Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum pada Berbagai Jenis Tabung Penampung Darah

  

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dengan judul “Perbedaan Kadar Ureum pada Plasma Lithium Heparin dengan Penggunaan Seperator Tube dan Vacutainer pada

  pasien Post H emodialisa” telah dilaksanakan pada tanggal 9 November sampai dengan 15 November 2018 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman. Penelitian ini berfokus pada membandingkan hasil pada

  separator tube dengan vacutainer yang sama-sama menggunakan heparin

  sebagai antikoagulan. Peneliti menambahkan tabung plain sebagai faktor kontrol terhadap separator tube dan vacutainer dalam hal waktu mulai dari pengambilan sampel sampai diperoleh hasil, hal ini dikarenakan masih banyaknya Rumah Sakit yang masih menggunakan tabung plain dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan ureum pada pasien hemodialisa.

  Penelitian ini menggunakan 16 sampel darah dari pasien post hemodialisa dengan menggunakan teknik consecutive sampling dimana semua pasien yang datang dan memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai responden penelitian. Responden yang telah memenuhi kriteria penelitian diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai hal-hal yang akan dilakukan seperti yang terlampir dalam lampiran penjelasan sebelum perserujuan, sehingga pasien bersedia untuk diambil darahnya sebagai bahan penelitian dengan bukti tanda tangan pasien dengan mengisi lembar persetujuan (Informed consent). Pengambilan darah dilakukan oleh perawat ruang rawatan tepat setelah siklus hemodialisa berakhir.

  Sampel darah diambil pada selang Arteri Blood Line dengan cara menusukkan jarum spuit pada selang tersebut. Darah yang diambil sejumlah 12 ml. Darah yang diambil menggunakan spuit langsung didistribusikan ke dalam 3 jenis tabung vacutainer. Darah pada tabung

  

plasma separator tube sejumlah 4.5 ml, tabung vacutainer heparin

  sejumlah 4 ml dan tabung plain sejumlah 3.5 ml. Darah pada tabung plain didiamkan dan dihitung waktu pembekuan darah yang terjadi pada tabung.

  Waktu yang dibutuhkan selama proses clotting tersebut diukur menggunakan stopwatch. Semua darah kemudian disentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan 3000 rpm.

  Plasma heparin yang berasal dari tabung vacutainer dan serum dari tabung plain harus dipisahkan ke dalam cup sampel sebelum dilakukan pemeriksaan. Sedangkan untuk plasma yang berasal dari separator tube tidak perlu dipisahkan. Kadar ureum pada sampel plasma lithium heparin dan serum diperiksa dengan metode urease-GLDH autoanalyzer menggunakan alat Chemistry Autoanalyzer ILAB 650. Waktu yang dibutuhkan selama prosedur pengambilan darah dimulai sampai didapatkannya hasil pemeriksaan kadar ureum dari masing-masing sampel diukur dengan menggunakan stopwatch dan dicatat.

2. Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini berupa data primer yaitu waktu lama prosedur pengerjaan sampel dan kadar ureum. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan analisis statistik.

  a.

  Analisis Deskriptif Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif yang disertai penyajian dalam bentuk tabel dan grafik.

  Distribusi data pada Plasma Lithium Heparin dengan penggunaan

  Seperator Tube dan Vacutainer serta tabung plain pada pasien post

  hemodialisa di RSUD Sleman Yogyakarta, dapat dilihat pada gambar berikut :

  Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum pada Berbagai Jenis Tabung Penampung Darah

  80

  70 l) /d

  60 g (m

  50 PST* m u

  40 e

  LiH** Ur

  30 ar

  RED*** ad

  20 K

  10

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 **) LiH adalah Vacutainer Li-Heparin (tabung vakum dengan antikoagulan lithium heparin tanpa gel pemisah). mengandung gel pemisah).

*) PST adalah Plasma Separator Tube (Separator Tube, tabung vakum dengan antikoagulan lithium heparin dan

Keterangan :

Kode Tabung

***) RED adalah Vacutainer Plain (tabung vakum tanpa antikoagulan/non-addictive dan tanpa gel pemisah).

  Gambar 8. Grafik Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Sampel Darah Pasien Post Hemodialisa dengan Penggunaan Berbagai Jenis Tabung Penampung Darah

  Pada gambar 8 menunjukkan hasil pemeriksaan kadar ureum dari 16 sampel darah pasien post hemodialisa dengan penggunaan berbagai jenis tabung penampung darah. Besarnya persentase selisih hasil pemeriksaan kadar ureum antar kelompok jenis tabung penampung darah yang digunakan tampak seperti gambar berikut : Gambar 9. Grafik Persentase Selisih Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum

5.00 PST-LiH PST-RED LiH-RED

  Sampel Darah Pasien Post Hemodialisa dengan Penggunaan Berbagai Jenis Tabung Penampung Darah Sumber : Data Primer, 2018.

  Pada gambar 9 terlihat bahwa persentase selisih kadar ureum antara tabung Vacutainer Li-Heparin dengan Vacutainer Plain memiliki selisih tertinggi yaitu sebesar 4,36%. Sedangkan persentase selisih kadar ureum antara Separator Tube dengan Vacutainer Li-

  

Heparin dan antara Separator Tube dengan Vacutainer Plain memiliki

persentase selisih sebesar 3,15% dan 2,80%.

  Dari data hasil pemeriksaan kadar ureum yang didapat

  3.15

  2.80

  4.36

  0.00

  1.00

  2.00

  3.00

  4.00

  S e li si h d al am Per sen (% )

Rerata Selisih Hasil Pemeriksaan Ureum

  (mean), standar deviasi (SD), nilai terendah dan nilai tertinggi yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

  Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Sampel Darah Pasien Post Hemodialisis dengan Penggunaan Tiga Jenis Tabung Penampung Darah

  • – Tabung Jumlah Rata Nilai Nilai Standar Penampung Sampel rata Tertinggi Terendah Deviasi Darah (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)

  PST

  16 39,6

  71 15 13,5

  Vacutainer

  16 40,3

  71 16 12,7

  Lithium Heparin Plain tube

  16 40,1

  72 16 13,5 Sumber : Data Primer, 2018. Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui rerata kadar ureum pada penggunaan PlasmaSeparator Tube (PST) adalah 39,6 mg/dl. Rerata kadar ureum pada penggunaan VacutainerLithium Heparin adalah 40,3 mg/dl. Rerata kadar ureum pada penggunaan tabung plain adalah 40,1 mg/dl. Rerata kadar ureum pada plasma separator tube lebih rendah dibandingkan rerata kadar ureum pada penggunaan vacutainer lithium

  heparin dan tabung plain.

  b.

  Analisis Statistik 1)

  Uji Normalitas Data Normalitas data diuji dengan menggunakan uji One-Sample

  Kolmogorov-Smirnov Test dengan ketentuan apabila Asymp

  sig>0,05 maka data berdistribusi normal. Dari uji tersebut diperoleh nilai signifikan 0,231 berarti data berdistribusi normal. lebih dari dua dengan skala data rasio, maka digunakan uji statistik parametrik One Way Anova dan juga uji homonenitas varians. 2)

   One-Way Anova Test dan uji Homogenitas Varian Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil pemeriksaan kadar ureum antara Plasma

  Separator Tube ,Vacutainer Lithium Heparin dan tabungplain

  pada sampel darah pasien post hemodialisa. Berikut merupakan hasil uji homogenitas data kadar ureum.

  Tabel 4. Hasil Homogenitas Varian F hitung df1 df2 Sig.

  ,051

  2 45 ,950 Sumber: Data Primer Terolah, 2015

  Berdasarkan data pada tabel 5 , diketahui nilai signifikansi 0,950, sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut homogen karena signifikan lebih besar dari 0,05.Sedangkan hasil uji anova memiliki nilai signifikan sebesar 0,990

  (Sig. ≥ 0,05) sehingga dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antar hasil pemeriksaan kadar ureum sampel darah pasien

  

post hemodialisa dengan penggunaan Plasma Separator Tube,

Vacutainer Lithium Heparin dan Vacutainer plain dan tidak perlu

  dilakukan uji lanjutan Post Hoc (LSD).

B. Pembahasan

  Pengukuran kadar ureum pada penelitian ini menerapkan prinsip

  urease-GLDH autoanalyzer dengan menggunakan alat Chemistry Autoanalyzer ILAB 650 . Alat yang digunakan terkalibrasi dengan baik.

  Sedangkan reagennya juga tidak dalam keadaan kadaluarsa. Selama pelaksanaan penelitian dari tanggal 9 sampai 15 November 2018, hasil

  Quality Control (QC) untuk alat Chemistry Autoanalyzer ILAB 650 dapat

  diterima karena nilai kontrol berada dalam kondisi in control (masuk dalam rentang kontrol) serta tidak ada nilai kontrol yang melanggar aturan westgard.

  Hasil pengukuran menunjukkan rerata kadar ureum sampel pasien

  post hemodialisa yang ditambung menggunakan plasma separator tube

  adalah 39,6 mg/dl. Sedangkan yang ditampung menggunakan vacutainer lithium heparin dan tabung plain reratanya adalah 40,3 mg/dl dan 40,1 mg/dl.

  Gambar 9 Grafik Persentase Selisih Hasil Pemeriksaan Kadar Ureum Sampel Darah Pasien Post Hemodialisa dengan Penggunaan Berbagai Jenis Tabung Penampung Darah menunjukkan bahwa terdapat persentase selisih antar tabung, tetapi nilai tersebut relatif kecil dan tidak memberikan makna klinis sehingga tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara kadar ureum darah pasien post hemodialisa dengan penggunaan Plasma Separator Tube (PST),

  Vacutainer Lithium Heparin dan Vacutainer Plain. Pada grafik tersebut

  terlihat bahwa persentase selisih kadar ureum antara tabung Vacutainer Li-

  Heparin dengan Vacutainer Plain memiliki selisih tertinggi yaitu sebesar

  4,36%. Sedangkan persentase selisih kadar ureum antara Separator Tube dengan Vacutainer Li-Heparin dan antara Separator Tube dengan Vacutainer Plain memiliki persentase selisih sebesar 3,15% dan 2,80%.

  Total waktu pengerjaan sampel darah pasien post hemodialisa yang ditampung pada Plasma Separator Tube dan pada Vacutainer Lithium tanpa gel pemisah didapatkan hasil pemeriksaan ureum yang cepat

  heparin

  yaitu sekitar 20 dan 22 menit. Sedangkan sampel yang ditampung ditabung tabung plain membutuhkan total waktu pemeriksaan selama 55 menit 53 detik. Total waktu tersebut lebih lama dibandingkan dengan plasma separator

  

tube dan vacutainer lithium heparin karena sampel yang ditampung dengan

  tabung plain membutuhkan waktu tambahan untuk clotting rata-rata selama 33 menit 53 detik. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Arslan, dkk (2017) yang menunjukkan bahwa penggunaan plasma lebih menguntungkan bagi teknisi laboratorium karena tidak perlu waktu tambahan untuk pembekuan darah sehingga dapat mengurangi Turn Around Time (TAT).

  Pada pasien gagal ginjal kronis yang mendapatkan terapi antikoagulan, penggunaan sampel serum memberikan tantangan tersendiri Pemberian antikoagulan tersebut membuat sampel dari pasien gagal ginjal kronis membutuhkan waktu yang lama untuk membeku sepenuhnya (Carey, dkk., 2016). Berdasarkan hal tersebut penggunaan sampel plasma Lithium

  

Heparin dapat dianjurkan untuk pemeriksaan kimia pada pasien post

hemodialisa.

  Hasil analisa statistik menggunakan uji One-Way ANOVA menunjukkan hasil yang sesuai dengan hipotesis yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar ureum plasma lithium heparin dengan penggunaan separator tube dan vacutainer pada pasien post hemodialisa.

  Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yuan- hua, et. al. (2010) dengan judul The Feasibility of Using Lithium-Heparin

  

Plasma From a Gel Separator Tube as a Substitute for Serum in Clinical

Biochemical Tests yang juga menunjukan tidak terjadi perbedaan secara

  statistik (Two-Ways ANOVA) pada kadar ureum dari ketiga jenis tabung (Serum Separator Tube, Vacutainer Lithium Heparin dan Plasma Separator

  

Tube ). Berdasarkan hasil tersebut plasma lithium heparin dapat dijadikan

sebagai pengganti serum untuk pemeriksaan kimia darah.

  Penggunaan tabung Plasma Seperator Tube (mengandung antikoagulan Lithium Heparin dan gel), Vacutainer Lithium Heparin (mengandung antikoagulan Lithium Heparin dan tanpa gel) bertujuan untuk menghilangkan waktu tunggu yang dibutuhkan sampel untuk clotting ssmpurna sebelum dilakukan sentrifugasi. Hal ini sangat menguntungkan karena bisa didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang lebih cepat daripada menggunakan tabung plain atau tanpa antikoagulan.

  Gel pada tabung vacutainer memiliki sifat fisik yaitu shear

  • –thining

  dan thixotropic. Sifat fisik gel tersebut berupa ikatan lemah yang dapat mengganggu kepadatan jaringan gel selama sentrifugasi, sehingga gel mengalir seperti cairan yang berarti bahwa viskositasnya menurun dengan laju geser dan waktu geser yang bersamaan. Perubahan densitas menyebabkan gel cair mengalir ke posisi antara sel darah dan serum atau plasma, ketika sentrifugasi dihentikan jaringan kembali tersusun jadi padatan (Khusan et al, 2012).

  Penggunaan vacutainer lithium heparin dengan gel separator lebih menguntungkan dibanding tanpa gel separator. Menurut Bush VJ, et. al.

  (dalam Arslan, et. al., 2017), penggunaan tabung darah dengan penghalang atau gel dapat mengurangi pemindahan sampel ke tabung sekunder dan meminimalisir penyebaran aerosol yang berpotensi bahaya. Keuntungan penting lainnya yang membuat penggunaan tabung dengan gel ini begitu luas adalah dapat meningkatkan stabilitas analit dan mengurangi tingkat hemolisis saat pemisahan.

  Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya beberapa keuntungan yang didapatkan dari penggunaan plasma separator tube dibandingkan dengan vacutainer lithium heparin dan plain tube. Keuntungan tersebut adalah adanya penghematan waktu pemeriksaan sehingga dapat mengurangi

  

Turn Around Time (TAT) dan bisa didapatkan hasil pengukuran kadar ureum

  yang lebih cepat. Penghematan waktu ini karena sampel darah yang menggunakan antikoagulan heparin tidak membutuhkan waktu tambahan

  

clotting (pembekuan darah). Selain itu penggunaan separator gel juga

  mengurangi waktu yang digunakan untuk pemindahan sampel ke dalam tabung sekunder (cup sampel) sebelum dilakukan pemeriksaan seperti yang harus dilakukan jika menggunakan penampung vacutainer lithium heparin tanpa gel dan plain tube. Hal ini juga bisa mencegah terjadinya kesalahan pada waktu pemipetan untuk pemisahan plasma.

  Keuntungan lainnya adalah gel separator tidak mempengaruhi stabilitas kadar ureum yang ditunjukkan pada uji statistik dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan kadar ureum pada plasma separator tube

  

(PST), vacutainer lithium heparin dan plain tube. Adanya beberapa

  keuntungan pada pemakaian tabung vacutainer lithium heparin dengan gel separator tersebut dapat menjadi masukan untuk laboratorium klinis di Indonesia yang saat ini masih menjadikan serum sebagai pilihan utama dalam pemeriksaan kimia darah.

  Kelemahan pada penelitian ini adalah pengambilan darah yang masih menggunakan spuit, sehingga distribusi sampel ke dalam tabung penampung dilakukan secara manual. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan petugas dalam proses pengambilan darah. Untuk penelitian selanjutnya dianjurkan menggunakan venoject. Venoject memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah dengan sekali penusukan dapat digunakan untuk beberapa jenis tabung langsung secara berurutan sehingga dapat meminimalisir terjadinya hemolisis , adanya kontaminasi pada sampel darah dan potensi cidera pada petugas.