Urgensi Indonesia dalam meratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2002.

URGENSI INDONESIA DALAM MERATIFIKASI ASEAN AGREEMENT ON
TRANSBOUNDARY HAZE POLLUTION 2002
Fanny Jenifer
110111090122
Urgensi Indonesia dalam meratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze
Pollution 2002 ini penulis angkat sebagai skripsi karena kebakaran hutan dan atau
lahan dalam skala besar terjadi hampir setiap tahun di Indonesia, dan menimbulkan
banyak kerugian baik bagi Indonesia maupun bagi negara-negara tetangga yang
terkena dampak pencemaran kabut asap. Kebakaran yang hampir terjadi setiap
tahun tersebut seakan menjadi bukti bahwa pemerintah Indonesia belum mampu
untuk mengatasi masalah ini. Masalah ini pun menjadi pembahasan pada
pertemuan tingkat tinggi di ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 1997,
kemudian negara-negara ASEAN menganggap perlu dibuatnya ASEAN Agreement
on Transboundary Haze Pollution 2002 untuk mengatasi kebakaran hutan dan/atau
lahan. Persetujuan ini ditandatangani oleh seluruh negara anggota ASEAN pada
tanggal 10 Juni 2002, di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk dapat berlaku, negara
peserta harus menyatakan pengikatan dirinya melalui ratifikasi, aksesi, penerimaan
atau penyetujuan. Namun, hingga kini Pemerintah Indonesia belum meratifikasi
AATHP, dengan alasan masih dibahas oleh DPR-RI. Maka, dalam tugas akhir ini
penulis membahas mengenai ketentuan ASEAN Agreement on Transboundary Haze
Pollution 2002 yang bertentangan dengan Hukum Nasional Indonesia dan juga

mengenai apakah perlu Pemerintah Indonesia meratifikasi ASEAN Agreement on
Transboundary Haze Pollution 2002.
Metode penulisan yang penulis gunakan adalah penelitian kepustakaan dengan
menggunakan sumber hukum primer dan sekunder, dengan pendekatan juridisnormatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan ketentuan
ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2002 yang bertentangan
dengan Hukum Nasional dan penulis berpendapat bahwa penting bagi Indonesia
untuk meratifikasi Persetujuan AATHP 2002. Sehingga penulis berpendapat bahwa
Pemerintah Indonesia sebaiknya segera meratifikasi ASEAN Agreement on
Transboundary Haze Pollution 2002.

INDONESIA RATIFIED THE URGENCY IN ASEAN AGREEMENT ON
TRANSBOUNDARY HAZE POLLUTION 2002
Fanny Jenifer
110111090122
Urgency Indonesia ratified the ASEAN Agreement on Transboundary Haze
Pollution in 2002 on the thesis because the author adopted as forest fires and land
on a large scale or occur almost every year in Indonesia, and caused a lot of losses
for both Indonesia and the neighboring countries affected by the haze pollution
smoke. Fires that occur almost every year seemed to be evidence that the

Indonesian government has not been able to resolve this issue. This issue was
under discussion at the ASEAN summit in Kuala Lumpur, Malaysia in 1997, then
ASEAN countries need to assume the ASEAN Agreement on Transboundary made
Haze Pollution in 2002 to cope with forest fires and / or land. The Agreement was
signed by all ASEAN member countries on June 10, 2002, in Kuala Lumpur,
Malaysia. To be valid, binding of the participating countries must declare themselves
through ratification, accession, acceptance or approval. However, until now the
Indonesian government has not ratified AATHP, for reasons still being discussed by
the Parliament. Thus, in this thesis the author discusses the opposite regulation of
AATHP 2002 and Indonesian national laws regarding forest fires and also the
urgency of Indonesia to ratify the ASEAN Agreement on Transboundary Haze
Pollution in 2002.
Writing method that I use is the research literature by using primary and
secondary sources of law, the juridical-normative approach.
Based on the results of research conducted, the authors argue that there is some
provisions of AATHP 2002 which is opposite with indonesian national law, and that is
importat for Indonesia to ratify the ASEAN Agreement on Transboundary Haze
Pollution in 2002.