Karaktristik dan Viabilitas Serbuk Sari Ragam Kelapa (Cocos nucifera, L.) di Bali.

ISBN 978-602-294-065-4

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS I

Diterbitkan Oleh :

Program Studi Magister Biologi
Program Pascasarjana
Universitas Udayana

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS I 2014
“Biodiversitas Sebagai Penunjang Ketahanan Pangan”
Denpasar, 29 Desember 2014
Editor :
Prof. Dr. Drs. I Ketut Junitha, MS
Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si
Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc, Ph.D
Ir. Made Pharmawati, M.Sc., Ph.D
Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D

Dr. Ir. Yenni Ciawi

Diterbitkan Oleh :
Universitas Udayana

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................

i

RINGKASAN .................................................................................................................................................

ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................

iii

MODIFIKASI PATI TALAS KIMPUL DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT UNTUK

MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK SOHUN (STARCH NOODLE) .........................................................
Anak Agung Istri Sri Wiadnyani, I Wayan Rai Widarta .............................................................................

1
1

VIABILITAS SERBUK SARI BUNGA TERATAI SUDAMALA ( Nymphoides indica (L.) Kuntze,
MENYANTHACEAE) DENGAN UJI WARNA, IN-VITRO DAN SQUASH KEPALA PUTIK .................
Gusti Ayu Nyoman Budiwati, Eniek Kriswiyanti, I Gusti Ayu Sugi Wahyuni .........................................

12
12

KARAKTERISTIK DAN VIABILITAS SERBUK SARI RAGAM KELAPA ( Cocos nucifera , L.) DI
BALI ...............................................................................................................................................................
Eniek Kriswiyanti .......................................................................................................................................

20
20


TANGGAP TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN EKSTRAK KRANDALIT, FRAKSI
HUMAT, DAN MOLIBDENUM (Mo) PADA INCEPTISOLS PRAFI MANOKWARI ..............................
Ishak Musaad, Dwiana Wasgito Purnomo, Murtiningrum, Yohanis Amus Mustamu ................................

26
26

BIOASSAY EKSTRAK KASAR (CRUDE EXTRACT) DAUN BROTOWALI (Tinospora crispa (L)
Miers) PADA BAKTERI GRAM POSITIF DAN BAKTERI GRAM NEGATIF .........................................
Ida Ayu Putu Suryanti .................................................................................................................................

35
35

KARAKTER MORFOLOGI DAN TINGKAT PERTUMBUHAN ANAKAN SEBAGAI BUKTI
TAKSONOMI PENDUKUNG VARIETAS Pandanus tectorius ASAL PULAU ROSWAR, TELUK
WONDAMA, WEST PAPUA ........................................................................................................................
Nurhaidah I. Sinaga1, Martinus Iwanggin1, Cicilia M.E. Susanti1 ...............................................................

41

41

STRUKTUR ANATOMI AKAR, BATANG DAN DAUN SERTA PENYEBARAN STOMATA DAN
TRIKOMATA PADA Monochoria vaginalis (Burm. F.) Presl ......................................................................
Ni Putu Adriani Astiti .................................................................................................................................

48
48

PERKEMBANGAN STRUKTUR MORFOLOGI EMBRIO CENDANA ( Santalum Album Linn.) DARI
BUNGA MEKAR HINGGA TERBENTUKNYA BUAH MUDA ................................................................
Ni Putu Yuni Astriani Dewi1, Eniek Kriswiyanti1,2, Ni Nyoman Darsini2...................................................

55
55

DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN RAMBUTAN RAPIAH ( Nephelium lappaceum L.) TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KUNYIT .....................................................................................................
Anak Agung Istri Mirah Dharmadewi1, Ni Putu Adriani Astiti 1, Luh Putu Wrasiati2 ................................


64
64

PELAKSANAAN AWIG-AWIG FAKTOR KEBERHASILAN BIOLOGI KONSERVASI JALAK BALI
(Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912 ) DI KEPULAUAN NUSA PENIDA ...........................................
Sudaryanto1, Cut Sugandawaty Djohan2, Satyawan Pudyatmoko3, Jusup Subagja2 ....................................

72
72

iii

KARAKTERISTIK DAN VIABILITAS SERBUK SARI RAGAM KELAPA (Cocos nucifera , L.)
DI BALI

THE CHARACTERISTICS AND VIABILITY OF COCONUT POLLEN VARIETY (Cocos
nucifera , L.) IN BALI
Eniek Kriswiyanti
FMIPA Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Kuta
Email: eniek_kriswiyanti@yahoo.co.id


INTISARI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan viabilitas serbuk sari ragam kelapa
(Cocos nucifera, L.) di Bali. Sampel serbuk sari yang digunakan dalam penelitian ini 26 ragam kelapa,
masing-masing ragam 3 individu. Untuk mengetahui karakteristik serbuk sari ragam kelapa digunakan
metode asetolisis dan pewarnaaan 1% safra nin, untuk mengetahui viabilitas serbuk sari digunakan uji
wa rna dengan 1% aniline blue dalam lactofenol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter istik
serbuk sari dari 26 ragam kelapa di Bali memiliki bentuk bulat - lonjong, media, monosulcate, oblat
sferoidal pada kelapa Dalam (Cocos nucifera, L.var. nana), suboblat pada kelapa Genjah (Cocos
nucifera, L.var. typica). Panjang aksis polar (P) antar a 24,15 µ m (Genjah Bulan) sampai 40,12 µ m
(Coklat Biasa), diameter bidang Equatorial (E) 27,4 µ m (Genjah Udang) sampai 43,6 µm (Coklat Biasa
). Indek P/E = 0,814 (Genjah Hijau) - 0,973 (Gading Bali). Rata -rata ukuran serbuk sari kelapa Genjah
(0,81-0,87) lebih kecil daripada kelapa Dalam (0,89-0,97). Viabilitas serbuk sari kelapa Genjah lebih
tinggi dari pada kelapa Dalam, rata -rata: 41,7±7,3% (bervariasi terendah 28,51±7,5% pada kelapa
Naga dan tertinggi 60,6±8,8% pada kelapa Genjah Bulan).
Kata Kunci : viabilitas, Cocos nucifera, L., monosulcate, oblat sferoidal, suboblat.

ABSTRACT
The aim of this research was to determine the characteristic and pollen viability of coconuts
(Cocos nucifera L.) in Bali. Pollen viability was tested in 1% aniline blue in lactophenole, and the

characteristic of pollen wa s prepared in acetolysis method and stained 1% Safranine. The result showed
that the morphology of pollens from 26 coconut variances was determined as circular -oval, mediate,
monosulcate, oblat sferoidal in tall coconuts (Cocos nucifera, L.var. nana), suboblat on drawf coconut
(Cocos nucifera, L.var. typica). The length of the polar axis (P) ranged from 27.4 µm (Genjah Udang) to
43.6 µ m (Coklat Biasa ). P/E Indexes ranged from 0.814 µ m in Genjah Hijau to 0.973 µ m (Gading Bali).
The pollen size of dwarf coconut was 0.81-0.87 µ m, smaller than tall coconut with the pollen size of 0.89
µ m - 0.97 µ m. Pollen viability of dwarf coconut was higher than tall coconut with the average of
41.7±7.3%, with the value of 28.51±7.5% in Naga tall and 60.6±8.8% in Bulan dwarf.
Keywords: viabilitas, Cocos nucifera, L., monosulcate, oblat sferoidal, suboblat.

20

PENDAHULUAN
Hasil ekplorasi keragaman tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) di propinsi Bali berdasarkan
kegunaannya dapat dibedakan antara kelapa atau nyuh (bahasa Bali) biasa dan kelapa madan. Kelapa
biasa adalah jenis kelapa yang biasa digunakan untuk membuat bahan makanan dan kopra (minyak),
sedang kelapa madan adalah jenis kelapa yang memiliki ciri morfologi khusus (unik) dengan nama sesuai
ciri tersebut, diperlukan untuk bahan obat (usada ) maupun sarana upakara agama Hindu. Kelapa madan
umumnya menghasilkan buah per tandan sedikit dibandingkan kelapa biasa dan kelapa genjah.
Keberadaannya belum banyak diketahui, sedikit diantara populasi kelapa biasa (Kriswiyanti, 2013, 2014).

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang penyebab terbentuknya buah sedikit. Beberapa
penyebab kegagalan terbentuknya buah dan biji pada Plase ( Butea monosperma (Lamk.) Taub.) adalah
struktur morfologi alat reproduksi yang tidak menunjang terjadinya penyerbukan: kepala sari lebih rendah
dari kepala putik dan keduanya tertutup oleh carina . Viabilitas serbuk sari rendah, self- incompatibility
yaitu buluh serbuksari tidak mau tumbuh pada kepala putik sehingga dapat menyebabkan tidak terjadi
pembuahan (Kriswiyanti dan Watiniasih, 2010). Bhojwani dan Bhadnagar (1999) mengatakan bahwa
salah satu penyebab kegagalan terbentuknya buah adalah sterilitas serbuk sari. Untuk mengetahui
sterilitas serbuk sari dapat dilakukan dengan uji viabilitas serbuk sari dengan uji warna atau in- vitro . Uji
viabilitas serbuk sari secara in-vitro pada kelapa Rangda telah dilakukan oleh Nirmala (2013) yaitu <
3%, pada kelapa Ancak oleh Sari (2013) viabilitas lebih rendah yaitu < 2,5%. Berdasar latar belakang
diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan viabilitas serbuk sari ragam
kelapa (Cocos nucifera , L.) di Bali.

MATERI DAN METODE
Sampel serbuk sari dari 26 ragam (3 individu/ragam) kelapa yang digunakan berasal dari berbagai
kabupaten di propinsi Bali. Pengamatan dan pengukuran panjang aksis polar, diameter bidang ekuitorial,
untuk menentukan indek Polar/Equatorial (P/E) dari serbuk sari digunakan metode asetolisis (Erdman,
1969; Faegri dan Iversen, 1989). Sedang uji viabilitas serbuk sari menggunakan metode pewarnaan 1%
aniline blue dalam Laktofenol (Berlyne dan Miscke, 1976; Bhojwani dan Bhatnagar, 1999), sebagai
berikut:

Asetolisis: serbuk sari diambil dari anther bunga mekar (1-3 individu) difiksasi dalam AAG
(45%) 24 jam, sentrifuge 5 menit, kecepatan 3.500 rpm, kemudiaan dicuci air beberapa kali. Serbuk sari
diasetolisis dengan campuran AAG dan asam Sulfat pekat (9:1), dipanaskan dalam water bath yang telah
berisi air mendidih, biarkan tetap mendidih selama 15 menit. Setelah dingin dicuci dengan air beberapa
kali, disentrifuge lagi selama 5 menit 2 x, cuci dengan air. Air dibuang diganti glyserin jelly yang telah
dicampur dengan 1 % safranin, biarkan hingga kental. Pengamatan menggunakan mikroskop Merk
MEIJI, perbesaran 10, 40X, masing-masing kelapa serbuk sari yang diukur 30 butir dengan menggunakan
mikrometri.
Tipe bentuk serbuk sari ditentukan dengan menghitung perbandingan rerata ukuran panjang aksis
Polar (P) dan diameter bidang Equatorial (E), yang disebut sebagai indek P/E menurut Erdtman (1969)
sebagai berikut :

Berdasar hasil penghitungan indek P/E ditentukan klas tipe bentuk serbuk sari menurut Erdtman 1972

21

Uji Viabilitas Serbuksari : untuk uji viabilitas serbuksari digunakan dengan uji warna dengan
1% aniline blue dalam laktofenol yaitu:
Viabilitas (V) serbuk sari (%) (Bhojwani dan Bhatnagar, 1999):


Keterangan:
a = jumlah serbuk sari viabel adalah serbuk sari dengan dinding berwarna
b = jumlah serbuk sari nonviabel ( dinding tidak berwarna dan mengkerut)
dengan mikroskop masing-masing jenis kelapa 3 gelas benda.

HASIL
Karakteristik dan Viabilitas Serbuk sari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk serbuk sari mulai dari bulat hingga lonjong,
berukuran media, klas bentuk oblat sferoidal pada kelapa Dalam, suboblat pada kelapa Genjah, viabilitas
serbuk sari kelapa Genjah lebih tinggi dibandingka pada kelapa Dalam. Data hasil penelitian ditampilkan
pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Karakteristik dan Viabilitas Serbuk Sari Ragam Kelapa (Cocos nucifera L.)
Nama
Ragam Kelapa
(1)

Viabilitas
(%)
(2)


Diameter
Equitorial/E
(µm) (3)

Panjang Aksis
Polar/P
(µm) (4)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Ancak
Bejulit
Gadang Biasa
Coklat
Barak
Bingin
Bojog
Bulan
Gadang
Gading bali

40.96±6.1
43.18±6.4
34.97±7.202
34.1±4.4
35.85±2.9
41.83±4.03
41.47±5.47
39.41±4.68
38.38±5.7
37.59±7.85

30.7
31.75
32.79
43.16
29.93
30.88
31.29
29.029
39.04
30.015

29.62
30.145
30.32
40.12
27.6
29.928
29.58
27.23
36.32
29.232

0.964
0.949
0.924
0.966
0.958
0.969
0.945
0.938
0.930
0.973

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Srogsogan
Mulung
Rangda
Bluluk
Sudamala
Surya
Udang
Kapas
Kebo
Macan
Naga

43.19±2.5
29.49±7.71
39.97±3.54
36.12±6.67
41.31±5.16
46.42±4.13
48.93±4.08
36.94±.8.57
42.64±5.38
42.21±6.505
28.51±7.568

32.018
26.75
28.01
28.62
29.23
29.06
30.59
30.36
29.49
30.595
29.4

31.001
23.9
26.8
27.23
27.7
27.97
29.58
28.88
27.75
29.58
27.14

0.968
0.893
0.956
0.951
0.947
0.962
0.966
0.951
0.941
0.966
0.923

No

Indek P/E
(5)

22

22
23
24
25
26

Pudak
Genjah hijau
Genjah putih
Genjah kuning
Genjah coklat
Rerata

31.99±5.858
55.87±10.4
60.62±8.84
39.025±6.39
48.1±10.4
41.731±7.32

28.71
30.45
27.4
29.58
27.92
30.64±3.43

27.318
24.79
23.92
25.23
24.15
28.57±3.53

0.951
0.814
0.873
0.852
0.865
0.932±0.0406

Rerata panjang aksis polar dan diameter bidang equatorial serbuk sari 26 ragam kelapa bervariasi.
Panjang aksis polar (P) antara 24,15 µm (Genjah Bulan ) sampai 40,12 µm (Coklat). Diameter bidang
Equatorial (E) 27,4 µm (Genjah Udang ) sampai 43,6 µm (Coklat). Indek P/E = 0,814 (Genjah Hijau ) 0,973 (Gading Bali). Rata-rata ukuran serbuk sari kelapa Genjah (0,81-0,87/suboblat) lebih kecil daripada
kelapa Dalam (0,89-0,97/oblat sferoidal). Contoh beberapa bentuk serbuk sari yang didapat dapat dilihat
pada Gambar 1.

b
c
a
30,18µm

A

B

A

25,5 µm

C

33,75 µm

D

Gambar 1. Serbuk Sari pada Empat Ragam Kelapa (Cocos nucifera L. )
Keterangan: Serbuk sari empat ragam dengan ukuran bervariasi, A. Serbuk sari kelapa Dalam Coklat
dengan SEM, bercahaya menunjukkan serbuk sari viabel (800x), B. a.Serbuk sari viable kelapa Bluluk,
perbesaran 400X, b. serbuk sari non viabel, c. apperture C. Serbuk sari kelapa Rangda dengan dinding
eksin dan intin jelas, D. Serbuk sari Genjah Gading dengan ukuran lebih kecil dari serbuk sari kelapa
Dalam.
Hasil uji viabilitas serbuk sari kelapa secara umum rata-rata dibawah 50% yaitu: 41,7 ± 7,3%
(28,51±7,5% pada kelapa Naga sampai 60,6±8,8% pada kelapa Genjah Bulan ), viabilitas tertinggi pada
kelapa Dalam: kelapa Udang (48,93± 4,08%) (Table 1, Gambar 2).

23

Gambar 2. Viabilitas Serbuk Sari dari 26 Ragam Kelapa (Cocos nucifera L.) di Bali

PEMBAHASAN
Menurut Erdman (1965) dan Mulyani (2006) jika serbuk sari memiliki indek P/E antara 0,8-1,0
tergolong klas tipe bentuk oblat sferoidal, berdasar diameter bidang ekuatorialnya = 29,6 µm (25-50 µm)
digolongkan dalam serbuk sari media. Berdasar jumlah dan bentuk aperture : satu seperti alur memanjang
termasuk serbuk sari monosulcate (Dransfield, et al., 2008). Rata-rata indek P/E hasil penelitian ini lebih
besar dari indek P/E menurut Erdmund (1969) indek P/E Cocos nucifera L.