ANALISIS PERBEDAAN FREKUENSI TERSANGKA KASUS NARKOBA DI SUMATERA UTARA DITINJAU DARI JENIS NARKOBA DAN TINGKAT PENDIDIKAN PELAKU DENGAN MENGGUNAKAN ANAVA.

(1)

Oleh:

Dedy Mas Ary NIM 408211015 Program Studi Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2013


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam cinta untuk kita semua, Alhamdulilah sebanyak-banyak pujian yang baik hanyalah untuk Allah, zat yang Maha Kuasa, Maha Baik, Maha Menggenggam, zat yang membolak-balikan hati, tiada satupun yang setara dengannya yang tidak pernah bosan memberikan banyak nikmat sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Perbedaan Frekuensi Tersangka Kasus Narkoba Di Sumatera Utara Ditinjau Dari Jenis Narkoba Dan Tingkat Pendidikan Pelaku Dengan Menggunakan Anava” terselesaikan. Shalawat dan salam kebaikan kita sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW, manusia yang paling sempurna dan memiliki kecintaan tiada tanding kepada kita sebagai umatnya.

Skripsi ini memberikan gambaran kondisi frekuensi tersangka kasus narkoba yang menyerang generasi harapan bangsa di jajaran Polda Sumut. Dalam penyusunannya pasti tidak akan tercapai hasil yang baik bilamana tidak ada bimbingan, bantuan, saran, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dra. Hamidah Nasution, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan ditengah kesibukan yang luarbiasa. Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D., selaku dekan FMIPA, Bapak Drs. Syafari, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Matematika, Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si., selaku Ketua Prodi Matematika, Kepada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd., Bapak Drs. J. Ambarita, M.Pd., dan Bapak Abil Mansyur, M.Si., selaku Dosen Penguji. Seluruh staf pengajar Jurusan Matematika FMIPA yang telah memberikan bimbingan kepada penulis semenjak mengikuti perkuliahan. Seluruh staf pegawai di lingkungan FMIPA UNIMED. Secara khusus, teristimewa, dan tercinta penulis mengucapkan terima kasih, hormat, rasa cinta, dan bangga memiliki ibu dan ayah yaitu kepada Ayahanda Supardi dan Ibunda Sumarni atas semua rasa cintanya, doa, motivasi, dan jerih payah yang tidak akan mampu penulis balas sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Tanpa ibu dan ayah tiada kata sukses dan rhido Allah. Kepada Abang dan Kakakku tercinta Suriyanto, Desi Kusumawati, Sri Hartati,


(4)

v

dan Rina Daniati, terima kasih atas kasih sayangnya. Salam cinta kepada saudara-saudari di UKMI Ar-Rahman Unimed yang membantu mengolah dan memunculkan karakter baik dan kuat, hamba-hamba Allah yang ketika bersamanya menambah kecintaan kepada Allah Azza wa Zalla, Abangda Pilmon Ginting, S.Pd., Abangda Fuji Ratno, M.Pd., Mas Hariyono, S.Si, orang-orang luarbiasa yang membantu mengajarkan tentang cinta dan menumbuhkan rasa cinta kepada sang Ilahi sehingga hidup lebih nikmat untuk dilalui. Pimpinan serta seluruh pegawai Polda Sumut yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data-data yang diperlukan. Kepada teman-teman Matematika Non Dik 2008 yang tidak disebutkan satu per satu penulis ucapkan terima kasih atas persahabatannya selama ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas semua bantuan, bimbingan, persahabatan, dan rasa cinta yang telah diberikan.

Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada skripsi ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terima kasih dan semoga skripsi ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Medan, Agustus 2013 Penulis,

Dedy Mas Ary NIM. 408211015


(5)

Analisis Perbedaan Frekuensi Tersangka Kasus Narkoba Di Sumatera

Utara Ditinjau Dari Jenis Narkoba Dan Tingkat Pendidikan Pelaku

Dengan Menggunakan Anava

Dedy Mas Ary (NIM 40821

1015) ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil rata-rata frekuensi yang signifikan antara jenis narkoba (ganja, putauw, ekstasi, dan shabu), apakah ada perbedaan hasil rata-rata frekuensi yang signifikan antara tingkat pendidikan tersangka (SD, SMP, SMA, dan PT) serta untuk mengetahui apakah ada interaksi dari jenis narkoba dan tingkat pendidikan tersangka terhadap frekuensi tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis persoalan tersebut adalah analisis varian dua arah dengan interaksi karena metode ini secara khusus memperlihatkan perbedaan frekuensi dari beberapa perlakuan dalam suatu kegiatan penelitian. Anava juga memungkinkan untuk dapat melihat pengaruh peubah bebas dan peubah kontrol, baik secara terpisah maupun bersama-sama, terhadap peubah terikatnya. Dengan kata lain dapat dilihat apakah ada interaksi antara peubah bebas dengan peubah kontrol sehingga peubah terikat itu hasilnya akan lain bila besar pengaruh peubah kontrolnya berbeda. Hasil uji hipotesis menyatakan bahwa ada perbedaan hasil rata-rata frekuensi tersangka kasus narkoba yang signifikan antara jenis narkoba, ada perbedaan hasil rata-rata frekuensi tersangka kasus narkoba yang signifikan antara tingkat pendidikan tersangka serta ada interaksi dari dari jenis narkoba dan tingkat pendidikan tersangka terhadap frekuensi tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara. Karena adanya perbedaan itu maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan untuk menentukan variabel mana yang memiliki perbedaan cukup berarti terhadap variabel lainnya yang menghasilkan uji beda dua rata-rata perlakuan yang berbeda dengan secara nyata yang memiliki beda terbesar yaitu pada perlakuan A4 B3 (A pada taraf ke-4 dan B pada taraf ke-3) yaitu pada selisih

�43

− � 24 = 92,85−0 = 92,85 yaitu jenis shabu dengan tingkat pendidikan SMA untuk wilayah Polda Sumut periode Januari 2011 sampai dengan Mei 2013.


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Lampiran ix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Batasan Masalah 4

1.3. Rumusan Masalah 4

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Narkoba 6

2.1.1. Pengertian Narkoba 6

2.1.2. Penggolongan Narkoba 7

2.1.2.1. Narkotika 7

2.1.2.2. Psikotropika 7

2.1.2.3. Bahan Aditif 8

2.1.3. Jenis-Jenis Narkoba 9

2.1.4. Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Remaja 12

2.2. Analisis Varian 14

2.3. Analisis Varian Dua Arah 17

2.4. Macam-Macam Anova Dua Arah 22


(7)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Metode Penelitian 28

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 28

3.3. Prosedur Penelitian 28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data 36

4.2. Klasifikasi Data 37

4.3. Analisis Data 42

4.4. Analisis Lanjutan Setelah Anava (Uji Jarak Duncan) 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 50

5.2. Saran 50


(8)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Tersangka Kasus Narkoba Tahun 2011 s/d Mei 2013 52 Lampiran 2. Data Klasifikasi Anava Jenis Narkoba (Narkotika) dan 54

Tingkat Pendidikan Tersangka Kasus Narkoba (TPT) Tahun 2011 s/d Mei 2013 Sejajaran Polda Sumut.

Lampiran 3. Perhitungan harga-harga jumlah kuadrat 58 Lampiran 4. Perbandingan dari hasil selisih dari nilai rata-rata perlakuan 62

yang terbesar dengan yang terkecil dengan nilai Rp yang bersesuaian

Lampiran 5. Daftar Tabel Distribusi F 66

Lampiran 6. Daftar nilai baku P pada taraf kritis 5% untuk Uji Jarak 70 Nyata Duncan


(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Baik buruknya suatu bangsa dan negara tidak terlepas dari peran remaja sehingga untuk membangun suatu masyarakat madani dan negara yang maju diperlukan sosok pemuda ataupun remaja yang sehat baik akal dan fisiknya. Remaja merupakan pemeran utama untuk mewujudkan cita-cita besar suatu bangsa sebagaimana pernyataan soekarno bahwa ia hanya membutuhkan sepuluh pemuda untuk mengubah dunia. Pemuda atau remaja pula yang merupakan agent of change (agen perubahan), Guardian of Value (penjaga nilai-nilai), dan iront stock (mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya). Jika remaja suatu negara berkembang dengan kualitas yang baik maka besar harapan terwujudnya bangsa dan negara berkualitas baik. Namun, jika terjadi sebaliknya maka keadaan bangsa jauh dari yang diharapkan, bahkan bisa menjadi kehancuran suatu bangsa dan negara. Oleh sebab itu melindungi pemuda dari hal-hal yang merusak pemuda adalah suatu kewajiban karena hal ini sama dengan melindungi negara Indonesia dari kehancuran.

Salah satu faktor yang merusak pemuda adalah peredaran dan penggunaan narkoba yang sampai saat ini tidak dapat diberantas keberadaannya khususnya oleh pihak berwenang sehingga sudah menyebar di semua tingkat pendidikan dengan frekuensi kasus narkoba yang mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya seperti yang dikemukakan oleh kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumut, Aguswan (dalam Waspada, 8 Juni 2012) menyatakan bahwa:

“penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Jumlah penyalahgunaan narkoba terus mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya. Bahkan, pada tahun 2015, penyalahgunaan narkoba di Tanah Air diprediksi mencapai 5,6 juta orang atau 2,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan hasil survey BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI, angka prevalensi


(10)

2 penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 1,99 persen atau sekitar 3,3 juta orang dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun. Pada tahun 2010, angka prevalensi tersebut meningkat menjadi 2,21 persen atau 3,8 juta orang. Pada tahun 2015, diproyeksikan akan meningkat menjadi 2,8 persen atau 5,1-5,6 juta orang. Sementara untuk Sumatera Utara, pada tahun 2010 jumlah penyalahgunaan narkotika mencapai 2,2 persen dari 12 juta penduduk. Sedangkan berdasarkan data kejahatan narkoba yang diungkapkan Polda Sumut dan jajarannya, tahun 2010 ada 2.718 kasus dan 3.736 tersangka. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 2.728 kasus dan 3.514 tersangka, 3.531 tersangka dari 2.802 kasus (2009), 3.896 tersangka dari 2.666 kasus (2008). Data di atas secara gamblang mengatakan bahwa jumlah rata-rata tersangka mencapai lebih dari 3.500 orang per tahun dengan kisaran 2.700 lebih kasus”.

Jenis narkoba (shabu, ganja, heroin, miras, ekstasi) yang beredar di masyarakat juga mempengaruhi frekuensi kasus narkoba yang cenderung meningkat. Dari data BNN Provinsi Sumut yang dipaparkan oleh Henny Indriany (2012), jenis shabu cenderung meningkat dari tahun 2007-2011. Tahun 2007 terdapat 665 kasus, tahun 2008 terdapat 823 kasus, tahun 2009 terdapat 935 kasus, tahun 2010 terdapat 1.467 kasus, dan tahun 2011 terdapat1.746 kasus.

(http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/10/20120510170025-10251.pdf)

Kasus narkoba di Sumut yang paling tinggi mulai tahun 2007-2011 berdasarkan data dari BNN Provinsi Sumut terdapat pada tingkat pendidikan SMA dengan total kasus 9.222, diikuti SMP dengan 6.480 kasus, SD berjumlah 3.597 kasus dan perguruan tinggi sebanyak 551 kasus.

(http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/10/20120510170025-10251.pdf)

Eni Ariyanti (2013) memaparkan bahwa “pada tahun 2011, siswa SMP pengguna napza (narkoba, psikotropika, dan zat adiktif) berjumlah 1.345 orang, kemudian pada tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari hingga Febuari 2013 tercatat 262 orang. Di kalangan SMA, pada tahun 2011 tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru tahun 2013 tercatat 519 orang. Berdasarkan data hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) terkait penggunaan narkoba, tercatat sebanyak 921.695 orang atau sekitar 4,7 persen dari total pelajar dan mahasiswa di Indonesia adalah sebagai pengguna barang haram tersebut. BNN juga mencatat kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan


(11)

3 mengancam). Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulaimencoba-coba mengisap rokok.”

Melihat data di atas, kondisi ini sangat membahayakan bagi keselamatan bangsa dan negara. Narkoba sudah banyak dikonsumsi oleh calon dan generasi muda yang akan menjadi agent of change negara Indonesia. Manusia yang dididik seharusnya menghasilkan dan menampilkan karakter pemuda yang baik secara lisan maupun perbuatan. Namun, yang terjadi justru berbeda dari yang dipikirkan.

Untuk itu perlu diadakan penelitian mengenai hal ini dengan menggunakan metode analisis varian dua arah un tuk menganalisis perbedaaan frekuensi kasus narkoba di Sumatera Utara ditinjau dari jenis narkoba dan pendidikan pelaku remaja.

“Syafaruddin (2004) menyatakan bahwa, anava dua jalan adalah analisis untuk menentukan perbedaan harga rata-rata atau varian dari dua variabel, dimana tiap variabel terdiri dari beberapa klasifikasi atau faktor”.

“Budiyono (2004) menyatakan bahwa keuntungan dari metode ini yaitu dapat menguji beda rataan untuk beberapa populasi sekaligus. Sedangkan kelemahannya, apabila Ho ditolak, peneliti hanya mengetahui bahwa perlakuan yang diteliti tidak memberikan efek yang sama. Namun, peneliti belum mengetahui manakah dari perlakuan itu yang secara signifikan berbeda dengan yang lain sehingga untuk menutupi kelemahan ini, dilakukan uji lanjutan anava seperti uji jarak Duncan”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka peneliti

mengambil judul penelitian “Analisis Perbedaan Frekuensi Tersangka Kasus

Narkoba Di Sumatera Utara Ditinjau Dari Jenis Narkoba Dan Tingkat Pendidikan Pelaku Dengan Menggunakan Anava”.

1.2. Batasan Masalah

Batasan masalah untuk penelitian ini adalah:

a. Jenis narkoba yang diteliti meliputi : ganja, shabu, putauw, dan ekstasi, sedangkan tingkat pendidikan pelaku dikategorikan: SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi (PT).

b. Data tersangka pengguna narkoba berdasarkan jenis narkoba dan tingkat pendidikan di ambil dari Poldasu yang meliputi daerah Sumatera Utara.


(12)

4 1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah untuk diteliti adalah bagaimana menggunakan anava untuk menganalisis:

1. Apakah ada perbedaan hasil rata-rata frekuensi yang signifikan antara jenis narkoba pada tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara?

2. Apakah ada perbedaan hasil rata-rata frekuensi yang signifikan antara tingkat pendidikan tersangka pada tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara?

3. Apakah ada interaksi dari jenis narkoba dan tingkat pendidikan tersangka terhadap frekuensi tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara yang signifikan?

1.4. Tujuan Penelitian:

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil rata-rata frekuensi yang signifikan antara jenis narkoba pada tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara?

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil rata-rata frekuensi yang signifikan antara tingkat pendidikan pelaku pada tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara?

3. Untuk mengetahui interaksi dari jenis narkoba dan tingkat pendidikan pelaku terhadap frekuensi tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara yang signifikan?

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis narkoba dan tingkat pendidikan yang paling tinggi frekuensi tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara yang signifikan.


(13)

5 2. Bagi seluruh lapisan masyarakat dan orang tua, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membuka mata dan kesadaran kita untuk bersama-sama membina dan mengarahkan serta menjaga perkembangan kepribadian para remaja, agar dapat membentuk pribadi tunas-tunas penerus bangsa yang baik dan tangguh.

3. Pemerintah bisa menjadikan penelitian ini sebagai bahan acuan untuk mengambil kebijakan mengatasi peredaran dan penggunaan narkoba. 4. Memberikan wacana dan informasi tentang fenomena peredaran dan

penggunaan narkoba di Sumatera Utara dengan tujuan agar semua pihak lebih memperhatikan perkembangan dan pendidikan generasi muda.

5. Mengetahui dampak yang terjadi bila jenis narkoba (ganja, putauw, ekstasi, dan shabu) diinteraksikan dengan tingkat pendidikan pelaku.


(14)

52 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Ariyanti, Eni. 2013. Pengguna Narkoba di Kalangan Remaja Meningkat. http://beritadaerah.com/tajuks/getContent/240. Diakses 14 maret 2013

Budiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Hasan, Iqbal. 2010. Pokok-pokok Materi Statistika 2. Jakarta : PT Bumi Askara. Cetakan ke-6.

Indriany, Henny. 2012. Data Tindak Pidana Narkoba Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2011. http: //www. bnn.go.id /portal/_ uploads /post/ 2012/ 05/10/ 20120510170025-10251.pdf. Diakses 2 mei 2013

Lungan, Ricard. 2006. Aplikasi Statistika dan Ilmu Peluang. Yokyakarta: Graha Ilmu.

Riduan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis.Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2005. Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta. Cetakan ke-4.

Russefendy.1998. Statistika Dasar. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sulaiman W. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus dan Pemecahannya. Jakarta: Andi.

Syafaruddin. 2004. Statistik Terapan Untuk Penelitian. Jakarta : Grasindo.

Usman, Husaini, dan Setiady Akbar, Purnomo. 2008. Pengantar Statistika cetakan ke-dua. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika

Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika

Walpole, Ronald E. 1990. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia. Edisi ke-3.

________.2012. 2015, Pengguna Narkoba 5,6 Juta. http: //www. waspada.co.id/ index.php?option=com_content&view=article&id=249412:2015pengguna


(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Baik buruknya suatu bangsa dan negara tidak terlepas dari peran remaja sehingga untuk membangun suatu masyarakat madani dan negara yang maju diperlukan sosok pemuda ataupun remaja yang sehat baik akal dan fisiknya. Remaja merupakan pemeran utama untuk mewujudkan cita-cita besar suatu bangsa sebagaimana pernyataan soekarno bahwa ia hanya membutuhkan sepuluh pemuda untuk mengubah dunia. Pemuda atau remaja pula yang merupakan agent of change (agen perubahan), Guardian of Value (penjaga nilai-nilai), dan iront stock (mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya). Jika remaja suatu negara berkembang dengan kualitas yang baik maka besar harapan terwujudnya bangsa dan negara berkualitas baik. Namun, jika terjadi sebaliknya maka keadaan bangsa jauh dari yang diharapkan, bahkan bisa menjadi kehancuran suatu bangsa dan negara. Oleh sebab itu melindungi pemuda dari hal-hal yang merusak pemuda adalah suatu kewajiban karena hal ini sama dengan melindungi negara Indonesia dari kehancuran.

Salah satu faktor yang merusak pemuda adalah peredaran dan penggunaan narkoba yang sampai saat ini tidak dapat diberantas keberadaannya khususnya oleh pihak berwenang sehingga sudah menyebar di semua tingkat pendidikan dengan frekuensi kasus narkoba yang mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya seperti yang dikemukakan oleh kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumut, Aguswan (dalam Waspada, 8 Juni 2012) menyatakan bahwa:

“penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Jumlah penyalahgunaan narkoba terus mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya. Bahkan, pada tahun 2015, penyalahgunaan narkoba di Tanah Air diprediksi mencapai 5,6 juta orang atau 2,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan hasil survey BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI, angka prevalensi


(2)

2 penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 1,99 persen atau sekitar 3,3 juta orang dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun. Pada tahun 2010, angka prevalensi tersebut meningkat menjadi 2,21 persen atau 3,8 juta orang. Pada tahun 2015, diproyeksikan akan meningkat menjadi 2,8 persen atau 5,1-5,6 juta orang. Sementara untuk Sumatera Utara, pada tahun 2010 jumlah penyalahgunaan narkotika mencapai 2,2 persen dari 12 juta penduduk. Sedangkan berdasarkan data kejahatan narkoba yang diungkapkan Polda Sumut dan jajarannya, tahun 2010 ada 2.718 kasus dan 3.736 tersangka. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 2.728 kasus dan 3.514 tersangka, 3.531 tersangka dari 2.802 kasus (2009), 3.896 tersangka dari 2.666 kasus (2008). Data di atas secara gamblang mengatakan bahwa jumlah rata-rata tersangka mencapai lebih dari 3.500 orang per tahun dengan kisaran 2.700 lebih kasus”.

Jenis narkoba (shabu, ganja, heroin, miras, ekstasi) yang beredar di masyarakat juga mempengaruhi frekuensi kasus narkoba yang cenderung meningkat. Dari data BNN Provinsi Sumut yang dipaparkan oleh Henny Indriany (2012), jenis shabu cenderung meningkat dari tahun 2007-2011. Tahun 2007 terdapat 665 kasus, tahun 2008 terdapat 823 kasus, tahun 2009 terdapat 935 kasus, tahun 2010 terdapat 1.467 kasus, dan tahun 2011 terdapat1.746 kasus. (http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/10/20120510170025-10251.pdf)

Kasus narkoba di Sumut yang paling tinggi mulai tahun 2007-2011 berdasarkan data dari BNN Provinsi Sumut terdapat pada tingkat pendidikan SMA dengan total kasus 9.222, diikuti SMP dengan 6.480 kasus, SD berjumlah 3.597 kasus dan perguruan tinggi sebanyak 551 kasus.

(http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/10/20120510170025-10251.pdf) Eni Ariyanti (2013) memaparkan bahwa “pada tahun 2011, siswa SMP pengguna napza (narkoba, psikotropika, dan zat adiktif) berjumlah 1.345 orang, kemudian pada tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari hingga Febuari 2013 tercatat 262 orang. Di kalangan SMA, pada tahun 2011 tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru tahun 2013 tercatat 519 orang. Berdasarkan data hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) terkait penggunaan narkoba, tercatat sebanyak 921.695 orang atau sekitar 4,7 persen dari total pelajar dan mahasiswa di Indonesia adalah sebagai pengguna barang haram tersebut. BNN juga mencatat kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan


(3)

3 mengancam). Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulaimencoba-coba mengisap rokok.”

Melihat data di atas, kondisi ini sangat membahayakan bagi keselamatan bangsa dan negara. Narkoba sudah banyak dikonsumsi oleh calon dan generasi muda yang akan menjadi agent of change negara Indonesia. Manusia yang dididik seharusnya menghasilkan dan menampilkan karakter pemuda yang baik secara lisan maupun perbuatan. Namun, yang terjadi justru berbeda dari yang dipikirkan.

Untuk itu perlu diadakan penelitian mengenai hal ini dengan menggunakan metode analisis varian dua arah un tuk menganalisis perbedaaan frekuensi kasus narkoba di Sumatera Utara ditinjau dari jenis narkoba dan pendidikan pelaku remaja.

“Syafaruddin (2004) menyatakan bahwa, anava dua jalan adalah analisis untuk menentukan perbedaan harga rata-rata atau varian dari dua variabel, dimana tiap variabel terdiri dari beberapa klasifikasi atau faktor”.

“Budiyono (2004) menyatakan bahwa keuntungan dari metode ini yaitu dapat menguji beda rataan untuk beberapa populasi sekaligus. Sedangkan kelemahannya, apabila Ho ditolak, peneliti hanya mengetahui bahwa perlakuan yang diteliti tidak memberikan efek yang sama. Namun, peneliti belum mengetahui manakah dari perlakuan itu yang secara signifikan berbeda dengan yang lain sehingga untuk menutupi kelemahan ini, dilakukan uji lanjutan anava seperti uji jarak Duncan”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka peneliti mengambil judul penelitian “Analisis Perbedaan Frekuensi Tersangka Kasus Narkoba Di Sumatera Utara Ditinjau Dari Jenis Narkoba Dan Tingkat Pendidikan Pelaku Dengan Menggunakan Anava”.

1.2. Batasan Masalah

Batasan masalah untuk penelitian ini adalah:

a. Jenis narkoba yang diteliti meliputi : ganja, shabu, putauw, dan ekstasi, sedangkan tingkat pendidikan pelaku dikategorikan: SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi (PT).

b. Data tersangka pengguna narkoba berdasarkan jenis narkoba dan tingkat pendidikan di ambil dari Poldasu yang meliputi daerah Sumatera Utara.


(4)

4 1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah untuk diteliti adalah bagaimana menggunakan anava untuk menganalisis:

1. Apakah ada perbedaan hasil rata-rata frekuensi yang signifikan antara jenis narkoba pada tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara?

2. Apakah ada perbedaan hasil rata-rata frekuensi yang signifikan antara tingkat pendidikan tersangka pada tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara?

3. Apakah ada interaksi dari jenis narkoba dan tingkat pendidikan tersangka terhadap frekuensi tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara yang signifikan?

1.4. Tujuan Penelitian:

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil rata-rata frekuensi yang signifikan antara jenis narkoba pada tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara?

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil rata-rata frekuensi yang signifikan antara tingkat pendidikan pelaku pada tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara?

3. Untuk mengetahui interaksi dari jenis narkoba dan tingkat pendidikan pelaku terhadap frekuensi tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara yang signifikan?

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis narkoba dan tingkat pendidikan yang paling tinggi frekuensi tersangka kasus narkoba di provinsi Sumatera Utara yang signifikan.


(5)

5 2. Bagi seluruh lapisan masyarakat dan orang tua, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membuka mata dan kesadaran kita untuk bersama-sama membina dan mengarahkan serta menjaga perkembangan kepribadian para remaja, agar dapat membentuk pribadi tunas-tunas penerus bangsa yang baik dan tangguh.

3. Pemerintah bisa menjadikan penelitian ini sebagai bahan acuan untuk mengambil kebijakan mengatasi peredaran dan penggunaan narkoba. 4. Memberikan wacana dan informasi tentang fenomena peredaran dan

penggunaan narkoba di Sumatera Utara dengan tujuan agar semua pihak lebih memperhatikan perkembangan dan pendidikan generasi muda.

5. Mengetahui dampak yang terjadi bila jenis narkoba (ganja, putauw, ekstasi, dan shabu) diinteraksikan dengan tingkat pendidikan pelaku.


(6)

52 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Ariyanti, Eni. 2013. Pengguna Narkoba di Kalangan Remaja Meningkat. http://beritadaerah.com/tajuks/getContent/240. Diakses 14 maret 2013 Budiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University

Press.

Hasan, Iqbal. 2010. Pokok-pokok Materi Statistika 2. Jakarta : PT Bumi Askara. Cetakan ke-6.

Indriany, Henny. 2012. Data Tindak Pidana Narkoba Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2011. http: //www. bnn.go.id /portal/_ uploads /post/ 2012/ 05/10/ 20120510170025-10251.pdf. Diakses 2 mei 2013

Lungan, Ricard. 2006. Aplikasi Statistika dan Ilmu Peluang. Yokyakarta: Graha Ilmu.

Riduan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis.Bandung: Alfabeta. Riduwan. 2005. Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta. Cetakan ke-4. Russefendy.1998. Statistika Dasar. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sulaiman W. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus dan Pemecahannya. Jakarta: Andi.

Syafaruddin. 2004. Statistik Terapan Untuk Penelitian. Jakarta : Grasindo.

Usman, Husaini, dan Setiady Akbar, Purnomo. 2008. Pengantar Statistika cetakan ke-dua. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika

Walpole, Ronald E. 1990. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia. Edisi ke-3. ________.2012. 2015, Pengguna Narkoba 5,6 Juta. http: //www. waspada.co.id/