this file 8870 11848 1 SM
Analisis Kompetensi Profesional Guru : Aspek
Pelaksanakan Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB)
Annisa Vidya Safitri
Sutrisno
Program Studi Pendidikan Tata Niaga Universitas Negeri Malang
Email: [email protected]
Abstract: The purpose of this study was to identify the practice of teacher reflection as the
basis for the implementation of Sustainable Professionalism (PKB) program based on
Permendiknas No. 16/2007 at SMKN 2 Kediri. This research is qualitative with
phenomenology design. The informants of this research are principal, productive teacher of
marketing, vice principal, teacher and marketing teacher. Technique of data collecting done
by in-depth interview and documentation. The validity of the data using technique
triangulation and source. Data analysis using Miles and Huberman interactive models,
extension of observation, and referential adequacy. The results showed that the reflection
was not used as the basis of CLA and the teachers did not implement the CLA planning.
Elements of PKB activities have been in accordance with the guidelines of self-development
and scientific publications. PKB activities have an impact on teacher groups that discuss
research issues, more varied and contextual KBM, and administrative demands for
teachers.
Key word: Teacher professional competency, continuous professional development (CPD),
reflective practice.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi praktik tindakan refleksi guru
sebagai dasar pelaksanaan program Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB)
berdasarkan Permendiknas No. 16/ 2007 di SMKN 2 Kediri. Penelitian ini kualitatif dengan
rancangan fenomenologi. Informan penelitian ini adalah kepala sekolah, guru produktif
pemasaran, wakil kepala sekolah, asesor guru pemasaran dan siswa. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara mendalam dan dokumentasi.
Keabsahan data
menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Analisis data menggunakan model interaktif
Miles dan Huberman, perpanjangan pengamatan, dan kecukupan referensial. Hasil
penelitian menunjukkan refleksi tidak digunakan sebagai dasar PKB dan guru tidak
melaksanakan perencanaan PKB. Unsur kegiatan PKB telah sesuai dengan pedoman yaitu
pengembangan diri dan publikasi ilmiah. Kegiatan PKB berdampak pada kelompok guru
yang membahas masalah penelitian, KBM yang lebih variatif dan kontekstual, serta adanya
tuntutan administratif bagi guru.
Kata Kunci: Kompetensi profesional guru, Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan
(PKB), Praktik Refleksi.
Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya
merupakan wujud komitmen pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu
pendidikan. Upaya peningkatan kompetensi guru memerlukan pengawasan dan
evaluasi sehingga diperoleh hasil yang reliabel dan terarah (Ilanlou & Zand, 2011;
Ramdhani et al., 2012). Berdasarkan Permendiknas No. 35 Tahun 2010 Pasal 4, maka
ditetapkan mulai 1 Januari 2013 pemerintah menerapkan program penilaian kinerja
guru (PKG). Hasil PKG digunakan untuk mendapatkan fakta tentang kemampuan guru
dalam menerapkan kompetensi dan keterampilannya dalam pembelajaran. Tindak
lanjut pemanfaatan profil kinerja pasca PKG (Penilaian Kinerja Guru) yaitu
dilaksanakan kegiatan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) yang
126
127
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
didalamnya terdiri dari pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
Harapan pemerintah melalui program penilaian dan pemetaan profesionalisme
tersebut akan menciptakan guru yang kompeten dan sejahtera sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Praktik kegiatan pengembangan profesi bagi guru masih belum menemukan pola
yang sesuai dengan esensi dan tujuan pelaksanannya. Berdasarkan hasil penelitian
menemukan bahwa terdapat beberapa kendala dalam kegiatan pengembangan profesi
secara berkelanjutan (Wuryandani, 2014:117; Geldenhuys & Oosthuizen, 2015)
diantaranya yaitu; 1) ketidakcukupan informasi guru terkait program PKB yang
diselenggarakan oleh pemerintah, 2) penugasan guru tidak berkelanjutan sehingga guru
memperoleh pemahaman secara parsial, 3) kurangnya kesiapan dan komitmen guru
dalam mengikuti kegiatan PKB, 4) keengganan guru untuk terlibat penuh dalam
kegiatan PKB, 5) kegiatan PKB yang diselenggarakan tidak diikuti oleh semua guru, 6)
guru membandingkan konsekuensi finansial kegiatan PKB dengan sertifikasi guru
dalam jabatan, sehingga berdampak pada kurangnya motivasi melaksanakan kegiatan
PKB, 7) metode pelatihan dan workshop yang kurang memberikan dampak signifikan
terhadap perbaikan profesionalisme guru. Menindaklanjuti hal tersebut, Kemendikbud
akan fokus terhadap identifikasi kelemahan guru sehingga treatment maupun kebijakan
yang dicanangkan dapat memberikan dampak progresif pada perbaikan guru ke depan
(Anam, 2009:117).
Diselenggarakannya kelas industri Alfamart dan Axioo Program di SMK Negeri 2
Kediri membawa konsekuensi akademis baik bagi guru maupun peserta didik.
Pembelajaran yang diselenggarakan guru harus mampu menunjang kompetensi peserta
didik agar sesuai dengan standar kualifikasi dunia industri sebagai calon pengguna
lulusan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus memiliki kompetensi yang
mutakhir dan membelajarkan siswa secara aktif (Kangas et al., 2017; Sibley et al., 2017;
Comi et al., 2017). Maka dari itu diperlukan pelaksanaan program pengembangan yang
terarah sesuai dengan pedoman pemerintah.
Peningkatan profesionalisme guru perlu didukung oleh pihak sekolah sehingga
akan tercipta sinergi antar pihak. Mulai dari perlengkapan sarana prasarana, pelayanan
administratif, dukungan finansial, arahan, motivasi, serta berbagai kemudahan lain yang
disediakan untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kompetensinya (Nasongkhla &
Sujiva, 2015; Kanokorn, Pongtorn & Somjai, 2012; Plessis, 2015; Leijen et al., 2015).
Peningkatan kompetensi guru produktif pemasaran telah dilakukan di SMK Negeri 2
Kediri secara berkesinambungan. Berdasarkan hasil wawancara bersama guru
produktif pemasaran, kegiatan keprofesian pendidik dilakukan secara rutin dan diikuti
oleh semua guru pemasaran baik secara individu maupun berkelompok. Mulai dari
terselenggaranya program kerja MGMP, seminar, lokakarya, pelatihan, diklat,
kunjungan industri, on the job training, kuliah tamu, serta kegiatan akademik guru lain
bekerja sama dengan pihak terkait seperti Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) dan coach praktisi bisnis serta
melaksanakan penelitian tindakan kelas bagi beberapa guru. Kegiatan-kegiatan tersebut
digunakan untuk mempersiapkan guru di masa mendatang agar mampu bekerja secara
profesional (Kanokorn, Pongtorn & Sujanya, 2014. Selanjutnya, hasil program
peningkatan kompetensi guru ditindaklanjuti melalui metode pengimbasan dalam
bentuk pertemuan MGMP yang melibatkan seluruh guru produktif pemasaran.
Penelitian ini berfokus pada kompetensi profesional guru produktif pemasaran
di SMK Negeri 2 Kediri yang pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesionalan
berkelanjutan (PKB) berdasarkan tindakan refleksi guru. Data atau informasi yang
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
digunakan pada penelitian ini diarahkan untuk mengetahui praktik tindakan refleksi
guru, mekanisme program PKB, dan dampak kegiatan PKB bagi guru.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada guru produktif pemasaran di
SMKN 2 Kediri menemukan bahwa kegiatan refleksi pembelajaran yang dilakukan oleh
guru melibatkan berbagai pihak, diantaranya asesor dan kepala sekolah sebagai
supervisor dan siswa sebagai pengguna, serta diri guru sendiri. Namun pada praktiknya,
hasil refleksi tidak dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan kegiatan pengembangan
profesionalisme guru. Fakta di lapangan juga mengungkapkan bahwa tidak ada
tuntutan bagi guru untuk melakukan tindakan refleksi secara intensif. Temuan
penelitian tersebut bertolak belakang dengan pendapat Arifin (2011: 229) yang
menyatakan bahwa guru perlu melakukan refleksi terhadap kinerja diri sendiri secara
terus menerus dalam upaya membangun kualitas pikiran pola perilaku sebagai
pendidik. Refleksi tidak berhenti pada identifikasi diri, namun harus ditindaklanjuti
dalam rangka peningkatan keprofesionalan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
penelitian Impedovo dan Malik (2016:100) bahwa core value tindakan refleksi adalah
melakukan perbaikan diri secara berkelanjutan melalui penyelidikan kritis dalam
praktik pengajaran di kelas, membuat penilaian, dan mengubah perilaku pengajaran.
Melalui refleksi diri, guru dapat menilai pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga
dapat dikembangkan untuk kegiatan selanjutnya (Rhoads & Weber, 2016).
Praktik tindakan refleksi memberikan dampak positif terhadap pengembangan
profesionalisme guru. Fungsi refleksi juga didukung oleh hasil penelitian Korthagen
(2014: 74) yang mengungkapkan inti dari refleksi guru terletak pada tingkat kesadaran
guru terhadap esensi suatu masalah dalam pembelajaran. Kesadaran untuk
mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran ini dapat dicapai melalui praktik refleksi
yang didalamnya melibatkan dimensi berpikir, emosional, kebutuhan, dan perilaku.
Terkadang banyak guru terjebak pada aktivitas try and error daripada menggali
pemikiran reflektif dalam manajemen lingkungan kelas mereka, sehingga menyebabkan
lingkungan kelas yang acak, tidak terprediksi, dan kurang membelajarkan siswa
(Cruickshank, 2014: 238). Fungsi tindakan refleksi yang hakikatnya sebagai manifestasi
penilaian perfomansi guru perlu ditelaah lebih jauh agar didapat gambaran jelas
tentang standar kompetensi profesional yang harus dilakukan oleh guru.
Perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan keprofesionalan
berkelanjutan (PKB) yang didasarkan pada hasil refleksi guru akan mampu
mengarahkan program tersebut menjadi lebih efektif dan berdampak pada kompetensi
guru secara kesinambungan (Berg, Ros & Beijaard, 2015) . Melalui penelitian analisis
kompetensi guru ini diharapkan dapat mengetahui profil kinerja guru berdasarkan
tuntutan standar nasional pendidikan sebagaimana yang tercantum pada
Permendikbud. Sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai dasar evaluasi
dan perbaikan pelaksanaan PKB.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi SMKN 2
Kediri, Dinas Pendidikan Kota Kediri, dan peneliti lain sebagai rujukan analisis
pelaksanaan kebijakan pengembangan profesionalisme guru melalui kegiatan PKB.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi.
Kehadiran peneliti di lapangan merupakan instrumen kunci terlaksananya penelitian.
Lokasi penelitian pada SMKN 2 Kediri. Informan kunci dalam penelitian ini adalah
128
129
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
kepala sekolah dan guru produktif pemasaran. Sedangkan informan pendukung yang
terlibat meliputi wakil kepala sekolah bidang kurikulum, asesor guru produktif
pemasaran, dan siswa kelas XII Pemasaran 1 dan X Alfamart Program. Prosedur
penelitian untuk pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan studi
dokumentasi. Tahap analisis yang dilakukan yaitu reduksi data, penyajian data dan
verifikasi data. Metode pengecekan keabsahan data yang digunakan pada penelitian ini
yaitu triangulasi teknik dan sumber, kecukupan referensial, perpanjangan pengamatan
HASIL & PEMBAHASAN
Hasil
Praktik Tindakan Refleksi Diri
Guru produktif pemasaran telah melaksanakan tindakan refleksi dengan melibatkan
diri sendiri dan pihak diluar diri guru. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator
pelaksanaan tindakan refleksi yang dilakukan oleh guru. Penelitian di lapangan
menemukan bukti kesadaran guru dalam melaksanakan refleksi untuk meningkatkan
pembelajaran (Guru menyadari bahwa perlu dilaksanakan peningkatan kompetensi
secara berkelanjutan khususnya di bidang IT dan pendalaman subject matter guna
menunjang tugas profesi guru.. Kegiatan refleksi dapat memanfaatkan dokumen
tertentu yang dapat merepresentasikan kinerja guru. Fakta di lapangan menunjukkan
bahwa guru memiliki dokumen refleksi diri diantaranya yaitu;1) jurnal pembelajaran,
2) dokumen hasil PKG, 3) dokumen SKP (Sasaran Kinerja Pegawai), dan 4) hasil belajar
siswa. Namun tidak semua guru menyadari dan memanfaatkan dokumen-dokumen
tersebut sebagai dasar untuk mengetahui kinerja guru. Pelaksanaan kegiatan PKB
didasarkan pada hasil refleksi dan penilaian kinerja guru yang dilakukan sebelumnya
dengan melibatkan asesor. Sebagaimana yang ditemukan di lapangan bahwa kegiatan
Penilaian Kinerja Guru (PKG) dilaksanakan 2 (dua) periode yaitu PKG Formatif dan
Sumatif. Kelemahannya adalah subjektifitas penilaian sehingga kemungkinan adanya
nilai yang kurang representatif. Hal ini diatasi dengan kesadaran asesor dan guru dalam
melaksanakan PKG sesuai dengan pedoman dan instrumen dari pemerintah. Dasar
utama yang digunakan guru produktif pemasaran sebagai dasar refleksi adalah hasil/
nilai belajar siswa. Apabila terdapat nilai siswa yang berada dibawah KKM produktif
pemasaran (SKM 70,00), maka guru melaksanakan refleksi. Pokok refleksi terkait
metode mengajar, pendekatan pembelajaran, kesulitan belajar siswa, sintaks materi,
dan tingkat kesulitan soal ujian.
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Tindak Lanjut Kegiatan PKB yang Dilakukan Guru
Produktif Pemasaran SMKN 2 Kediri
Guru produktif pemasaran telah memahami kebijakan terkait profesionalisme guru
melalui kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Kediri.
Namun guru belum memahami praktik penerapan kebijakan tersebut dalam konteks
pengembangan profesionalisme guru, sehingga dalam setiap tahapan kegiatan PKB
(Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan) sering ditemui kesenjangan dengan
pedoman pelaksanaan PKB oleh Kemendikbud.
Perencanaan kegiatan PKB tidak dilaksanakan secara mandiri oleh guru. Kegiatan
PKB yang akan dilakukan oleh guru disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan
oleh pihak sekolah berdasarkan rekomendasi dari penyelenggara kegiatan. Jenis
kegiatan PKB yang diikuti oleh guru produktif pemasaran telah memenuhi unsur-unsur
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
yang ditetapkan Kemendikbud dalam Pedoman PKB, yaitu memenuhi unsur
pengembangan diri dan publikasi ilmiah. Sebagai contohnya, pada tahun 2016 seluruh
guru produktif pemasaran aktif dalam mengikuti beberapa kegiatan pengembangan diri
diantaranya yaitu training for teacher (TFT), on the job training, diklat, seminar, kuliah
tamu, dan studi banding terkait peningkatan soft skill guru di bidang pemasaran
modern. Pasca mengikuti kegiatan PKB, maka dilakukan tindak lanjut hasil melalui
metode pengimbasan yang dilakukan oleh guru kepada teman sejawat dan praktik KBM
di kelas bersama siswa. Bukti portofolio kegiatan PKB yang dilakukan oleh guru berupa
sertifikat digunakan sebagai dasar penilaian untuk mengajukan angka kredit yang
tercantum pada dokumen Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).
Dampak Pasca Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan PKB Bagi Guru Produktif
Pemasaran SMKN 2 Kediri
Pelaksanaan PKB memberikan dampak bertambahnya tuntutan administratif bagi
guru. Unsur kegiatan PKB yang dilakukan guru produktif pemasaran melalui
pengembangan diri dan publikasi ilmiah membawa dampak pada kegiatan belajar
mengajar di kelas. Guru memanfaatkan hasil kegiatan PKB sebagai bahan variasi materi
serta contoh-contoh aktual terkait aplikasi materi di dunia nyata, sehingga
pembelajaran produktif pemasaran menjadi lebih kontekstual. Kegiatan PKB tidak
menutup kemungkinan dilakukan secara kolektif bersama teman sejawat guru. Hal ini
berdampak pada bertambahnya networking atau peer group sesama guru sebagai
sarana berbagi ilmu dan informasi mengenai penelitian maupun prestasi tertentu
sehingga mendukung satu sama lain.
Pembahasan
Praktik tindakan refleksi atau evaluasi diri yang dilakukan oleh guru produktif
pemasaran SMKN 2 Kediri
Salah satu kompetensi inti pada ranah kompetensi profesional bagi guru adalah
melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) melalui
tindakan reflektif. Kompetensi ini juga termasuk dalam 14 (empat belas) kompetensi
yang menunjukkan performansi guru sebagai dasar pelaksanaan penilaian kinerja guru
(PKG). Salah satu indikatornya adalah guru mampu melakukan evaluasi diri secara
spesifik, lengkap, dan didukung hasil penilaian proses pembelajaran sebagai bukti yang
menggambarkan kinerjanya (Sellars, 2012). Sebagaimana yang dilakukan oleh guru
produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri yang menyadari bahwa perlu dilakukan
peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan. Namun refleksi belum dipahami
oleh guru sebagai kebutuhan rutin terkait umpan balik kinerjanya. Hal ini disebabkan
terbatasnya waktu dan tenaga guru dalam melaksanakan tugas penunjang profesi guru
diluar KBM.
Arifin (2011: 229), aspek yang perlu direfleksi oleh guru meliputi motivasi diri,
teori, dan model pembelajaran, perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di
kelas, serta pengembangan kualitas diri. Sarana yang digunakan sebagai dasar untuk
merefleksikan aspek-aspek tersebut yaitu berupa dokumen hasil penilaian kinerja guru,
baik yang dilakukan oleh guru sendiri, kepala sekolah, maupun asesor (Russo & Wilsey,
2014; Mogonea, 2015; Trif & Popescu, 2013; Killeavy & Moloney, 2010). Sebagaimana
yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri bahwa tindakan
refleksi atau evaluasi diri dapat dilakukan utamanya dari hasil belajar siswa (Buddin &
Zamarro, 2009). Pengukuran capaian hasil belajar siswa didasarkan pada KKM (Kriteria
130
131
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Ketuntasan Minimal) produktif pemasaran yang terletak pada nilai 70,00. Hal-hal yang
direfleksikan oleh guru terkait materi ajar, metode mengajar, cara pembawaan guru,
tingkat kesulitan soal, serta kesulitan belajar yang dialami siswa selama pembelajaran
(Louws et al., 2017). Tindak lanjut yang diberikan kepada siswa yaitu guru
melaksanakan remidial bagi siswa yang nilainya dibawah KKM dan pengayaan bagi
siswa yang nilainya telah mencapai KKM untuk meningkatkan nilai serta pemahaman
siswa (Chen, 2011; Lin, Wu & Hsueh, 2014; Frisancho et al., 2016; Crooks, 2011; Wiliam,
2011)
Kegiatan refleksi yang didasarkan pada evaluasi hasil belajar siswa dapat
memberikan dampak positif terhadap perbaikan yang dilakukan guru pada
pembelajaran berikutnya (Rhoads & Weber, 2016; Nevgi & Löfström, 2015; Sööt &
Viskus, 2015; LaBoskey, 2010; Rauduvaitė, Lasauskienė & Barkauskaitė, 2015;
Pleschová & McAlpine, 2016; González & Deal, 2017). Namun refleksi terhadap evaluasi
hasil belajar tidak bisa menjadi satu-satunya sumber guru dalam melakukan refleksi
kinerjanya. Hal tersebut dikarenakan tindak lanjut guru bersifat represif, artinya guru
melaksanakan refleksi ketika terhadi masalah pembelajaran siswa di kelas (Rosenbluh,
2016; Hagevik, Aydeniz & Rowell, 2012). Jika tidak ditemukan kendala dalam
pembelajaran, maka guru menilai tidak terdapat masalah baik dalam hal cara mengajar
guru maupun siswa yang menerima pelajaran. Munculnya kelemahan tersebut
menegaskan bahwa refleksi guru tidak cukup hanya didasarkan pada evaluasi hasil
belajar siswa (Hagevik, Aydeniz & Rowell, 2012). Guru akan mudah menjustifikasi
keberhasilan pengajaran yang telah dilaksanakan dengan mengesampingkan faktor lain
yang menyebabkan keberhasilan pembelajaran (Buddin & Zamarro, 2009).
Terdapat beberapa dokumen yang dapat digunakan sebgai dasar tindakan refleksi
guru, yaitu jurnal pembelajaran, dokumen sasaran kinerja pegawai, kritik dan saran
siswa, serta profil kinerja guru pada laporan PKG (Penilaian Kinerja Guru). Berdasarkan
hasil penelitian di lapangan menemukan bahwa guru produktif pemasaran sebenarnya
telah memiliki dokumen-dokumen tersebut, namun belum dimanfaatkan secara
maksimal sebagai dasar pelaksanaan refleksi kinerja. Imbas dari pelaksanaan refleksi
yang belum maksimal adalah tindak lanjut hasil refleksi yang belum terarah sesuai
dengan pedoman pengembangan profesionalisme guru dari Kemendikbud. Berdasarkan
buku pedoman PKB yang diluncurkan Kemendikbud pada tahun 2012 menyebutkan
bahwa refleksi atau hasil evaluasi diri guru merupakan dasar untuk melaksanakan
penilaian kinerja guru dan tindak lanjut peningkatan kompetensi serta profesionalisme
guru secara berkelanjutan (Sellars, 2012). Oleh sebab itu, jika landasan utamanya tidak
dilaksanakan dengan maksimal maka akan menyebabkan kegiatan PKG dan PKB
menjadi kurang efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa praktik tindakan refleksi yang
dilakukan oleh guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri telah dilaksanakan, namun
belum memanfaatkan sumber dokumen refleksi diri secara maksimal. Refleksi belum
dimaknai sebagai kebutuhan rutin guru mengingat terdapat berbagai tugas diluar
mengajar yang banyak menyita waktu dan tenaga. Refleksi juga belum dipahami sebagai
dasar pelaksanaan PKG dan PKB guru.
Perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut kegiatan PKB yang dilakukan guru
produktif pemasaran SMKN 2 Kediri
Peningkatan profesionalisme guru melalui kegiatan PKB merupakan kebijakan
pemerintah yang mulai efektif dilakukan pada tahun 2013 sebagai manifestasi
Permendiknas No. 35 Tahun 2010. Sebelum dilaksanakan secara menyeluruh, perlu
dilakukan sosialisasi mengenai penerapan PKB serta pelaksanaannya di lapangan.
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
Berdasarkan hasil wawancara bersama guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri
mengetahui kebijakan PKB pertama kali melalui sosialisasi yang dilaksanakan oleh
MGMP Produktif Pemasaran dengan pemateri dari Dinas Pendidikan Kota Kediri.
Sejumlah guru mengungkapkan bahwa sosialisasi tersebut belum dilaksanakan secara
efektif karena hingga saat ini praktik guru terkait penerapan kebijakan PKB masih
dipahami secara parsial. Hal ini dibuktikan dengan belum dipahaminya keterkaitan
antara refleksi diri, PKG, dan PKB sebagai mekanisme pengembangan profesionalisme
guru secara berkelanjutan (Wuryandini, 2014)
Kebijakan baru dalam dunia pendidikan tidak bisa dilaksanakan serta merta.
Perlu adanya sosialisasi kebijakan yang dilakukan secara intensif dan disertai dengan
role mode pelaksanaan sehingga tidak ada kesenjangan antara pedoman kebijakan dan
pelaksanaan di lapangan (Koenen, Dochy & Berghmans, 2015). Adanya role mode juga
dapat mengakomodir kondisi lapangan yang beragam sehingga kebijakan maupun
program dapat dilaksanakan dengan luwes namun tetap sesuai pedoman. Pelaksanaan
sosialisasi kebijakan yang tidak dilaksanakan secara intensif akan menyebabkan
kesenjangan implementasi kebijakan, sehingga tidak dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Wuryandini, 2014). Kesenjangan implementasi kebijakan PKB juga terjadi
pada praktik yang dilaksanakan oleh guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri.
Gambar 1.1 Mekanisme Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan
Sumber: Buku Pedoman dan Pengelolaan PKB Kemendikbud, 2012: 35
Berdasarkan gambar tahapan pelaksanaan PKB tersebut diketahui bahwa dasar
perencanaan kegiatan PKB adalah profil kinerja guru yang dihasilkan pasca guru
melaksanakan kegiatan refleksi diri dan PKG formatif. Perencanaan PKB melibatkan
koordinator PKB dan guru dalam penyusunannya hingga pada tahap finalisasi rencana
PKB oleh kepala sekolah. Setelah PKB dilaksanakan oleh guru, maka akan
ditindaklanjuti dengan PKG sumatif untuk menilai peningkatan kompetensi maupun
profesionalisme guru pasca mengikuti PKB. Refleksi hasil PKG sumatif inilah yang
kemudian dijadikan dasar perencanaan PKB guru tahun berikutnya. Hal inilah yang
disebut sebagai pengembangan keprofesionalan yang dilakukan secara berkelanjutan
(Evans et al., 2017).
Namun pada praktiknya, perencanaan PKB tidak sepenuhnya dilakukan guru.
Kegiatan PKB yang diikuti oleh guru didasarkan pada ketersediaan jadwal
penyelenggara kegiatan baik swasta maupun kedinasan atas rekomendasi pihak
sekolah. Sehingga guru tidak melaksanakan perencanaan kegiatan PKB secara mandiri
karena semua kegiatan dilaksanakan sesuai pemberitahuan pihak sekolah. Dengan
132
133
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang dilakukan oleh guru produktif
pemasaran belum dilakukan sesuai dengan pedoman pelaksanaan PKB.
Jenis kegiatan PKB harus memenuhi unsur-unsur pengembangan profesi guru
yang diatur menurut PermennegPAN dan RB No. 16 Tahun 2009 diantaranya yaitu
pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Pelaksanaan kegiatan PKB
yang diikuti guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri sejak diterapkannya kebijakan
PKB hingga tahun 2016 sebagian besar berbentuk kegiatan pengembangan diri berupa
diklat, seminar, kuliah tamu, training for teachers, workshop baik yang diselenggarakan
oleh dinas maupun dunia industri, dan aktif dalam kegiatan MGMP. Kegiatan
pengembangan diri yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran juga berkaitan
dengan program kelas industri yang diselenggarakan oleh SMKN 2 Kediri bekerjasama
dengan PT. Sumber Alfaria Trijaya. Sehingga beberapa kegiatan pengembangan diri
banyak melibatkan field coach yang ada di program Alfamart Class. Sedangkan unsur
publikasi ilmiah dan karya inovatif hanya dilakukan oleh sebagian guru produktif
pemasaran yang memiliki pangkat golongan terakhir IV/a dan IV/b.
Tindak lanjut yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran pasca
melaksanakan kegiatan PKB yaitu mengimbaskan hasil kegiatan kepada teman sejawat
dan memanfaatkannya untuk materi pembelajaran di kelas. Pengimbasan dilakukan
melalui penyampaian materi hasil kegiatan PKB pada kegiatan belajar mengajar di
kelas. Melalui kegiatan pengimbasan tersebut siswa mengetahui penerapan teori di
dunia nyata, sehingga mendukung kemampuan metakognitif siswa dan pembelajaran
menjadi lebih kontekstual (González & Deal, 2017). Kegiatan pengimbasan juga
dilakukan kepada teman sejawat sesama guru produktif pemasaran melalui sharing di
forum MGMP. Namun pelaksanaannya tidak intensif karena kendala kepentingan
masing-masing anggota guru yang berbeda. Sedangkan tindak lanjut PKB dalam bentuk
pelaksanaan PKG sumatif tidak dilakukan guru sesuai dengan pedoman, karena tidak
terdapat perbedaan praktik pelaksanaannya dengan PKG formatif. Maka dapat
disimpulkan bahwa tindak lanjut PKB yang dilakukan oleh guru yaitu dilakukan
pengimbasan
kepada teman sejawat melalui MGMP serta digunakan untuk
memperbaiki pembelajaran yang dilakukan di kelas. Jadi, tindak lanjut yang dilakukan
oleh guru sudah baik dilakukan namun belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman
PKB.
Dampak pasca pelaksanaan kegiatan PKB terhadap guru produktif pemasaran
SMKN 2 Kediri
Dampak pasca pelaksanaan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) bagi
guru diantaranya adalah bertambahnya tuntutan administratif guru dalam menyusun
portofolio diri. Melalui peningkatan tuntutan administratif bagi guru, juga akan
berimbas pada kedisiplinan dan ketertiban dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga
pendidik yang tersertifikasi. Hasil kegiatan PKB dalam bentuk pengembangan diri
membawa dampak pada peningkatan kompetensi guru dan pengetahuan subject matter
yang lebih mutakhir, sehingga dapat mendukung pembelajaran yang lebih berkualitas
melalui variasi materi yang tidak hanya teoritif tetapi juga aplikatif (Korthagen,
Loughran & Russell, 2006).
Selanjutnya, dampak yang dihasilkan pasca kegiatan PKB oleh guru yaitu adanya
peningkatan pengetahuan dan pemahaman guru dalam membuat karya ilmiah maupun
karya inovatif untuk meningkatkan pembelajaran di kelas (Evans et al., 2017).
Hakikatnya, profesi guru tidak hanya menjalankan tugas utamanya dalam mengajar.
Namun, untuk mengembangkan profesinya guru juga dituntut sebagai peneliti melalui
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
penyusunan PTK maupun karya inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa guru produktif pemasaran yang
memanfaatkan kegiatan PKB untuk menambah jaringan teman sejawat sebagai sarana
berbagi ilmu dan informasi mengenai penelitian maupun prestasi tertentu sehingga
mendukung satu sama lain (Jiraro, Sujiva & Wongwanich, 2014). Namun kesadaran
guru dalam membuat karya ilmiah maupun karya inovatif masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya tuntutan administrasi dan tugas guru diluar mengajar yang
menyita tenaga dan waktu, sehingga pembuatan karya ilmiah maupun karya inovatif
pembelajaran diaggap sebagai beban bagi guru.
SIMPULAN & SARAN
Simpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menarik
kesimpulan terhadap aspek melaksanakan kegiatan PKB melalui tindakan refleksi pada
guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri. Pada sebenarnya, praktik tindakan refleksi
atau evaluasi diri telah dilakukan oleh guru. Dasar refleksi utamanya yaitu dari hasil
belajar siswa. Namun, refleksi belum dilaksanakan sesuai pedoman PKB dan belum
dimanfaatkan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan PKB. Di lapangan juga ditemukan
kesenjangan terkait tahapan-tahapan PKB sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan
oleh Kemendikbud. Perencanaan kegiatan PKB tidak dilaksanakan oleh guru karena
kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan jadwal penyelenggara baik dinas maupun
swasta. Indikasi lain yaitu tidak terlibatnya kepala sekolah maupun asesor sebagai
penilai kinerja guru dalam merencanakan jenis kegiatan PKB yang akan dilaksanakan
oleh guru sesuai profil kinerjanya. Pelaksanaan kegiatan PKB yang diikuti oleh guru
telah memenuhi unsur kegiatan PKB sesuai dengan pedoman yaitu pengembangan diri
dan publikasi ilmiah. Kegiatan pengembangan diri yang dilakukan oleh guru berupa
diklat, seminar, workshop ,training for teacher bekerjasama dengan field coach dari PT.
Sumber Alfaria Trijaya, kuliah tamu dan aktif dalam kegiatan MGMP. Namun kesadaran
guru produktif pemasaran dalam memenuhi unsur publikasi ilmiah serta karya inovatif
tergolong masih rendah. Guru memahami bahwa melakukan penelitian maupun
membuat karya inovatif pembelajaran belum menjadi suatu kebutuhan. Tindak lanjut
pelaksanaan pasca guru mengikuti kegiatan PKB sudah dilaksanakan dengan cukup baik
yaitu melalui pengimbasan hasil PKB. Pengimbasan tersebut dilakukan kepada teman
sejawat melalui kegiatan sharing di MGMP.
Hasil kegiatan PKB juga dimanfaatkan oleh guru produktif pemasaran untuk
memperbaiki pembelajaran di kelas melalui pemberian variasi materi. Dampak
pelaksanaan PKB bagi guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri yaitu semakin
bertambahnya tuntutan administratif guru dalam menyusun portofolio diri. Melalui
peningkatan tuntutan administratif bagi guru, juga akan berimbas pada kedisiplinan
dan ketertiban dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik yang
tersertifikasi. Kegiatan PKB juga membawa dampak positif terhadap pembelajaran yang
dilakukan oleh guru di kelas melalui proses pengimbasan. Hal ini mendukung
pembelajaran yang lebih berkualitas dan kontekstual. Kegiatan PKB juga dimanfaatkan
dengan baik oleh guru produktif pemasaran sebagai sarana berbagi ilmu dan informasi
mengenai penelitian maupun prestasi tertentu.
134
135
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut maka peneliti memberikan saran kepada
pihak-pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan PKB guru. Pertama yaitu
bagi Dinas Pendidikan Kota Kediri, bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
dilakukannya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan PKB di tingkat sekolah
untuk menentukan tindak lanjut maupun perbaikan implementasi agar sesuai dengan
pedoman PKB Kemendikbud. Kedua yaitu bagi guru produktif pemasaran SMKN 2
Kediri, bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan
kesadaran dan kedisiplinan guru dalam memanfaatkan sumber refleksi diri. Selain itu
digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi tindakan refleksi diri guru agar
selanjutnya dijadikan dasar pelaksanaan PKG dan PKB. Perbaikan pelaksanaan tahapan
perencanaan PKB dan pemenuhan unsur karya inovatif perlu ditingkatkan oleh guru
sehingga tujuan program pengembangan profesionalisme guru dapat tercapai. Ketiga
yaitu bagi peneliti lain yaitu sebagai referensi pada penelitian selanjutnya dalam bidang
analisis kompetensi dan profesionalisme guru namun dalam ruang lingkup dan latar
belakang yang berbeda.
DAFTAR RUJUKAN
Anam, S. 2009. Pergumulan dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan (2007-2009). Jakarta: Mahamedia Cipta Caraka.
Arifin. 2011. Kompetensi Guru dan Strategi Pengembangannya. Yogyakarta: Lilin.
Barak, L.O. & Yinon, H. 2007. When theory meets practice: What student teachers learn
from guided reflection on their own classroom discourse. Teaching and Teacher
Education, (Online), 23: 957-969, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11
Mei 2017.
Barnawi dan Arifin, M. 2014. Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan Bagi Guru.
Yogyakarta: Gava Media.
Bergh, L.v.d., Ros, A., Beijaard, D. 2015. Teacher learning in the context of a continuing
professional development programme: A case study. Teaching and Teacher
Education, (Online), 47: 142-150, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11
Mei 2017.
Chen, L.H. 2011. Enhancement of student learning performance using personalized
diagnosis and remedial learning system. Computers & Education, (Online), 56 (1):
289-299, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Crooks, T. 2011. Assessment for learning in the accountability era: New Zealand. Studies
in
Educational
Evaluation,
(Online),
37
(1):
71-77,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Cruickshank, D. R., Jenkins D. B., dan Metcalf, K.K. 2014. Perilaku Mengajar The Act of
Teaching. Jakarta: Salemba Empat.
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
Dudley, P. 2013. Teacher learning in Lesson Study: What interaction-level discourse
analysis revealed about how teachers utilised imagination, tacit knowledge of
teaching and fresh evidence of pupils learning, to develop practice knowledge
and so enhance their pupils' learning. Teaching and Teacher Education, (Online),
34: 107-121, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Evans, N.S, Stevenson, R.B., Lasen, M., Ferreira, J.A. & Davis, J. 2017. Approaches to
embedding sustainability in teacher education: A synthesis of the literature.
Teaching
and
Teacher
Education,
(Online),
63:405-417,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 13 Mei 2017.
Frisancho, V., Krishna, K., Lychagin, S.,Yavas, C. 2016. Better luck next time: Learning
through retaking. Journal of Economic Behavior & Organization, (Online), 125:
120-135, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
González, G. & Deal, J.T. 2017. Using a Creativity Framework to Promote Teacher
Learning in Lesson Study. Thinking Skills and Creativity , (Online),
(http://www.science direct.com), diakses 13 Mei 2017.
González, K., Padilla, J.E., Rincón, D.A. 2011. Roles, Functions and Necessary
Competences for Teachers’ Assessment in b-Learning Contexts. Social and
Behavioral Sciences, (Online), 29: 149-157, (http://www.sciencedirect.com),
diakses 10 Mei 2017.
Hagevik, R., Aydeniz, M., Rowell, C.G. 2012. Using action research in middle level teacher
education to evaluate and deepen reflective practice. Teaching and Teacher
Education, (Online), 28 (5): 675-684, (http://www.sciencedirect.com), diakses
12 Mei 2017.
Ilanlou, M. & Zand, M. 2011. Professional Competencies of Teachers and the Qualitative
Evaluation. Social and Behavioral Sciences, (Online), 29: 1143-1150,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 10 Mei 2017.
Impedovo, M. A. & Malik, S.K. 2016. Becoming A Reflective In-Service Teacher: Role of
Research Attitude. Australian Journal of Teacher Education, (Online), 41 (1): 100112. (htt://dx.doi.org /10.14221/ajte. 2016 v41n1.6), diakses 7 Oktober 2016.
International Encyclopedia of Education (Third Edition). (Online), 391-396,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017.
Jiraro, S., Sujiva, S., Wongwanich, S. 2014. An Application of Action Research for Teacher
Empowerment to Develop Teachers’ Test Construction Competency
Development Models. Social and Behavioral Sciences, (Online), 116: 1263-1267,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Kangas, M., Siklander, P., Randolph, J., Ruokamo, H. 2017. Teachers' engagement and
students' satisfaction with a playful learning environment. Teaching and Teacher
Education, (Online), 63: 274-284, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11
Mei 2017.
136
137
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Kanokorn, S., Pongtorn, P., Somjai, M. 2012. Teacher Development Program to Enhance
Learning Competency for Small Primary Schools in Thailand. Social and
Behavioral Sciences, (Online), 69: 1052-1058, (http://www.sciencedirect.com),
diakses 11 Mei 2017.
Kanokorn, S., Pongtorn, P., Sujanya, S. 2014. Soft Skills Development to Enhance
Teachers’ Competencies in Primary Schools. Social and Behavioral Sciences,
(Online), 112: 842-846, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017.
Kemenag Jatim. 2010. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, (Online), https://jatim.kemenag.go.id/files/jatim/file/file/peraturan
tentangPNS/vsef1413864091.pdf, diakses 2 April 2017.
Kementerian Pendidikan Nasional Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan (PMPTK). 2012. Buku 1 Pedoman Pengelolaan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Jakarta: Badan PSDMP dan PMP.
Koenen, A.K., Dochy, F., Berghmans, I. 2015. A phenomenographic analysis of the
implementation of competence-based education in higher education. Teaching
and Teacher Education, (Online), 50: 1-12, (http://www.sciencedirect.com),
diakses 12 Mei 2017.
Korthagen, F., Loughran, J., Russell, T. 2006. Developing fundamental principles for
teacher education programs and practices. Teaching and Teacher Education,
(Online), 22 (8): 1020-1041, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei
2017.
Korthagen, F.A.J. 2014. Promoting Core Reflection in Teacher Education: Deepening
Professional Growth. Advances in Research on Teaching, (Online), 22 (1): 73-89,
(http://dx.doi.org/10.1108/S1479-3687201 400000 22007), diakses 7 Oktober
2016.
Leijen, Ä., Allas, R., Pedaste, M., Knezic, D., Marcos, J.J.M, Meijer, P., Husu, J., Krull, E.,
Toom, A. 2015. How to Support the Development of Teachers’ Practical
Knowledge: Comparing Different Conditions. Social and Behavioral Sciences,
(Online), 191: 1205-1212, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei
2017.
Lin, H.C.K., Wu, C.H., Hsueh, Y.P. 2014. The influence of using affective tutoring system in
accounting remedial instruction on learning performance and usability.
Computers
in
Human
Behavior,
(Online),
41:
514-522,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Moleong, L.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasongkhla, J. & Sujiva, S. 2015. Teacher Competency Development: Teaching with
Tablet Technology through Classroom Innovative Action Research (CIAR)
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
Coaching Process. Social and Behavioral Sciences, (Online), 174: 992-999,
(http://www.science direct.com), diakses 11 Mei 2017.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.
16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dinas
Pendidikan Tarakan Kota. (Online), (http://disdik. Tarakankota.go.id
/wpcontent/uploads/2013 /11/PERMENPAN 2009_016. pdf.), diakses 7
Oktober 2016.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Koordinasi
Perguruan
Tinggi
Swasta
(Kopertis).
(Online),
(http://www.kopertis1.or.id/files/pp-19-tahun-2005-ttg-snp.pdf), diakses 20
September 2016.
Plessis, A.E.D. 2015. Effective education: Conceptualising the meaning of out-of-field
teaching practices for teachers, teacher quality and school leaders. International
Journal of Educational Research, (Online), 72: 89-102, (http://www.science
direct.com), diakses 11 Mei 2017.
Ramdhani, N., Ancok, D., Swasono, Y., Suryanto, P. 2012. Teacher Quality Improvement
Program: Empowering Teachers to Increasing a Quality of Indonesian's
Education. Social and Behavioral Sciences, (Online), 69: 1836-1841,
(http://www.science direct.com), diakses 10 Mei 2017.
Rhoads, K. & Weber, K. 2016. Exemplary high school mathematics teachers’ reflections
on teaching: A situated cognition perspective on content knowledge.
International Journal of Educational Research, (Online), 78: 1-12,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017.
Rosenbluh, I.F. 2016. Behind the scenes of reflective practice in professional
development: A glance into the ethical predicaments of secondary school
teachers. Teaching and Teacher Education, (Online), 60: 1-11,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Sales, A., Traver, J.A., García, R. 2011. Action research as a school-based strategy in
intercultural professional development for teachers. Teaching and Teacher
Education, (Online), 27 (5): 911-919, (http://www.sciencedirect.com), diakses
12 Mei 2017.
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.(Online),(http://vervalsp.data.Kemdikbud
.go.id/prosespembelajaran
/file/Permendiknas%20No%2016%20Tahun
%202007.pdf), diakses 20 September 2016.
Sellars, M. 2012. Teachers and Change: The Role of Reflective Practice. Social and
Behavioral Sciences, (Online), 55:461-469, (http://www.sciencedirect.com),
diakses 13 Mei 2017.
138
139
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Sibley, E. , Theodorakakis, M., Walsh, M.E, Foley, C., Petrie, P., Raczek, A. 2017. The
impact of comprehensive student support on teachers: Knowledge of the whole
child, classroom practice, and Teacher Support. Teaching and Teacher Education,
(Online), 65: 145-156, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Ulfatin, N. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan: Teori dan
Aplikasinya. Malang: Bayumedia Publishing.
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Humas Universitas
Negeri
Medan.
(Online),
(http://humas.unimed.ac.id/wpcontent/uploads/2015/04/Undang-Undang-Nomor-14-Tahun-2005.pdf),
diakses 20 September 2016.
Wiliam, D. 2011. What is assessment for learning? Studies in Educational Evaluation,
(Online), 37 (1): 3-14, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Wuryandini, E. 2014. Analisis Permasalahan Dan Kebutuhan Pengembangan
Keprofesionalan Berkelanjutan Guru SMK BidangKeahlian Bisnis dan Manajemen
Pasca Sertifikasi di Kota Kota Semarang. Jurnal Manajemen Pendidikan, (Online) 9
(2):
108
–
119,(Journals.ums.ac.id/index.php/jmp/article/download/1692/1194), diakses
pada 26 Februari 2017.
Pelaksanakan Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB)
Annisa Vidya Safitri
Sutrisno
Program Studi Pendidikan Tata Niaga Universitas Negeri Malang
Email: [email protected]
Abstract: The purpose of this study was to identify the practice of teacher reflection as the
basis for the implementation of Sustainable Professionalism (PKB) program based on
Permendiknas No. 16/2007 at SMKN 2 Kediri. This research is qualitative with
phenomenology design. The informants of this research are principal, productive teacher of
marketing, vice principal, teacher and marketing teacher. Technique of data collecting done
by in-depth interview and documentation. The validity of the data using technique
triangulation and source. Data analysis using Miles and Huberman interactive models,
extension of observation, and referential adequacy. The results showed that the reflection
was not used as the basis of CLA and the teachers did not implement the CLA planning.
Elements of PKB activities have been in accordance with the guidelines of self-development
and scientific publications. PKB activities have an impact on teacher groups that discuss
research issues, more varied and contextual KBM, and administrative demands for
teachers.
Key word: Teacher professional competency, continuous professional development (CPD),
reflective practice.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi praktik tindakan refleksi guru
sebagai dasar pelaksanaan program Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB)
berdasarkan Permendiknas No. 16/ 2007 di SMKN 2 Kediri. Penelitian ini kualitatif dengan
rancangan fenomenologi. Informan penelitian ini adalah kepala sekolah, guru produktif
pemasaran, wakil kepala sekolah, asesor guru pemasaran dan siswa. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara mendalam dan dokumentasi.
Keabsahan data
menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Analisis data menggunakan model interaktif
Miles dan Huberman, perpanjangan pengamatan, dan kecukupan referensial. Hasil
penelitian menunjukkan refleksi tidak digunakan sebagai dasar PKB dan guru tidak
melaksanakan perencanaan PKB. Unsur kegiatan PKB telah sesuai dengan pedoman yaitu
pengembangan diri dan publikasi ilmiah. Kegiatan PKB berdampak pada kelompok guru
yang membahas masalah penelitian, KBM yang lebih variatif dan kontekstual, serta adanya
tuntutan administratif bagi guru.
Kata Kunci: Kompetensi profesional guru, Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan
(PKB), Praktik Refleksi.
Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya
merupakan wujud komitmen pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu
pendidikan. Upaya peningkatan kompetensi guru memerlukan pengawasan dan
evaluasi sehingga diperoleh hasil yang reliabel dan terarah (Ilanlou & Zand, 2011;
Ramdhani et al., 2012). Berdasarkan Permendiknas No. 35 Tahun 2010 Pasal 4, maka
ditetapkan mulai 1 Januari 2013 pemerintah menerapkan program penilaian kinerja
guru (PKG). Hasil PKG digunakan untuk mendapatkan fakta tentang kemampuan guru
dalam menerapkan kompetensi dan keterampilannya dalam pembelajaran. Tindak
lanjut pemanfaatan profil kinerja pasca PKG (Penilaian Kinerja Guru) yaitu
dilaksanakan kegiatan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) yang
126
127
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
didalamnya terdiri dari pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
Harapan pemerintah melalui program penilaian dan pemetaan profesionalisme
tersebut akan menciptakan guru yang kompeten dan sejahtera sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Praktik kegiatan pengembangan profesi bagi guru masih belum menemukan pola
yang sesuai dengan esensi dan tujuan pelaksanannya. Berdasarkan hasil penelitian
menemukan bahwa terdapat beberapa kendala dalam kegiatan pengembangan profesi
secara berkelanjutan (Wuryandani, 2014:117; Geldenhuys & Oosthuizen, 2015)
diantaranya yaitu; 1) ketidakcukupan informasi guru terkait program PKB yang
diselenggarakan oleh pemerintah, 2) penugasan guru tidak berkelanjutan sehingga guru
memperoleh pemahaman secara parsial, 3) kurangnya kesiapan dan komitmen guru
dalam mengikuti kegiatan PKB, 4) keengganan guru untuk terlibat penuh dalam
kegiatan PKB, 5) kegiatan PKB yang diselenggarakan tidak diikuti oleh semua guru, 6)
guru membandingkan konsekuensi finansial kegiatan PKB dengan sertifikasi guru
dalam jabatan, sehingga berdampak pada kurangnya motivasi melaksanakan kegiatan
PKB, 7) metode pelatihan dan workshop yang kurang memberikan dampak signifikan
terhadap perbaikan profesionalisme guru. Menindaklanjuti hal tersebut, Kemendikbud
akan fokus terhadap identifikasi kelemahan guru sehingga treatment maupun kebijakan
yang dicanangkan dapat memberikan dampak progresif pada perbaikan guru ke depan
(Anam, 2009:117).
Diselenggarakannya kelas industri Alfamart dan Axioo Program di SMK Negeri 2
Kediri membawa konsekuensi akademis baik bagi guru maupun peserta didik.
Pembelajaran yang diselenggarakan guru harus mampu menunjang kompetensi peserta
didik agar sesuai dengan standar kualifikasi dunia industri sebagai calon pengguna
lulusan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus memiliki kompetensi yang
mutakhir dan membelajarkan siswa secara aktif (Kangas et al., 2017; Sibley et al., 2017;
Comi et al., 2017). Maka dari itu diperlukan pelaksanaan program pengembangan yang
terarah sesuai dengan pedoman pemerintah.
Peningkatan profesionalisme guru perlu didukung oleh pihak sekolah sehingga
akan tercipta sinergi antar pihak. Mulai dari perlengkapan sarana prasarana, pelayanan
administratif, dukungan finansial, arahan, motivasi, serta berbagai kemudahan lain yang
disediakan untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kompetensinya (Nasongkhla &
Sujiva, 2015; Kanokorn, Pongtorn & Somjai, 2012; Plessis, 2015; Leijen et al., 2015).
Peningkatan kompetensi guru produktif pemasaran telah dilakukan di SMK Negeri 2
Kediri secara berkesinambungan. Berdasarkan hasil wawancara bersama guru
produktif pemasaran, kegiatan keprofesian pendidik dilakukan secara rutin dan diikuti
oleh semua guru pemasaran baik secara individu maupun berkelompok. Mulai dari
terselenggaranya program kerja MGMP, seminar, lokakarya, pelatihan, diklat,
kunjungan industri, on the job training, kuliah tamu, serta kegiatan akademik guru lain
bekerja sama dengan pihak terkait seperti Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) dan coach praktisi bisnis serta
melaksanakan penelitian tindakan kelas bagi beberapa guru. Kegiatan-kegiatan tersebut
digunakan untuk mempersiapkan guru di masa mendatang agar mampu bekerja secara
profesional (Kanokorn, Pongtorn & Sujanya, 2014. Selanjutnya, hasil program
peningkatan kompetensi guru ditindaklanjuti melalui metode pengimbasan dalam
bentuk pertemuan MGMP yang melibatkan seluruh guru produktif pemasaran.
Penelitian ini berfokus pada kompetensi profesional guru produktif pemasaran
di SMK Negeri 2 Kediri yang pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesionalan
berkelanjutan (PKB) berdasarkan tindakan refleksi guru. Data atau informasi yang
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
digunakan pada penelitian ini diarahkan untuk mengetahui praktik tindakan refleksi
guru, mekanisme program PKB, dan dampak kegiatan PKB bagi guru.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada guru produktif pemasaran di
SMKN 2 Kediri menemukan bahwa kegiatan refleksi pembelajaran yang dilakukan oleh
guru melibatkan berbagai pihak, diantaranya asesor dan kepala sekolah sebagai
supervisor dan siswa sebagai pengguna, serta diri guru sendiri. Namun pada praktiknya,
hasil refleksi tidak dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan kegiatan pengembangan
profesionalisme guru. Fakta di lapangan juga mengungkapkan bahwa tidak ada
tuntutan bagi guru untuk melakukan tindakan refleksi secara intensif. Temuan
penelitian tersebut bertolak belakang dengan pendapat Arifin (2011: 229) yang
menyatakan bahwa guru perlu melakukan refleksi terhadap kinerja diri sendiri secara
terus menerus dalam upaya membangun kualitas pikiran pola perilaku sebagai
pendidik. Refleksi tidak berhenti pada identifikasi diri, namun harus ditindaklanjuti
dalam rangka peningkatan keprofesionalan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
penelitian Impedovo dan Malik (2016:100) bahwa core value tindakan refleksi adalah
melakukan perbaikan diri secara berkelanjutan melalui penyelidikan kritis dalam
praktik pengajaran di kelas, membuat penilaian, dan mengubah perilaku pengajaran.
Melalui refleksi diri, guru dapat menilai pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga
dapat dikembangkan untuk kegiatan selanjutnya (Rhoads & Weber, 2016).
Praktik tindakan refleksi memberikan dampak positif terhadap pengembangan
profesionalisme guru. Fungsi refleksi juga didukung oleh hasil penelitian Korthagen
(2014: 74) yang mengungkapkan inti dari refleksi guru terletak pada tingkat kesadaran
guru terhadap esensi suatu masalah dalam pembelajaran. Kesadaran untuk
mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran ini dapat dicapai melalui praktik refleksi
yang didalamnya melibatkan dimensi berpikir, emosional, kebutuhan, dan perilaku.
Terkadang banyak guru terjebak pada aktivitas try and error daripada menggali
pemikiran reflektif dalam manajemen lingkungan kelas mereka, sehingga menyebabkan
lingkungan kelas yang acak, tidak terprediksi, dan kurang membelajarkan siswa
(Cruickshank, 2014: 238). Fungsi tindakan refleksi yang hakikatnya sebagai manifestasi
penilaian perfomansi guru perlu ditelaah lebih jauh agar didapat gambaran jelas
tentang standar kompetensi profesional yang harus dilakukan oleh guru.
Perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan keprofesionalan
berkelanjutan (PKB) yang didasarkan pada hasil refleksi guru akan mampu
mengarahkan program tersebut menjadi lebih efektif dan berdampak pada kompetensi
guru secara kesinambungan (Berg, Ros & Beijaard, 2015) . Melalui penelitian analisis
kompetensi guru ini diharapkan dapat mengetahui profil kinerja guru berdasarkan
tuntutan standar nasional pendidikan sebagaimana yang tercantum pada
Permendikbud. Sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai dasar evaluasi
dan perbaikan pelaksanaan PKB.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi SMKN 2
Kediri, Dinas Pendidikan Kota Kediri, dan peneliti lain sebagai rujukan analisis
pelaksanaan kebijakan pengembangan profesionalisme guru melalui kegiatan PKB.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi.
Kehadiran peneliti di lapangan merupakan instrumen kunci terlaksananya penelitian.
Lokasi penelitian pada SMKN 2 Kediri. Informan kunci dalam penelitian ini adalah
128
129
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
kepala sekolah dan guru produktif pemasaran. Sedangkan informan pendukung yang
terlibat meliputi wakil kepala sekolah bidang kurikulum, asesor guru produktif
pemasaran, dan siswa kelas XII Pemasaran 1 dan X Alfamart Program. Prosedur
penelitian untuk pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan studi
dokumentasi. Tahap analisis yang dilakukan yaitu reduksi data, penyajian data dan
verifikasi data. Metode pengecekan keabsahan data yang digunakan pada penelitian ini
yaitu triangulasi teknik dan sumber, kecukupan referensial, perpanjangan pengamatan
HASIL & PEMBAHASAN
Hasil
Praktik Tindakan Refleksi Diri
Guru produktif pemasaran telah melaksanakan tindakan refleksi dengan melibatkan
diri sendiri dan pihak diluar diri guru. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator
pelaksanaan tindakan refleksi yang dilakukan oleh guru. Penelitian di lapangan
menemukan bukti kesadaran guru dalam melaksanakan refleksi untuk meningkatkan
pembelajaran (Guru menyadari bahwa perlu dilaksanakan peningkatan kompetensi
secara berkelanjutan khususnya di bidang IT dan pendalaman subject matter guna
menunjang tugas profesi guru.. Kegiatan refleksi dapat memanfaatkan dokumen
tertentu yang dapat merepresentasikan kinerja guru. Fakta di lapangan menunjukkan
bahwa guru memiliki dokumen refleksi diri diantaranya yaitu;1) jurnal pembelajaran,
2) dokumen hasil PKG, 3) dokumen SKP (Sasaran Kinerja Pegawai), dan 4) hasil belajar
siswa. Namun tidak semua guru menyadari dan memanfaatkan dokumen-dokumen
tersebut sebagai dasar untuk mengetahui kinerja guru. Pelaksanaan kegiatan PKB
didasarkan pada hasil refleksi dan penilaian kinerja guru yang dilakukan sebelumnya
dengan melibatkan asesor. Sebagaimana yang ditemukan di lapangan bahwa kegiatan
Penilaian Kinerja Guru (PKG) dilaksanakan 2 (dua) periode yaitu PKG Formatif dan
Sumatif. Kelemahannya adalah subjektifitas penilaian sehingga kemungkinan adanya
nilai yang kurang representatif. Hal ini diatasi dengan kesadaran asesor dan guru dalam
melaksanakan PKG sesuai dengan pedoman dan instrumen dari pemerintah. Dasar
utama yang digunakan guru produktif pemasaran sebagai dasar refleksi adalah hasil/
nilai belajar siswa. Apabila terdapat nilai siswa yang berada dibawah KKM produktif
pemasaran (SKM 70,00), maka guru melaksanakan refleksi. Pokok refleksi terkait
metode mengajar, pendekatan pembelajaran, kesulitan belajar siswa, sintaks materi,
dan tingkat kesulitan soal ujian.
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Tindak Lanjut Kegiatan PKB yang Dilakukan Guru
Produktif Pemasaran SMKN 2 Kediri
Guru produktif pemasaran telah memahami kebijakan terkait profesionalisme guru
melalui kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Kediri.
Namun guru belum memahami praktik penerapan kebijakan tersebut dalam konteks
pengembangan profesionalisme guru, sehingga dalam setiap tahapan kegiatan PKB
(Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan) sering ditemui kesenjangan dengan
pedoman pelaksanaan PKB oleh Kemendikbud.
Perencanaan kegiatan PKB tidak dilaksanakan secara mandiri oleh guru. Kegiatan
PKB yang akan dilakukan oleh guru disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan
oleh pihak sekolah berdasarkan rekomendasi dari penyelenggara kegiatan. Jenis
kegiatan PKB yang diikuti oleh guru produktif pemasaran telah memenuhi unsur-unsur
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
yang ditetapkan Kemendikbud dalam Pedoman PKB, yaitu memenuhi unsur
pengembangan diri dan publikasi ilmiah. Sebagai contohnya, pada tahun 2016 seluruh
guru produktif pemasaran aktif dalam mengikuti beberapa kegiatan pengembangan diri
diantaranya yaitu training for teacher (TFT), on the job training, diklat, seminar, kuliah
tamu, dan studi banding terkait peningkatan soft skill guru di bidang pemasaran
modern. Pasca mengikuti kegiatan PKB, maka dilakukan tindak lanjut hasil melalui
metode pengimbasan yang dilakukan oleh guru kepada teman sejawat dan praktik KBM
di kelas bersama siswa. Bukti portofolio kegiatan PKB yang dilakukan oleh guru berupa
sertifikat digunakan sebagai dasar penilaian untuk mengajukan angka kredit yang
tercantum pada dokumen Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).
Dampak Pasca Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan PKB Bagi Guru Produktif
Pemasaran SMKN 2 Kediri
Pelaksanaan PKB memberikan dampak bertambahnya tuntutan administratif bagi
guru. Unsur kegiatan PKB yang dilakukan guru produktif pemasaran melalui
pengembangan diri dan publikasi ilmiah membawa dampak pada kegiatan belajar
mengajar di kelas. Guru memanfaatkan hasil kegiatan PKB sebagai bahan variasi materi
serta contoh-contoh aktual terkait aplikasi materi di dunia nyata, sehingga
pembelajaran produktif pemasaran menjadi lebih kontekstual. Kegiatan PKB tidak
menutup kemungkinan dilakukan secara kolektif bersama teman sejawat guru. Hal ini
berdampak pada bertambahnya networking atau peer group sesama guru sebagai
sarana berbagi ilmu dan informasi mengenai penelitian maupun prestasi tertentu
sehingga mendukung satu sama lain.
Pembahasan
Praktik tindakan refleksi atau evaluasi diri yang dilakukan oleh guru produktif
pemasaran SMKN 2 Kediri
Salah satu kompetensi inti pada ranah kompetensi profesional bagi guru adalah
melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) melalui
tindakan reflektif. Kompetensi ini juga termasuk dalam 14 (empat belas) kompetensi
yang menunjukkan performansi guru sebagai dasar pelaksanaan penilaian kinerja guru
(PKG). Salah satu indikatornya adalah guru mampu melakukan evaluasi diri secara
spesifik, lengkap, dan didukung hasil penilaian proses pembelajaran sebagai bukti yang
menggambarkan kinerjanya (Sellars, 2012). Sebagaimana yang dilakukan oleh guru
produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri yang menyadari bahwa perlu dilakukan
peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan. Namun refleksi belum dipahami
oleh guru sebagai kebutuhan rutin terkait umpan balik kinerjanya. Hal ini disebabkan
terbatasnya waktu dan tenaga guru dalam melaksanakan tugas penunjang profesi guru
diluar KBM.
Arifin (2011: 229), aspek yang perlu direfleksi oleh guru meliputi motivasi diri,
teori, dan model pembelajaran, perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di
kelas, serta pengembangan kualitas diri. Sarana yang digunakan sebagai dasar untuk
merefleksikan aspek-aspek tersebut yaitu berupa dokumen hasil penilaian kinerja guru,
baik yang dilakukan oleh guru sendiri, kepala sekolah, maupun asesor (Russo & Wilsey,
2014; Mogonea, 2015; Trif & Popescu, 2013; Killeavy & Moloney, 2010). Sebagaimana
yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri bahwa tindakan
refleksi atau evaluasi diri dapat dilakukan utamanya dari hasil belajar siswa (Buddin &
Zamarro, 2009). Pengukuran capaian hasil belajar siswa didasarkan pada KKM (Kriteria
130
131
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Ketuntasan Minimal) produktif pemasaran yang terletak pada nilai 70,00. Hal-hal yang
direfleksikan oleh guru terkait materi ajar, metode mengajar, cara pembawaan guru,
tingkat kesulitan soal, serta kesulitan belajar yang dialami siswa selama pembelajaran
(Louws et al., 2017). Tindak lanjut yang diberikan kepada siswa yaitu guru
melaksanakan remidial bagi siswa yang nilainya dibawah KKM dan pengayaan bagi
siswa yang nilainya telah mencapai KKM untuk meningkatkan nilai serta pemahaman
siswa (Chen, 2011; Lin, Wu & Hsueh, 2014; Frisancho et al., 2016; Crooks, 2011; Wiliam,
2011)
Kegiatan refleksi yang didasarkan pada evaluasi hasil belajar siswa dapat
memberikan dampak positif terhadap perbaikan yang dilakukan guru pada
pembelajaran berikutnya (Rhoads & Weber, 2016; Nevgi & Löfström, 2015; Sööt &
Viskus, 2015; LaBoskey, 2010; Rauduvaitė, Lasauskienė & Barkauskaitė, 2015;
Pleschová & McAlpine, 2016; González & Deal, 2017). Namun refleksi terhadap evaluasi
hasil belajar tidak bisa menjadi satu-satunya sumber guru dalam melakukan refleksi
kinerjanya. Hal tersebut dikarenakan tindak lanjut guru bersifat represif, artinya guru
melaksanakan refleksi ketika terhadi masalah pembelajaran siswa di kelas (Rosenbluh,
2016; Hagevik, Aydeniz & Rowell, 2012). Jika tidak ditemukan kendala dalam
pembelajaran, maka guru menilai tidak terdapat masalah baik dalam hal cara mengajar
guru maupun siswa yang menerima pelajaran. Munculnya kelemahan tersebut
menegaskan bahwa refleksi guru tidak cukup hanya didasarkan pada evaluasi hasil
belajar siswa (Hagevik, Aydeniz & Rowell, 2012). Guru akan mudah menjustifikasi
keberhasilan pengajaran yang telah dilaksanakan dengan mengesampingkan faktor lain
yang menyebabkan keberhasilan pembelajaran (Buddin & Zamarro, 2009).
Terdapat beberapa dokumen yang dapat digunakan sebgai dasar tindakan refleksi
guru, yaitu jurnal pembelajaran, dokumen sasaran kinerja pegawai, kritik dan saran
siswa, serta profil kinerja guru pada laporan PKG (Penilaian Kinerja Guru). Berdasarkan
hasil penelitian di lapangan menemukan bahwa guru produktif pemasaran sebenarnya
telah memiliki dokumen-dokumen tersebut, namun belum dimanfaatkan secara
maksimal sebagai dasar pelaksanaan refleksi kinerja. Imbas dari pelaksanaan refleksi
yang belum maksimal adalah tindak lanjut hasil refleksi yang belum terarah sesuai
dengan pedoman pengembangan profesionalisme guru dari Kemendikbud. Berdasarkan
buku pedoman PKB yang diluncurkan Kemendikbud pada tahun 2012 menyebutkan
bahwa refleksi atau hasil evaluasi diri guru merupakan dasar untuk melaksanakan
penilaian kinerja guru dan tindak lanjut peningkatan kompetensi serta profesionalisme
guru secara berkelanjutan (Sellars, 2012). Oleh sebab itu, jika landasan utamanya tidak
dilaksanakan dengan maksimal maka akan menyebabkan kegiatan PKG dan PKB
menjadi kurang efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa praktik tindakan refleksi yang
dilakukan oleh guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri telah dilaksanakan, namun
belum memanfaatkan sumber dokumen refleksi diri secara maksimal. Refleksi belum
dimaknai sebagai kebutuhan rutin guru mengingat terdapat berbagai tugas diluar
mengajar yang banyak menyita waktu dan tenaga. Refleksi juga belum dipahami sebagai
dasar pelaksanaan PKG dan PKB guru.
Perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut kegiatan PKB yang dilakukan guru
produktif pemasaran SMKN 2 Kediri
Peningkatan profesionalisme guru melalui kegiatan PKB merupakan kebijakan
pemerintah yang mulai efektif dilakukan pada tahun 2013 sebagai manifestasi
Permendiknas No. 35 Tahun 2010. Sebelum dilaksanakan secara menyeluruh, perlu
dilakukan sosialisasi mengenai penerapan PKB serta pelaksanaannya di lapangan.
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
Berdasarkan hasil wawancara bersama guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri
mengetahui kebijakan PKB pertama kali melalui sosialisasi yang dilaksanakan oleh
MGMP Produktif Pemasaran dengan pemateri dari Dinas Pendidikan Kota Kediri.
Sejumlah guru mengungkapkan bahwa sosialisasi tersebut belum dilaksanakan secara
efektif karena hingga saat ini praktik guru terkait penerapan kebijakan PKB masih
dipahami secara parsial. Hal ini dibuktikan dengan belum dipahaminya keterkaitan
antara refleksi diri, PKG, dan PKB sebagai mekanisme pengembangan profesionalisme
guru secara berkelanjutan (Wuryandini, 2014)
Kebijakan baru dalam dunia pendidikan tidak bisa dilaksanakan serta merta.
Perlu adanya sosialisasi kebijakan yang dilakukan secara intensif dan disertai dengan
role mode pelaksanaan sehingga tidak ada kesenjangan antara pedoman kebijakan dan
pelaksanaan di lapangan (Koenen, Dochy & Berghmans, 2015). Adanya role mode juga
dapat mengakomodir kondisi lapangan yang beragam sehingga kebijakan maupun
program dapat dilaksanakan dengan luwes namun tetap sesuai pedoman. Pelaksanaan
sosialisasi kebijakan yang tidak dilaksanakan secara intensif akan menyebabkan
kesenjangan implementasi kebijakan, sehingga tidak dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Wuryandini, 2014). Kesenjangan implementasi kebijakan PKB juga terjadi
pada praktik yang dilaksanakan oleh guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri.
Gambar 1.1 Mekanisme Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan
Sumber: Buku Pedoman dan Pengelolaan PKB Kemendikbud, 2012: 35
Berdasarkan gambar tahapan pelaksanaan PKB tersebut diketahui bahwa dasar
perencanaan kegiatan PKB adalah profil kinerja guru yang dihasilkan pasca guru
melaksanakan kegiatan refleksi diri dan PKG formatif. Perencanaan PKB melibatkan
koordinator PKB dan guru dalam penyusunannya hingga pada tahap finalisasi rencana
PKB oleh kepala sekolah. Setelah PKB dilaksanakan oleh guru, maka akan
ditindaklanjuti dengan PKG sumatif untuk menilai peningkatan kompetensi maupun
profesionalisme guru pasca mengikuti PKB. Refleksi hasil PKG sumatif inilah yang
kemudian dijadikan dasar perencanaan PKB guru tahun berikutnya. Hal inilah yang
disebut sebagai pengembangan keprofesionalan yang dilakukan secara berkelanjutan
(Evans et al., 2017).
Namun pada praktiknya, perencanaan PKB tidak sepenuhnya dilakukan guru.
Kegiatan PKB yang diikuti oleh guru didasarkan pada ketersediaan jadwal
penyelenggara kegiatan baik swasta maupun kedinasan atas rekomendasi pihak
sekolah. Sehingga guru tidak melaksanakan perencanaan kegiatan PKB secara mandiri
karena semua kegiatan dilaksanakan sesuai pemberitahuan pihak sekolah. Dengan
132
133
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang dilakukan oleh guru produktif
pemasaran belum dilakukan sesuai dengan pedoman pelaksanaan PKB.
Jenis kegiatan PKB harus memenuhi unsur-unsur pengembangan profesi guru
yang diatur menurut PermennegPAN dan RB No. 16 Tahun 2009 diantaranya yaitu
pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Pelaksanaan kegiatan PKB
yang diikuti guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri sejak diterapkannya kebijakan
PKB hingga tahun 2016 sebagian besar berbentuk kegiatan pengembangan diri berupa
diklat, seminar, kuliah tamu, training for teachers, workshop baik yang diselenggarakan
oleh dinas maupun dunia industri, dan aktif dalam kegiatan MGMP. Kegiatan
pengembangan diri yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran juga berkaitan
dengan program kelas industri yang diselenggarakan oleh SMKN 2 Kediri bekerjasama
dengan PT. Sumber Alfaria Trijaya. Sehingga beberapa kegiatan pengembangan diri
banyak melibatkan field coach yang ada di program Alfamart Class. Sedangkan unsur
publikasi ilmiah dan karya inovatif hanya dilakukan oleh sebagian guru produktif
pemasaran yang memiliki pangkat golongan terakhir IV/a dan IV/b.
Tindak lanjut yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran pasca
melaksanakan kegiatan PKB yaitu mengimbaskan hasil kegiatan kepada teman sejawat
dan memanfaatkannya untuk materi pembelajaran di kelas. Pengimbasan dilakukan
melalui penyampaian materi hasil kegiatan PKB pada kegiatan belajar mengajar di
kelas. Melalui kegiatan pengimbasan tersebut siswa mengetahui penerapan teori di
dunia nyata, sehingga mendukung kemampuan metakognitif siswa dan pembelajaran
menjadi lebih kontekstual (González & Deal, 2017). Kegiatan pengimbasan juga
dilakukan kepada teman sejawat sesama guru produktif pemasaran melalui sharing di
forum MGMP. Namun pelaksanaannya tidak intensif karena kendala kepentingan
masing-masing anggota guru yang berbeda. Sedangkan tindak lanjut PKB dalam bentuk
pelaksanaan PKG sumatif tidak dilakukan guru sesuai dengan pedoman, karena tidak
terdapat perbedaan praktik pelaksanaannya dengan PKG formatif. Maka dapat
disimpulkan bahwa tindak lanjut PKB yang dilakukan oleh guru yaitu dilakukan
pengimbasan
kepada teman sejawat melalui MGMP serta digunakan untuk
memperbaiki pembelajaran yang dilakukan di kelas. Jadi, tindak lanjut yang dilakukan
oleh guru sudah baik dilakukan namun belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman
PKB.
Dampak pasca pelaksanaan kegiatan PKB terhadap guru produktif pemasaran
SMKN 2 Kediri
Dampak pasca pelaksanaan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) bagi
guru diantaranya adalah bertambahnya tuntutan administratif guru dalam menyusun
portofolio diri. Melalui peningkatan tuntutan administratif bagi guru, juga akan
berimbas pada kedisiplinan dan ketertiban dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga
pendidik yang tersertifikasi. Hasil kegiatan PKB dalam bentuk pengembangan diri
membawa dampak pada peningkatan kompetensi guru dan pengetahuan subject matter
yang lebih mutakhir, sehingga dapat mendukung pembelajaran yang lebih berkualitas
melalui variasi materi yang tidak hanya teoritif tetapi juga aplikatif (Korthagen,
Loughran & Russell, 2006).
Selanjutnya, dampak yang dihasilkan pasca kegiatan PKB oleh guru yaitu adanya
peningkatan pengetahuan dan pemahaman guru dalam membuat karya ilmiah maupun
karya inovatif untuk meningkatkan pembelajaran di kelas (Evans et al., 2017).
Hakikatnya, profesi guru tidak hanya menjalankan tugas utamanya dalam mengajar.
Namun, untuk mengembangkan profesinya guru juga dituntut sebagai peneliti melalui
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
penyusunan PTK maupun karya inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa guru produktif pemasaran yang
memanfaatkan kegiatan PKB untuk menambah jaringan teman sejawat sebagai sarana
berbagi ilmu dan informasi mengenai penelitian maupun prestasi tertentu sehingga
mendukung satu sama lain (Jiraro, Sujiva & Wongwanich, 2014). Namun kesadaran
guru dalam membuat karya ilmiah maupun karya inovatif masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya tuntutan administrasi dan tugas guru diluar mengajar yang
menyita tenaga dan waktu, sehingga pembuatan karya ilmiah maupun karya inovatif
pembelajaran diaggap sebagai beban bagi guru.
SIMPULAN & SARAN
Simpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menarik
kesimpulan terhadap aspek melaksanakan kegiatan PKB melalui tindakan refleksi pada
guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri. Pada sebenarnya, praktik tindakan refleksi
atau evaluasi diri telah dilakukan oleh guru. Dasar refleksi utamanya yaitu dari hasil
belajar siswa. Namun, refleksi belum dilaksanakan sesuai pedoman PKB dan belum
dimanfaatkan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan PKB. Di lapangan juga ditemukan
kesenjangan terkait tahapan-tahapan PKB sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan
oleh Kemendikbud. Perencanaan kegiatan PKB tidak dilaksanakan oleh guru karena
kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan jadwal penyelenggara baik dinas maupun
swasta. Indikasi lain yaitu tidak terlibatnya kepala sekolah maupun asesor sebagai
penilai kinerja guru dalam merencanakan jenis kegiatan PKB yang akan dilaksanakan
oleh guru sesuai profil kinerjanya. Pelaksanaan kegiatan PKB yang diikuti oleh guru
telah memenuhi unsur kegiatan PKB sesuai dengan pedoman yaitu pengembangan diri
dan publikasi ilmiah. Kegiatan pengembangan diri yang dilakukan oleh guru berupa
diklat, seminar, workshop ,training for teacher bekerjasama dengan field coach dari PT.
Sumber Alfaria Trijaya, kuliah tamu dan aktif dalam kegiatan MGMP. Namun kesadaran
guru produktif pemasaran dalam memenuhi unsur publikasi ilmiah serta karya inovatif
tergolong masih rendah. Guru memahami bahwa melakukan penelitian maupun
membuat karya inovatif pembelajaran belum menjadi suatu kebutuhan. Tindak lanjut
pelaksanaan pasca guru mengikuti kegiatan PKB sudah dilaksanakan dengan cukup baik
yaitu melalui pengimbasan hasil PKB. Pengimbasan tersebut dilakukan kepada teman
sejawat melalui kegiatan sharing di MGMP.
Hasil kegiatan PKB juga dimanfaatkan oleh guru produktif pemasaran untuk
memperbaiki pembelajaran di kelas melalui pemberian variasi materi. Dampak
pelaksanaan PKB bagi guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri yaitu semakin
bertambahnya tuntutan administratif guru dalam menyusun portofolio diri. Melalui
peningkatan tuntutan administratif bagi guru, juga akan berimbas pada kedisiplinan
dan ketertiban dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik yang
tersertifikasi. Kegiatan PKB juga membawa dampak positif terhadap pembelajaran yang
dilakukan oleh guru di kelas melalui proses pengimbasan. Hal ini mendukung
pembelajaran yang lebih berkualitas dan kontekstual. Kegiatan PKB juga dimanfaatkan
dengan baik oleh guru produktif pemasaran sebagai sarana berbagi ilmu dan informasi
mengenai penelitian maupun prestasi tertentu.
134
135
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut maka peneliti memberikan saran kepada
pihak-pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan PKB guru. Pertama yaitu
bagi Dinas Pendidikan Kota Kediri, bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
dilakukannya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan PKB di tingkat sekolah
untuk menentukan tindak lanjut maupun perbaikan implementasi agar sesuai dengan
pedoman PKB Kemendikbud. Kedua yaitu bagi guru produktif pemasaran SMKN 2
Kediri, bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan
kesadaran dan kedisiplinan guru dalam memanfaatkan sumber refleksi diri. Selain itu
digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi tindakan refleksi diri guru agar
selanjutnya dijadikan dasar pelaksanaan PKG dan PKB. Perbaikan pelaksanaan tahapan
perencanaan PKB dan pemenuhan unsur karya inovatif perlu ditingkatkan oleh guru
sehingga tujuan program pengembangan profesionalisme guru dapat tercapai. Ketiga
yaitu bagi peneliti lain yaitu sebagai referensi pada penelitian selanjutnya dalam bidang
analisis kompetensi dan profesionalisme guru namun dalam ruang lingkup dan latar
belakang yang berbeda.
DAFTAR RUJUKAN
Anam, S. 2009. Pergumulan dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan (2007-2009). Jakarta: Mahamedia Cipta Caraka.
Arifin. 2011. Kompetensi Guru dan Strategi Pengembangannya. Yogyakarta: Lilin.
Barak, L.O. & Yinon, H. 2007. When theory meets practice: What student teachers learn
from guided reflection on their own classroom discourse. Teaching and Teacher
Education, (Online), 23: 957-969, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11
Mei 2017.
Barnawi dan Arifin, M. 2014. Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan Bagi Guru.
Yogyakarta: Gava Media.
Bergh, L.v.d., Ros, A., Beijaard, D. 2015. Teacher learning in the context of a continuing
professional development programme: A case study. Teaching and Teacher
Education, (Online), 47: 142-150, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11
Mei 2017.
Chen, L.H. 2011. Enhancement of student learning performance using personalized
diagnosis and remedial learning system. Computers & Education, (Online), 56 (1):
289-299, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Crooks, T. 2011. Assessment for learning in the accountability era: New Zealand. Studies
in
Educational
Evaluation,
(Online),
37
(1):
71-77,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Cruickshank, D. R., Jenkins D. B., dan Metcalf, K.K. 2014. Perilaku Mengajar The Act of
Teaching. Jakarta: Salemba Empat.
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
Dudley, P. 2013. Teacher learning in Lesson Study: What interaction-level discourse
analysis revealed about how teachers utilised imagination, tacit knowledge of
teaching and fresh evidence of pupils learning, to develop practice knowledge
and so enhance their pupils' learning. Teaching and Teacher Education, (Online),
34: 107-121, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Evans, N.S, Stevenson, R.B., Lasen, M., Ferreira, J.A. & Davis, J. 2017. Approaches to
embedding sustainability in teacher education: A synthesis of the literature.
Teaching
and
Teacher
Education,
(Online),
63:405-417,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 13 Mei 2017.
Frisancho, V., Krishna, K., Lychagin, S.,Yavas, C. 2016. Better luck next time: Learning
through retaking. Journal of Economic Behavior & Organization, (Online), 125:
120-135, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
González, G. & Deal, J.T. 2017. Using a Creativity Framework to Promote Teacher
Learning in Lesson Study. Thinking Skills and Creativity , (Online),
(http://www.science direct.com), diakses 13 Mei 2017.
González, K., Padilla, J.E., Rincón, D.A. 2011. Roles, Functions and Necessary
Competences for Teachers’ Assessment in b-Learning Contexts. Social and
Behavioral Sciences, (Online), 29: 149-157, (http://www.sciencedirect.com),
diakses 10 Mei 2017.
Hagevik, R., Aydeniz, M., Rowell, C.G. 2012. Using action research in middle level teacher
education to evaluate and deepen reflective practice. Teaching and Teacher
Education, (Online), 28 (5): 675-684, (http://www.sciencedirect.com), diakses
12 Mei 2017.
Ilanlou, M. & Zand, M. 2011. Professional Competencies of Teachers and the Qualitative
Evaluation. Social and Behavioral Sciences, (Online), 29: 1143-1150,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 10 Mei 2017.
Impedovo, M. A. & Malik, S.K. 2016. Becoming A Reflective In-Service Teacher: Role of
Research Attitude. Australian Journal of Teacher Education, (Online), 41 (1): 100112. (htt://dx.doi.org /10.14221/ajte. 2016 v41n1.6), diakses 7 Oktober 2016.
International Encyclopedia of Education (Third Edition). (Online), 391-396,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017.
Jiraro, S., Sujiva, S., Wongwanich, S. 2014. An Application of Action Research for Teacher
Empowerment to Develop Teachers’ Test Construction Competency
Development Models. Social and Behavioral Sciences, (Online), 116: 1263-1267,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Kangas, M., Siklander, P., Randolph, J., Ruokamo, H. 2017. Teachers' engagement and
students' satisfaction with a playful learning environment. Teaching and Teacher
Education, (Online), 63: 274-284, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11
Mei 2017.
136
137
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Kanokorn, S., Pongtorn, P., Somjai, M. 2012. Teacher Development Program to Enhance
Learning Competency for Small Primary Schools in Thailand. Social and
Behavioral Sciences, (Online), 69: 1052-1058, (http://www.sciencedirect.com),
diakses 11 Mei 2017.
Kanokorn, S., Pongtorn, P., Sujanya, S. 2014. Soft Skills Development to Enhance
Teachers’ Competencies in Primary Schools. Social and Behavioral Sciences,
(Online), 112: 842-846, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017.
Kemenag Jatim. 2010. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, (Online), https://jatim.kemenag.go.id/files/jatim/file/file/peraturan
tentangPNS/vsef1413864091.pdf, diakses 2 April 2017.
Kementerian Pendidikan Nasional Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan (PMPTK). 2012. Buku 1 Pedoman Pengelolaan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Jakarta: Badan PSDMP dan PMP.
Koenen, A.K., Dochy, F., Berghmans, I. 2015. A phenomenographic analysis of the
implementation of competence-based education in higher education. Teaching
and Teacher Education, (Online), 50: 1-12, (http://www.sciencedirect.com),
diakses 12 Mei 2017.
Korthagen, F., Loughran, J., Russell, T. 2006. Developing fundamental principles for
teacher education programs and practices. Teaching and Teacher Education,
(Online), 22 (8): 1020-1041, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei
2017.
Korthagen, F.A.J. 2014. Promoting Core Reflection in Teacher Education: Deepening
Professional Growth. Advances in Research on Teaching, (Online), 22 (1): 73-89,
(http://dx.doi.org/10.1108/S1479-3687201 400000 22007), diakses 7 Oktober
2016.
Leijen, Ä., Allas, R., Pedaste, M., Knezic, D., Marcos, J.J.M, Meijer, P., Husu, J., Krull, E.,
Toom, A. 2015. How to Support the Development of Teachers’ Practical
Knowledge: Comparing Different Conditions. Social and Behavioral Sciences,
(Online), 191: 1205-1212, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei
2017.
Lin, H.C.K., Wu, C.H., Hsueh, Y.P. 2014. The influence of using affective tutoring system in
accounting remedial instruction on learning performance and usability.
Computers
in
Human
Behavior,
(Online),
41:
514-522,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Moleong, L.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasongkhla, J. & Sujiva, S. 2015. Teacher Competency Development: Teaching with
Tablet Technology through Classroom Innovative Action Research (CIAR)
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
Coaching Process. Social and Behavioral Sciences, (Online), 174: 992-999,
(http://www.science direct.com), diakses 11 Mei 2017.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.
16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dinas
Pendidikan Tarakan Kota. (Online), (http://disdik. Tarakankota.go.id
/wpcontent/uploads/2013 /11/PERMENPAN 2009_016. pdf.), diakses 7
Oktober 2016.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Koordinasi
Perguruan
Tinggi
Swasta
(Kopertis).
(Online),
(http://www.kopertis1.or.id/files/pp-19-tahun-2005-ttg-snp.pdf), diakses 20
September 2016.
Plessis, A.E.D. 2015. Effective education: Conceptualising the meaning of out-of-field
teaching practices for teachers, teacher quality and school leaders. International
Journal of Educational Research, (Online), 72: 89-102, (http://www.science
direct.com), diakses 11 Mei 2017.
Ramdhani, N., Ancok, D., Swasono, Y., Suryanto, P. 2012. Teacher Quality Improvement
Program: Empowering Teachers to Increasing a Quality of Indonesian's
Education. Social and Behavioral Sciences, (Online), 69: 1836-1841,
(http://www.science direct.com), diakses 10 Mei 2017.
Rhoads, K. & Weber, K. 2016. Exemplary high school mathematics teachers’ reflections
on teaching: A situated cognition perspective on content knowledge.
International Journal of Educational Research, (Online), 78: 1-12,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017.
Rosenbluh, I.F. 2016. Behind the scenes of reflective practice in professional
development: A glance into the ethical predicaments of secondary school
teachers. Teaching and Teacher Education, (Online), 60: 1-11,
(http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Sales, A., Traver, J.A., García, R. 2011. Action research as a school-based strategy in
intercultural professional development for teachers. Teaching and Teacher
Education, (Online), 27 (5): 911-919, (http://www.sciencedirect.com), diakses
12 Mei 2017.
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.(Online),(http://vervalsp.data.Kemdikbud
.go.id/prosespembelajaran
/file/Permendiknas%20No%2016%20Tahun
%202007.pdf), diakses 20 September 2016.
Sellars, M. 2012. Teachers and Change: The Role of Reflective Practice. Social and
Behavioral Sciences, (Online), 55:461-469, (http://www.sciencedirect.com),
diakses 13 Mei 2017.
138
139
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Sibley, E. , Theodorakakis, M., Walsh, M.E, Foley, C., Petrie, P., Raczek, A. 2017. The
impact of comprehensive student support on teachers: Knowledge of the whole
child, classroom practice, and Teacher Support. Teaching and Teacher Education,
(Online), 65: 145-156, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Ulfatin, N. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan: Teori dan
Aplikasinya. Malang: Bayumedia Publishing.
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Humas Universitas
Negeri
Medan.
(Online),
(http://humas.unimed.ac.id/wpcontent/uploads/2015/04/Undang-Undang-Nomor-14-Tahun-2005.pdf),
diakses 20 September 2016.
Wiliam, D. 2011. What is assessment for learning? Studies in Educational Evaluation,
(Online), 37 (1): 3-14, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017.
Wuryandini, E. 2014. Analisis Permasalahan Dan Kebutuhan Pengembangan
Keprofesionalan Berkelanjutan Guru SMK BidangKeahlian Bisnis dan Manajemen
Pasca Sertifikasi di Kota Kota Semarang. Jurnal Manajemen Pendidikan, (Online) 9
(2):
108
–
119,(Journals.ums.ac.id/index.php/jmp/article/download/1692/1194), diakses
pada 26 Februari 2017.