individualis (barat) bersifat otonom. (Mulyana,
2005:197)
2.1.4 Buku Sebagai Komunikasi Massa
Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan
manusia akan informasi. Media menyajikan kegiatan atau peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan manusia. Hingga antara keduanya tidak dapat dipisahkan dan
saling membutuhkan satu sama lainnya. Berita-berita yang disajikan oleh media
massa merupakan hasil seleksi dari berbagi issue yang berkembang di masyarakat.
Tidak semua kejadian atau peristiwa yang terjadi didalam kehidupan manusia
ditampilkan oleh media massa. Media massa berhak untuk menentukan fakta apa
akan diambil bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak
kemana berita disebut dibawa. Ini tentu saja berkaitan dengan cara pandangan
atau perspektif yang digunakan oleh masing-masing media (Sobur, 2002 : 162)
Buku secara spesifik memiliki keunggulan, antara lain informasiinformasi yang dicantumkan mampu menjangku masyarakat luas. Berbeda dengan
majalah yang terbit seminggu sekali, atau sebulan sekali. Buku juga menyajikan
informasi, padat, dan jelas buku hanya dapat dinikmati secara visual, yaitu
menggunakan satu indra, pengeliatan. Ini menjadikan buku sebagai hot media dan
tidak multitafsir. Buku juga merupakan salah satu media yang memberikan
wawasan dan pengetahuan secara luas. Buku pun merupkan media yang praktis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Media

massa

sebagai

alat

terbuka untuk

melekukan kegiatan

komunikasinya perlumemahami karakteristik komunikasi massa, yakni seperti
yang diuraikan dibawah ini :
1. Komunikasi massa bersifat umum
Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah untuk
semua orang. Meskipun pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka,
sama sekali terbuka juga jarang diperoleh, disebabkan factor yang bersifat
peksaan yang timbul karena struktur social.
2. Komunikasi bersifat heterogen
Perpaduan antara jumlah komunikasi yang besar dalam komunikasi massa
dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali
hubungannya dengan sifat heterogen komunikan. Massa dalam komunikasi
massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang
bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan
yang beragam, berasal dari berbagi lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan
yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam
kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.
3. Media massa menimbulkan keserempakan
Kesempatan ialah keserempakan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang
jauh dari komunikator, dan penduduk itu satu sama lainnya beada dalam
keadaan terpisah. Ada dua segi penting mengenai kontak yang langsung itu :
Pertama kecepatan yang lebih tinggi dari penyebaran dan kelangsungan
tanggapan, Kebua keserempakan adalah penting untuk keseragaman dalam
seleksi dan interaksi pesan-pesanan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

4. Hubungan komunikator-komunikator bersifat non-pribadi
Hubungan antara komunikator dan komunia bersifat non-pribadi, karena
komunikan anobym dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam
peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non-pribadi ini
timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang massa dan sebagaian lagi
dikarenakan syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum. (Efendy,
2000:81)

2.1.5 Pengertian Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang
yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagaian besar interaksi adalah antara indivudu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan

antra

identitas-identitas.

Masyarakat

adalah

sebuah

komunikasi yang interdependen (saling terantung satu sama lain). Umunya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur. mengacu sekelompok orang yang hidup
bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam
bermata pencarian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat
pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocok tanam, dan
masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagaian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai
kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:
berdasarkan urutan kompleksitas dan besar,terdapat masyarakat band, suku,
chiefdom, dan masyarakat negara. Kata society berasal dari bahasa latin, societas,
yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari
kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan
kata sosial. Secara implisit, kata society, mengandung makna bahwa setiap
anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai
tujuan bersama.

B. Ciri-ciri Masyarakat
Sebagai mana telah dijelaskan dalam pengertian masyarakat, maka ciri-ciri
masyarakat itu sendiri adalah:
1) Kesatuan antara individu (gabungan dari beberapa individu).
2) Menempati suatu wilayah tertentu
3) Terdapat sistem yang berlaku dan telah di sepakati bersama.
4) Terdapat interaksi antara sesama. (Soerjono Soekanti, 2006)
2.1.6 Teori J arum Hipoder mik
Teori ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen komunikasi
(komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi.
Disebut teori jarum hipodermik karena dalam model ini dikesankan seakan-akan
komunikasi disuntikan langsung kedal