Perbedaan Pengaruh Antara Metode Diskusi Simulasi Dan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan bab 1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arah kebijakan pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010-2014 menitikberatkan
pada pendekatan upaya preventif, promotif, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan. Salah satu Prioritas Kementerian Kesehatan adalah
meningkatkan status kesehatan anak khususnya bayi dan balita. Masih
tingginya kesakitan dan kematian yang terjadi pada usia ini memerlukan
perhatian dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu perlu diperhatikan
serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita secara
rutin di Posyandu. Semua ini bisa terlaksana dengan adanya pemberdayaan
dan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan (Kemenkes, 2010) . Salah
satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah
menumbuh kembangkan Posyandu. (Depkes,2010).
Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) adalah salah satu bentuk Upaya

Kesehatan

Bersumberdaya

Masyarakat

(UKBM)

yang

dikelola

dan

diselenggarakan dari, oleh, untuk,dan bersama masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu
dan bayi. (Depkes,2010). Posyandu sebagai perwujudan dari peran serta
masyarakat tidak

serta


merta hadir dan bergerak dengan sendirinya,
commit to user
dukungan pemerintah terhadap keberadaan dan kesinambungan posyandu
1

2
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

terus diupayakan. Berbagai kebijakan telah dibuat , bermacam kegiatan dan
program telah dilaksanakan agar posyandu tetap eksis dan menjadi gerbang
terdepan

pada pemberdayaan masyarakat ( Dirjen PMD, 2011). Tujuan

Posyandu adalah mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak
balita, di samping itu Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk menjaga
kelangsungan hidup anak sejak dalam kandungan sampai usia balita dan untuk

membina tumbuh kembang anak secara sempurna baik fisik maupun mental
( PokJanal, 2006) .
Secara

kuantitas

perkembangan

jumlah

Posyandu

sangat

menggembirakan karena di setiap desa ditemukan sekitar 3 sampai 4
Posyandu. Pada saat Posyandu dicanangkan, tercatat sebanyak 25.000
Posyandu, tahun

2004 sebanyak 248.699 Posyandu, dan tahun 2011


meningkat menjadi 268.439 Posyandu (Dirjen Binkesmas, 2011). Namun
bila ditinjau dari aspek kualitas masih ditemukan banyak masalah antara lain
kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai ( DepKes,
2010). Hasil analisis Profil Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) menunjukkan pergeseran tingkat perkembangan Posyandu. Jika
pada tahun 2001, tercatat 44,2% Posyandu Pratama, 34,7% Posyandu
tergolong madya dan 185 posyandu tergolong strata purnama. Maka pada
tahun 2004 tercatat 33,61% Posyandu tergolong dalam strata pratama, 39,8%
tergolong dalam strata madya dan 23,62% Posyandu tergolong strata purnama.
Sementara jumlah posyandu yang tergolong mandiri turun dari 3,1% pada
tahun 2001 turun menjadi 2,91% pada tahun 2004 (Kemenkes, 2006).
commit to user

3
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Hal ini dapat juga dilihat dari hasil survei di beberapa Universitas
pada tahun 1999 tercatat bahwa: 1) hanya sekitar 40 persen dari Posyandu

yang ada yang dapat menjalankan dengan baik. 2) Sebagian besar belum
memiliki kader yang cukup dibandingkan dengan jumlah sasaran dan hanya
30 persen kader yang terlatih , 3) Sebagian besar kader belum mampu mandiri,
masih tergantung dengan petugas dari Puskesmas sebagai pembinaannya.
4) Cakupan Posyandu masih rendah, untuk balita yang sebagian besar adalah
anak usia di bawah 2 tahun, cakupannya masih di bawah 50%, sedangkan
untuk ibu hamil cakupannya hanya sekitar 20 %. (TP PKK Pusat, 2010).
Untuk meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu , Pemerintah bahkan
telah

mengeluarkan

Surat

Edaran

Menteri

Dalam


Negeri

Nomor

411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Revitalisasi Posyandu dengan
tujuan

:

1)

terselenggaranya

kegiatan

Posyandu

secara

rutin


dan

berkesinambungan , 2) tercapainya pemberdayaan tokoh masyarakat dan kader
melalui advokasi, orientasi, pelatihan atau penyegaran dan 3) tercapainya
pemantapan kelembagaan Posyandu ( DepKes, 2010). Sasaran Revitalisasi
Posyandu

adalah semua Posyandu dan diutamakan pada posyandu yang

sudah tidak aktif atau berstrata rendah (Posyandu Pratama dan Posyandu
Madya) dan Posyandu yang berada di daerah yang sebagian besar
penduduknya tergolong miskin.

Meskipun prioritas revitalisasi Posyandu

telah ditetapkan namun upaya pembinaan tetap harus dilaksanakan terhadap
kader terus dilanjutkan (Kemenkes, 2010).
commit to user


4
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kader merupakan orang yang terdekat dengan masyarakat sehingga
peran aktifnya sangat berpengaruh besar dalam memberikan pelayanan
kesehatan di Posyandu. kader diharapkan bisa menjadi penghubung antara
masyarakat dengan tenaga kesehatan sehingga kader dapat berperan sebagai
orang yang pertamakali menemukan masalah kesehatan di masyarakat.
Kelancaran kegiatan Posyandu sangat erat kaitannya dengan keaktifan kader
sebagai pelaksananya (Ketua PKK Pusat, 2010).
Upaya meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu selain tugas dan
kebijakan pemerintah juga menjadi kependulian semua pihak , sehingga
keberhasilan posyandu menjadi tanggung jawab bersama. Salah satu
permasalahan posyandu

yang mendasar adalah rendahnya tingkat

pengetahuan kader baik dari sisi akademis maupun teknis. Kader merupakan

ujung tombak dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu.
Keberadaan kader menjadi penting dan strategis , ketika pelayanan yang
diberikan mendapat simpati dari masyarakat yang pada akhirnya akan
memberikan

implikasi positif

terhadap kepedulian dan

partisipasi

masyarakat ( Dirjen Binkesmas, 2011). Oleh karena itu kader Posyandu
perlu diberikan metode pelatihan yang lain selain metode konvensional atau
ceramah dan tanya jawab dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan kader posyandu yang sesuai dengan kebijakan teknis dan
perkembangan ilmu dan teknologi (Soekiarko, 2007).

commit to user

5

digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Selama ini kader telah memperoleh Pelatihan dasar dan penyegaran
tentang kegiatan pelayanan di Posyandu. Pendekatan yang digunakan dalam
pelatihan

dasar

dan

penyegaran

kader

tersebut

adalah


pendekatan

Konvensional, yaitu pelatihan yang diberikan dengan metode ceramah dan
tanya jawab. Salah satu kelemahan dari metode konvensional adalah hanya
meningkatkan pengetahuan saja, tetapi tidak meningkatkan keterampilan
peserta pelatihan (Soekiarko, 2006).
Sedangkan data studi pendahuluan oleh peneliti yang di bantu oleh petugas
gizi Puskesmas Kedawung 1 menunjukkan bahwa terdapat 48 Posyandu di
wilayahnya. Pada Hasil studi pendahuluan tersebut juga didapatkan dari 30 kader
yang di uji coba hanya 17 ( 56% ) kader yang mengetahui tentang penimbangan
yang benar dan 20 (66% ) kader yang mengetahui cara mengisi kohort SIP yang
benar ( Sie Gizi Puskesmas Kedawung, 2012). Dari 48 posyandu terdapat 240
kader posyandu yang hanya sebagian saja yang mendapatkan pelatihan kader
posyandu oleh karena banyaknya kader yang usia lanjut berganti generasi yang
muda. Selama ini pendekatan yang di gunakan dalam pelatihan kader Posyandu
adalah pendekatan konvensional, yaitu

pendekatan diberikan dengan metode

ceramah dan tanya jawab . Salah satu kelemahan metode konvensional atau
ceramah adalah hanya meningkatkan pengetahuan saja, tetapi tidak meningkatkan
keterampilan peserta ( Sukiarko, 2007).

commit to user

6
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dari data tersebut penulis ingin meneliti pengaruh perbedaan pelatihan
dengan metode diskusi, simulasi pada kader posyandu guna meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan posyandu dalam pengelolaan posyandu.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalah penelitian adalah :
”Apakah ada perbedaan pengaruh antara metode diskusi simulasi dan metode
ceramah terhadap pengetahuan kader posyandu ?”
“Apakah ada perbedaan pengaruh antara metode diskusi simulasi dan metode
ceramah terhadap keterampilan kader posyandu ?”
Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Menganalisis perbedaan pengaruh antara metode diskusi simulasi dan metode
ceramah terhadap pengetahuan dan keterampilan.
b. Tujuan Khusus
Mengaalisis perbedaan pengaruh antara metode diskusi simulasi dan metode
ceramah terhadap pengetahuan kader posyandu.
Menganalisis perbedaan pengaruh antara metode diskusi simulasi dan metode
ceramah terhadap keterampilan kader posyandu.

Manfaat penelitian
commit to user

7
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Diharapkan dengan penelitian ini dapat diambil manfaatnya untuk kemajuan
bersama, antara lain sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan evaluasi dalam pelatihan kader Posyandu
2. Manfaat praktis
Sebagai acuan

untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan kader

sehingga dapat meningkatkan sumber daya kader Posyandu yang ada .

commit to user