Effektivitas Media Social Stories Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengurus Diri Anak Tunagrahita Kelas Iv Di Slb Ykk Pacitan Tahun Ajaran 2016/2017 JURNAL

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

EFEKTIVITAS MEDIA SOCIAL STORIES UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENGURUS DIRI ANAK TUNAGRAHITA

Nama

: Dewi Juliana Neni

NIM

: K5112017

Prodi

: Pendidikan Luar Biasa

No. Telp


: 081334546894

Email

: dewijneni@gmail.com

Pembimbing

: 1. Drs. Subagya, M.Si
2. Erma Kumala Sari, S.Psi, M.Psi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober 2016

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id

EFEKTIVITAS MEDIA SOCIAL STORIES UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENGURUS DIRI ANAK TUNAGRAHITA

Dewi Juliana Neni, Subagya, Erma Kumala Sari
Telp. 081334546894, Email: dewijneni@gmail.com
Pendidikan Luar Biasa FKIP Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK
Dewi Juliana Neni. K5112017. EFEKTIVITAS MEDIA SOCIAL
STORIES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUS DIRI
ANAK TUNAGRAHITA KELAS IV DI SLB YKK PACITAN TAHUN
AJARAN 2016/2017. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2016.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas media social stories untuk
meningkatkan kemampuan mengurus diri anak tunagrahita kelas IV SLB YKK
Pacitan Tahun Ajaran 2016/2017.
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan desain
penelitian subjek tunggal dan pola A-B-A. Jumlah sampel yang digunakan

berjumlah 2 anak tunagrahita kelas IV (KLB dan ZA). Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan tes
perbuatan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis visual grafik.
Hasil analisis grafik berdasarkan skor mean level, diketahui bahwa
kemampuan mengurus diri subjek KLB dan subjek ZA mengalami peningkatan.
Kemampuan awal subjek KLB dan subjek ZA berada pada kategori sangat tidak
baik dengan skor mean pada fase baseline 1 subjek KLB sebesar 30,83 sedangkan
subjek ZA memiliki skor mean yaitu sebesar 39,16. Perolehan skor mean pada
fase intervensi subjek KLB meningkat 38,33 poin menjadi 69,16, sedangkan
subjek ZA meningkat 39,59 poin menjadi 78,75. Kemampuan akhir pada fase
baseline 2 menunjukkan skor mean sebesar 80 untuk subjek KLB dan 91,66 untuk
subjek ZA. Simpulan penelitian ini bahwa media social stories efektif untuk
meningkatkan kemampuan mengurus diri anak tunagrahita kelas IV di SLB YKK
Pacitan Tahun Ajaran 2016/2017.
Kata Kunci: Efektivitas, Social Stories, Anak Tunagrahita, Kemampuan
Mengurus Diri

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id

ABSTRACT
Dewi Juliana Neni. K512017. THE EFFECTIVENESS OF SOCIAL STORIES
MEDIA TO IMPROVE SELF -MANAGEMENT ABILITY OF MENTAL
RETARDATION CHILDREN IN FOURTH GRADE AT
SLB YKK
PACITAN ACADEMIC YEAR 2016/2017. Thesis, Surakarta: Teacher Training
and Education Faculty of Sebelas Maret University. Oktober 2016.
This research is aimed to know the social stories effectivity to improve selfmanagement ability of fourth grade mental retardation children in SLB YKK
Pacitan academic year 2015/2016.
This research applies an experiment research based on Single Subject
Research (SSR) design and A-B-A. Sample of this research are two mental
retardation children in fourth grade (KLB and ZA). Data collection techniques
were used in this research were observation, interviews and performance test. The
data analysis method was conducted using visual chart analysis.
The result of graphic analysis based on mean score level. It is known that the
self-management ability of KLB and ZA are improving. The prior ability of KLB
and ZA are in the worse category by mean score at first baseline phase of KLB

30,83 while ZA is 39,16. The mean score at intervention phase of KLB improves
38,59 point to be 69,16, while ZA improves 39,9 point tobe 78,75. The final
capability at the second baseline phase shows that mean score of KLB is 80 and
ZA is 91,66. This research concludes that social stories media is effective to
improve self-management ability of mental retardation children in fourth grade at
slb ykk pacitan academic year 2016/2017.
Keyword : Effectiveness , Social stories, Mental Retardation Children, SelfManagement Ability

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hak semua

adaptif.” Anak tunagrahita dapat

orang tanpa batasan usia, keadaan


dikelompokkan menurut kemampuan

fisik, dan latar belakang budaya.

yang masih dimiliki, diantaranya

Sejalan dengan pernyataan tersebut,

adalah anak tunagrahita ringan, anak

Undang-undang Sistem Pendidikan

tunagrahita

Nasional No.20 Tahun 2003 pasal 5

tunagrahita berat.

ayat 1 menjelaskan bahwa “Warga


sedang,

dan

anak

Penelitian ini berfokus pada

negara mempunyai hak yang sama

anak

untuk memperoleh pendidikan yang

tunagrahita sedang yaitu individu

bermutu.” Hal tersebut dapat juga

yang memiliki tingkat IQ 35-55


diartikan bahwa anak berkebutuhan

(Wantah, 2007: 10). Karakteristik

khusus juga mempunyai hak yang

anak tunagrahita sedang antara lain:

sama dalam memperoleh pendidikan.

mengalami

Salah satu anak berkebutuhan
khusus

adalah

anak


tunagrahita

sedang.

Anak

gangguan

pada

psikomotorik, kesulitan memahami

tunagrahita.

pembelajaran, dan sosial-emosinya

Anak tunagrahita adalah individu

labil. Anak tunagrahita sedang dalam


yang memiliki kecerdasan di bawah

proses

belajarnya

rata-rata

kesulitan

dalam

sehingga

dalam

mengalami

memahami


hal

perkembangan bahasa dan mentalnya

abstrak. Anak tunagrahita sedang

mengalami

mengalami

keterlambatan

dan

hambatan

dalam

berhenti di tingkat tertentu. Anak

pemusatan perhatian dan mengingat

tunagrahita

memiliki

pembelajaran. Mereka juga mudah

keterbatasan dalam tingkah laku

bosan terhadap aktivitas belajar serta

adaptif dan penyesuaian diri dengan

cenderung

lingkungan. Sudrajat dan Rosida

membeo. Sudrajat dan Rosida (2013:

(2013: 17) memberikan pendapat

76) menambahkan “anak tunagrahita

bahwa “Anak tunagrahita adalah

tidak dapat mencapai kemandirian

mereka yang kecerdasannya jelas di

yang

bawah

(standard) kemandirian dan tanggung

rata-rata

juga

disertai

dengan

adanya hambatan dalam perilaku
jawab
commit to user

belajar

sesuai
sosial.”

dengan

dengan

cara

ukuran

Ketidakmampuan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

pembelajaran

keluarga, sekolah dan masyarakat,

akademik secara maksimal membuat

sehingga terwujudnya kemandirian

anak tunagrahita lebih membutuhkan

dalam

pembelajaran non-akademik daripada

kehidupan sehari-hari.” Bagi anak

akademik.

itu,

tunagrahita yang mentalnya di bawah

pembelajaran anak tunagrahita lebih

rata-rata, kegiatan bina diri tidaklah

banyak

mudah

anak

mengikuti

Oleh

karena

diarahkan

kepada

keterampilan hidup.

utama

bagi

tunagrahita.

Melakukan

sehari-hari

seperti

anak

kegiatan
mandi,

berpakaian, dan makan bukanlah hal

anak

dipelajari

dan

anak menguasai suatu kemampuan
bina diri. Kegiatan bina diri meliputi
merawat

tunagrahita,

diri,

menolong diri,

mengurus

diri,

berinteraksi,

dan

keterampilan hidup lainnya.

sulit untuk anak normal. Berbeda
dengan

untuk

dalam

membutuhkan pengulangan hingga

Keterampilan hidup merupakan
pembelajaran

keterlibatannya

Mengurus diri adalah salah
materi

yang

diajarkan

pada

pembelajaran mengenai keterampilan

pembelajaran bina diri. Mengurus

hidup diajarkan di sekolah sebagai

diri berkaitan dengan penampilan

program khusus. Anak tunagrahita

dan

membutuhkan

merupakan hal yang sangat penting

pembelajaran

kerapihan.

Mengurus

diri

mengenai keterampilan hidup karena

dikuasai

mereka memiliki hambatan dalam

dikarenakan dalam kehidupannya,

kemampuan bina diri.

anak

Pendidikan bina diri diberikan

oleh

anak.

tunagrahita

Hal

tidak

itu

mungkin

selamanya harus dibantu oleh orang

sebagai salah satu usaha untuk

lain.

mengembangkan kemampuan bina

pendidikan bina diri bagi anak

diri agar dapat hidup secara mandiri.

tunagrahita

adalah

belajar

Astati (2010: 7) berpendapat bahwa

berpakaian.

Berpakaian

meliputi

“Bina diri adalah usaha membangun

memakai maupun melepas kaos.

diri individu lebih baik sebagai

Selain untuk melatih kemandirian

Salah

satu

materi

dalam

individu maupun sebagai makhluk
anak tunagrahita dalam mengurus
to user
sosial
melalui
pendidikan commit
di
diri, kegiatan memakai dan melepas

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

kaos juga dapat melatih motorik

dan menyenangkan dapat membuat

halus,

motivasi belajar anak tunagrahita

motorik

kasar,

serta

meningkat,

keterampilan kognitif tunagrahita.

sehingga

anak

Berdasarkan hasil observasi di

tunagrahita pada proses belajarnya

SLB YKK Pacitan, anak tunagrahita

lebih berkonsentrasi dan tidak mudah

sedang

ajaran

bosan. Pembelajaran dengan media

2016/2017 yang terdiri dari 2 anak

gambar sering kali digunakan untuk

masih mengalami hambatan dalam

membantu

mengurus dirinya sendiri. Kedua

mengingat materi yang diajarkan.

anak tersebut berumur sekitar 14

Peneliti

tahun atau secara kronologis anak

bergambar

tersebut memasuki tahap remaja

meningkatkan kemampuan mengurus

awal. Tugas-tugas dasar remaja awal

diri anak tunagrahita. Media yang

tidak

digunakan

kelas

dapat

IV

tahun

dilaksanakan

oleh

keadaan anak tersebut, hal ini dapat

anak

tunagrahita

memanfaatkan
dengan

dalam

media

cerita

untuk

penelitian

ini

adalah social stories.

dilihat dari kemampuan mengurus

Social stories merupakan suatu

dirinya masih rendah dalam hal

media pembelajaran yang diciptakan

memakai dan melepas kaos. Sehari-

oleh

harinya, mereka masih bergantung

dijadikan alternatif

pada orang tua saat memakai dan

pembelajaran ketarampilan bina diri.

melepas kaos. Guru menggunakan

Social stories pada awalnya dibuat

metode drill untuk pembelajaran bina

untuk

diri. Kurangnya variasi media dalam

spektrum autisme. Anak autis sukar

pembelajaran membuat anak bosan

memahami hal yang baru sehingga

untuk

dibuatlah media dengan gambar dan

mempelajari

kemampuan

anak

(1994)

yang

dapat

media untuk

dengan

gangguan

cerita yang menarik untuk autis

mengurus diri.
Kemampuan

Grey

mengurus

diri

belajar mengenai komunikasi dan

anak tunagrahita dapat ditingkatkan

kehidupan

dengan

berkembangnya zaman social stories

kombinasi

penggunaan

sosialnya.

Seiring

diadaptasi
untuk
keperluan
media yang tepat dan latihan secara
commit to user
pembelajaran selain anak-anak autis.
terus menerus. Media yang menarik

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tidak jauh berbeda dengan anak

mengurus diri (memakai dan melepas

autis, anak tunagrahita juga sukar

kaos) anak tunagrahita kelas IV SLB

memahami hal baru dan abstrak.

YKK

Anak

2016/2017.

tunagrahita

mengalami

Pacitan

Tahun

Ajaran

kesulitan dalam pemusatan perhatian,
dan

merupakan

individu

yang

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di

pelupa. Hal itu dibuktikan dalam
harus

SLB YKK Pacitan. Penelitian ini

mengulangi materi 2-4 kali agar

menggunakan penelitian eksperimen

tunagrahita mengingat materi yang

dengan

diajarkan.

tunggal dan pola A-B-A. Jumlah

setiap

pembelajaran

guru

Social stories atau cerita sosial

membantu

anak

memahami

dan

mengingat pembelajaran bina diri.
dapat dibuat dan

Social stories

disesuaikan

dengan

kehidupan

desain

penelitian

sampel adalah 2 anak tunagrahita
kelas IV Tahun Ajaran 2016/2017.
Sampel
subjek

yang
KLB

digunakan

adalah

dan

Teknik

ZA.

pengumpulan data yang digunakan

sehari-hari anak, sehingga dalam

dalam

belajar

anak

observasi,

wawancara

tunagrahita tidak merasa kesulitan

perbuatan.

Teknik

karena hal itu sudah biasa terjadi

digunakan

dikehidupannya.

grafik.

mengurus

diri

Tujuan dalam penelitian ini

social

stories

untuk

penelitian

ini

adalah
dan

analisis

tes
yang

adalah analisis visual

HASIL PENELITIAN

adalah untuk mengetahui efektivitas
media

subjek

Subjek
karakteristik

KLB

mempunyai

mampu

memahami

meningkatkan kemampuan mengurus

suatu intruksi sederhana berulang.

diri (memakai dan melepas kaos)

Subjek tidak mengalami hambatan

anak tunagrahita kelas IV SLB YKK

dalam komunikasi dan cenderung

Pacitan tahun ajaran 2016/2017.

aktif

Hipotesis dalam penelitian ini

bergerak.

Hambatan

yang

dimiliki subjek diantaranya kesulitan

adalah: Media social stories efektif
dalam gerak motorik kasar maupun
commit to user
untuk meningkatkan kemampuan
halus, duduk diam dalam jangka

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Fase

waktu lama, memiliki kecenderungan

baseline

1

(A1)

selama

3

kali

memasukkan benda ke dalam mulut,

dilaksanakan

konsentrasi mudah terganggu dan

pertemuan. Hasil fase baseline 1

mudah

(A1)

menyerah.

hambatan

Hambatan-

tersebut

membuat

menunjukkan

mengurus

kedua

kemampuan
subjek

masih

kemampuan mengurus diri subjek

tergolong kategori sangat kurang

dalam

rendah.

dengan rata-rata skor 30,83 untuk

Menurut hasil wawancara guru dan

subjek KLB dan 39,16 untuk subjek

orang

ZA.

memakai

tua,

kaos

subjek

memiliki

Menurut

hasil

observasi

ketergantungan tinggi terhadap orang

kemampuan bina diri subjek ZA

tua dalam hal kegiatan memakai

lebih unggul daripada subjek KLB.

kaos. Hampir semua kegiatan bina

Hasil tes kinerja yang ditunjukkan

diri tidak bisa dilakukan subjek

dari subjek ZA tidak selaras dengan

kecuali menyisir rambut.

hasil wawancara dengan orang tua

ZA

mempunyai

yang menjelaskan bahwa subjek ZA

mampu

memahami

sudah bisa memakai kaos dengan

intruksi secara sederhana dengan

mandiri. Sikap yang ditunjukkan

pengulangan. Subjek sangat tertarik

subjek

dengan

baseline

Subjek
karakteristik

gambar.

Subjek

dapat

ZA

selama
1

tes

kinerja

(A1)

memiliki

meniru

kegiatan

berbicara secara lancar akan tetapi

kecenderungan

sedikit pendiam. Hambatan yang

subjek KLB. Interaksi yang terjalin

paling menonjol adalah subjek sulit

antara subjek KLB dan ZA selama di

untuk

Hambatan

luar ataupun di dalam kelas terlihat

tersebut menyebabkan kemampuan

sangat baik. Seringkali subjek ZA

mengurus diri subjek dalam memakai

membantu merapikan seragam dan

kaos

memasukkan sapu tangan subjek

berkonsentrasi.

rendah.

Menurut

hasil

wawancara guru dan orang tua,
hampir semua kegiatan bina diri
dapat

dilakukan

subjek

secara

KLB ke dalam sakunya.
Fase intervensi (B) dilakukan
selama 6 sesi dengan menggunakan

media social stories. Gray dan
mandiri kecuali menggunakan benda
commit to user
Garand dalam Taylor, Smiley, dan
tajam.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Pelaksanaan

Richards (2009 : 382) menyatakan

intervensi

(B)

bahwa social stories merupakan

secara individu dilakukan secara

serangkaian cerita pendek. Cerita

bergantian dan subjek ZA memiliki

pendek yang ditulis memperhatikan

urutan pertama pada setiap sesi. Hal

sudut

ini

pandang

anak-anak.

Pada

dilakukan

dengan

tujuan

cerita pendek harus menyediakan

menghindari kecenderungan meniru

instruksi-instruksi

dari kegiatan subjek KLB. Subjek

perilaku

yang

positif ataupun perilaku yang hendak

ZA

dibentuk pada anak-anak.

memperoleh rata-rata skor dalam

pada

fase

intervensi

(B)

Media social stories berisi

kategori baik yaitu 78,75. Subjek ZA

tahapan memakai dan melepas kaos

dapat melakukan kegiatan memakai

yang disajikan dalam bentuk gambar

dan melepas kaos dengan baik akan

dan beberapa kalimat. Pelaksanaan

tetapi urutan yang ditunjukkan tidak

intervensi (B) dilakukan dengan

sesuai dengan yang peneliti gunakan

membacakan kalimat dan subjek

dalam media. Subjek menggunakan

melihat gambar yang ada pada media

memakai

social stories. Media social stories

memasukkan lengan ke dalam kaos

pada awal intervensi (B) disajikan

kemudian

dengan buku. Hal itu bertujuan

kepala ke lubang kaos. Menurut

mempermudah

wawancara orang tua, sehari-hari

subjek

dalam

kaos

di

dengan

ikuti

urutan

memasukkan

memperhatikan setiap langkah demi

keluarga

langkah dalam memakai dan melepas

urutan

kaos. Tahap selanjutnya media social

melakukan hal yang sama seperti

stories disajikan dalam bentuk poster

yang dicontohkan orang tuanya.

yang ditempel pada dinding, dengan

Intervensi (B) subjek ZA lebih

tujuan mempermudah anak dalam

ditekankan

melihat keseluruhan urutan dalam

urutan yang cocok digunakan untuk

memakai dan melepas kaos. Hasil

usia anak-anak yaitu yang sesuai

yang ditunjukkan adalah kemampuan

dengan media social stories. Rata-

mengurus diri subjek meningkat.

memang
tersebut

menggunakan

sehingga

kepada

subjek

penyesuaian

rata skor yang diperoleh subjek KLB
commit to user
pada fase intervensi (B) berada

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dalam kategori cukup. Hambatan

90

selama

90

intervensi (B) antara lain, gerak

80

yang

dialami

subjek

psikomotornya

yang

perasaan

mudah

85
82,5
80

menyerah.

80 80 80

77,5
75

75

72,5

kaku,

konsentrasi mudah terganggu dan

92,5 92,5

72,5
70
67,5

70

65 65

60
KLB

Kemampuan subjek KLB meningkat
jika

dibandingkan

kemampuan

awal

50

dengan

subjek

pada

baseline 1. Pada baseline 1 subjek
sama sekali tidak bisa memakai dan

ZA
40 40

40

37,5
32,5
30 30

30
20

melepas kaos, sedangkan pada fase
intervensi (B) kemampuan mengurus
diri subjek menjadi dapat memakai

Gambar 1.1. Grafik Perbandingan

kaos secara mandiri.

Skor Tes perbuatan Subjek KLB dan

Hasil akhir yang ditunjukkan
pada fase baseline 2 (A2) adalah

ZA pada Fase Baseline 1 (A1),
Intervensi (B), Baseline 2 (A2)

kemampuan ZA semakin meningkat
dari fase sebelumnya. Perolehan skor

PEMBAHASAN

subjek ZA berada pada kategori

Berdasarkan hasil penelitian

sangat baik. Urutan yang ditunjukkan

menunjukkan bahwa media social

sudah sesuai media social stories.

stories

Hasil akhir pada fase baseline 2 (A2)

meningkatkan kemampuan mengurus

subjek

mengalami

diri tunagrahita kelas IV SLB YKK

peningkatan. Perolehan skor subek

Pacitan tahun ajaran 2016/2017. Hal

KLB berada pada kategori baik

ini dapat dilihat dari perbandingan

dengan rata-rata skor 80.

hasil antara baseline 1 dan baseline

KLB

juga

75%

efektif

untuk

grafik

2. Pada fase baseline 1 peneliti

peningkatan kemampuan mengurus

melakukan pengukuran kemampuan

diri kedua subjek:

mengurus diri dalam hal memakai

Berikut

adalah

commit to user
dan melepas kaos. Setiap sesi pada

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

baseline 1 dilakukan selama kurang

kaos sesuai dengan petunjuk dari

lebih 30 menit. Pada fase ini peneliti

media social stories. Berbeda dengan

memberikan tes perbuatan dengan

subjek

meminta subjek penelitian yaitu KLB

mengurus diri selama dirumah subjek

dan

kegiatan

terbiasa dibantu oleh orang tuanya.

memakai dan melepas kaos dari

Subjek yang awalnya sama sekali

tahap

hingga

belum bisa memakai dan melepas

menyimpan kaos tanpa bantuan.

kaos, menjadi bisa memakai dan

Peneliti memberikan pilihan macam-

melepas

macam pakaian seperti kemeja, kaos

prosesnya

dalam dan kaos untuk mengetahui

melepas

kemampuan

karena

ZA

melakukan

mengambil

kaos

subjek

dalam

KLB,

dalam

kaos

meskipun

pada

belum

dapat

subjek
kaos

kegiatan

dengan

hambatan

sempurna

dalam

gerak

mengambil kaos. Tes perbuatan pada

motorik yang dimilikinya. Faktor-

baseline

faktor

1

digunakan

untuk

tersebut

yang

menjadi

mengetahui kemampuan awal subjek

pembeda keberhasilan media social

dalam mengurus diri.

stories dari masing-masing subjek.

Media social stories dapat

Hasil akhir fase baseline 2
menunjukkan subjek ZA memiliki

dikatakan

menjadi

media

kemampuan

efektif

untuk

meningkatkan

lebih

unggul

yang

dibandingkan subjek KLB. Hal itu

kemampuan mengurus diri karena

dikarenakan selama dirumah subjek

selama proses pembelajaran yang

ZA

relatif singkat, media social stories

memang

kegiatan

terlatih

mengurus

melakukan
diri

secara

dapat memberi pengaruh terhadap

mandiri. Dorongan dan bimbingan

kemampuan

dari orang tua membuat subjek ZA

kedua subjek penelitian. Pada fase

dapat melakukan berbagai macam

intervensi media social stories dapat

kegiatan mengurus diri. Subjek ZA

diterima

yang

karena

awalnya

memiliki

ketidaksesuaian dalam melakukan

mengurus

oleh
media

gambar-gambar

subjek
ini

diri

dari

penelitian

menggunakan

sederhana

yang

kegiatan memakai dan melepas kaos
mudah dimengerti. Penggunaan
commit to user
menjadi dapat memakai dan melepas
gambar dalam media social stories

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

menambah ketertarikan subjek untuk

disampaikan

mengikuti pembelajaran mengurus

“Siswa dapat menerima instruksi

diri. Berkaitan dengan hal tersebut,

langsung

Zaman & Hernawan (2014: 3.8 &

perilaku

3.16) memberikan simpulan bahwa

sesuai situasi di dalam kelas.”

pengetahuan

seseorang

Wilkinson

dalam
sosial

adalah

memperjelas

yang

diperlukan

paling

Media ini merupakan media

banyak diperoleh secara visual atau

adaptasi yang disesuaikan dengan

melalui

karakteristik subjek penelitian yaitu

indera penglihatan dan

penggunaan media yang dapat dilihat

tunagrahita.

(visual) akan lebih mengompimalkan

merupakan individu yang lamban

proses pembelajaran.

dalam

Selain menggunakan gambar
yang mudah diterima oleh subjek
penelitian, media social stories tidak
mengharuskan siswa dapat membaca
sendiri

instruksi

secara

mandiri.

Subjek yang tidak dapat membaca
seperti KLB dan ZA juga dapat
menggunakan

media

ini

dengan

penjelasan dari orang dewasa seperti
guru dan orang tua. Hal itu sejalan
dengan

apa

yang

disampaikan

Wilkinson (2011) dalam artikel yang
berkaitan

dengan

kekurangan
artikel

dari

tersebut

kelebihan

dan

Anak

proses

mengatasi

Tunagrahita

belajarnya.

Untuk

tersebut

peneliti

hal

menggunakan task analysis atau
analisis

tugas

membantu

anak

tunagrahita seperti subjek KLB dan
ZA

mengetahui

langkah

demi

langkah secara urut pada kegiatan
memakai dan melepas kaos. Menurut
Astati (2010: 43) “analisis tugas
sangat dibutuhkan dalam mengajar
anak tunagrahita karena mereka tidak
dapat mempelajari tugas yang besarbesar.”
Pada

beberapa

sesi

dalam

social

stories,

intervensi ditemukan hambatan pada

berjudul

Social

rasa percaya diri subjek KLB. Untuk

Stories: An Emerging and Effective

mengatasi

permasalahan

Intervention for Students with Autism

peneliti

selalu

Spectrum Disorders (ASD). Salah

penguatan positif berupa pujian,

motivasi
satu kelebihan social stories yang
commit to user

dan

tersebut,

memberikan

tepukan

pundak

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

disetiap kesempatan subjek KLB

pengembangan social stories yang

melakukan kegiatan memakai dan

hasilnya efektif untuk membantu

melepas kaos.

keterampilan

Penguatan sangat

sosial

anak

diperlukan dalam mengajar anak

variasi

tunagrahita karena mereka memiliki

social stories, diantaranya adalah

karakteristik emosi labil dan rasa

multimedia social stories (Hagiwara

percaya

& Myles, 1999) dan musical social

diri

rendah.

Purwanta (2005:35)

Menurut

implementasi

autis,

dari media

“pengukuhan

stories

(Brownell, 2002) (Watts,

positif (positive reinforcer) adalah

2008).

Penelitian

suatu

social

lain

mengenai

stories

berjudul

peristiwa

yang

dihadirkan

media

segera

yang

mengikuti

Effectiveness

of

social

story

menyebabkan

interventions

for

children

with

dengan
perilaku;

yang

perilaku

tersebut

meningkat

frekuensinya.”

asperger's

syndrome

2003).

Sansosti

(Sansosti,
meneliti

Media social stories dalam

keterampilan komunikasi sosial anak

penelitian ini disajikan dalam bentuk

asperger dengan desain penelitian

buku dan poster. Penyajian dalam

multiple-baseline

bentuk

participants.

buku

bertujuan

untuk

across

Subjek

memudahkan anak latihan memakai

penelitian

dan melepas kaos secara bertahap,

social

sedangkan penyajian dalam bentuk

meningkatkan

poster memudahkan anak melihat

komunikasi sosial.

gambar secara keseluruhan. Tidak
ada

pembakuan

bentuk

atau

penerapan dari media social stories
menjadikan
mengembangkan

banyak
media

peneliti
ini.

Pengembangan dan penerapan media
social stories disesuaikan dengan

tersebut
stories

Selama

yang

Hasil

menunjukkan
efektif

untuk

keterampilan

proses

penelitian,

kedua subjek berlatih kemampuan
mengurus
selama

6

diri
sesi.

berulang-ulang

secara
Latihan
membuat

berulang
secara
subjek

terbiasa memakai dan melepas kaos

sendiri. Suhaeri HN (Astati 2010: 47)
karakteristik dan kebutuhan dari
mengemukakan bahwa mendidik
commit to user
anak. Ada penelitian menyangkut

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

anak tunagrahita diarahkan ke hal-hal

Data tumpang tindih (overlap) dari

ini,

atau

kedua subjek menunjukkan bahwa

menghapus tingkah laku yang tidak

tidak adanya data overlap, sehingga

dikehendaki, memperoleh kebiasaan

pengaruh

yang

variabel terikat pada penelitian ini

yaitu:

mengurangi

diharapkan,

memperoleh

kemampuan, menempatkan tingkah

intervensi

terhadap

dapat diyakini.

laku pada situasi yang tepat, dan

Keberhasilan dari media social

membiasakan tingkah laku yang

stories ini tidak bersifat permanen

diharapkan.

jika

Berdasarkan penjelasan yang
telah dipaparkan, maka media social
stories efektif untuk meningkatkan

kemampuan mengurus diri anak
tunagrahita kelas IV di SLB YKK

tidak

diimbangi

dengan

keberlanjutan latihan kemandirian
baik di sekolah maupun di rumah.
Orang

tua

sebaiknya

lebih

memberikan kesempatan anak untuk
belajar melakukan.

Pacitan Tahun Ajaran 2016/2017.
Selain penjelasan diatas, keefektifan
media social stories dapat juga
dibuktikan
stabilitas

dengan
data

analisis

melihat

yang

ada

dalam

dari
dalam

kondisi.

Kecenderungan stabilitas dalam tiap
fase

menunjukan

Pengaruh

data

intervensi

stabil.
terhadap

variabel terikat juga dapat dilihat dari

DAFTAR PUSTAKA
Astati. (2010). Bina Diri Untuk Anak
Tunagrahita. Bandung: Catur
Karya Mandiri
Purwanta, Edi. (2005). Modifikasi
Perilaku. Jakarta: Depdiknas.
Sudrajat, Dodo dan Lilis Rosida.
(2013). Pendidikan Bina Diri
Bagi
Anak
Berkebutuhan
Khusus. Bandung: Luxima
Metro Media

aspek perubahan level dan besar
kecilnya overlap yang terjadi pada
analisis

antar

kondisi

(Sunanto,

2006: 100). Pada penelitian ini
perubahan level dari data kedua
subjek

menunjukan

Sunanto, J., Takeuchi K., & Nakata.
(2005). Pengantar Penelitian
dengan
Subyek
Tunggal.
CRECED:
University
of
Tsukuba.

Taylor, Ronald., Lydia Smiley, &
peningkatan.
commit to user
Stephen
Ricards.
(2009).

perpustakaan.uns.ac.id

Exceptional
Students:
Preparing Teachers for the
21st Century. MCGraw-Hill
Higher Education.

Wantah,
Maria.(2007).
Pengembangan Kemandirian
Anak Tunagrahita Mampu
Latih.
Jakarta:Departemen
Pendidikan Nasional
Watts, Kari S. (2008). Dissertation:
The Effectiveness Of A Social
Story
Intervention
In
Decreasing
Disruptive
Behavior In Autistic Children.
Diakses
pada
https://etd.ohiolink.edu/rws_et
d/document/get/osu120792814
0/inline, tanggal 22 Februari
2016 pukul 10:12
Wilkinson, Lee. Publikasi 28
November
2011.
Social
Stories: An Emerging and
Effective
Intervention
for
Students with Autism Spectrum
Disorders (ASD). PediaStaff
article.
Diakses
pada
http://www.pediastaff.com/blo
g/social-stories-an-emergingand-effective-intervention-forstudents-with-autismspectrum-disorders-asd-5308,
pada 20 April 2016 pukul
13:10.
Zaman, Badru dan Asep H.
Hernawan. (2014). Media &
Sumber
Belajar
PAUD .
Banten: Universitas Terbuka.
commit to user

digilib.uns.ac.id