ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2005 - 2009 Analisis Pertumbuhan Penduduk Di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009.

ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KECAMATAN
SIMO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2005 - 2009
PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S-1
Fakultas Geografi

Disusun Oleh:
FERI ARDITIA
NIRM : 06.6.106.09010.5.0007

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

HALAMAN PENGESAHAN PUBLIKASI ILMIAH
ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KECAMATAN SIMO
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2005 – 2009

FERI ARDITIA
NIRM : 06.6.106.09010.5.0007


Telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat oleh
Team Pembimbing :

Pembimbing I

: Drs. Priyono, M.Si

(.............................)

Pembimbing II

: Dra. Hj. Umrotun, M.Si

(.............................)

Surakarta, 4 Maret 2013
Dekan Fakultas Geografi

Drs. Priyono, M.Si


ii

SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertandatangan di bawah ini, saya
Nama

: Feri Arditia

Nirm

: 06.6.106.09010.5.0007

Fakultas : Geografi
Jenis

: Skripsi


Judul

: Analisis Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Simo Kabupaten
Boyolali Tahun 2005 – 2009

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan

hak

menyimpan,

formatkan,

mengelola

dalam


mengalihkan

bentuk

pangkalan

mediakan/mengalih
data

(database),

mendistribusikan, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk
kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS tanpa perlu meminta ijin
dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan Perpustakaan UMS dari semua bentuk tuntutan hukum yang
timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana semestinya.


Surakarta, 4 Maret 2013
Yang Menyatakan

(Feri Arditia)

iii

ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KECAMATAN SIMO
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2005 – 2009
Analysis of population growth in the sub district Simo
Boyolali in 2005 – 2009
Oleh :
Feri Arditia
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57162, Telp (0271)717417

ABSTRACT
The research was conducted in Sub District of Simo Boyolali Regency entitled “ANALYSIS
OF POPULATION GROWTH IN THE SUB DISTRICT SIMO BOYOLALI IN 2005 –
2009”. The aims are: 1. Finding out the rate of population growth in Sub District of Simo in

2005 - 2009, 2. Finding out the factor which most influence the rate of population growth in
Sub District of Simo in 2005 - 2009, 3. Finding out the effect of population growth on the
availability of health facilities, education, and economic development in Sub District of Simo.
The method used in this research was the analysis of secondary data, secondary data
used in this research included death, birth, migration, economic facilities, educational
facilities, and healthcare facilities. Data analysis used frequency tables and statistical analysis
data, the analysis was done by scoring or giving a score of 1 to 3 to the variables of the
research. While, to search the relationship and state how strong the relationship between
variables, namely the rate of population growth affects to availability of socio-economic
facilities used SPSS program with the linear regression formula.
The research results showed that the population growth that occurred in the research
area from the year of 2005 - 2009 in the low category because it had only a growth rate of
0.17%. The factors that most affect population growth is a factor of mortality, it is known
from the value of mortality rates have increased so the rate of population growth that occurred
in the research area is low. The calculations in the year of 2005 on the relationship between
the availability of health facilities to population growth of (0.373) indicates that the value of
the availability of health facilities affect population growth despite having a low number, the
relationship between educational facilities to the population growth of (0.538) indicates that
the value of the availability of educational facilities affect population growth despite having
the numbers were, the relationship between economic facilities to the growth of a population

of (0.316) indicates that the value of the availability of the economic impact of population
growth despite having a low number. Whereas in 2009 the relationship between health
facilities to population growth of (0.682) indicates that the value is the availability of health
facilities affect population growth because they have strong numbers, the relationship
between educational facilities to the population growth of (0.166) indicates that the value is
the availability of educational facilities effect on population growth despite having a very low
rate, the relationship between economic facilities to the growth of a population of (0.322)
indicates that the value of the availability of the economic impact of population growth
despite having a low number.
Keywords: Analysis of Population Growth
Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali dengan judul
“ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN 2005 – 2009” bertujuan: 1. Mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk
di Kecamatan Simo tahun 2005 – 2009, 2. Mengetahui faktor apa yang paling mempengaruhi
tingkat pertumbuhan penduduk di Kecamatan Simo tahun 2005 – 2009, 3. Mengetahui

pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan
ekonomi di Kecamatan Simo.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder, data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kematian, kelahiran, migrasi, fasilitas
ekonomi, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Analisis data menggunakan table
frekwensi dan analisa data statistik, analisis dikerjakan dengan melakukan scoring atau
memberikan skor 1 sampai 3 terhadap variabel – variabel penelitian. Sedangkan untuk
mencari hubungan dan menyatakan seberapa kuat hubungan antar variabel yaitu tingkat
pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap ketersediaan fasilitas sosial ekonomi digunakan
program SPSS dengan rumus regresi linier.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan penduduk yang terjadi di daerah
penelitian dari tahun 2005 – 2009 masuk dalam kategori rendah karena hanya memiliki nilai
pertumbuhan sebesar 0,17%. Faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan penduduk
adalah faktor kematian, hal ini diketahui dari angka kematian yang mengalami peningkatan
sehingga tingkat pertumbuhan penduduk yang terjadi di daerah penelitian rendah. Perhitungan
pada tahun 2005 mengenai hubungan antara ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap
pertumbuhan penduduk sebesar (0,373) nilai tersebut menunjukan bahwa ketersediaan
fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk walaupun mempunyai angka
yang rendah, hubungan antara fasilitas pendidikan terhadap pertumbuhan penduduk sebesar
(0,538) nilai tersebut menunjukan bahwa ketersediaan fasilitas pendidikan berpengaruh

terhadap pertumbuhan penduduk walaupun mempunyai angka yang sedang, hubungan antara
fasilitas ekonomi terhadap pertumbuhan penduduk sebesar (0,316) nilai tersebut menunjukan
bahwa ketersediaan fasilitas ekonomi berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk walaupun
mempunyai angka yang rendah. Sedangkan pada tahun 2009 hubungan antara fasilitas
kesehatan terhadap pertumbuhan penduduk sebesar (0,682) nilai tersebut menunjukan bahwa
ketersediaan fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk karena
mempunyai angka yang kuat, hubungan antara fasilitas pendidikan terhadap pertumbuhan
penduduk sebesar (0,166) nilai tersebut menunjukan bahwa ketersediaan fasilitas pendidikan
berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk walaupun mempunyai angka yang sangat
rendah, hubungan antara fasilitas ekonomi terhadap pertumbuhan penduduk sebesar (0,322)
nilai tersebut menunjukan bahwa ketersediaan fasilitas ekonomi berpengaruh terhadap
pertumbuhan penduduk walaupun mempunyai angka yang rendah.
Kata kunci : Analisis PertumbuhanPenduduk

PENDAHULUAN
Geografi
adalah
ilmu
yang
mempelajari hubungan kausal gejala –

gejala di muka bumi dan peristiwa –
peristiwa yang terjadi di muka bumi baik
yang fiskal maupun yang menyangkut

dengan mahluk hidup beserta masalahnya,
melalui pendekatan keruangan, ekologikal
dan regional untuk kepentingan program,
proses dan keberhasilan pembangunan
(Bintarto, 1979).

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

Salah satu aspek geografi adalah
aspek non fisik yang didalamnya terdapat
faktor
kependudukan, sedangkan ilmu
yang mempelajari tentang penduduk
disebut juga sebagai demografi. Terdapat

beberapa definisi tentang demografi
diantaranya adalah sebagai berikut.
Demografi
adalah
ilmu
yang
mempelajari penduduk (suatu wilayah)
terutama mengenai jumlah, struktur
(komposisi
penduduk)
dan
perkembangannya
(perubahannya).
(Multilingual Demographic Dictionary
1982, dalam Ida Bagoes Mantra 2000)
Demografi
adalah
ilmu
yang
mempelajari jumlah, persebaran teritorial
dan komposisi penduduk serta perubahan –
perubahannya dan sebab – sebab
perubahannya, yang biasanya timbul karena
fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian),
gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas
sosial (perubahan status). (Philip M. Hauser
dan Duddley Duncan 1959, dalam Ida
Bagoes Mantra 2000)
Berdasarkan kedua definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa demografi adalah
ilmu yang mempelajari struktur dan proses
penduduk di suatu daerah. Struktur
merupakan gambaran atau potret penduduk
dari hasil sensus penduduk (cacah jiwa)
pada hari sensus tertentu, struktur penduduk
meliputi:
jumlah,
persebaran,
dan
komposisi penduduk. struktur penduduk ini
selalu berubah-ubah dan perubahan tersebut
disebabkan karena proses demografi yaitu
kelahiran, kematian dan migrasi penduduk.
Pertumbuhan penduduk merupakan
keseimbangan yang dinamis antara
kekuatan-kekuatan yang menambah dan
kekuatan – kekuatan yang mengurangi
jumlah penduduk. Secara terus-menerus
penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah
bayi yang lahir (menambah jumlah
penduduk), tetapi secara bersamaan juga
akan dipengaruhi oleh jumlah kematian
(mengurangi jumlah penduduk) yang terjadi
pada semua golongan umur. Sementara itu

migrasi juga sangat berperan dalam
pertumbuhan
penduduk,
imigran
(pendatang) akan menambah jumlah
penduduk dan emigran akan mengurangi
jumlah penduduk (Ida Bagus Mantra 1981).
Migrasi masuk menuju suatu daerah
akan meningkatkan laju pertumbuhan
penduduk, sebaliknya migrasi keluar dari
suatu daerah akan menurunkan laju
pertumbuhan penduduk daerah yang
bersangkutan. tiga sumber data yang harus
ada dalam demografi yaitu sensus
penduduk, registrasi penduduk, dan survey.
Sumber data yang pertama adalah
sensus penduduk yaitu merupakan suatu
proses keseluruhan dari pengumpulan,
pengolahan, penilaian, penganalisaan dan
penyajian data penduduk yang menyangkut
ciri demografi antara lain sosial ekonomi
dan lingkungan hidup.
Sumber data yang kedua adalah
registrasi penduduk yaitu pencatatan
kejadian-kejadian kependudukan yang
terjadi setiap saat. Jumlah penduduk akan
bertambah dari waktu ke waktu dan akan
mempengaruhi perubahan dari waktu ke
waktu pula, seirama dengan perubahan
jumlah penduduk dan segala macam bentuk
aktivitasnya.
Sumber data yang ketiga adalah
survey yaitu pengumpulan data-data
demografis pada suatu obyek penduduk
dengan cara wawancara tiap-tiap penduduk
secara mendetail. Survey ini bersifat lebih
terbatas dan informasi yang dikumpulkan
lebih luas dan mendalam, biasanya survey
kependudukan ini dilaksanakan dengan
sistem sample atau dalam bentuk studi
kasus (Ida Bagoes Mantra, 2000).
Laju
pertumbuhan
penduduk
merupakan salah satu indikator yang paling
sering digunakan untuk menggambarkan
kondisi kependudukan suatu di daerah,
tidak hanya pada saat ini saja tetapi juga
dapat untuk melihat kondisi pada masa
yang
akan
datang.
Apabila
laju

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari
pada laju pertumbuhan ekonomi maka
produksi yang dihasilkan oleh pertumbuhan
ekonomi penduduk akan habis dikonsumsi
oleh penduduk itu sendiri sehingga tidak
akan ada kelebihan penghasilan.
Kecamatan Simo merupakan salah
satu kecamatan diantara 19 kecamatan yang
ada di Kabupaten Boyolali, Kecamatan
Simo terdiri dari 13 desa, 68 RW, dan 293
RT, dengan luas wilayah 48.040275 ha
yang terdiri dari tanah sawah sebesar
44,08%, Pekarangan 34,85%, Perkebunan
3,25%, Fasilitas umum 12,43%, dan lainlain 5,38%. Jumlah penduduk Kecamatan
Simo tahun 2005 – 2009 mengalami
peningkatan, Perubahan jumlah penduduk
di Kecamatan Simo dari tahun 2005 – 2009
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di Kecamatan
Simo Tahun 2005 – 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Jumlah Penduduk
Pertumbuhan
%
2005 2006 2007 2008 2009
Pelem
4.965 4.978 4.986 5.010 5.024
0,24
Bendungan
2.204 2.211 2.221 2.228 2.230
0,23
Temon
2.599 2.607 2.607 2.616 2.619
0,15
Teter
2.979 2.982 2.987 2.999 3.009
0,20
Simo
3.906 3.929 3.955 3.965 3.981
0,38
Walen
3.734 3.742 3.746 3.760 3.759
0,13
Pentur
3.386 3.394 3.396 3.395 3.399
0,08
Gunung
3.666 3.667 3.670 3.669 3.668
0,01
Talakbroto
2.503 2.512 2.516 2.531 2.541
0,30
Kedunglengkong 3.020 3.025 3.034 3.046 3.054
0,22
Blagung
3.567 3.565 3.572 3.567 3.570
0,02
Sumber
3.574 3.586 3.595 3.601 3.617
0,24
Wates
3.134 3.142 3.146 3.156 3.162
0,18
Jumlah
43.237 43.340 43.431 43.533 43.633
0,17
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun 2005
- 2009.
Desa

Pertumbuhan penduduk yang diiringi
dengan
perkembangan
wilayah
di
Kecamatan Simo yang semakin meningkat
dapat ditandai dengan munculnya fasilitas –
fasilitas publik seperti banyak dibangunnya
mini market, selain itu juga dibangunnya
Simo Trade Center dan wisata Water
Boom. Sesuai dengan uraian tersebut maka
penulis ingin meneliti pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Simo antara tahun
2005 – 2009 sebagai bahan penelitian serta
menganalisis faktor – faktor demografi
yang
mengakibatkan
terjadinya

pertumbuhan penduduk. Dengan adanya
pertumbuhan penduduk tersebut maka
secara tidak langsung akan mempengaruhi
adanya perubahan – perubahan berbagai
fasilitas yang terdapat di daerah penelitian
terutama fasilitas ekonomi, fasilitas
kesehatan dan fasilitas pendidikan.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis data sekunder,
data sekunder diambil dari instansi –
instansi yang terkait dengan penelitian ini,
data sekunder yang digunakan merupakan
data dari tahun 2005 – 2009, sedangkan
unit analisis dalam penelitian ini adalah unit
analisis terkecil wilayah desa. Penelitian ini
penulis mengambil dua variabel yaitu
variabel kependudukan meliputi kelahiran,
kematian, migrasi. Variabel fasilitas sosial
ekonomi meliputi fasilitas ekonomi (pasar,
toko, warung, rumah makan), fasilitas
kesehatan (rumah sakit, poliklinik swasta,
puskesmas, posyandu) dan fasilitas
pendidikan (TK, SD, SLTP, SLTA).
ANALISA DATA
Analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah menggunakan table
frekwensi dan analisa data statistik, analisa
dikerjakan dengan melakukan scoring atau
memberikan skor 1 sampai 3 terhadap
variabel – variabel penelitian. Sedangkan
untuk mencari hubungan dan menyatakan
seberapa kuat hubungan antar variabel yaitu
tingkat
pertumbuhan
penduduk
berpengaruh terhadap ketersediaan fasilitas
sosial ekonomi digunakan program SPSS
dengan rumus regresi linier, analisis yang
dilakukan yaitu tingkat pertumbuhan
penduduk akan dikorelasikan terhadap
ketersediaan fasilitas sosial ekonomi.
HASIL PENELITIAN
Jumlah Penduduk di Kecamatan Simo
Tahun 2005 – 2009
Berikut ini adalah jumlah penduduk
di Kecamatan Simo pada tahun 2005 –

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

2009 dari urutan jumlah penduduk yang
paling tinggi sampai yang paling rendah.
Table 3.1 Jumlah Penduduk di Kecamatan
Simo dari Paling Tinggi Sampai Paling
Rendah Tahun 2005 – 2009
Jumlah penduduk
2005 2006 2007 2008 2009
1 Pelem
4.965 4.978 4.986 5.010 5.024
2 Simo
3.906 3.982 3.955 3.965 3.981
3 Walen
3.734 3.394 3.746 3.760 3.759
4 Gunung
3.666 3.667 3.670 3.669 3.668
5 Sumber
3.574 3.586 3.595 3.601 3.617
6 Blagung
3.567 3.565 3.572 3.567 3.570
7 Pentur
3.386 3.394 3.396 3.395 3.399
8 Wates
3.134 3.142 3.146 3.156 3.162
9 Kedunglengkong 3.020 3.025 3.034 3.046 3.054
10 Teter
2.979 2.982 2.987 2.999 3.009
11 Temon
2.599 2.607 2.607 2.616 2.619
12 Talakbroto
2.503 2.512 2.516 2.531 2.541
13 Bendungan
2.204 2.211 2.221 2.228 2.230
Jumlah
43.237 43.340 43.431 43.533 43.633
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun 2005
- 2009.
No

Desa

Tabel 3.1 diatas menunjukan bahwa
jumlah penduduk pada tahun 2005 di
Kecamatan Simo dengan jumlah penduduk
paling tinggi terdapat di Desa Pelem
berjumlah 4.965 jiwa, dan desa dengan
jumlah penduduk paling rendah terdapat di
Desa Bendungan berjumlah 2.204 jiwa.
Jumlah penduduk pada tahun 2006 di
Kecamatan Simo dengan jumlah penduduk
paling tinggi terdapat di Desa Pelem
berjumlah 4.978 jiwa, dan desa dengan
jumlah penduduk paling rendah terdapat di
Desa Bendungan berjumlah 2.211 jiwa,
Jumlah penduduk pada tahun 2007 di
Kecamatan Simo dengan jumlah penduduk
paling tinggi terdapat di Desa Pelem
berjumlah 4.986 jiwa, dan desa dengan
jumlah penduduk paling rendah terdapat di
Desa Bendungan berjumlah 2.221 jiwa.
Jumlah penduduk pada tahun 2008 di
Kecamatan Simo dengan jumlah penduduk
paling tinggi terdapat di Desa Pelem
berjumlah 5.010 jiwa, dan desa dengan
jumlah penduduk paling rendah terdapat di
Desa Bendungan berjumlah 2.228 jiwa.
Sedangkan pada tahun 2009 jumlah
penduduk paling tinggi masih berada di
Desa Pelem dengan jumlah penduduk 5.024
jiwa dan jumlah penduduk yang paling

rendah juga masih berada di desa
Bendungan dengan jumlah penduduk
sebesar 2.230 jiwa. Berdasarkan keterangan
tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah
penduduk pada tahun 2005 – 2009 dari
jumlah penduduk yang paling tinggi sampai
jumlah penduduk yang paling rendah tidak
mengalami perubahan, hal ini disebabkan
karena peningkatan jumlah penduduk yang
terjadi di daerah penelitian antara desa yang
satu dengan desa yang lain semuanya
mengalami peningkatan yang rata karena
tidak ada desa yang mengalami lonjakan
jumlah penduduk.
Angka Kelahiran Kasar di Kecamatan
Simo Tahun 2005 – 2009
Dalam
menganalisis
tingkat
pertumbuhan penduduk perhitungan yang
pertama dilakukan adalah menghitung
Angka Kelahiran Kasar / Crude Birth Rate
(CBR).
Tingkat
kelahiran
kasar
diidentifikasikan
sebagai
banyaknya
kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu
tiap 1000 penduduk.
Tabel 3.2 Angka Kelahiran Kasar
Kecamatan Simo Tahun 2005 – 2009
CBR (Per 1000 Penduduk)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Pelem
4,0
2,4
2,6
3,8
4,4
2 Bendungan
9,1
8,2
8,1
5,8
7,6
3 Temon
8,1
6,1
5,4
6,1
5,3
4 Teter
6,1
4,4
4,0
5,7
6,0
5 Simo
4,1
4,1
5,8
3,3
4,8
6 Walen
4,3
4,6
3,7
4,3
4,5
7 Pentur
5,9
5,6
5,3
4,1
4,7
8 Gunung
4,1
5,2
4,1
4,1
4,4
9 Talakbroto
8,0
7,6
3,6
7,5
7,5
10 Kedunglengkong 5,0
5,3
5,3
5,9
4,9
11 Blagung
3,4
3,1
4,8
4,5
4,5
12 Sumber
5,3
4,5
3,6
3,3
5,5
13 Wates
6,7
4,5
4,5
5,1
3,8
Jumlah
5,1
4,8
4,5
4,7
5,1
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun 2005
- 2009.
No

Nama Desa

Berdasarkan table di atas dapat
diketahui bahwa di Kecamatan Simo
selama tahun 2005 – 2009 terjadi
perubahan angka CBR. Peningkatan angka
CBR terjadi di Desa Pelem, Simo, Walen,
Gunung, Blagung, Sumber. Peningkatan
terbesar terjadi di Desa Blagung yaitu
sebesar 1,1 perseribu penduduk, sedangkan

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

desa – desa yang mengalami penurunan
Angka Kelahiran Kasar selama tahun 2005
– 2009 adalah Desa Bendungan, Temon,
Teter,
Pentur,
Talakbroto,
Wates.
Penurunan terbesar terjadi di Desa Wates
yaitu sebesar 2,9 per 1000 penduduk.
Perubahan angka kelahiran di daerah
penelitian disebabkan karena jumlah
penduduk yang banyak serta tingginya
tingkat kesejahteraan yang menyebabkan
angka kelahiran mengalami peningkatan,
sedangkan untuk daerah yang mengalami
penurunan angka kelahiran disebabkan oleh
faktor kesejahteraan masyarakat yang
masih rendah.
Angka Kematian Kasar Kecamatan
Simo Tahun 2005 - 2009
Perhitungan dalam menganalisis
tingkat pertumbuhan penduduk yaitu
dilakukan dengan mencari Angka Kematian
Kasar atau Crude Death Rate (CDR) di
daerah penelitian. Tingkat kematian kasar
diidentifikasikan
sebagai
banyaknya
kematian pada tahun tertentu tiap 1000
penduduk .
Tabel 3.3 Angka Kematian Kasar
Kecamatan Simo Tahun 2005 – 2009
CDR (Per 1000 Penduduk)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Pelem
2,2
1,0
1,8
2,0
2,2
2 Bendungan
1,4
3,6
3,2
2,7
4,5
3 Temon
1,9
3,1
2,7
1,9
3,8
4 Teter
1,7
3,4
2,3
1,7
2,7
5 Simo
1,8
1,0
2,5
2,5
3,5
6 Walen
1,1
1,1
1,9
2,1
1,6
7 Pentur
2,4
2,1
1,5
1,8
2,6
8 Gunung
2,5
3,0
1,6
1,9
1,6
9 Talakbroto
2,4
3,2
2,0
1,6
3,5
10 Kedunglengkong 1,7
2,6
2,3
2,6
3,0
11 Blagung
2,8
2,8
2,0
2,8
3,9
12 Sumber
1,4
1,1
1,1
1,7
1,7
13 Wates
1,9
1,0
1,6
1,6
1,9
Jumlah
1,9
2,1
2,0
2,1
2,7
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun 2005
- 2009.
No

Temon, Teter, Simo, Walen, Pentur,
Talakbroto, Kedunglengkong, Blagung,
Sumber. Peningkatan terbesar terjadi di
Desa Bendungan sebesar 3,1 perseribu
penduduk.
Desa yang mengalami
penurunan angka CDR hanya terdapat di
satu desa yaitu di Desa Gunung sebesar 0,9
perseribu penduduk. Sedangkan Desa yang
tidak mengalami perubahan CDR terdapat
di Desa Pelem dan Wates.
Meningkatnya angka kematian di
desa yang mengalami peningkatan angka
kematian kasar disebabkan karena banyak
penduduk yang mempunyai struktur umur
tua dan tingkat kesehatan yang rendah, hal
ini dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas
kesehatan di daerah penelitian yang sangat
belum memadai.
Angka Migrasi Neto Kecamatan Simo
Tahun 2005 – 2009
Perhitungan yang dilakukan dalam
menganalisis
tingkat
pertumbuhan
penduduk adalah dengan mencari angka
migrasi neto (Mn) daerah penelitian.
Migrasi merupakan gerak penduduk yang
melintasi batas wilayah menuju ke wilayah
yang lain dalam periode waktu tertentu.
Table 3.4 Angka Migrasi Neto (Mn)
Kecamatan Simo Tahun 2005 – 2009

Nama Desa

Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa di Kecamatan Simo
selama tahun 2005 – 2009 terjadi
peningkatan angka kematian kasar sebesar
0,8 per seribu penduduk. Peningkatan
angka CDR terjadi di Desa Bendungan,

Migrasi Neto per 1000 penduduk
2005 2006 2007 2008 2009
1 Pelem
1,2
1,2
0,8
3,0
0,6
2 Bendungan
-2,7 -1,4 -0,4
0
-2,2
3 Temon
-1,9
0
-2,6
-0,7 -0,4
4 Teter
-0,3
0
0
0
0
5 Simo
3,6
2,8
3,2
1,8
2,8
6 Walen
0,8
-1,3
-0,8
-1,1 -0,5
7 Pentur
-1,8 -1,2
-3,2
-2,6 -0,9
8 Gunung
-1,9 -1,9
-1,6
2,4
-3,0
9 Talakbroto
-0,4 -0,8
0
0
0
10 Kedunglengkong 0,3
-0,9
0
0,6
0,6
11 Blagung
-1,9 -0,8
-0,8
-3,0
0,3
12 Sumber
-0,6
0
0
0
0,5
13 Wates
-1,0 -0,9
-1,5
-0,3
0,6
Jumlah
-0,3 -0,3
-0,4
-0,3 -0,1
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun 2005
- 2009.
No

Nama Desa

Berdasarkan table di atas dapat
diketahui bahwa di Kecamatan Simo tahun
2005 – 2009 terjadi terjadi peningkatan
angka migrasi neto sebesar 0,2 per seribu

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

penduduk. Peningkatan angka migrasi neto
terjadi di Desa Bendungan, Temon, Teter,
Pentur,
Gunung,
Talakbronto,
Kedunglengkong, Blagung, Sumber, Wates.
Peningkatan terbesar terjadi di Desa
Blagung sebesar 2,2 perseribu penduduk.
Sedangkan
desa
yang
mengalami
penurunan angka migrasi neto yaitu Desa
Pelem, Simo, Walen. Penurunan terbesar
terjadi di Desa Walen sebesar 1,3 perseribu
penduduk.
Ada
beberapa
faktor
yang
menyebabkan seseorang melakukan migrasi
keluar, tetapi faktor yang sering
menyebabkan seseorang melakukan migrasi
keluar dari daerah asal adalah faktor mata
pencaharian, hal ini di disebabkan karena di
Kecamatan Simo lapangan pekerjaan yang
tersedia kurang menjamin kehidupan
masyarakat yang berada di daerah tersebut.

Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Simo Tahun 2005 – 2009
Dalam
melakukan
analisa
perhitungan tingkat pertumbuhan penduduk
di Kecamatan Simo antara tahun 2005 –
2009 maka dilakukan scoring menjadi 3
yaitu untuk skor 1 klasifikasi rendah, skor 2
klasifikasi sedang, dan skor 3 klasifikasi
tinggi.
Berdasarkan
nilai
pertumbuhan
penduduk tahun 2005 – 2009, maka scoring
untuk
pertumbuhan
penduduk
di
Kecamatan Simo adalah:

Hasil dari perhitungan diperoleh nilai
skor dan klasifikasi pertumbuhan penduduk
sebagai berikut:
0.01 – 0,13 : Skor 1 (klasifikasi rendah)
0,14 – 0, 26 : Skor 2 (klasifikasi sedang)
0,27 – 0,38 : Skor 3 (klasifikasi tinggi)

Table 3.5 Nilai Pertumbuhan Penduduk
Kecamatan Simo Tahun 2005 – 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Nama Desa
Pertumbuhan(%) Skor Klasifikasi
Pelem
0,24
2
Sedang
Bendungan
0,23
2
Sedang
Temon
0,15
2
Sedang
Teter
0,20
2
Sedang
Simo
0,38
3
Tinggi
Walen
0,13
1
Rendah
Pentur
0,08
1
Rendah
Gunung
0,01
1
Rendah
Talakbroto
0,30
3
Tinggi
Kedunglengkong
0,22
2
Sedang
Blagung
0,02
1
Rendah
Sumber
0,24
2
Sedang
Wates
0,18
2
Sedang
Jumlah
0,17
Sumber: Kecamatan Simo Dalam Angka dan analisis data
Tahun 2005 - 2009.

Berdasarkan table 3.5 diketahui
bahwa klasifikasi pertumbuhan penduduk
Kecamatan Simo menunjukan adanya
perbedaan tingkat pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan penduduk dengan nilai
klasifikasi tinggi berada di Desa Simo dan
Talakbroto. Pertumbuhan penduduk dengan
nilai klasifikasi sedang berada di Desa
Pelem,
Bendungan,
Temon,
Teter,
Kedunglengkong, Sumber dan Wates.
Sedangkan pertumbuhan penduduk dengan
nilai klasifikasi rendah berada di Desa
Walen, Pentur, Gunung, dan Blagung.
Pertumbuhan penduduk yang terjadi di
Kecamatan Simo antara tahun 2005 – 2009
masuk dalam kategori rendah karena hanya
memiliki nilai pertumbuhan sebesar 0,17%
sehingga hipotesa pertama terbukti bahwa
tingkat
pertumbuhan
penduduk
di
Kecamatan Simo tahun 2005 – 2009
tergolong rendah.
Perbedaan pertumbuhan penduduk di
daerah penelitian disebabkan oleh tiga
faktor yaitu Kelahiran, Kematian, dan
Migrasi. Berdasarkan ketiga faktor tersebut
faktor yang paling mempengaruhi tingkat
pertumbuhan penduduk di daerah penelitian
adalah faktor kematian dan migrasi, hal ini
diketahui dari nilai angka kematian dan
angka migrasi yang mengalami peningkatan
dari tahun 2005 – 2009, apabila nilai angka
kematian dan angka migrasi meningkat
maka dapat mengurangi jumlah penduduk

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

sehingga pertumbuhan penduduk yang
terjadi di daerah penelitian rendah.
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan
maka hipotesa kedua terbukti yang
menyatakan bahwa faktor yang paling
mempengaruhi
tingkat
pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Simo pada tahun
2005 – 2009 adalah faktor kematian dan
migrasi.

Ketersediaan Fasilitas
Kecamatan Simo

Kesehatan

di

Ketersediaan fasilitas kesehatan tahun 2005
Tabel 4.1. Jumlah dan Skoring
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di
Kecamatan Simo Tahun 2005
Jumlah
Skor
Klasifikasi
fasilitas
1 Pelem
7
3
Tinggi
2 Bendungan
1
Rendah
3 Temon
2
1
Rendah
4 Teter
1
Rendah
5 Simo
6
3
Tinggi
6 Walen
1
Rendah
7 Pentur
1
Rendah
8 Gunung
1
Rendah
9 Talakbroto
1
Rendah
10 Kedunglengkong
1
Rendah
11 Blagung
1
Rendah
12 Sumber
1
1
Rendah
13 Wates
1
Rendah
Jumlah
16
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun
2005.
No

Desa

Klasifikasi ketersediaan fasilitas
kesehatan di Kecamatan Simo pada tahun
2005 yaitu klasifikasi tinggi berada di Desa
Pelem dan Desa Simo, klasifikasi rendah
berada di Desa Bendungan, Desa Temon,
Desa Teter, Desa Walen, Desa Pentur, Desa
Gunung,
Desa
Talakbroto,
Desa

Kedunglengkong, Desa Blagung, Desa
Sumber, dan Desa Wates (Gambar 4.1).
Jumlah
ketersediaan
fasilitas
kesehatan di Kecamatan Simo pada tahun
2005 yaitu ketersediaan fasilitas kesehatan
di Desa Pelem sebanyak 7 buah, Desa Simo
sebanyak 6 buah, Desa Temon sebanyak 2
buah, Desa Sumber sebanyak 1 buah,
sedangkan desa yang tidak memiliki
fasilitas kesehatan sama sekali berada di
Desa Bendungan, Desa Teter, Desa Walen,
Desa Pentur, Desa Gunung, Desa
Talakbroto, Desa Kedunglengkong, Desa
Blagung, dan Desa Wates (Tabel 4.1).
Tingginya
ketersediaan
fasilitas
kesehatan di Desa Pelem dan Desa Simo
disebabkan karena di kedua desa tersebut
memiliki jumlah penduduk yang paling
tinggi jika dibandingkan dengan desa –
desa lain yang berada di Kecamatan Simo,
selain itu juga letak kedua desa tersebut
yang strategis karena berada di pusat
Kecamatan Simo. Sedangkan untuk desa
yang tidak memiliki fasilitas kesehatan,
masyarakat yang berada di desa tersebut
memanfaatkan
ketersediaan
fasilitas
kesehatan di desa yang memiliki fasilitas
kesehatan seperti Desa Pelem dan Desa
Simo. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang
terdapat di Kecamatan Simo pada tahun
2005 bisa dikatakan kurang memadai
karena antara jumlah fasilitas kesehatan
yang tersedia dengan jumlah penduduk
yang ada tidak seimbang karena jumlah
fasilitas kesehatan yang ada hanya 16 buah.

Ketersediaan fasilitas kesehatan tahun 2009

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

Tabel 4.2. Jumlah dan Skoring
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di
Kecamatan Simo Tahun 2009
Jumlah
Skor
Klasifikasi
fasilitas
1 Pelem
1
Rendah
2 Bendungan
2
1
Rendah
3 Temon
1
Rendah
4 Teter
2
1
Rendah
5 Simo
2
1
Rendah
6 Walen
1
1
Rendah
7 Pentur
1
Rendah
8 Gunung
1
Rendah
9 Talakbroto
1
Rendah
10 Kedunglengkong
1
Rendah
11 Blagung
1
Rendah
12 Sumber
7
3
Tinggi
13 Wates
1
Rendah
Jumlah
14
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun
2009.
No

Desa

Klasifikasi ketersediaan fasilitas
kesehatan yang terdapat di Kecamatan
Simo pada tahun 2009 yaitu tingkat
klasifikasi tinggi berada di Desa Sumber,
klasifikasi rendah berada di Desa Pelem,
Desa Bendungan, Desa Temon, Desa Teter,
Desa Simo, Desa Walen, Desa Pentur, Desa
Gunung,
Desa
Talakbroto,
Desa
Kedunglengkong, Desa Blagung, Desa
Sumber, dan Desa Wates (Gambar 4.2).
Jumlah
ketersediaan
fasilitas
kesehatan di Kecamatan Simo pada tahun
2009 yaitu di Desa Sumber dengan jumlah
fasilitas sebanyak 7 buah, Desa bendungan,
Teter, dan Simo sebanyak 2 buah, Desa
Walen sebanyak 1 buah, sedangkan desa
yang tidak memiliki fasilitas kesehatan
sama sekali berada di Desa Pelem, Desa
Temon, Desa Pentur, Desa Gunung, Desa
Talakbroto, Desa Kedunglengkong, Desa
Blagung, dan Desa Wates (Tabel 4.2).
Klasifikasi ketersediaan fasilitas
kesehatan antara tahun 2005 – 2009
mengalami perubahan yang mencolok.
Perubahan terjadi di Desa Pelem yaitu pada
tahun 2005 terdapat 1 poliklinik swasta, 1
puskesmas, dan 5 dokter praktek,
sedangkan pada tahun 2009 tidak terdapat
fasilitas kesehatan sama sekali. Perubahan
yang terjadi di Desa Simo yaitu pada tahun
2005 terdapat 1 rumah sakit dan 5 tempat

dokter praktek, sedangkan pada tahun 2009
terdapat 2 dokter praktek. Perubahan yang
terjadi di Desa Sumber yaitu pada tahun
2005 terdapat 1 puskesmas sedangkan pada
tahun 2009 terdapat 6 tempat praktek
dokter.
Perubahan
jumlah
fasilitas
kesehatan di Kecamatan Simo menunjukan
bahwa fasilitas kesehatan yang ada belum
mampu mencukupi kebutuhan penduduk
dan meningkatnya pertumbuhan penduduk
di Kecamatan Simo tahun 2005 – 2009.

Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di
Kecamatan Simo
Ketersediaan fasilitas pendidikan tahun
2005
Tabel 4.3. Jumlah dan Skoring
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di
Kecamatan Simo Tahun 2005
Jumlah
Skor
Klasifikasi
fasilitas
1 Pelem
15
3
Tinggi
2 Bendungan
4
1
Rendah
3 Temon
5
1
Rendah
4 Teter
4
1
Rendah
5 Simo
17
3
Tinggi
6 Walen
6
1
Rendah
7 Pentur
5
1
Rendah
8 Gunung
5
1
Rendah
9 Talakbroto
4
1
Rendah
10 Kedunglengkong
7
1
Rendah
11 Blagung
4
1
Rendah
12 Sumber
3
1
Rendah
13 Wates
7
1
Rendah
Jumlah
86
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun
2005.
No

Desa

Klasifikasi ketersediaan fasilitas
pendidikan yang terdapat di Kecamatan
Simo pada tahun 2005 yaitu tingkat
klasifikasi tinggi berada di Desa Pelem dan

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

Desa Simo, klasifikasi rendah berada di
Desa Bendungan, Desa Temon, Desa Teter,
Desa Walen, Desa Pentur, Desa Gunung,
Desa Talakbroto, Desa Kedunglengkong,
Desa Blagung, Desa Sumber, dan Desa
Wates (Gambar 4.3).
Jumlah
ketersediaan
fasilitas
pendidikan di Kecamatan Simo pada tahun
2005 yaitu di Desa Simo dengan jumlah
fasilitas sebanyak 17 buah, Desa Pelem
sebanyak 15 buah, Desa Kedunglengkong
dan wates sebanyak 7 buah, Desa Walen
sebanyak 6 buah, Desa Temon, Desa
Pentur, dan Desa Gunung sebanyak 5 buah,
Desa Bendungan, Desa Teter, Desa
Talakbroto, dan Desa Blagung sebanyak 4
buah, Desa Sumber sebanyak 3 buah (Tabel
4.3).
Banyaknya sarana pendidikan yang
tersedia di desa yang menempati klasifikasi
tinggi yaitu Desa Pelem dan Simo
disebabkan karena kedua desa tersebut
berada di pusat Kecamatan Simo, selain itu
juga tidak terlepas dari banyaknya jumlah
penduduk yang berada di kedua desa
tersebut. Sedangkan desa yang menempati
klasifikasi rendah disebabkan karena desa –
desa tersebut berada di wilayah yang tidak
strategis dan masyarakat yang ada di desa
tersebut lebih memilih untuk sekolah di luar
desa mereka sendiri.

Ketersediaan fasilitas pendidikan tahun
2009

Tabel 4.4. Jumlah dan Skoring
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di
Kecamatan Simo Tahun 2009
No

Desa

Jumlah

Skor

Klasifikasi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Pelem
16
3
Tinggi
Bendungan
3
1
Rendah
Temon
4
1
Rendah
Teter
4
1
Rendah
Simo
18
3
Tinggi
Walen
5
1
Rendah
Pentur
4
1
Rendah
Gunung
5
1
Rendah
Talakbroto
4
1
Rendah
Kedunglengkong
7
1
Rendah
Blagung
3
1
Rendah
Sumber
3
1
Rendah
Wates
7
1
Rendah
Jumlah
83
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun
2009.

Klasifikasi ketersediaan fasilitas
pendidikan yang terdapat di Kecamatan
Simo pada tahun 2009 yaitu tingkat
klasifikasi tinggi berada di Desa Pelem dan
Desa Simo, klasifikasi rendah berada di
Desa Bendungan, Desa Temon, Desa Teter,
Desa Walen, Desa Pentur, Desa Gunung,
Desa Talakbroto, Desa Kedunglengkong,
Desa Blagung, Desa Sumber, dan Desa
Wates (Gambar 4.4).
Jumlah
ketersediaan
fasilitas
pendidikan di Kecamatan Simo pada tahun
2009 yaitu di Desa Simo sebanyak 18 buah,
Desa Pelem sebanyak 16 buah, Desa
Kedunglengkong dan Desa Wates sebanyak
7 buah, Desa Walen dan Desa Gunung
sebanyak 5 buah, Desa Temon, Desa Teter,
Desa Pentur, dan Desa Talakbroto ebanyak
4 buah, sedangkan Desa Bendungan, Desa
Blagung, dan Desa Sumber sebanyak 3
buah (Tabel 4.4).
Tingkat
klasifikasi
ketersediaan
fasilitas pendidikan antara tahun 2005 –
2009 tidak mengalami perubahan, akan
tetapi perubahan terjadi pada jumlah
fasilitas pendidikan, pada tahun 2005 di
Kecamatan Simo jumlah fasilitas yang ada
sebanyak 86 buah sedangkan pada tahun
2009 menurun menjadi 83 buah. Perubahan
tersebut terjadi di beberapa desa antara lain
adalah Desa Pelem terjadi peningkatan

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

sebanyak 1 buah, Desa Bendungan
mengalami penurunan sebanyak 1 buah,
Desa Temon mengalami penurunan
sebanyak 1 buah, Desa Simo mengalami
peningkatan sebanyak 1 buah, Desa Walen
mengalami penurunan sebanyak 1 buah,
Desa Pentur mengalami penurunan
sebanyak 1 buah, Desa Blagung mengalami
penurunan sebanyak 1 buah. Penurunan
jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan
Simo antara tahun 2005 – 2009
menunjukan bahwa kualitas pendidikan di
daerah tersebut masih rendah dan jumlah
yang ada belum mencukupi kebutuhan
penduduk.

Ketersediaan Fasilitas
Kecamatan Simo

Ekonomi

di

Ketersediaan fasilitas ekonomi tahun 2005
Tabel 4.5. Jumlah dan Skoring
Ketersediaan Fasilitas Ekonomi di
Kecamatan Simo Tahun 2005
Jumlah
Skor
Klasifikasi
fasilitas
1 Pelem
113
3
Tinggi
2 Bendungan
10
1
Rendah
3 Temon
11
1
Rendah
4 Teter
13
1
Rendah
5 Simo
46
2
Sedang
6 Walen
9
1
Rendah
7 Pentur
7
1
Rendah
8 Gunung
8
1
Rendah
9 Talakbroto
5
1
Rendah
10 Kedunglengkong
28
1
Rendah
11 Blagung
12
1
Rendah
12 Sumber
15
1
Rendah
13 Wates
9
1
Rendah
Jumlah
286
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun
2005.
No

Desa

Klasifikasi ketersediaan fasilitas
ekonomi yang terdapat di Kecamatan Simo
pada tahun 2005 yaitu klasifikasi tinggi
berada di desa Pelem, klasifikasi sedang
berada di Desa Simo, dan klasifikasi rendah
berada di Desa Bendungan, Desa Temon,
Desa Teter, Desa Walen, Desa Pentur, Desa
Gunung,
Desa
Talakbroto,
Desa
Kedunglengkong, Desa Blagung, Desa
Sumber, dan Desa Wates (Gambar 4.5).
Jumlah ketersediaan fasilitas ekonomi
di Kecamatan Simo pada tahun 2005 yaitu
di Desa Pelem dengan jumlah fasilitas
sebanyak 113 buah, Desa Simo sebanyak
46 buah, Desa Kedunglengkong sebanyak
28 buah, Desa Sumber sebanyak 15 buah,
Desa Teter sebanyak 13 buah, Desa
Blagung sebanyak 12 buah, Desa Temon
sebanyak 11 buah, Desa Bendungan
sebanyak 10 buah, Desa Walen dan Desa
Wates sebanyak 9 buah, Desa Gunung
sebanyak 8 buah, Desa Pentur sebanyak 7
buah, dan Desa Talakbroto sebanyak 5 buah
(Tabel 4.5).
Walaupun ada beberapa desa yang
memiliki jumlah fasilitas ekonomi yang
sangat rendah namun ketersediaan fasilitas
ekonomi yang terdapat di Kecamatan Simo
dapat mencukupi kebutuhan sehari – hari
masyarakat di daaerah tersebut, untuk
mencukupi kebutuhan sehari – hari
masyarakat memanfaatkan warung yang
berada di desa, sedangkan untuk
pemenuhan kebutuhan yang lebih besar
masyarakat
di
Kecamatan
Simo
memanfaatkan fasilitas ekonomi yang
berada di Kabupaten Boyolali.

Ketersediaan fasilitas ekonomi tahun 2009
Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

Tabel 4.6. Jumlah dan Skoring
Ketersediaan Fasilitas Ekonomi di
Kecamatan Simo Tahun 2009
Jumlah
Skor
Klasifikasi
fasilitas
1 Pelem
111
3
Tinggi
2 Bendungan
11
1
Rendah
3 Temon
11
1
Rendah
4 Teter
13
1
Rendah
5 Simo
53
2
Sedang
6 Walen
11
1
Rendah
7 Pentur
9
1
Rendah
8 Gunung
10
1
Rendah
9 Talakbroto
8
1
Rendah
10 Kedunglengkong
33
1
Rendah
11 Blagung
14
1
Rendah
12 Sumber
15
1
Rendah
13 Wates
10
1
Rendah
Jumlah
309
Sumber: BPS, Kecamatan Simo Dalam Angka Tahun
2009.
No

Desa

Desa Simo sebanyak 7 buah, Desa Walen
sebanyak 2 buah, Desa Pentur sebanyak 2
buah, Desa Gunung sebanyak 2 buah, Desa
Talakbroto sebanyak 3 buah, Desa
Kedunglengkong sebanyak 5 buah, Desa
Blagung sebanyak 2 buah, dan Desa Wates
sebanyak 1 buah. Peningkatan jumlah
fasilitas ekonomi terjadi karena di
Kecamatan
Simo
juga
mengalami
peningkatan
pertumbuhan
penduduk,
dengan adanya peningkatan pertumbuhan
penduduk maka jumlah fasilitas ekonomi
juga harus bisa mengimbangi jumlah
penduduk yang ada sehingga kebutuhan
sehari – hari masyarakat yang berada di
Kecamatan Simo dapat terpenuhi.

Klasifikasi ketersediaan fasilitas
ekonomi yang terdapat di Kecamatan Simo
pada tahun 2005 yaitu klasifikasi tinggi
berada di desa Pelem, klasifikasi sedang
berada di Desa Simo, klasifikasi rendah
berada di Desa Bendungan, Desa Temon,
Desa Teter, Desa Walen, Desa Pentur, Desa
Gunung,
Desa
Talakbroto,
Desa
Kedunglengkong, Desa Blagung, Desa
Sumber, dan Desa Wates (Gambar 4.6).
Jumlah ketersediaan fasilitas ekonomi
di Kecamatan Simo pada tahun 2009 yaitu
di Desa Pelem dengan jumlah fasilitas
sebanyak 111 buah, Desa Simo sebanyak
53 buah, Desa Kedunglengkong sebanyak
33 buah, Desa Sumber sebanyak 15 buah,
Desa Blagung sebanyak 14 buah, Desa
Teter sebanyak 13 buah, Desa Bendungan,
Desa Temon, dan Desa Walen sebanyak 11
buah, Desa Gunung dan Desa Wates
sebanyak 10 buah, Desa Pentur sebanyak 9
buah, dan Desa Talakbroto sebanyak 8 buah
(Tabel 4.6).
Jumlah
fasilitas
ekonomi
di
Kecamatan Simo antara tahun 2005 – 2009
mengalami perubahan, jumlah fasilitas
ekonomi pada tahun 2005 sebanyak 286
buah sedangkan pada tahun 2009 sebanyak
309 atau mengalami peningkatan sebanyak
23 buah. Penambahan jumlah fasilitas
terjadi di Desa Bendungan sebesar 1 buah,

Pengaruh
Pertumbuhan
Penduduk
Terhadap Ketersediaan Fasilitas Sosial
Ekonomi di Kecamatan Simo
Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Tahun
2005
Berdasarkan analisis yang dilakukan
dengan menggunakan SPSS diperoleh
persamaan sebagai berikut:
Y = 0,545 + 0,373x1 + 0,538x2 + 0,316x3
Perhitungan yang dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linier
berganda mengenai hubungan antara
ketersediaan fasilitas sosial ekonomi
terhadap pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Simo tahun 2005 diperoleh
angka korelasi sebesar (0,545), hal ini
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang
sedang antara ketersediaan fasilitas sosial
ekonomi terhadap pertumbuhan penduduk.

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

Sedangkan angka korelasi yang dihasilkan
dari perhitungan hubungan antara tiap –
tiap fasilitas sosial ekonomi terhadap
pertumbuhan penduduk adalah sebagai
berikut : hubungan antara fasilitas
kesehatan terhadap pertumbuhan penduduk
sebesar (0,373) atau memiliki hubungan
yang rendah, hubungan antara fasilitas
pendidikan
terhadap
pertumbuhan
penduduk sebesar (0,538) atau memiliki
hubungan yang sedang, dan hubungan
antara
fasilitas
ekonomi
terhadap
pertumbuhan penduduk sebesar (0,316)
atau memiliki hubungan yang rendah.

Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Tahun
2009
Berdasarkan analisis yang dilakukan
dengan menggunakan SPSS diperoleh
persamaan sebagai berikut:
Y = 0,529 + 0,682x1 + 0,166x2 + 0,322x3
Perhitungan yang dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linier
berganda mengenai hubungan antara
ketersediaan fasilitas sosial ekonomi
terhadap pertumbuhan penduduk di

Kecamatan Simo tahun 2009 diperoleh
angka R
sebesar
(0,529),
hal
ini
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang
sedang antara ketersediaan fasilitas sosial
ekonomi terhadap pertumbuhan penduduk.
Sedangkan nilai R yang dihasilkan dari
perhitungan hubungan antara tiap – tiap
fasilitas
sosial
ekonomi
terhadap
pertumbuhan penduduk adalah sebagai
berikut :
hubungan antara fasilitas
kesehatan terhadap pertumbuhan penduduk
sebesar (0,682) atau memiliki hubungan
yang kuat, hubungan antara fasilitas
pendidikan
terhadap
pertumbuhan
penduduk sebesar (0,166) atau memiliki
hubungan yang sangat rendah, dan
hubungan antara fasilitas ekonomi terhadap
pertumbuhan penduduk sebesar (0,322)
atau memiliki hubungan yang rendah.
Berdasarkan pada perhitungan dan analisa
maka hipotesa ketiga terbukti yang
menyatakan bahwa pengaruh pertumbuhan
penduduk terhadap ketersediaan fasilitas
kesehatan, pendidikan, dan ekonomi di
Kecamatan Simo rata – rata memiliki
hubungan yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar Suadi. 1997. Pertumbuhan Penduduk dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya di
Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Skripsi S-1. Yogyakarta: Fakultas Geografi
UGM
Basuki Sudiharjo. 1976. Prinsip Dasar Pembuatan Peta Tematik. Yogyakarta: Fakultas
Geografi UGM
Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES
Biro Pusat Statistik. 2005. Kecamatan Simo dalam angka Tahun 2005. Boyolali: BPS
Biro Pusat Statistik. 2009. Kecamatan Simo dalam angka Tahun 2009. Boyolali: BPS
Dajan Anton. 1974. Pengantar metode statistik. Jakarta: Pustaka LP3ES
Fakultas Geografi. 2010. Buku Petunjuk Penyusunan Skripsi. Surakarta: Fakultas Geografi
UMS
Hadi Sabari Yunus. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia) 

 

Herlan Firmansyah. 2009. Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
Ida Bagoes Mantra. 1981. Pengantar Study Demografi. Yogyakarta: Nur Cahaya
Ida Bagoes Mantra. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI. 1981. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi UI
Suparno. 2005. Analisa Terhadap Penyediaan Sarana Dan Prasarana Sosial Ekonomi Di
Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun 1994-2003. Skripsi S-1. Surakarta:
Fakultas Geografi UMS
Wiwik Indriastuti. 2001. Fertilitas di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2001.
Skripsi S-1. Surakarta: Fakultas Geografi UMS

Analisis Pertumbuhan Penduduk...... (Feri Arditia)