BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - BAB I (Pendahuluan)[1]

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada negara berkembang dilakukan untuk

  memperkuat perekonomian nasional, memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi (Kurniasari, 2011). Salah satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi pada negara berkembang yaitu pembangunan pada sektor usaha kecil dan menengah (UKM) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan nasional.

  Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah UKM cukup banyak, sehingga dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peranan UKM sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia, hal ini terbukti pada tahun 1998 saat terjadi krisis moneter, banyak perusahaan-perusahan besar dan konglomerat mengalami gulung tikar, karena tidak mampu menghadapi situasi ekonomi yang semakin pelik dan tidak stabil. Akan tetapi, UKM bertahan terhadap krisis dan mampu survive dari keadaan tersebut, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertama, karena tidak memiliki utang luar negeri; Kedua, tidak banyak utang ke perbankan (unbankable); Ketiga, menggunakan input lokal; Keempat, berorientasi ekspor (Mudradjad Kuncoro dalam Harian Bisnis Indonesia, 2008). Bukan hanya itu, UKM mampu meningkatkan perekonomian Indonesia karena dapat didirikan oleh masyarakat kecil yang tidak hanya tinggal di daerah perkotaan saja, tapi juga di

  UKM juga berperan di Indonesia dalam menanggulangi angka pengangguran yang tinggi, karena UKM memiliki karakteristik lentur, dinamis dan kemampuan penyerapan tenaga kerja pada lingkungan usahanya sehingga sangat membantu upaya perluasan lapangan kerja (Kadin, 2007). Scarborough & Zimmerer (2005) menyatakan bahwa UKM memegang peranan penting dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha (establishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Berikut adalah tabel perkembangan jumlah usaha dan tenaga kerja yang terserap pada sektor UKM di Indonesia dari tahun 2012-2017 yaitu :

Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah UKM dan Tenaga Kerja di Indonesia

  

Tahun 2012-2017

Tahun No Indikator 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah

  1 Unit Usaha 646.475 678.415 706.328 740.785 787.598 815.717 Usaha Kecil 602.195 629.418 654.222 681.522 731.047 757.090 Usaha Menengah 44.280 48.997 52.106 59.263 56.551 58.627

  2 Tenaga Kerja 6.764.661 7.797.993 9.519.616 12.421.523 8.989.595 9.440.424 Usaha Kecil 3.919.992 4.535.970 5.570.231 7.307.503 5.402.073 5.704.321 Usaha Menengah 2.844.669 3.262.023 3.949.385 5.114.020 3.587.522 3.736.103

  

Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan Badan Pusat Statistik

(BPS) 2015

  Dari tabel terlihat bahwa Sektor UKM memiliki perkembangan yang bagus, dilihat dari jumlah usaha dan jumlah tenaga kerja yang terserap. Dari segi total jumlah unit dan tenaga kerja yang terserap baik pada usaha kecil maupun menengah mengalami peningkatan dari tahun 2012-2015, tetapi dari jumlah unit usaha menengah dan tenaga kerja pada usaha kecil dan menengah mengalami demikian, keadaan tersebut menunjukan bahwa UKM berpotensi menjadi wadah pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian.

  Provinsi Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia. Sumatera Barat memiliki jumlah UKM cukup banyak. Peranan UKM di Sumatera Barat sangat penting karena kebanyakaan dari masyarakatnya memiliki usaha-usaha berskala kecil sehingga dapat membantu perekonomian daerah. Pada tahun 2016 tercatat jumlah UKM di Sumatera Barat telah mencapai 900.000 unit (BPS Sumatera Barat, 2016), dengan demikian perkembangan UKM yang cukup signifikan mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran di Sumatera Barat.

  Sektor UKM yang terdapat diberbagai sektor ekonomi dan tersebar di wilayah mampu mendorong perekonomian daerah termasuk di Kota Pariaman.

  Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Pariaman cukup signifikan, pada tahun 2013 jumlah UKM 3.956 unit, selanjutnya tahun 2016 meningkat menjadi 6.848 unit. Hal ini menunjukkan peningkatan UKM Kota Pariaman mengalami kenaikan 2 kali lipat atau sekitar 73%, pada tahun 2017 jumlah UKM juga terus meningkat menjadi 7.065 unit. Dengan perkembangan yang sangat bagus tersebut juga akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja di Kota Pariaman. Selain itu juga akan memberikan kontribusi yang aktif terhadap PAD Kota Pariaman (Gusniyeti Zaunit, Kepala Dinas Perindag dan UKM Kota Pariaman dalam BangunPiaman.com). Salah satu UKM yang sangat berperan dan membantu perekonomian di Kota Pariaman adalah UKM Sulaman.

  UKM Sulaman merupakan UKM yang bergerak dibidang kerajinan tangan. melakukan pelatihan yang diselenggarakan oleh Kota Pariaman bersama Balai Diklat Industri (BDI) Padang. Pada tahun 2018 Kota Pariaman menargetkan memberikan pelatihan kepada masyarakat pengrajin sulaman/ pengusaha sulaman Kota Pariaman sebanyak 210 orang (Dinas Koperindag dan UKM Pariaman,

  

2018 ). Dengan adanya program pelatihan tersebut maka masyarat menjadi tertarik

  untuk menyulam, walaupun tidak semua masyarakat Kota Pariaman bekerja sebagai penyulam. Berikut adalah data jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja yang terserap pada UKM Sulaman Per Kecamatan di Kota Pariaman dari tahun 2014-2017.

Tabel 1.2. Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja pada UKM

  

Sulaman Kota Pariaman Tahun 2014-2017

2014 2015 2016 2017 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

  No Kecamatan Unit Tenaga Unit Tenaga Unit Tenaga Unit Tenaga Kerja Kerja Kerja Kerja

  1 Pariaman Selatan

  2 Pariaman Tengah

  4

  20 25 220 25 220 25 220

  3 Pariaman Timur

  5

  23 15 112 15 112 15 112

  

4 Pariaman Utara 162 1057 167 1065 352 1120 372 1140

171 1100 207 1397 392 1452 412 1472

  Total

  Sumber : BPS Kota Pariaman dan Dinas Koperasi UMKM dan Perindag Kota Pariaman

  Dari tabel terlihat bahwa ternyata di Kota Pariaman ada kecamatan yang tidak memiliki usaha sulaman sama sekali yaitu kecamatan Pariaman Selatan. Hal ini disebabkan karena banyak dari masyarakat yang berada di kecamatan Pariaman Selatan berprofesi sebagai pedagang dengan pendapatan/upah yang lebih besar dibandingkan dengan penyulam. Dan dari keempat kecamatan tersebut, terdapat satu kecamatan yang memiliki jumlah usaha sulaman paling tenaga kerja sebanyak 1.140 orang. Penyerapan tenaga kerja diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti upah, biaya bahan baku, investasi, nilai produksi, lama usaha, unit usaha dan lainnya.

  Upah memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Untuk memproduksi sulaman, tingkat upah yang diberikan berbeda-beda tergantung pada jenis sulaman dan kerumitan motif yang dikerjakan. Untuk memproduksi sulaman memerlukan waktu yang cukup lama bahkan hampir 1-2 bulan, sedangkan upah yang diberikan tetap. Namun demikian masih ada saja tenaga kerja yang mau bekerja UKM ini.

  Biaya bahan baku juga mempunyai andil dalam penyerapan tenaga kerja. Rendahnya penyerapan tenaga kerja dapat disebabkan karena biaya bahan baku yang meningkat sedangkan permintaan akan sulaman tetap, sehingga perusahaan memilih untuk mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Sehingga apabila terjadi peningkatan biaya bahan baku diduga akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi.

  Investasi adalah suatu kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (gain/benefit) dimasa-masa yang akan datang (Kementerian Koperasi dan UKM, 2011). Investasi bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktifitas yang lebih tinggi akan mengakibatkan surplus yang lebih besar, investasi yang dilakukan dalam rangka penyediaan barang modal seperti mesin dan perlengkapan produksi untuk meningkat hasil output akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, karena barang modal membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya. Semakin terutama investasi yang bersifat padat karya. Dengan demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya penyerapan tenaga kerja (Akmal, 2010).

  Dari faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja pada UKM Sulaman, peneliti memperkirakan faktor yang mempengaruhi UKM Sulaman di Kota Pariaman yaitu tingkat upah, biaya bahan baku dan nilai investasi, hal ini disebabkan karena jika upah yang diberikan pengusaha semakin tinggi maka jumlah tenaga kerja yang diserap akan berkurang karena kenaikan upah akan menjadi beban bagi pengusaha, begitu juga biaya bahan baku jika biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku bertambah, sedangkan permintaan akan sulaman tidak meningkat maka pengusaha yang rasional akan mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Selain itu, investasi diduga akan memberikan pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dimana jika investasi ditambah maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah karena barang yang dibelikan akan dikerjakan oleh tenaga kerja dalam hal ini bersifat padat karya. Namun tidak diketahui secara pasti pengaruh dari variabel tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja pada UKM Sulaman. Sehingga peneliti menggunakan ketiga variabel tersebut untuk menganalisis

  “Penyerapan Tenaga Kerja pada UKM Sulaman di Kota Pariaman.” 1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

  1. Bagaimana pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM Sulaman di Kota Pariaman?

  2. Bagaimana pengaruh biaya bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM Sulaman di Kota Pariaman?

3. Bagaimana pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor

  UKM Sulaman di Kota Pariaman? 1.3.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui:

  1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM Sulaman di Kota Pariaman.

  2. Untuk mengetahui pengaruh biaya bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM Sulaman di Kota Pariaman.

  3. Untuk mengetahui pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM Sulaman di Kota Pariaman.

1.4. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Pembaca Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan/pengetahuan bagi pembaca, khususnya yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM Sulaman di Kota Pariaman.

2. Bagi Pengusaha Sulaman

  Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM Sulaman di Kota Pariaman sehingga dapat memberi masukan bagi para pengusaha agar

3. Bagi Pemerintah

  Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan memberikan perhatian lebih kepada sektor UKM khususnya untuk UKM sulaman agar lebih maju dan dapat meningkatkan Pedapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pariaman.

  1.5. Ruang Lingkup Penelitian

  Ruang lingkup penelitian merupakan batasan-batasan dalam penelitian agar peneliti dapat lebih fokus dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini ruang lingkupnya yaitu pengaruh tingkat upah, biaya bahan baku dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) Sulaman di Kota Pariaman. Penelitian ini dilakukan pada mulai dari bulan september sampai desember 2018, dengan objek penelitian yaitu pengusaha sulaman di Kota Pariaman.

  1.6. Sistematika Penulisan

  BAB I : PENDAHULUAN Bab I adalah pendahuluan, berfungsi sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian, pada bab ini meliputi mekanisme penelitian mulai dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penelitian.

  BAB II : LANDASAN TEORI Bab II merupakan landasan teori yang berisi tentang penjelasan semua variabel penelitian mulai dari defenisi, jenis data, indikator, kategori, klasifikasi dan faktor, penelitian terdahulu, kerangka konseptual dan Hipotesis penelitian.

  Bab III : METODOLOGI PENELITIAN Bab III adalah metodologi penelitian, menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian berupa jenis penelitian, jenis dan teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

  BAB IV : GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Pada bab IV merupakan gambaran umum daerah yang akan dibahas tentang keadaan umum daerah penelitian seperti kondisi geografis, demografis, perekonomian daerah penelitian, perkembangan sulaman di Kota Pariaman, dan karakteristik responden.

  BAB V : TEMUAN EMPIRIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Pada bab V adalah temuan empiris dan implikasi kebijakan, membahas mengenai hasil pengujian model regresi, uji asumsi klasik dan implikasi kebijakan.

  BAB VI : PENUTUP Pada bab VI adalah menjelaskan hasil penelitian. Selain itu, penulis akan memberikan saran-saran kepada pekerja, pengusaha dan Pemerintah Kota Pariaman dengan tujuan agar terjadi perbaikan kedepannya