this file 4295 8245 1 SM
CONNECTING THE ABILITY TO WRITE POETRY ON THE
ENVIRONMENT AND ATTITUDE TOWARDS THE ENVIRONMENT WITH STUDENT BEHAVIOUR IN MAINTENANCE OF HYGIENE
ENVIRONMENTAL SCHOOL
by: Maemunah (SMPN 1 Singaparna Kab. Tasikmalaya)
[email protected] ABSTRACT
This qualitative study takes the object of the whole phenomenon of individuals, data, and events of class VIII SMP Negeri 1 Singaparna which amounted to 125 people with the results There is a relationship between the ability to write poems about the environment with the behavior of the students maintain the cleanliness of the school environment's ability to write poems about the environment contributes as much as 27,7% on student behavior maintain good environmental hygiene school the ability to write poems about the environment, the better the behavior of the students maintain the cleanliness of the school environment. attitude towards the environment accounted for 41.4% of the behavior of the students maintain a clean school environment .. the ability to write poems about the environment and attitudes towards the environment accounted for 56.5% of the behavior of the students maintain the cleanliness of the school environment.
Key words:capable, writing, poetry, environment, attitude, behavior
HUBUNGAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI TENTANG LINGKUNGAN DAN SIKAP TERHADAP LINGGKUNGAN DENGAN PRILAKU SISWA DALAM MEMELIHARA KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH
Abstrak
Penelitian kualitatif ini mengambil objek seluruh gejala individu, data, dan peristiwa siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Singaparna yang berjumlah 125 orang dengan hasil Ada hubungan antara kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dengan perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah kemampuan menulis puisi tentang lingkungan memberikan kontribusi sebesar 27,7% terhadap perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah Semakin baik kemampuan menulis puisi tentang lingkungan, maka akan semakin baik perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah. sikap terhadap lingkungan memberikan kontribusi sebesar 41,4 % terhadap perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah.. kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dan sikap terhadap lingkungan memberikan kontribusi sebesar 56,5% terhadap perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah.
Kata kunci: mampu, menulis, puisi, lingkungan, sikap, prilaku
A. Pendahuluan
Lingkungan mempunyai peran yang amat penting bagi kehidupan, maka dalam pengelolaan dan pengem-bangannya harus diarahkan untuk mempertahankan keberadaannya da-lam keseimbangan yang dinamis melalui berbagai usaha yang dapat dilakukan. Pengelolaan mutu dan fungsi lingkungan dengan cara dipelihara dan ditingkatkan untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Selanjutnya perlu ditingkatkan upaya keserasian penduduk dengan lingkung-annya, juga dikembangakn tingkat kesadarannya serta didorong partisi-pasinya dalam melestarikan keseim-bangan lingkungan.
Salah satu masalah bangsa Indonesia saat ini adalah merosotnya kualitas lingkungan/krisis lingkungan akibat eksploitasi yang tidak terkendali serta akibat rendahnya kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan dan kurang mewarga sekolahnya budaya peduli terhadap kebersihan
(2)
.
Pendidikan lingkungan
128
atau kesehatan lingkungan. Permasa-lahan lingkungan semakin dirasakan oleh manusia baik pada tingkat global sampai ke tingkat lokal. Gejala kerusakan lingkungan dapat disaksikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengembangan pola hubung-an mhubung-anusia denghubung-an alam lingkung-annya ditentukan oleh kearifan serta rasa tanggung jawab dari manusia itu sendiri sebagai makhluk dominan dalam memanfaatkan alam lingkung-annya. Kearifan serta tanggung jawab dalam mengelola lingkungan baik sebagai jaminan kelangsungan hidup dan merupakan perwujudan kesadaran etik lingkungan hidup dalam diri setiap manusia.
Sekolah merupakan tempat berkerja guru dan tempat belajar siswa. Agar guru bisa bekerja dan siswa bisa belajar baik, maka mutu lingkungan sekolah harus baik, yaitu lingkungan yang dapat membuat guru dan siswa melakukan aktivitas secara kondusif. Hal ini berarti pengelolaan sekolah harus dilaksanakan dengan baik
Kebersihan lingkungan sekolah adalah suatu faktor pembentuk mutu lingkungan sekolah. Oleh karena itu sekolah yang bersih akan membuat guru dan siswa melakukan aktivitas secara kondusif di sekolah menga-kibatkan guru dan siswa merasa nyaman di sekolah. Sebaliknya sekolah yang kotor akan membuat guru dan siswa kurang senang dan kurang nyaman di sekolah, yang mengakibat-kan guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar tidak nyaman. Oleh karena itu kebersihan lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian dari semua pihak, terutama pihak sekolah yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru dan siswa. Dengan perkataan lain supaya lingkungan sekolah bersih, maka perilaku guru dan siswa harus baik, disiplin sesuai dengan ketentuan dan harapan.
Lingkungan sekolah merupakan suatu sistem yang bereksistensi sebagai suatu kekuatan yang di dalamnya terdiri dari bagian-bagian yang satu sama yang lain saling berkaitan. Apabila terdapat kekurangan pada bagian tertentu, maka bagian lain akan terganggu sehingga akan menghambat pencapaian tujuan pendidikan.
Di sisi lain, sekolah dipandang sebagai suatu warga sekolah yang utuh dan bulat serta memiliki kepribadian sendiri, menjadi tempat untuk menye-lenggarakan proses belajar mengajar. Sekolah berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti menum-buhkan, memotivasi, dan mengem-bangkan nilai-nilai budaya yang mencangkup etika, logika, estetika, dan praktika sehingga tercipta manusia Indonesia yang utuh dan berakar pada budaya bangsa. Sekolah merupakan suatu kesatuan yang memilki tata kehidupan budaya. Sekolah tidak hidup menyendiri melepaskan diri dari tatanan warga sekolah, melainkan merupakan suatu sistem atau subsistem dari kehidupan berbangsa, bernegara, dan berwarga sekolah.
Kesenjangan atau kendala yang terjadi di SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya ternyata masih adanya siswa yang kurang memper-hatikan kebersihan lingkungan seko-lah, Jika kita melihat kenyataan di apangan, masalah kebersihan menjadi masalah yang utama. Masih banyak sampah terlihat di dalam kelas ataupun di halaman sekolah.
Fakta di atas memperlihatkan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan masih kurang optimal, yaitu misalnya sampah berserakan, corat-coret tembok atau corat coret meja belajar dengan tip-ex, kebersihan jamban yang tidak terpelihara, limbah sekolah yang tidak terurus, taman sekolah yang tidak terurus,banyak debu di atas meja dan
(3)
lemari yang tak pernah tersentuh kemoceng, dan alat-alat belajar yang tidak disimpan pada tempatnya.
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan perialku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan kurang optimal. Kemampuan siswa dalam menulis puisi tentang ling-kungan harus didasari oleh penge-tahuan yang cukup dari siswa tentang lingkungan. Pengetahuan merupakan komponen kognitif bagi seseorang untuk berperilaku. Seseorang yang memiliki bekal pengetahuan yang cukup akan berperilaku lebih konsisten di banding mereka yang tidak yang berperilaku tanpa di dasari penge-tahuan.
Faktor lain yang juga turut ber-engaruh terhadap perilaku seseorang adalah sikap. Sikap merupakan pre-disposisi dari perlaku yang pada siswa akan mendorong siswa untuk ber-perilaku memelihara kebersihan termasuk memelihara kebersihan di lingkungan sekolah.
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 2007). Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menujukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap suatu stimulus tertentu. Yang dalam kehidupan sehari-hari sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah satu ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
Menurut Azwar (2012: 23) struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki seseorang.
Mann(1969) dalam Azwar (2012: 24) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Kompoenen afektif merupa-kan perasaan individu terhadap objek sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen konatif merupakan tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Seperti yang telah dikemukakan, komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.Kepercayaan datang dari apa yang kita lihat atau apa yang kita ketahui. Berdasarkan hal tersebut kemudian terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek.Seringkali kepe-rcayaan yang telah terbentuk menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu.
Reaksi emosional merupakan komponen afektif yang banyak di-pengaruhi oleh kepercayaan. Sese-orang yang memiliki kepercayaan positif terhadap suatu objek maka akan timbul sikap suka atau sikap positif
(4)
.
Pendidikan lingkungan
130
terhadap objek tersebut. Konsistensi antara kepercayaan, sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif dan tendensi perilaku sebagai komponen konatif seperti itulah yang menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap
Sikap dipandang sebagai seperang-kat reaksi-reaksi yang afektif terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman dan peng-hayatan individual dan merupakan
perilaku tertutup (Mar’at 1982). Menurut Mar’at (1982) bahwa jika
sikap telah diketahui maka dapat diramalkan kecenderungan dan kesediaan perilaku yang akan terjadi. Menurut Allport (1954) bahwa sikap diperoleh dari interaksi dengan manusia lain, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan. Sikap merupakan tafsiran dari perilaku dan kecenderungan untuk bertindak.Pendapat ini didukung oleh Krech (1962) yang menyatakan bahwa sikap mencakup kesiapan perilaku. Jadi jika seseorang memiliki sikap positif terhadap suatu objek maka ia cenderung siap membantu, mendu-kung, mendekati dan menerima untuk menjadikannya dalam kondisi seimbang. Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi seseorang bereaksi dengan stimulus yang diteri-manya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap berbeda dengan penge-tahuan, karena memberikan kesiapan yang menunjukkan aspek positif atau negatif yang berorientasi kepada hal-hal yang bersifat umum.
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penya-kit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya
akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek.
Dari batasan diatas dapat disimpul-kan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata me-nunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari meru-pakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (merupakan kesiapan) kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan, suatu prilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka/ tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Hasil penelitian ini mengambil objek seluruh gejala individu, data, dan peristiwa yang akan diselidiki adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Singaparna yang berjumlah 125 orang.
.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi data disajikan setelah data mentah hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik deskriptif melalui program SPSS. Angka-angka statistik deskripsi yang dihasilkan meliputi: (1) nilai rata-rata (mean), (2) angka tengah (median), (3) nilai yang sering muncul (modus), (4) simpangan baku (standa r deviasi), (5) nilai minimum, (6) nilai maksimum, dan 7) gambar histogram.
Untuk mengetahui kategori dari data masing-masing variabel selanjut-nya penulis membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum
(5)
ditambah dengan standar deviasi, dengan pedoman sebagai berikut:
a. Jika (mean) ≥ skor min + 4 SD (standar deviasi) = sangat baik b. Jika skor min + 3 SD (standar
deviasi) ≤ (mean) < skor min + 4 SD (standar deviasi) = baik c. Jika skor min + 2 SD (standar
deviasi) ≤ (mean) < skor min + 3 SD (standar deviasi) = cukup d. Jika (mean) < skor min + 2 SD
(standar deviasi) = kurang
Pengambilan data dilakukan pada sampel penelitian yang berjumlah 65 orang. Kemudian hasil dari tes diolah/dianalisis dengan menggunakan SPSS 16.0 yang menunjukan bahwa skor minimum sebesar 5 dan untuk skor maksimum yaitu sebesar 25. Dengan rata-rata (mean) 16,58 dengan standar deviasi 5,36 dan nilai tengahnya sebesar 15.
Deskripsi umum dari data kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9
Data Hasil Penelitian Variabel Kemampuan Menulis Puisi Tentang Lingkungan Rata-rata
Nilai Tenga h
Standar Deviasi
Skor Minimum
Skor Maksimum
16,58 15 5,36 5 25
Untuk mengetahui kategori dari data variabel kemampuan menulis puisi tentang lingkungan selanjutnya penulis membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum ditambah dengan standar deviasi, dengan pedoman sebagai berikut : Jika (mean) ≥ skor min + 4 SD (standar deviasi) = sangat baik
Jika skor min + 3 SD (standar deviasi)
≤ (mean) < 4 SD (standar deviasi) = baik
Jika skor min + 2 SD (standar deviasi)
≤ (mean) < skor min + 3 SD (standar deviasi) = cukup
Jika (mean) < skor min + 2 SD (standar deviasi) = kurang
Adapun data dari kemampuan menulis puisi tentang lingkungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10
Pengkategorian Dan Frekuensi Data Kemampuan Menulis Puisi Tentang Lingkungan
No Rentang skor Kategori Frekuensi
1 < 15,72 Kurang 14
2
15,72 ≤ < 21,08
Cukup 33
3
21,08 ≤ < 26,44
Baik 18
4 ≥ 26,44
Sangat
Baik 0
Berdasarkan data dalam Tabel 4.10 diketahui bahwa kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan termasuk kategori cukup, hal ini terlihat dari skor rata-rata mendekati skor mediannya dan nilai rata-rata (mean) sebesar 16,58 < nilai skor min + 2 SD sebesar 15,72.
Gambaran skor dapat dilihat pada histogram kemampuan menulis puisi tentang lingkungan berikut:
Gambar 4.5 Histogram Kemampuan Menulis Puisi Tentang Lingkungan
Untuk analisis gambar histogram kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan data tersebut dikelompokan dengan membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum ditambah dengan standar
(6)
.
Pendidikan lingkungan
132
deviasi, sebagai berikut: yang memiliki kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dengan kategori kurang sebanyak 14 orang, yang memiliki dengan kategori cukup sebanyak 33 orang; yang memiliki kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dengan kategori baik sebanyak 18 orang dan yang memiliki kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dengan kategori sangat baik sebanyak 0 orang.
Sikap Terhadap Lingkungan
Pengambilan data dilakukan pada sampel penelitian yang berjumlah 65 orang. Diperoleh skor minimum 57 dan skor maksimum 133, rata-ratanya sebesar 98,68 standar deviasi sebesar 20,12 dan nilai tengahnya sebesar 99. Deskripsi umum dari data sikap terhadap lingkungan , dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.11
Data Hasil Penelitian Variabel Sikap Terhadap Lingkungan
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Skor Minimum
Skor Maksimum
98,68 99 20,12 57 133
Untuk mengetahui kategori dari data variabel sikap terhadap lingkungan selanjutnya penulis membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum ditambah dengan standar deviasi, dengan pedoman sebagai berikut:
a.Jika (mean) ≥ skor min + 4 SD (standar deviasi) = sangat baik b.Jika skor min + 3 SD (standar
deviasi) ≤ (mean) < 4 SD (standar deviasi) = baik
c.Jika skor min + 2 SD (standar
deviasi) ≤ (mean) < skor min + 3 SD (standar deviasi) = cukup d.Jika (mean) < skor min + 2 SD
(standar deviasi) = kurang
Data sikap terhadap lingkungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.12
Pengkategorian Dan Frekuensi Data Sikap Terhadap Lingkungan
No Rentang skor Kategori Frekuensi
1 < 97,24 Kurang 22
2 97,24 ≤ < 117,36
Cukup 30
3 117,36 ≤ < 137,48
Baik 13
4 ≥ 137,48 Sangat Baik 0
Berdasarkan data dalam Tabel 4.4 diketahui bahwa nilai sikap ter-hadap lingkungan termasuk kate-gori cukup, hal ini terlihat dari skor rata-rata mendekati mediannya dan nilai rata-rata (mean) sebesar 98,68 > nilai skor min + 2 SD sebesar 97,24 .
Gambaran skor dapat dilihat pada histogram sikap terhadap lingkungan berikut:
Gambar 4.6 Histogram Sikap Terhadap Lingkungan
Untuk analisis gambar histogram sikap terhadap lingkungan tersebut, data tersebut dikelompokan dengan membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum ditambah dengan standar deviasi, sebagai ber-ikut: sikap terhadap lingkungan dengan kategori kurang sebanyak 22
(7)
orang, sikap terhadap lingkungan dengan kategori cukup sebanyak 30 orang; sikap terhadap lingkungan dengan kategori baik sebanyak 13 orang dan sikap terhadap lingkung-an denglingkung-an kategori slingkung-angat baik sebanyak 0 orang.
Perilaku siswa memelihara Kebersihan Lingkungan Seko-lah.
Pengambilan data dilakukan pada sampel penelitian yang berjumlah 65 orang. Diperoleh skor minimum sebesar 45 dan untuk skor maksimum yaitu sebesar 140. Dengan rata-rata
(mean) 99,51 dengan standar deviasi 25,31 dan nilai tengah sebesar 98. Deskripsi umum dari data perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.13
Data Hasil Penelitian Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Skor Minimum
Skor Maksimum
99,51 98 25,31 45 140
Untuk mengetahui kategori dari data variabel perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah selanjutnya penulis membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum ditambah dengan standar deviasi, dengan pedoman sebagai berikut :
a. Jika (mean) ≥ skor min + 4 SD (standar deviasi) = sangat baik b. Jika skor min + 3 SD (standar
deviasi) ≤ (mean) < 4 SD (standar
deviasi) = baik
c. Jika skor min + 2 SD (standar
deviasi) ≤ (mean) < skor min + 3 SD (standar deviasi) = cukup d. Jika (mean) < skor min + 2 SD
(standar deviasi) = kurang
Data dari perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.14
Pengkategorian Dan Frekuensi Data Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan Sekolah
Berdasarkan data dalam Tabel 4.14 diketahui bahwa nilai perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dapat dikategorikan cukup, hal ini dikarenakan skor rata-rata mendekati skor mediannya dan nilai rata-rata (mean) 99,51 > nilai skor min + 2 SD sebesar 95,62.
Gambaran skor dapat dilihat pada histogram perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan berikut:
Gambar 4.7 Histogram Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan Sekolah
Untuk analisis gambar histogram perilaku siswa dalam memelihara
No Rentang skor Kategori Frekuensi
1 < 95,62 Kurang 16
2 95,62 ≤ < 120,93 Cukup 34
3 120,93 ≤ < 146,24 Baik 15
(8)
.
Pendidikan lingkungan
134
lingkungan sekolah, data tersebut dikelompokan dengan membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum ditambah dengan standar deviasi, sebagai berikut: perilaku siswa dalam memelihara kebersihan ling-kungan sekolah dengan kategori ku-rang sebanyak 16 oku-rang, perilaku sis-wa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dengan kategori cukup sebanyak 34 orang; perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dengan kategori baik sebanyak 15 orang dan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dengan kategori sangat baik sebanyak 0 orang.
Rangkuman hasil uji linearitas regresi terdapat dalam Tabel 4.16 berikut ini.
Tabel 4.17
Rangkuman Analisis Regresi Kemampuan Menulis Puisi tentang Lingkungan (X1) Dengan Perilaku
Siswa Dalam Memelihara Lingkungan Sekolah(Y)
Keterangan Hasil Analisis
Konstanta a 58,323
arah regresi b 2,483
F
hitung 24,126
Koefisien Korelasi (R) 0,526
Koefisien Determinasi (R2) 0,277
Kekuatan hubungan antara kemampuan menulis puisi tentang lingkungan (X1) dengan perilaku
siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah (Y) pada model persamaan Y = 58,323 + 2,483 X1
dapat dilihat pada koefisien deter-minasi (R2) adalah 27,7 % Ini berarti kemampuan menulis puisi tentang lingkungan memberikan konstribusi sebesar 27,7% terhadap perilaku siswa dalam memelihara lingkungan sekolah , sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diantaranya kebiasaan, motivasi, minat, dan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara
kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan sekolah dengan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah yang termasuk kategori keeratan sedang hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,526 dan memberikan kontribusi sebesar 27,7%. Hal ini mengandung makna bahwa perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan dipengaruhi oleh motivasi hidup bersih. Artinya bahwa semakin baik kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan maka, akan semakin baik perilaku siswa dalam memelihara lingkungan sekolah.
Pengetahuan yang terbentuk pada seseorang merupakan hasil dari proses tindakan manusia dengan melibatkan seluruh keyakinan yang berupa kesadaran dalam menghadapi objek yang ingin dikenal. Dalam perolehan-nya melibatkan proses belajar/ pendidikan. Proses belajar memuat informasi mengenai lingkungan yang diperolehnya melalui proses perceptual menjadi punya arti dan makna bagi proses pemelihan tindakan.
Perubahan prilaku seseorang terjadi melalui proses belajar. Pengetahuan merupakan salah satu hasil belajar yang akan diperkaya dengan pengalaman. Dengan demikian secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang lingkungan merupakan hasil belajar tentang konsep-konsep dan teori tentang lingkungan yang diperkaya dengan pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingungannya. Upaya merubah perilaku dalam memelihara kesehatan merupakan suatu proses yang bermula dari perilaku yang tidak baik menuju kepada yang baik. Dalam hal ini perlu di awali dengan adanya pengetahuan dari diri seseorang untuk merubah perilaku tersebut menjadi lebih baik.
(9)
Menurut Feisbein dan Ajzen (1975) yang dikutip Azwar (2012 : 74)
“Pengetahuan akan membentuk sikap
dan selanjutnya niat untuk melakukan tindakan. Perilaku yang dilakukan oleh masyarakat sudah dilakukan bertahun-tahun dan biasanya bersifat lokal spesifik, terjadi pada suatu golongan, ras atau daerah tertentu. Perilaku masyarakat tersebut menurut sudut pandang kita disebut sebagai perilaku negatif yang dipengaruhi oleh sosial, budaya dan ekonomi yang pada hakikatnya merupakan interaksi dari pengaruh lingkungan yang bersifat
alami atau buatan”.
Menurut teori kognitivisme, semua perilaku tersusun secara teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk mengetahui (cognition) yang kemudian menyim-pannya dalam struktur kognitifnya (conitive sturcture). Struktur ini menentukan respon seseorang. Kognitif menurut Neisser adalah aktivitas untuk mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai apa yang dikehendaki, peraturannya, dan penggunaannya.
Proses kognisi atau pengetahuan dimulai dengan persepsi seseorang terhadap rangsangan yang datang dari luar. Apa yang diterima olehnya mempunyai arti melalui proses belajar, yaitu membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diamatinya.
Melalui proses belajar, individu membandingkan beberapa kemungkin-an pilihkemungkin-an cara pemecahkemungkin-annya, untuk kemudian sampai kepada pilihan tertentu. Pilihan tertentu itulah yang nantinya akan tercermin dalam perilakunya yang nampak nyata dalam tindakannya. Tindakan ini selanjutnya menjadi dasar pengetahuannya dalam melakukan proses persepsi selanjutnya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi, proses belajar, dan pemecahan persoalan merupakan dasar
perilaku seseorang. Demikian juga dengan pengetahuan tentang ling-kungan siswa yang kemudian di-tuangkan dalam kemampuanya menulis puisi tentang lingkungan akan menjadi dasar bagi untuk berperilaku dalam memelihara kebersihan ling-kungan sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian dike-tahui bahwa ada hubungan sikap ter-hadap lingkungan dengan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah yang termasuk dalam kategori sangat kuat, hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,643 yang memberikan kontribusi sebesar 41,4%. Hal ini mengandung makna bahwa perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dipeng-aruhi oleh sikap terhadap lingkungan. Artinya bahwa semakin baik sikap terhadap lingkungan maka akan semakin baik perilaku siswa dalam memelihara lingkungan sekolah.
Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari bentuk tekanan atau hambatan yang mengganggu ekspresi sikapnya, maka dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang ditempatkannya merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya. Artinya, potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam diri individu itu akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang sesungguhnya terhadap sesuatu. Apabila individu mengalami atau merasakan adanya hambatan yang dapat mengganggu kebebasannya dalam menyatakan sikap yang sesungguhnya, atau bila individu merasakan adanya ancaman fisik maupun ancaman mental yang dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan sikap yang hendak dikemukakannya, maka apa yang diekspresikan oleh individu sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin tidak sejalan dengan sikap
(10)
.
Pendidikan lingkungan
136
hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan dengan apa yang dipegangnya sebagai keyakinan.
Lewrence Green dalam
Notoatmodjo (2003) menganalisa perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan bahwa kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor perilaku dan faktor luar perilaku. Perilaku itu sendiri atau dibentuk dari 3 faktor berikut:
1. Faktor predisposisi (presdisposing factor) terwujud dalam pengetahuan, pendidikan, sikap dan persepsi
2. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkup fisik, ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan pendapatan keluarga dan lain-lain
3. Faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap petugas, orang tua dan lain-lain. Yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Demikian pula sikap, akan menim-bulkan pengaruh langsung terhadap perilakunya. Kondisi apa, waktu apa, dan situasi bagaimana saat individu tersebut harus mengekspresikan sikap-nya merupakan sebagian dari deter-minan-determinan yang sangat ber-pengaruh terhadap konsistensi antara sikap dengan pernyataannya dan antara pernyataan sikap dengan perilaku.
Menurut Ajzen dan Fisbein (Azwar 2012: 21-22) menyatakan bahwa bila konsistensi sikap dan perilaku dilihat dri korelasional antara keduanya, maka hasil studi telah memperlihatkan bahwa adanya hubungan sikap dan perilaku hanya tampak apabila pengukuran sikap itu erat berkaitan dengan macam perilaku yang bersangkutan. Sehingga sikap terhadap lingkungan merupakan predisposisi siswa untuk berperilaku memelihara kebersihan lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian dike-tahui bahwa ada hubungan kemam-puan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan dan sikap terhadap keber-sihan lingkungan dengan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah yang termasuk dalam kategori keeratan sangat kuat, hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,751 dan memberikan kontribusi sebesar 56,5%. Hal ini mengandung makna bahwa dengan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan dipengaruhi oleh kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan dan sikap terhadap kebersihan. Artinya semakin baik kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan dan sikap terhadap kebersihan, semakin baik maka akan semakin baik dengan perilaku siswa dalam meme-lihara lingkungan.
Perubahan perilaku seseorang terjadi melalui proses belajar. Pengetahuan merupakan salah satu hasil belajar yang akan diperkaya dengan pengalaman. Dalam hal ini perlu diawali dengan adanya pengetahuan dari diri seseorang untuk merubah perilaku tersebut menjadi lebih baik. Melalui proses belajar, individu membandingkan beberapa kemungkinan pilihan cara pemecah-annya, untuk kemudian sampai kepada pilihan tertentu. Pilihan tertentu itulah yang nantinya akan tercermin dalam perilakunya yang nampak nyata dalam tindakannya. Tindakan ini selanjutnya menjadi dasar pengetahuannya dalam melakukan proses persepsi selanjutnya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi, proses belajar, dan pemecahan persoalan merupakan dasar perilaku seseorang. Pengetahuan menjadi bekal bagi siswa untuk mampu menulis puisi tentang kebersihan lingkungan tentang lingkungan, karena tanpa bekal
(11)
pengetahuan siswa tidak mungkin mampu membuat puisi tentang keber-sihan lingkungan yang harus didasari oleh argumen yang masuk akal. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku siswa memelihara lingkungan.
Begitu juga dengan sikap, sikap merupakan faktor presdisposisi yang melandasi perilaku seseorang sehingga sudah pasti ada hubungan antara sikap dengan perilaku seseorang termasuk juga di dalamnya sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan akan mendasari perilaku siswa untuk berperilaku memelihara kebersihan lingkungan sekolah.
Perilaku manusia itu ada tiga domain, ranah atau kawasan, yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga domain tersebut mempunyai aspek-aspek sebagai berikut: Kognitif, terdiri dari aspek; mengingat pema-haman, aplikasi, analisis sintesis dan kreasi; Afektif, terdiri dari aspek; menerima, merespons, menghargai, mengorganisasi, Psikomotor, terdiri dari aspek: persepsi, respons, mekanis-me dan adopsi.
Dengan demikian perilaku siswa dalam memelihara kebersihan ling-kungan dapat dikatakan merupakan cermin pengetahuan yang tertuang dalam kemampuan siswa dalam membuat puisi tentang lingkungan dan sikapnya terhadap lingkunga
C. Simpulan
Perolehan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,526 yang termasuk kategori keeratan sedang dan memberi-kan kontribusi (R2) sebesar 27,7%, artinya bahwa ada hubungan antara sikap terhadap lingkungan dengan perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,643 yang
termasuk kategori keeratan kuat dan memberikan kontribusi (R2) sebesar 41,4%, artinya semakin baik sikap terhadap lingkungan maka semakin baik perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah.
Ada hubungan antara kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dan sikap terhadap lingkungan dengan perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,751 yang termasuk kategori keeratan kuat dan memberikan kontribusi (R2) sebesar 56,5%, artinya semakin baik kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dan sikap terhadap lingkungan maka semakin baik perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah.
D. Daftar Rujukan
Alma Buchari (tanpa tahun) guru propesional menguasai metode dan terampil belajar, Jakarta Kagan (1999), Hopkin dalam Tim
Pelatih Proyek PGSM
Lie Anita (2001) cooperative Learning di ruang-ruang kelas, Bandung Grasindo
Mc. Beach (1956), Lih Bugelski, tentang belajar
Nana Sujana (1995) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Oemar Hamatik (2014) Teori belajar Slavin Robert E (2009) cooperative
Learning Teori Riset dan Praktek, Bandung Grasindo Nusa Media
Sujana Nana (2013) Penilaian Hasil Belajar , Bandung PT Remaja Rosda Karya.
Biodata singkat: Penulis guru SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
(1)
.
132
deviasi, sebagai berikut: yang memiliki kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dengan kategori kurang sebanyak 14 orang, yang memiliki dengan kategori cukup sebanyak 33 orang; yang memiliki kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dengan kategori baik sebanyak 18 orang dan yang memiliki kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dengan kategori sangat baik sebanyak 0 orang.
Sikap Terhadap Lingkungan Pengambilan data dilakukan pada sampel penelitian yang berjumlah 65 orang. Diperoleh skor minimum 57 dan skor maksimum 133, rata-ratanya sebesar 98,68 standar deviasi sebesar 20,12 dan nilai tengahnya sebesar 99.
Deskripsi umum dari data sikap terhadap lingkungan , dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.11
Data Hasil Penelitian Variabel Sikap Terhadap Lingkungan
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Skor Minimum
Skor Maksimum
98,68 99 20,12 57 133
Untuk mengetahui kategori dari data variabel sikap terhadap lingkungan selanjutnya penulis membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum ditambah dengan standar deviasi, dengan pedoman sebagai berikut:
a.Jika (mean) ≥ skor min + 4 SD (standar deviasi) = sangat baik b.Jika skor min + 3 SD (standar
deviasi) ≤ (mean) < 4 SD (standar deviasi) = baik
c.Jika skor min + 2 SD (standar
deviasi) ≤ (mean) < skor min + 3 SD (standar deviasi) = cukup d.Jika (mean) < skor min + 2 SD
(standar deviasi) = kurang
Data sikap terhadap lingkungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.12
Pengkategorian Dan Frekuensi Data Sikap Terhadap Lingkungan
No Rentang skor Kategori Frekuensi 1 < 97,24 Kurang 22 2 97,24 ≤ <
117,36
Cukup 30
3 117,36 ≤ < 137,48
Baik 13 4 ≥ 137,48 Sangat Baik 0
Berdasarkan data dalam Tabel 4.4 diketahui bahwa nilai sikap ter-hadap lingkungan termasuk kate-gori cukup, hal ini terlihat dari skor rata-rata mendekati mediannya dan nilai rata-rata (mean) sebesar 98,68 > nilai skor min + 2 SD sebesar 97,24 .
Gambaran skor dapat dilihat pada histogram sikap terhadap lingkungan berikut:
Gambar 4.6 Histogram Sikap Terhadap Lingkungan
Untuk analisis gambar histogram sikap terhadap lingkungan tersebut, data tersebut dikelompokan dengan membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum ditambah dengan standar deviasi, sebagai ber-ikut: sikap terhadap lingkungan dengan kategori kurang sebanyak 22
(2)
133 Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
orang, sikap terhadap lingkungan dengan kategori cukup sebanyak 30 orang; sikap terhadap lingkungan dengan kategori baik sebanyak 13 orang dan sikap terhadap lingkung-an denglingkung-an kategori slingkung-angat baik sebanyak 0 orang.
Perilaku siswa memelihara Kebersihan Lingkungan Seko-lah.
Pengambilan data dilakukan pada sampel penelitian yang berjumlah 65 orang. Diperoleh skor minimum sebesar 45 dan untuk skor maksimum yaitu sebesar 140. Dengan rata-rata
(mean) 99,51 dengan standar deviasi 25,31 dan nilai tengah sebesar 98. Deskripsi umum dari data perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini. Tabel 4.13
Data Hasil Penelitian Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan
Rata-rata
Nilai Tengah
Standar Deviasi
Skor Minimum
Skor Maksimum
99,51 98 25,31 45 140
Untuk mengetahui kategori dari data variabel perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan
sekolah selanjutnya penulis
membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum ditambah dengan standar deviasi, dengan pedoman sebagai berikut :
a. Jika (mean) ≥ skor min + 4 SD (standar deviasi) = sangat baik b. Jika skor min + 3 SD (standar
deviasi) ≤ (mean) < 4 SD (standar
deviasi) = baik
c. Jika skor min + 2 SD (standar
deviasi) ≤ (mean) < skor min + 3 SD (standar deviasi) = cukup d. Jika (mean) < skor min + 2 SD
(standar deviasi) = kurang
Data dari perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.14
Pengkategorian Dan Frekuensi Data Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan Sekolah
Berdasarkan data dalam Tabel 4.14 diketahui bahwa nilai perilaku siswa dalam memelihara kebersihan
lingkungan sekolah dapat
dikategorikan cukup, hal ini dikarenakan skor rata-rata mendekati skor mediannya dan nilai rata-rata (mean) 99,51 > nilai skor min + 2 SD sebesar 95,62.
Gambaran skor dapat dilihat pada histogram perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan berikut:
Gambar 4.7 Histogram Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan Sekolah
Untuk analisis gambar histogram perilaku siswa dalam memelihara No Rentang skor Kategori Frekuensi
1 < 95,62 Kurang 16 2 95,62 ≤ < 120,93 Cukup 34 3 120,93 ≤ < 146,24 Baik 15 4 ≥ 146,24 Sangat Baik 0
(3)
.
134
lingkungan sekolah, data tersebut dikelompokan dengan membandingkan antara nilai rata-rata dengan skor minimum ditambah dengan standar deviasi, sebagai berikut: perilaku siswa dalam memelihara kebersihan ling-kungan sekolah dengan kategori ku-rang sebanyak 16 oku-rang, perilaku sis-wa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dengan kategori cukup sebanyak 34 orang; perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dengan kategori baik sebanyak 15 orang dan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dengan kategori sangat baik sebanyak 0 orang.
Rangkuman hasil uji linearitas regresi terdapat dalam Tabel 4.16 berikut ini.
Tabel 4.17
Rangkuman Analisis Regresi Kemampuan Menulis Puisi tentang Lingkungan (X1) Dengan Perilaku Siswa Dalam Memelihara Lingkungan Sekolah(Y)
Keterangan Hasil Analisis
Konstanta a 58,323
arah regresi b 2,483 F
hitung 24,126
Koefisien Korelasi (R) 0,526 Koefisien Determinasi (R2) 0,277
Kekuatan hubungan antara kemampuan menulis puisi tentang lingkungan (X1) dengan perilaku
siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah (Y) pada model persamaan Y = 58,323 + 2,483 X1
dapat dilihat pada koefisien deter-minasi (R2) adalah 27,7 % Ini berarti kemampuan menulis puisi tentang lingkungan memberikan konstribusi sebesar 27,7% terhadap perilaku siswa dalam memelihara lingkungan sekolah , sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diantaranya kebiasaan, motivasi, minat, dan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara
kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan sekolah dengan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah yang termasuk kategori keeratan sedang hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,526 dan memberikan kontribusi sebesar 27,7%. Hal ini mengandung makna bahwa perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan dipengaruhi oleh motivasi hidup bersih. Artinya bahwa semakin baik kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan maka, akan semakin baik perilaku siswa dalam memelihara lingkungan sekolah.
Pengetahuan yang terbentuk pada seseorang merupakan hasil dari proses tindakan manusia dengan melibatkan seluruh keyakinan yang berupa kesadaran dalam menghadapi objek yang ingin dikenal. Dalam perolehan-nya melibatkan proses belajar/ pendidikan. Proses belajar memuat informasi mengenai lingkungan yang diperolehnya melalui proses perceptual menjadi punya arti dan makna bagi proses pemelihan tindakan.
Perubahan prilaku seseorang terjadi melalui proses belajar. Pengetahuan merupakan salah satu hasil belajar yang akan diperkaya dengan pengalaman. Dengan demikian secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang lingkungan merupakan hasil belajar tentang konsep-konsep dan teori tentang lingkungan yang diperkaya dengan pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingungannya. Upaya merubah perilaku dalam memelihara kesehatan merupakan suatu proses yang bermula dari perilaku yang tidak baik menuju kepada yang baik. Dalam hal ini perlu di awali dengan adanya pengetahuan dari diri seseorang untuk merubah perilaku tersebut menjadi lebih baik.
(4)
135 Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
Menurut Feisbein dan Ajzen (1975) yang dikutip Azwar (2012 : 74)
“Pengetahuan akan membentuk sikap
dan selanjutnya niat untuk melakukan tindakan. Perilaku yang dilakukan oleh masyarakat sudah dilakukan bertahun-tahun dan biasanya bersifat lokal spesifik, terjadi pada suatu golongan, ras atau daerah tertentu. Perilaku masyarakat tersebut menurut sudut pandang kita disebut sebagai perilaku negatif yang dipengaruhi oleh sosial, budaya dan ekonomi yang pada hakikatnya merupakan interaksi dari pengaruh lingkungan yang bersifat
alami atau buatan”.
Menurut teori kognitivisme, semua perilaku tersusun secara teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk mengetahui (cognition) yang kemudian menyim-pannya dalam struktur kognitifnya (conitive sturcture). Struktur ini menentukan respon seseorang. Kognitif menurut Neisser adalah aktivitas untuk mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai apa yang dikehendaki, peraturannya, dan penggunaannya.
Proses kognisi atau pengetahuan dimulai dengan persepsi seseorang terhadap rangsangan yang datang dari luar. Apa yang diterima olehnya mempunyai arti melalui proses belajar, yaitu membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diamatinya.
Melalui proses belajar, individu membandingkan beberapa kemungkin-an pilihkemungkin-an cara pemecahkemungkin-annya, untuk kemudian sampai kepada pilihan tertentu. Pilihan tertentu itulah yang nantinya akan tercermin dalam perilakunya yang nampak nyata dalam tindakannya. Tindakan ini selanjutnya menjadi dasar pengetahuannya dalam melakukan proses persepsi selanjutnya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi, proses belajar, dan pemecahan persoalan merupakan dasar
perilaku seseorang. Demikian juga dengan pengetahuan tentang ling-kungan siswa yang kemudian
di-tuangkan dalam kemampuanya
menulis puisi tentang lingkungan akan menjadi dasar bagi untuk berperilaku dalam memelihara kebersihan ling-kungan sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian dike-tahui bahwa ada hubungan sikap ter-hadap lingkungan dengan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah yang termasuk dalam kategori sangat kuat, hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,643 yang memberikan kontribusi sebesar 41,4%. Hal ini mengandung makna bahwa perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah dipeng-aruhi oleh sikap terhadap lingkungan. Artinya bahwa semakin baik sikap terhadap lingkungan maka akan semakin baik perilaku siswa dalam memelihara lingkungan sekolah.
Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari bentuk tekanan atau hambatan yang mengganggu ekspresi sikapnya, maka dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang ditempatkannya merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya. Artinya, potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam diri individu itu akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang sesungguhnya terhadap sesuatu. Apabila individu mengalami atau merasakan adanya hambatan yang dapat mengganggu kebebasannya dalam menyatakan sikap yang sesungguhnya, atau bila individu merasakan adanya ancaman fisik maupun ancaman mental yang dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan sikap yang hendak dikemukakannya, maka apa yang diekspresikan oleh individu sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin tidak sejalan dengan sikap
(5)
.
136
hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan dengan apa yang dipegangnya sebagai keyakinan.
Lewrence Green dalam
Notoatmodjo (2003) menganalisa perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan bahwa kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor perilaku dan faktor luar perilaku. Perilaku itu sendiri atau dibentuk dari 3 faktor berikut:
1. Faktor predisposisi (presdisposing
factor) terwujud dalam
pengetahuan, pendidikan, sikap dan persepsi
2. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkup fisik, ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan pendapatan keluarga dan lain-lain
3. Faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap petugas, orang tua dan lain-lain. Yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Demikian pula sikap, akan menim-bulkan pengaruh langsung terhadap perilakunya. Kondisi apa, waktu apa, dan situasi bagaimana saat individu tersebut harus mengekspresikan sikap-nya merupakan sebagian dari deter-minan-determinan yang sangat ber-pengaruh terhadap konsistensi antara sikap dengan pernyataannya dan antara pernyataan sikap dengan perilaku.
Menurut Ajzen dan Fisbein (Azwar 2012: 21-22) menyatakan bahwa bila konsistensi sikap dan perilaku dilihat dri korelasional antara keduanya, maka hasil studi telah
memperlihatkan bahwa adanya
hubungan sikap dan perilaku hanya tampak apabila pengukuran sikap itu erat berkaitan dengan macam perilaku yang bersangkutan. Sehingga sikap terhadap lingkungan merupakan predisposisi siswa untuk berperilaku memelihara kebersihan lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian dike-tahui bahwa ada hubungan kemam-puan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan dan sikap terhadap keber-sihan lingkungan dengan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah yang termasuk dalam kategori keeratan sangat kuat, hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,751 dan memberikan kontribusi sebesar 56,5%. Hal ini mengandung makna bahwa dengan perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan dipengaruhi oleh kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan dan sikap terhadap kebersihan. Artinya semakin baik kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan dan sikap terhadap kebersihan, semakin baik maka akan semakin baik dengan perilaku siswa dalam meme-lihara lingkungan.
Perubahan perilaku seseorang terjadi melalui proses belajar. Pengetahuan merupakan salah satu hasil belajar yang akan diperkaya dengan pengalaman. Dalam hal ini perlu diawali dengan adanya pengetahuan dari diri seseorang untuk merubah perilaku tersebut menjadi lebih baik. Melalui proses belajar, individu membandingkan beberapa kemungkinan pilihan cara pemecah-annya, untuk kemudian sampai kepada pilihan tertentu. Pilihan tertentu itulah yang nantinya akan tercermin dalam perilakunya yang nampak nyata dalam tindakannya. Tindakan ini selanjutnya menjadi dasar pengetahuannya dalam melakukan proses persepsi selanjutnya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi, proses belajar, dan pemecahan persoalan merupakan dasar perilaku seseorang. Pengetahuan menjadi bekal bagi siswa untuk mampu menulis puisi tentang kebersihan lingkungan tentang lingkungan, karena tanpa bekal
(6)
137 Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
pengetahuan siswa tidak mungkin mampu membuat puisi tentang keber-sihan lingkungan yang harus didasari oleh argumen yang masuk akal. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara kemampuan menulis puisi tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku siswa memelihara lingkungan.
Begitu juga dengan sikap, sikap merupakan faktor presdisposisi yang melandasi perilaku seseorang sehingga sudah pasti ada hubungan antara sikap dengan perilaku seseorang termasuk juga di dalamnya sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan akan mendasari perilaku siswa untuk berperilaku memelihara kebersihan lingkungan sekolah.
Perilaku manusia itu ada tiga domain, ranah atau kawasan, yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga domain tersebut mempunyai aspek-aspek sebagai berikut: Kognitif, terdiri dari aspek; mengingat pema-haman, aplikasi, analisis sintesis dan kreasi; Afektif, terdiri dari aspek; menerima, merespons, menghargai, mengorganisasi, Psikomotor, terdiri dari aspek: persepsi, respons, mekanis-me dan adopsi.
Dengan demikian perilaku siswa dalam memelihara kebersihan ling-kungan dapat dikatakan merupakan cermin pengetahuan yang tertuang dalam kemampuan siswa dalam membuat puisi tentang lingkungan dan sikapnya terhadap lingkunga
C. Simpulan
Perolehan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,526 yang termasuk kategori keeratan sedang dan memberi-kan kontribusi (R2) sebesar 27,7%, artinya bahwa ada hubungan antara sikap terhadap lingkungan dengan perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,643 yang
termasuk kategori keeratan kuat dan memberikan kontribusi (R2) sebesar 41,4%, artinya semakin baik sikap terhadap lingkungan maka semakin baik perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah.
Ada hubungan antara kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dan sikap terhadap lingkungan dengan perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,751 yang termasuk kategori keeratan kuat dan memberikan kontribusi (R2) sebesar 56,5%, artinya semakin baik kemampuan menulis puisi tentang lingkungan dan sikap terhadap lingkungan maka semakin baik perilaku siswa memelihara kebersihan lingkungan sekolah.
D. Daftar Rujukan
Alma Buchari (tanpa tahun) guru propesional menguasai metode dan terampil belajar, Jakarta Kagan (1999), Hopkin dalam Tim
Pelatih Proyek PGSM
Lie Anita (2001) cooperative Learning di ruang-ruang kelas, Bandung Grasindo
Mc. Beach (1956), Lih Bugelski, tentang belajar
Nana Sujana (1995) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Oemar Hamatik (2014) Teori belajar Slavin Robert E (2009) cooperative
Learning Teori Riset dan
Praktek, Bandung Grasindo Nusa Media
Sujana Nana (2013) Penilaian Hasil Belajar , Bandung PT Remaja Rosda Karya.
Biodata singkat: Penulis guru SMPN 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.