SKRIPSI PERANAN PABRIK PEMBAKARAN KAPUR RONGGOLAWE TUBAN TERHADAP INDUSTRIALISASI DI JAWA TIMUR TAHUN 1925 - 1972

  

SKRIPSI

PERANAN PABRIK PEMBAKARAN KAPUR RONGGOLAWE TUBAN

TERHADAP INDUSTRIALISASI DI JAWA TIMUR

TAHUN 1925 - 1972

  

Oleh:

Wariadi

121211431006

  

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2016

  SKRIPSI PERANAN PABRIK PEMBAKARAN ... WARIADI

  SKRIPSI WARIADI PERANAN PABRIK PEMBAKARAN ...

  SKRIPSI WARIADI PERANAN PABRIK PEMBAKARAN ...

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan Skripsi ini Kepada: Allah SWT..Ibuku ..Ayahku..Kakakku ..Adikku..Teman Dekatku

  Serta Semua Orang-Orang Yang Aku Sayangi DanMenyayangiku..

  HALAMAN MOTO Engkau adalah kata yang hendak diucapkan Pensil, yang meski telah kuruncingkan ternyata tak segera berani kupilih aksara pertama -Chandra Malik-

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya yang ditimpakan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skirpsi. Tanpa Ridho-Nya penulis tidak akan bisa menyelesaikan skirpsi yang penulis beri judul “PERANAN PABRIK PEMBAKARAN KAPUR

  RONGGOLAWE TUBAN TERHADAP INDUSTRIALISASI DI JAWA TIMUR TAHUN 1925 - 1972”.

  Pada kesempatan ini pula dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang turut serta membantu penulis dalam proses penyelesaian karya ini, karena tanpa bantuan semua pihak yang bersangkutan, penulis akan sangat kesulitan dalam menyusun skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum selaku dosen pembimbing penulis selama proses penulisan karya ini banyak memberikan masukan dan diskusi yang membangun sehingga karya sederhana ini dapat terselesaikan.

  2. Dosen-dosen penguji, yang bersedia meluangkan waktunya untuk menguji skripsi ini. Terima kasih banyak atas kritik dan sarannya.

  3. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Departemen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga, Gayung Kasuma S.S., M.Hum, Drs. Muryadi, M.IP, Edy Budi Santoso S.S., M.A., Pradipto Nirwandhono S.S., M.Hum., Ikhsan Rosyid S.S., M.A., Arya Wadha Wirayudha S. Hum., M.A., Shinta Devi Ika Shanti Rahayu S.S., M.A., Eni Sugiarti S.S., M.Hum., serta kepada Dosen Ilmu Sejarah yang sedang menempuh program Doktor, diantaranya Drs.

  Sukaryanto M. Si., Samidi Baskoro. S.S., M.A., Sarkawi B Husein S.S.,

  M.Hum., La Ode Rabbani S.S., M.Hum., Johny Alfian Khusairi S.S, M.A., Moordiati S.S. M.Hum. Penulis ucapkan banyak terimkasih atas ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis. Bu Asti Alfiani S.Sos yang sudah memberikan bantuan selama pencarian buku di ruang baca jurusan

  4. Ayah dan Ibuku, Bapak Kujinal dan Bunda Wariyati tercinta yang telah menyemangati dalam proses menempuh jenjang pendidikan hingga lulus sarjana ini. Kepada adikku M. Arifin terima kasih telah memberikan semangat. Tak lupa keluarga besar di Tuban Serta pakdhe dan budhe yang telah merawatku selama di Tuban. Pacar dan juga Sahabatku Anik Wulansari, Riyanto, Saeri, Arif, Arya, Huda, Dll.

  5. Teman-teman Kos yang selalu memberikan canda tawa dan menggangu dengan acara PES, Cak Irul, Cak Insan, Cak Hapip Cuit, Rixvan, Agung, Putra, Khafid, Udin, Huda, Syahrul, Tian, Izzi, Abdillah, Manda(Combet), Ulum.

  6. Teman-teman angkatan yang sering mengajak diskusi dan sharing, Ni’mah, Mahmudah, Umam, Imam, Faizin, Panji, Aris, Deus, Maman, Rixvan, Oliv, Yasmin, Sharfina, Dll.

  7. Teman-teman HMI Komisariat Ilmu Budaya, utamaya M. Faizin yang selalu memberikan semangat sebagai kawan seperjuangan Skripsi, Rixvan Afghani, Ali Kabkar, Mas Mahmud, Mas Aan, Mas Dedik, Umam, Maman, Imel, Shabrina, Mbak Nasa, Evi, Devi, dll.

  8. Teman-teman sejarah angkatan Tua, Mas Edi, Mas Ridho, Mas Sahlin, Yuka, Satria,. Serta teman-teman angkatan 2011-2013, Mas Anang Kurnianto, Mbak Ofy Euy, Mas Wahyu, Mas Baihaqi, Mas Deni, Putra, Mbak Nia, Mbak Bilqis, Mbak Bernadine, Mbak Maya, Mbak Rossa, Mbak Azizah, Mbak Ikvina, Mas Ipur, Mas Ramadhani, Mas Khairil, Mas Kresna, Evi, Panji, Aim, Yunida, Yuli,fahri, Ana Amalia, Yasida, Aris, Sunardi, Imam.

  9. Keluarga besar Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberikan pengalaman tidak terlupakan dalam memahami secuil kehidupan.

  10. Pihak Perpustakaan Arsip Tuban, Perpustakaan Arsip Tuban Jatim, BAPPEDA Tuban, BAPPEDA Jatim, Perpustakaan Medayu Agung, ANRI. Terima kasih atas pelayanannya dan keramahannya selama penulis mengumpulkan sumber sebagai bahan skripsi ini.

  SKRIPSI WARIADI PERANAN PABRIK PEMBAKARAN ...

  ABSTRAK

  Skripsi ini bertujuan membahas tentang peranan pabrik pembakaran kapur di Tuban terhadap Industrialisasi di Jawa Timur, serta menganalisis proses produksi dan pemasaran dalam beberapa periode yakni pemerintah Kolonial, pendudukan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode sejarah yang meliputi empat tahap, yaitu tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Data-data yang digunakan terdiri dari berbagai arsip pemerintah dari Badan Arsip Jawa Timur dan Badan Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Tuban. Undang-undang Agraria Tahun 1870 telah menjadikan Hindia Belanda sebagai pusat perdagangan penting bagi komoditas Impor. Salah satunya adalah komoditas gula sebagai komoditas utama barang ekspor Hindia Belanda. Seiring dengan semakin besarnya kebutuhan produksi gula masa Kolonial, maka diperlukan pabrik penyokong seperti pabrik pembakaran kapur. Pabrik pembakaran memproduksi kapur sebagai bahan kapur yang penting untuk penjernih air perasan tebu. Pabrik kapur Tuban awal kemunculanya menjadi penyokong beberapa Industri gula Jawa Timur. Awalnya pabrik pembakaran kapur Tuban bernama Kalkbranderij

  Lighvoet yang berproduksi sejak tahun 1925. Hal tersebut berlanjut sampai masa

  setelah kemerdekaan Sejak berperan sebagai penyokong Industri gula pabrik pembakaran memiliki artian penting dalam menjaga komoditas produksi gula. Dengan semakin meningkatnya produksi kapur untuk bahan penjernih gula berakibat pada peningkatan jumlah pekerja pada pabrik pembakaran kapur. Pengaruhnya berdampak pada pola perekonomian penduduk yang bergeser dari pertanian ke Industri. Meskipun mengalami beberapa pergantian masa dan sempat vakum pada masa pendudukan Jepang, tetapi pabrik kapur Tuban masih mempertahankan eksistensinya.

  Kata Kunci: Tuban, Pabrik, Kapur, Produksi.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DEPAN................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv HALAMAN MOTTO ............................................................................... v KATA PENGANTAR ............................................................................... vi HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... xi ABSTRAK ................................................................................................. xii DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi DAFTAR ISTILAH .................................................................................. xviii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xix

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7 C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................... 8 E. Batasan dan Ruang Lingkup .................................................................. 9 F. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 12 G. Kerangka Konseptual ............................................................................. 14 H. Metode dan Sumber Penelitian .............................................................. 18 I. Sistematika .............................................................................................. 21

  BAB II : TUBAN PADA MASA KOLONIAL A. Geografis Tuban .................................................................................... 25 B. Geologis Tuban ...................................................................................... 26 C. Pemerintah Tuban Masa Kolonial.......................................................... 29 D. Penduduk Tuban Masa Kolonial............................................................ 31

BAB III : PABRIK KAPUR “RONGGOLAWE” MASA KOLONIAL

SAMPAI PENDUDUKAN JEPANG A. Pendirian Pabrik Kapur .......................................................................... 37 B. Produksi Kapur ...................................................................................... 40 C. Tenaga Kerja .......................................................................................... 42 D. Perkembangan Kalkbranderij Lighvoet ................................................. 44 E. Kalkbranderij Lighvoet Masa Pendudukan Jepang ................................ 58 BAB IV : PABRIK KAPUR “RONGGOLAWE” SETELAH KEMERDEKAAN A. Pembukaan Kembali Pabrik Kapur........................................................ 62 B. Struktur Organisasi ............................................................................... 67 C. Kepegawaian Pabrik Kapur “Ronggolawe” ........................................... 71 B. Perkembangan Pabrik Kapur “Ronggolawe” ......................................... 74 BAB V : Kesimpulan .......................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85 LAMPIRAN ........................................................................................................ 91

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Jumlah Penduduk Tuban Tahun 1930 ..................................... 32 Tabel 2 Data Hasil Produksi Pabrik Kapur “Ronggolawe” Tuban

  Tahun 1961-1972 .................................................................... 77 Tabel 3 Data Hasil Penjualan Pabrik Kapur “Ronggolawe”

  Tuban Tahun 1961-1972 .......................................................... 80

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Asisten Residen D.Burger bersama Bupati Tuban Ario Koesoemodikdo Tahun 1910 ................................................... 30

  Gambar 2 Ilustrasi Oven Pembakaran Pabrik Kapur ................................ 44 Gambar 3 Iklan pada Koran De Locomotif sebagai Promosi Hasil

  Pabrik Kapur Tuban ................................................................ 48 Gambar 4 Iklan Agen Penjualan Pabrik Kapur Tuban dalam Surat

  Kabar Soerabaiasch Handelsblad ............................................ 50 Gambar 5 Pembangunan Jembatan Lama Babat sebagai Jaringan Kereta

  Api Kolonial tahun 1918 .......................................................... 51 Gambar 6 Jembatan Bancar sebagai jalur distribusi Kalkbranderij

  Lighvoet 1936 ........................................................................... 54

  Gambar 7 Peta Jalur Transportasi Kereta Api Pemerintah Belanda ......... 55 Gambar 8 Kunjungan Gubernur Samadikun peresmian pembukaan

  Kalkbrandery Lighvoet tahun 1955 .......................................... 63

DAFTAR ISTILAH

  Malaise :

  Alat Pembakaran Kapur/ Oven

  Kalkbranderij Lighvoet :

  Pabrik Pembakaran kapur Tuban

  Karbonatasi :

  Penjernihan perasan tebu dengan kapur dan CO2

  Kumial : Sistem Pajak Petani Pendudukan Jepang

  Library approach :

  Metode penelitian Kepustakaan

  Krisis Ekonomi

  Mutu

  N.V Borsumij :

  Perusahaan Dagang Besar Milik Belanda

  Picols :

  Pikul

  Residentie :

  Residen

  Solo River :

  Bengawan Solo

  Jubung :

  Afdeeling :

  Kota Kecamatan

  Domein :

  Agrarische Wet :

  Undang-Undang Agraria

  Chumin :

  Sebutan Tuban bagi orang Cina

  Conditional Convergence :

  Konvergensi Bersyarat

  De groote Postweg :

  Jalan Raya Pos, Jalan Anyer-Panarukan

  Tanah Milik Negara

  Kawasan Pedalaman

  Duban :

  Sebutan Tuban bagi orang Cina

  Frame :

  Pandangan

  Gemeente :

  Pemerintah kota

  Goedkeuring :

  Pengakuan tertulis secara resmi

  Hinterland :

  Infrant :

  Straat :

  Jalan

  Strategic Industries :

  Strategi Industri

  World Conservation Strategy :

  Strategi Pencagaran Dunia

  Suiker Wet :

  Undang-Undang Gula

  Sulfitasi :

  Penjernihan air perasan tebu dengan kapur thor dan gas sulfit

  Tawoen :

  Formasi Batuan Rembang Thor : Batu Gamping

  Werkvoorschot :

  Persekot Kerja

  Zeitgeist :

  Jiwa Zaman

DAFTAR SINGKATAN

  NSB : Negara Sedang Berkembang CO2 : Karbondioksida N.V : Nederlalands Volks DPR : Dewan Perwakilan Rakyat DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah SK : Surat Keputusan APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah PDB : Produk Domestik Bruto REPELITA : Rencana Pembangunan Lima tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia banyak mengalami pasang surut. Fakta dalam Sejarahnya perekonomian memburuk ketika awal pendudukan Hindia Belanda. G.R.van Soest mengatakan bahwa pada pendudukan Kolonial di

  1 Jawa merubah kehidupan rakyat dalam keadaan kesusahan dan kesengsaraan.

  Namun memasuki abad ke-19 dan awal abad-20 terjadi perkembangan yang luar

  2

  biasa bagi sejarah perekonomian di Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan berdirinya banyak industri di beberapa daerah. Sehingga menjadi penentu awal pembaruan Ekonomi dalam negeri dari keterpurukan periode sebelumnya

  Dalam kajian sejarah ekonomi terdapat beberapa objek kajian. Salah satunya adalah industri di Indonesia awal abad ke-20 menjadi objek kajian dari sejarah perekonomian tersebut. Kemunculan sampai perkembangan sebuah industri dapat dikaji sebagai objek yang mengalami dinamika dalam sejarah. Tidak bisa dipungkiri industri muncul sebagai salah satu sektor yang memiliki peran penting. Bahkan pada masa kolonial industri merupakan pemegang kendali bagi

  1 R.E. Elson, “Kemiskinan dan Kemakmuran Kaum Petani Pada Masa Sistem Tanam Paksa”, dalam Anne Both et al., (eds.), Sejarah Ekonomi Indonesia, ( Jakarta: LP3ES, 1988), hlm.

  30. 2 Nasution, Ekonomi Surabaya Pada Masa Kolonial 1830- 1930, (Surabaya: Penerbit Intelektual, 2006), hlm. 1.

  2

  3

  perekonomian Hindia Belanda. Selanjutnya menjadikan sektor ini lebih diutamakan dalam kapasitasnya sebagai penyokong ekonomi agraria.

  Keberadaan sebuah industri tidak dapat dipisahkan dari ketersedian sumber daya alam dari daerah sekitarnya. Hasil pertanian maupun hasil pertambangan merupakam bagian dalam industri di Jawa Timur awal abad 20. Ketersediaaan bahan mentah diproses menjadi barang yang mempunyai nilai lebih. Selain itu juga diproses menjadi bahan setengah jadi maupun siap dipasarkan oleh para pelaku penggerak ekonomi Kolonial. Selanjutnya akan didistribusikan ke daerah lokal ataupun Ekspor ke luar Hindia-Belanda. Sebagai contoh adalah keberadaan perusahaan Taylor & Lawson di Jakarta pada tahun 1857 yang bergerak pada bidang kontruksi baja, pabrik teh dan gula menjadi tanda perkembangan industri

  4 zaman itu.

  Munculnya pabrik-pabrik lokal sepenuhnya mengikuti alur perkembangan masa yang telah ditetapkan pemerintah pada masa tersebut. Maksud serta tujuan pemerintah Hindia-Belanda adalah sebagai mesin pembuat keuntungan. Dengan memasok bahan dasar dari daerah setempat sehingga ekonomi Kolonial berjalan.

  Meskipun selanjutnya bahan olahan bergantung pada kemampuan alam yang terbatas. Kemampuan yang terbatas pada alam menjadi salah satu daya dukung

  5 lingkungan dalam penentuan massa produksi dari sebuah pabrik. 3 Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari, Industri Mesin di Surabaya sejak abad XIX sampai awal abad XX, (Skripsi:Sarjana Fakultas Sastra Universitas Airlangga, Surabaya, 2006), hlm. 2. 4 Bisuk Siahaan, Industrialisasi di Indonesia: Sejak Hutang Kehormatan sampai Banting Stir,(Jakarta: Deperindag, 1996), hlm. 10. 5 M. Sayuti, Analisis Kelayakan Pabrik, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), hlm. 104.

  3 Memasuki pertengahan abad ke-19 sampai awal abad 20 merupakan masa pertumbuhan Industri dan pabrik di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan

  6

  didirikannya pabrik-pabrik oleh Kolonial yang diiringi para investor asing. Salah satunya wilayah di Jawa timur seakan menjadi lahan subur dari adanya peningkatan jumlah Industri tersebut. Keadaan tersebut memaksa lahan-lahan pertanian beralih fungsi sebagai lahan penyedia bahan pabrik. Olahan bahan mentah tersebut nantinya dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan kolonial meskipun tenaga kerja yang digunakan adalah penduduk bumiputra. Sumber daya alam yang dijadikan primadona bahan olahan industri mentah utamanya ialah gula

  7 dari sektor pertanian, minyak, logam serta bahan bangunan termasuk kapur.

  Tahun 1870 merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan industri di Indonesia. Tahun tersebut secara resmi pemerintah Kolonial Hindia-Belanda

  8

  mengeluarkan Undang-Undang Agraria. Periode tersebut kebijakan yang dikeluarkan bertujuan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada modal asing untuk berusaha dalam segala bidang. Keluarnya undang-undang tersebut menandai era Liberal di Hindia-Belanda yang membuat Jawa terbuka bagi perusahaan swasta untuk melakukan proses eksploitasi. Sekaligus secara resmi mengakhiri praktik tanam paksa yang diberlakukan sejak tahun 1830 pada masa Gubernur Jenderal Van Den Bosch.

  6 H.W.Dick, “Industri Abad ke-19 Sebuah Kesempatan yang Hilang”, dalam J.Thomas Lindblad dkk (editor), Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2000), hlm. 176. 7 8 Ibid., hlm. 177.

  Bisuk Siahaan, Op.cit., hlm. 10.

  4 Beberapa negara yang terlibat pada penanaman modal dan barang impor adalah Jepang, Singapura, Inggris, Jerman dan Amerika Serikat. Pembuatan kebijakan tahun 1870 berhasil menarik modal swasta asing ke Hindia-Belanda secara cepat. Upaya ini terlihat dari peningkatan impor barang mesin yang signifikan sejak awal dibukanya kebijakan liberal tersebut. Awal tahun 1874 sampai 1919 impor mesin dan peralatan industri oleh pemerintah Kolonial

  9 maupun Swasta menunjukan peningkatan setiap periode.

  Pada tahun 1915, Gubernur Jenderal Idenburg membentuk suatu komite

  10 yang bertujuan untuk pengembangan Industri-industri di Hindia Belanda.

  Fungsinya adalah memeriksa kemungkinan substitusi impor yang berkaitan langsung dengan perkembangan industrialisasi Hindia-Belanda. Dengan berdirinya berbagai industri menumbuhkan potensi pasar Domestik yang lebih maju. Dari berbagai pabrik yang telah didirikan memiliki artian penting bagi permintaan lokal maupun dari luar daerah termasuk Eropa. Selanjutnya dari perkembangan pasar ini juga memiliki andil penting bagi kas pemerintah Kolonial masa itu.

  Salah satu pabrik yang tidak kalah penting dengan pabrik gula pada awal tahun 1900-an adalah pabrik pengolahan kapur. Hal tersebut didasarkan pada permintaan dalam jumlah besar dari hasil olahan dari kapur. Seperti contoh proyek besar Amerika Serikat tahun 1866, yaitu penghancuran batuan kapur menjadi kecil mencapai 811.000.000 ton. Proyek ini dilakukan untuk 9 10 Ibid., hlm.23-24.

  J.Thomas Linblad, Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1998), hlm. 239.

  5 pembangunan jalan makadam sepanjang 2 mil dari New Haven sampai

11 Westville. Proyek pembuatan jalan tersebut juga diaplikasikan untuk

  membangun jalan-jalan kota Kolonial di Jawa Timur awal abad ke-20. Selain itu proses pembuatan gula juga memerlukan hasil olahan kapur. Proses dalam pembuatan gula tersebut adalah Sulfitasi dan Karbonatasi yang terdapat pada banyak pabrik gula di Jawa Timur. Sebagai pabrik dengan peran penting inilah banyak berdiri pabrik berbasis pengolah batuan kapur.

  Pemerintah Kolonial mensiasati perkembangan industri ini dengan

  12

  membagi pabrik yang berpusat di desa dan di kota. Untuk pabrik yang berpusat di desa basisnya lebih mengarah pada sumber alam dari perkebunan, pertanian serta pertambangan. Sedangkan pabrik kota letaknya tersembunyi karena spesialisasi yang lebih tinggi. Untuk pabrik kota lebih mengarah pada proses pembuatan barang setengah jadi menjadi barang yang siap untuk dipasarkan.

  Pada tahun 1900-an pabrik yang ada desa diprioritaskan untuk mengolah

  13

  jenis dua komoditi. Komoditi yang pertama adalah komoditi pertanian seperti gula, kopi, tembakau, karet, kopra dan lain sebagainya. Kemudian komoditi yang kedua ialah komoditi ekstraktif seperti minyak, batubara, kayu dan Kapur. Keberadaan pabrik gula di beberapa daerah Jawa Timur diiringi dengan munculnya pabrik pembakaran kapur sebagai penyokong. Hubungan erat antara

  11 Brian J.Skinner, Sumber Daya Bumi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1984), hlm.118. 12 13 H.W.Dick, op.cit., hlm. 188 Ibid., hlm. 190.

  6 Industri gula dan pabrik kapur menjadi sangat penting karena gula merupakan primadona yang diutamakan masa industrialisasi di Jawa Timur. Sehingga pabrik- pabrik penyokong seperti pabrik mesin dan pembakaran kapur berkembang secara beriringan.

  Pengaruh penting ditunjukan pabrik pembakaran batu kapur di wilayah Tuban terhadap adanya proses Industrialisasi Jawa Timur tahun 1900an.

  Utamanya pabrik-pabrik gula yang memerlukan kapur dalam jumlah besar. Adanya pabrik pembakaran memainkan peran sebagai penyokong proses produksi dari pabrik Gula tersebut. Selanjutnya proses pembakaran batu kapur dapat mengubah bagian penting dari sejarah ekonomi masa Kolonial. Kemudian menyelaraskan pola ekonomi Hindia-Belanda dari sektor pertanian ke sektor industri. Dengan latar belakang inilah terdapat investor menanamkan sahamnya dibalik pendirian pabrik-pabrik pembakaran kapur. termasuk di Tuban yaitu pabrik pembakaran kapur “Ronggolawe” atau dalam sejarah awalnya bernama Kalkbranderij Lighvoet.

  Pamanfaatan kapur Tuban telah menjadi ketertarikan tersendiri bagi pemilik modal menanamkan investasinya dalam mengelola kapur. Hubungan yang baik dengan pabrik gula tentunya perolehan laba yang besar dapat diraih dalam investasi yang telah ditanamkan. Pabrik kapur “Ronggolawe” menjadi salah satu ikon yang menarik di wilayah Tuban sebagai pemeran permainan Investor asing pada zaman Kolonial. Lahan modal yang telah disediakan pemerintah Kolonial berhasil dijadikan panggung sejarah industri.

  7 Pabrik kapur “Ronggolawe” adalah pabrik menjadi bagian penting dalam proses Industrialisasi di Jawa Timur. Dalam hubunganya dengan pabrik gula yang tengah berkembang tentunya dapat menjadi sebuah sejarah ekonomi yang menarik. Fakta tertulis erat kaitanya dengan pergantian masa yang membuat pasang-surut sebuah pabrik. Berdasarkan permasalahan sejarah ekonomi pada suatu pabrik menjadi bahasan sejarah lokal Tuban. Dengan konsep dasar inilah penulis menyusun dan menganalisis peranan pabrik pembakaran kapur “Ronggolawe” Tuban terhadap Industrialisasi Jawa Timur dari tahun 1925 sampai 1972.

B. Rumusan Masalah

  Uraian diatas menjelaskan masalah yang melatarbelakangi kemunculan pabrik pembakaran kapur “Ronggolawe” Tumbuhnya pabrik pengolah kapur menjadi salah satu potensi alam Tuban dan kemudian dijadikan komoditas yang diperdagangkan dalam sejarah ekonomi abad 20. Hasil dari lahirnya pabrik kapur secara jelas mempengaruhi dinamika industrialisasi wilayah Jawa Timur masa itu. Sehingga melangkah menuju sektor yang sangat penting bagi perkembangan pabrik-pabrik yang lain, terutama pabrik gula. Selanjutnya kemunculan pabrik kapur “Ronggolawe” tersebut membentuk hal baru sebagai keberlanjutan studi ekonomi industri. Pabrik kapur “Ronggolawe” membentuk skema sejarah ekonomi pada masa awal pendiriannya hingga masa Orde Baru. Peranan penting tersebut tidak dapat dikesampingkan sebagai sebuah penelitian yang berdasarkan

  8 sumber yang ada. Upaya ini memungkinkan ada jiwa zaman (Zeitgeist) yang mengimbangi kemunculannya.

  Dengan demikian dari beberapa bahasan diperoleh rumusan masalah meneganai: Bagaimana peranan Pabrik Pembakaran kapur “Ronggolawe” Tuban terhadap Industrialisasi Jawa Timur dari tahun 1925 sampai 1972?

C. Tujuan dan Manfaat

  Tujuan dari penelitian ini mengungkapkan tentang bagaimana dinamika pabrik kapur “Ronggolawe” pada tahun 1925 sampai 1972 sebagai roda ekonomi Jawa Timur. Utamanya pada masa awal pendirian pabrik kapur sampai menjelang statusnya yang lepas dari pemerintah Kabupaten Tuban. Setelah sebelumnya masuk dalam anggaran pemerintah daerah sendiri. Proses awal pendirian sebagai wujud investasi asing dalam penanaman modal di Hindia-Belanda. Sebagai kapasitas sebuah pabrik pembakaran kapur akan sempit jika hanya dilihat dari proses produksi dan distribusi. Jelas akan lebih luas dan menarik ketika dibenturkan dengan sejarah perekonomian lama Jawa Timur. Searah dengan proses Industrialisasi, maka pabrik kapur Ronggolawe masuk ke dalam proses tersebut.

  Tujuan penelitian ini adalah: Menjelaskan bagaimana perkembangan pabrik pembakaran kapur “Ronggolawe” Tuban dari awal pendirian hingga menjadi pabrik yang terlepas dari campur tangan Pemerintah. Dalam penelitian ini penulis ingin mengungkapkan kondisi Pabrik Pembakaran Kapur “Ronggolawe” Tuban pada tiga jaman yaitu pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, pada

  9 masa pendudukan Jepang, serta masa pasca kemerdekaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pabrik pembakaran kapur “Ronggolawe” dalam Industrialisasi di Jawa Timur. Utamanya terhadap beberapa pabrik gula Jawa Timur yang berkembang pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda hingga masa pasca kemerdekaan yang terjadi pada tahun 1925 hingga tahun 1972.

  Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi pembaca untuk mengetahui bagaimana peranan Pabrik kapur “Ronggolawe” Tuban pada tahun 1925 hingga tahun 1972 serta dampaknya bagi kehidupan masyarakat khususnya masyarakat sekitar yang hadir sebagai pekerja. Dalam penulisan ini penulis berharap bias memberikan kontribusi dalam bentuk tulisan guna mengetahui kemajuan pabrik gula di Jawa Timur, sehingga bisa dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan pabrik kapur Indonesia di masa yang akan datang.

D. Batasan dan Ruang Lingkup

  Mengenai pembatasan dan ruang lingkup dari penelitian ini adalah pembahasan mengenai pabrik kapur “Ronggolawe” tahun 1925 sampai 1972.

  Namun penting bagi sejarawan dalam pembabakan waktu dan batasan agar topik yang bersangkutan tidak melebar kemana-mana. Realitas sejarah itu sesungguhnya terus berhenti tanpa henti, pembabakan waktu hanya konsep yang

  14 dibuat para Sejarawan .

  Pengambilan ruang lingkup Tuban sebagai geografis unit kajian bukan tanpa alasan. Pengangkatan sejarah lokal menjadi alasan pokok penulis pada penelitian 14 Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah, ( Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008 ), hlm. 19-20.

  10 ini. Sebenarnya pengambilan Tematik ini karena adanya kedekatan emosional dari penulis. Penambahan wawasan terhadap kekayaan sejarah lokal Tuban belum banyak dikaji. Memori tentang Tuban menyisakan pada sejarah kejayaan masa

  15 silam, utamanya pelabuhan Tuban sebagai pelabuhan penting abad ke-15.

  Dalam sejarah perdagangan di wilayah pesisir Tuban mempunyai peran penting. Sri Sujatmi Satari dalam evaluasi penelitian yang berjudul “Kehidupan Ekonomi di Jawa Timur dalam Abad XIII-XV” mengungkapkan jika Tuban sempat

  16

  berkedudukan sebagai Pelabuhan Internasional. Inilah yang mengapa perlu adanya penambahan wawasan tambahan tentang sejarah lokal Tuban yang baru.

  Sumbangan berupa penambahan informasi penelitian yang dapat digali untuk memberikan warna tersendiri.

  Tuban sebenarnya mempunyai sejarah ekonomi lokal yang menarik. Hanya saja belum banyak sejarawan tertarik untuk menulis sejarah tersebut secara utuh.

  Penulis menginginkan Tuban bukan hanya hadir sebagai Sejarah Kota Pelabuhan yang jaya pada masa lalu. Tetapi setidaknya telah berperan dalam proses Industrialisasi yang ada di Jawa Timur. Meskipun dari sejarah lokal memiliki artian besar bagi Kabupaten Tuban. Sesuai dengan tema Pabrik Kapur “Ronggolawe” di Tuban merupakan pabrik yang lahir pada periode Kolonialisasi. Pembahasan tema inilah yang menjadi salah satu proses Industrialisasi modern yang ada di Tuban.

  15 Irawan Djoko Nugroho ,Majapahit Peradaban Maritim Ketika Nusantara Menjadi Pengendali Pelabuhan Dunia, (Jakarta: Yayasan Suluh Nuswantara, 2011), hlm. 152 16 Sri Sujatmi Satari, “Kehidupan Ekonomi di Jawa Timur dalam Abad XIII-XV” dalam Rapat Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi II, (Cisarua: 1984), hlm. 16.

  11 Potensi Tuban sebagai kawasan pegunungan kapur utara telah menjadikan

  Landmark penghasil kapur dalam jumlah besar. Sejak pendudukan Hindia-

  Belanda telah dilakukan penelitian yang berujung pada rencana eksplorasi batu kapur. Dengan modus mencari laba yang sebesar-besarnya Pemerintah Kolonial memberi izin secara tertulis melalui Undang-undang Agraria tahun 1870. Selanjutnya para Investor diberikan kebebasan dalam memilih potensi kekayaan daerah untuk diproses dengan teknologi mutakhir. Untuk pabrik kapur “Ronggolawe” sengaja dibangun dalam semangat zaman Industrialisasi tahun 1900an.

  Batasan waktu atau temporal dalam penulisan ini adalah tahun 1925 sampai tahun 1972. Pendirian pabrik pembakaran kapur telah terjadi pada masa Kolonialisasi tahun 1925. Tahun 1925 merupakan sejarah awal didirikanya pabrik kapur ini sebagai pengikut alur roda Industrialisasi Jawa Timur. Setelah menjamurnya pendirian pabrik gula dalam jumlah besar, sebagai penyokong pabrik tersebut maka dibangun pabrik pembakaran kapur sebagai penyedia bahan proses pembuatan gula.

  Tujuan pendirian bangsawan Jerman dalam mendirikan pabrik kapur tersebut berdasarkan pada potensi kapur Tuban. Setelah adanya penelitian oleh ahli para Geolog barulah ada Investor mau untuk mendirikan pabrik pembakaran kapur tersebut. Setelah proses penelitian tentang batuan tahun 1918 barulah tahun 1925 didirikan pabrik pembakaran kapur di Tuban. Dengan nama awal adalah Kalkbranderij Lighvoet.

  12 Kemudian untuk batasan akhir temporal penulis memilih tahun 1970an.

  Dasar ilmiah pemilihan tahun ini adalah lepasnya pabrik kapur “Ronggolawe” dari pangkuan Pemerintah Kabupaten Tuban. Ini artinya setelah ssebelumya segala aktifitas, produksi dan distribusi diurus Pemerintah, maka pada tahun 1972 pabrik kapur berdiri sendiri tanpa campurtangan dari Pemerintah. Pemerintah sebelumnya mengatur bagaimana pabrik ini berproses. Mulai dari proses produksi, distribusi hingga penggajian honor pekerja pabrik. Namun setelah tahun 1972 pabrik menjadi sebuah pabrik yang mandiri dengan Direksi yang baru.

E. Tinjauan Pustaka

  Topik dari penulisan ini adalah tentang pabrik kapur “Ronggolawe” Tuban periode tahun 1925 sampai 1972. Secara khusus Pustaka yang merujuk pada pembahasan pabrik di Tuban tidak banyak dijumpai. Tetapi dari sini penulis akan menguraikan informasi dari sumber yang telah diperoleh. Perspektif yang diambil dari sumber informasi yang masih bersinggungan dengan Topik Pabrik Kapur “Ronggolawe” Tuban mulai tahun 1925 sampai 1972. Penulis berusaha memilih alur sebagai sebuah perspektif baru agar menjadi sebuah bagian dari penulisan sejarah ekonomi. Segala macam acuan dan sumber yang didapatkan sekiranya dapat dipertanggungjawabkan dan menunjang argumen dari penulis.

  Sumber Buku, sebagai tinjauan secara umum dari penulisan ini. Buku tentang industri kelas kecil hingga menengah dapat menjadi acuan. Pengumpulan

  13

  17 sumber ini menggunakan Metode penelitian Kepustakaan (library approach).

  18 Buku Tuban Hari ini dan Hari Esok terbitan pemerintah Kabupaten Daerah

  Tingkat II Tuban telah banyak menguraikan tentang sejarah Tuban. Mulai dari segi pemerintahan dan ekonomi Tuban periode tahun 1900-an sampai tahun 1980.

  Didalamnya juga telah banyak menyinggung tentang pabrik kapur “Ronggolawe” sebagai salah satu perusahaan milik daerah Kabupaten Tuban.

  Skripsi hasil penelitian yang ditulis oleh Meliana Setyaningsih tentang

  19 Pabrik Kapur Ronggolawe Tuban tahun 1955-1989 menjadi acuan dasar

  penulisan ini. Lebih khusus tulisan Meliana Setyaningsih membahas tentang proses produksi-distribusi pabrik kapur “Ronggolawe” dan berujung konflik dengan masyarakat akibat dampak-dampak yang ditimbulkan. Penulis sendiri mempunyai perspektif lain dalam penulisan pabrik kapur “Ronggolawe” yaitu dilihat dari kacamata sejarah ekonomi Kolonial. Selanjutnya berakhir pada pembahasan kontribusi pabrik kapur “Ronggolawe” terhadap pembangunan daerah Tuban setelah periode Kemerdekaan.

  Demikian akan banyak membantu penulis dalam upaya menyusun kembali sejarah perkembangan pabrik kapur “Ronggolawe” dengan bahasan temporal tersebut. Selain itu data yang telah tertulis memudahkan penulis dalam memaparkan peran pabrik kapur “Ronggolawe” terhadap proses Industrialisasi di 17 William Frederick dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi, ( Jakarta : LP3ES 1991 ), hlm. 14. 18 Anonim, Tuban Hari ini dan Hari Esok, (Tuban: Kabupaten Daerah Tingkat II Tuban, 1980). 19 Meliana Setyaningsih, Pabrik Kapur Ronggolawe Tuban Tahun 1955-1989, (Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya, 2015).

  14 Jawa Timur mulai tahun 1925. Kemudian dibatas akhir sampai 1972 yang ditengarai dengan lepasnya pabrik kapur “Ronggolawe” dari campurtangan pemerintah Kabupaten Tuban.

F. Kerangka Konseptual

  Pengkajian penelitian Pabrik Kapur “Ronggolawe” Tuban akan dihadapkan pada pertambangan kapur sebagai bahan baku utama. Kapur dalam istilah batuan

  20

  disebut Dolomit dan baru ditemukan pada tahun 1882. Jenis batuan ini pertama kali ditemukan di daerah Tyeolean Alpina. Secara kimia dikenal sebagai Thor atau CaCO3. Kapur digunakan pabrik gula di Hindia Belanda sejak tahun 1876 sebagai bahan penjernih gula. Endapan kapur yang terbentuk akan menyerap bahan bukan gula lainnya sehingga lebih efisien dalam prosesnya.

  Pengertian Pabrik secara umum adalah tempat di mana faktor-faktor produksi seperti manusia, mesin, alat, material, energi, uang (modal), informasi dan sumber daya alam dikelola bersama-sama dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif, efisien dan aman. Istilah Pabrik diartikan sama dengan Industri. Meskipun Industri sebenarnya memiliki pengertian yang lebih luas. Pabrik lebih kepada hanya member nilai tambah pada pada suatu barang.

20 Jordan Phosphate Mine Company, Peta Potensi Sumber Daya Geologi seluruh Kabupaten di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm 28-29.

  15 Industrialisasi pada masyarakat berarti adanya pergantian teknik produksi

  21

  dari cara yang masih tradisonal ke cara modern. Definisi Industri berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah perusahaan yang membuat atau menghasilkan barang-barang. Sementara Industri berat adalah Industri yang

  22

  seluruhnya menggunakan tenaga mesin yang berukuran besar. Sementara menurut Poerwadarminta pengertian Industri adalah perusahaan untuk menghasilkan barang-barang, dan Industri berat adalah perusahaan pabrik-pabrik

  23 besi dan baja.

  Pabrik erat kaitanya dengan tujuan Pembangunan Ekonomi. Berbagai Industri muncul untuk mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan, baik negara sedang berkembang (NSB) awal tahap mengalami fenomena Conditional

  Convergence, yaitu bahwa negara yang memulai tingkat pembangunan ekonomi

  rendah akan mengalami pertumbuhan tinggi karena proses Industrialisasi yang terjadi melalui akumulasi modal dan penyerapan teknologi luar akan berjalan

  24 pesat.

  Dari sejarah tampak bahwa Industrialisasi merupakan interaksi perdagangan yang akhirnya mendorong perubahan struktur ekonomi dari suatu masa. Menarik jika ditarik kesimpulan bahwa proses industrialisasi sangat dipengaruhi oleh 21 A. Dharmawan, Aspek-aspek dalam Sosiologi Industri, (Bandung: Binacipta, 1986), hlm.18. 22 Peter Salim dkk, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer edisi I (Jakarta: Modern English Press, 1991). 23 24 WJS Poerwadarminta, Kamus Bahasa Umum Indoesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1970) Mari Pangestu dkk (penyunting), Transformasi Industri di Indonesia dalam Era

  Perdagangan Bebas, (Jakarta: CSIS, 1996)., hlm 1.

  16

  25

  kebijaksanaan dan strategi pemerintah yang digunakan. Kutipan tersebut memberikan Frame kepada penulis bahwa penelitian ini mengungkapkan peranan pabrik kapur “Ronggolawe” dalam proses Industrialisasi di Jawa Timur. Kemudian awal perjalanan pabrik ini ketika timbul gejolak ekonomi hingga mampu bertahan dan berkembang sampai Orde Baru.

  Pada tahun 1960-an dan 1970-an peran pemerintah penting dalam strategi

  26

  pembangunan. Pemerintah melakukan intervensi langsung, baik perusahaan negara yang melakukan kegiatan produksi atau dengan memberikan Subsidi atau fasilitas khusus untuk mengembangkan Infrant dan Strategic Industries. Strategi ini digunakan pemerintah sebagaimana untuk pertumbuhan Industri yang optimal.

  Keberlangsungan suatu Industri bertujuan untuk kemakmuran yang bertujuan untuk kemakmuran masyarakat. Menurut Sachs dan Warner (1987) menunjang kesimpulan mengenai peran kebijaksanaan ekonomi dalam pembangunan (secara tidak langsung Industrialisasi).

  Berkaitan dengan pertumbuhan sektor industri tidak terlepas dari kekayaan alam lingkungan hidup. Kekayaan alam dipergunakan dalam upaya mencapai kemakmuran warga negara. Pemerintah mengeluarkan dasar hukum untuk membatasi penggunaan kekayaan alam yang tidak rasional. Dalam Undang- Undang Dasar 1945, pasal 33, ayat 3 bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya 25 26 Ibid., hlm 3.

  Ibid., hlm 4.

  17 untuk kemakmuran rakyat. World Conservation Strategy atau Strategi pencagaran

  27

  dunia mempunyai tujuan memelihara sistem pendukung kehidupan. Terutama sumber daya alam penyangga kehidupan manusia.

  Peran pabrik ditengah masyarakat menjadi sesuatu yang penting. Dalam suatu daerah dapat diperoleh suatu kemajuan ekonomi dengan berdirinya suatu pabrik. Namun disatu sisi kemajuan ekonomi tidak terlepas bagaimana perjalanan suatu pabrik beroperasi. Dinamika ini yang menjadikan Frame bagaimana penulis menjadikan bahasan pabrik sebagai objek dalam suatu sejarah ekonomi. Peranan terhadap sejarah ekonomi dahulu akan menjadi bahasan menarik. Secara konseptual proses pembangunan ekonomi sangat berpengaruh pada sejarah ekonomi suatu daerah.

  Proses pabrik kapur “Ronggolawe” yang berada di Tuban semula telah menapaki teknologi lebih maju. Hal tersebut tidak terlepas dari peralatan dan mesin didatangkan dari Jerman. Proses sejarah ekonomi tataran industri Jawa Timur mulai tahun 1925 membentuk satu kausalitas antara satu pabrik dengan pabrik lainnya. Hal ini berlanjut pada peran pabrik yang berperan penting bagi Pemerintah dan penduduk. Dengan adanya pola demikian maka sistem ekonomi penduduk dari munculnya sektor pabrik menjadi suatu kemajuan tersendiri.

  Hingga akhirnya berwujud sebuah mentalitas yang mengalir dengan peralihan sektor pertanian ke pabrik. Selain itu pabrik kapur “Ronggolawe” memiliki artian

27 Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Bandung: Djambatan,1994). hlm 67.

  18 sebagai penunjang ekonomi masa Kolonial hingga pemerintah setelah Kemerdekaan.

G. Metode dan Sumber Penelitian Topik dalam penulisan ini banyak bersinggungan dengan ilmu-ilmu lain.

  Seperti ilmu sosial, ilmu politik dan ilmu hukum yang akhirnya menjadi ilmu bantu bagi penulis. Penggunaan ilmu bantu juga berguna untuk mendekati objek studi ini. Objek ini tentunya lebih akurat dalam pendeskripsian dengan bantuan ilmu-ilmu yang lain. Penggambaran objek kajian secara lengkap membantu kita sendiri dalam pemahamanya. Tentunya penggambaran yang lengkap bergantung pada eksplanasi secara detail mengenai penulisan ini.

  Sesuai dengan penelitian sejarah lainnya, penulisan penelitian ini menggunakan metode sejarah. Aminuddin Kasdi berpendapat bahwa metode merupakan seperangkat prosedur tata cara, alat atau piranti yang digunakan oleh

  28

  sejarawan dalam tugas meneliti dan menyusun sejarah. Ada beberapa macam penggunaan perangkat metode, yang setiap ilmuwan sejarah terkadang berbeda dalam penggunaannya. Namun secara umum metode sejarah memiliki empat tahap yang meliputi : Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi.

  Heuristik merupakan tahapan berupa pencarian sumber bagi suatu penulisan

  penelitian. Karena penelitian ini berkenaan langsung dengan sejarah pabrik maka pencarian sumber yang tersedia dari data pabrik yang pernah beroperasi.

  Khususnya periode tahun 1925 sampai tahun 1972 di Tuban. Data pabrik kapur 28 Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah, ( Surabaya : UNESA University Press, 2001 ), hlm. 11.