STRATEGI MENGATASI PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BMT ATINA BANYUBIRU

  STRATEGI MENGATASI PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BMT ATINA BANYUBIRU TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy.) Disusun Oleh: AHMAD KHOERUDIN NIM : 20110022 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-m

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lampiran : - Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir

  Kepada

  Yth. Rektor IAIN Salatiga Assalamu'alaikum Wr.Wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya, maka Tugas Akhir saudara: Nama : Ahmad Khoerudin NIM : 20110022 Jurusan : Perbankan Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam Judul : Strategi Mengatasi Pembiayaan Bermasalah di BMT Atina Banyubiru Dapat diajukan dalam sidang munaqosah. Demikian untuk menjadi periksa.

  Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

  Salatiga, 2 Maret 2015 Pembimbing Nafis Irkhami, M.Ag., M.A.

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-m

PENGESAHAN

STRATEGI MENGATASI PEMBIAYAAN BERMASALAH

DI BMT ATINA BANYUBIRU

  

DISUSUN OLEH:

AHMAD KHOERUDIN

NIM : 20110022

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal

  27 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah.

  

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Faqih Nabhan, S.E., M.M.

  Sekretaris Penguji : Nafis Irkhami, M.Ag., M.A. Penguji I : Wiwin Kurniasari, S.E., M.Si.Akt Penguji II : Hikmah Endraswati, S.E., M.Si.

  Penguji III : Nafis Irkhami, M.Ag., M.A.

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-m

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ahmad Khoerudin NIM : 20110022 Jurusan : Perbankan Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam Judul Tugas Akhir : Strategi Mengatasi Pembiayaan Bermasalah di BMT Atina Banyubiru Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Tugas Akhir ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 2 Maret 2015 Yang menyatakan

   Ahmad Khoerudin

  NIM. 20110022

  

MOTTO

“Life is simple..

you made a choice,, and don’t look back”

  

PERSEMBAHAN

  Tugas Akhir ini dipersembahkan untuk: 1.

  Ibunda tercinta yang senantiasa sabar mencurahkan cinta, kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.

  2. Saudara-saudara terkasih yang selalu memberikan support dan motivasinya.

  3. Bapak Nafis Irkhami, M.Ag., M.A. yang tidak henti-hentinya membimbing dan meluangkan waktunya.

  4. Teman-teman Jurusan Syariah Progam Studi DIII Perbankan Syariah, angkatan 2010 khusunya.

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

  Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup para Rasul, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang lurus.

  Tugas Akhir yang berjudul “Strategi Mengatasi Pembiayaan Bermasalah di BMT Atina Banyubiru

  ” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya dalam bidang Ekonomi Syariah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN ) Salatiga.

  Dalam Tugas Akhir ini, penulis akan memaparkan tentang faktor-faktor pembiayaan bermasalah di BMT Atina berikut dengan strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

  Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada:

  1. Yang terhormat Rektor IAIN Salatiga Bpk. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

  2. Yang terhormat Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga

  3. Yang terhormat Ketua Jurusan DIII Perbankan Syariah IAIN Salatiga Bpk.

  Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.Si.

  4. Yang terhormat Bpk. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

  5. Ibunda tercinta Sri Minarti yang seantiasa sabar mencurahkan cinta, kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.

  6. Rekan-rekan DIII Perbankan Syariah angkatan 2010 yang telah menemani hari-hari saat kuliah di IAIN Salatiga.

  7. Semua pihak yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

  Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh, yang akan mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT kelak di yaumul

  qiyamah .

  Akhirnya, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat. Amin …

  Salatiga, 2 Maret 2015 Penulis

  Ahmad Khoerudin

  NIM. 20110022

  

ABSTRAK

Khoerudin, Ahmad. 2013.

  “Strategi Mengatasi Pembiayaan Bermasalah di BMT Atina Banyubiru

  ”. Tugas Akhir. Jurusan Syariah. Program Studi DIII Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya pembiayaan bermasalah dan kemudian untuk mengetahui cara/strategi mengatasi masalah tersebut. Metodologi yang penulis gunakan pada Tugas Akhir ini yaitu penelitian kualitatif dengan berdasarkan pengumpulan data di lapangan dan sumber-sumber lainnya.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor internal dan juga eksternal yang menyebabkan terjadinya pembiyaan bermasalah di BMT Atina Banyubiru. Faktor internal yaitu berasal dari manajemen BMT itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah berasal dari sisi nasabah/debitur. Pihak BMT haruslah lebih jeli dalam melihat faktor-faktor penyebab permasalahan sebenarnya, baik itu dari sisi internal maupun eksternal. Dengan begitu maka akan dapat diterapkan strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada.

  Kesimpulan dari penelitian ini yaitu strategi awal dalam mengatasi pembiayaan bermasalah di BMT Atina dimulai dari pembenahan internal BMT itu sendiri. Manajer harus lebih selektif dalam merekrut karyawan khususnya yang berhubungan langsung dengan pembiayaan. Selain itu juga perlu diadakan rapat internal BMT yang lebih intensif untuk membahas kondisi-kondisi riil di lapangan beserta solusi terbaik dari masalah-masalah yang ada. Dari sisi eksternal, BMT Atina lebih mengedepankan sikap-sikap kekeluargaan kepada nasabah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga reputasi BMT sebagai salah satu lembaga keuangan Islam yang menjunjung tinggi sisi kemanusiaan dan keagamaan.

  Kata kunci: Strategi Mengatasi Pembiayaan Bermasalah, Bai’ bitsaman ajil,

  BMT Atina Banyubiru

DAFTAR ISI

  HALAMAN J UDUL …………………………………………………… i ……. HALAMAN PERSET UJUAN PEMBIMBING ………..……………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ……….………………… iii …………...……..

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………...…

  iv

HALAMAN MOTTO

  ……………………………………...……………… v HALAMAN PERSEMBAHAN ………..……………… .

  ..…………………. vi

  KATA PENGANTAR …………………………………………………... vii ABSTRAK …………………………………………………………..………… .. ix DAFTAR ISI ……………………………………………………………. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….

  1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………..

  7 C. Tujuan Penelitian …………………………………………………

  7 D. Metodologi Penelitian …………………………….…………….

  8 E. Telaah Pustaka ………………………………….……………….

  9 F. Sistematika Penulisan ………………………….………….…….

  12 BAB II LANDASAN TEORI A.

  Konsep Pembiayaan 1.

  Pengertian Pembiayaaan ……………………….……………..

  13 2. Unsur-Unsur dalam Pembiayaan …………………….….……

  14

  3.

  16 Jenis-Jenis Pembiayaan ………………………..……….…… 4.

  18 Prosedur Pengajuan Pembiayaan …..…………………….….

  5.

  22 Jaminan dalam Pembiayaan Perbankan ……………………..

  B.

  Tinjauan Umum Mengenai Pembiayaan Bermasalah 1.

  23 Timbulnya Pembiayaan Bermasalah ………………………… 2.

  25 Penggolongan Kualitas Pembiayaan ………………………… 3.

  27 Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah ……………………… C. Konsep Manajemen Risiko 1.

  30 Definisi Manajemen Risiko ………………………………….

  2.

  34 …………………………….. Jenis-Jenis Risiko pada Perbankan 3.

  37 Mekanisme Manajemen Risiko ……………………………… D. Ketentuan Hukum Islam Mengenai Pembiayaan

  38 Bai’ Bitsaman Ajil …………………………………………….

  BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN A.

  45 Sejarah Pendirian ……………………………..….………….…… B.

  47 Visi dan Misi …………………………………….………….…… C.

  48 Lokasi dan Wilayah Perusahaan ……………………….…..…… D.

  48 Tujuan, Sasaran, dan Fungsi Usaha ………………………..…… E.

  51 Produk ………………………………….………………………..

  F.

  56 Badan Hukum dan Struktur Lembaga …………………………… G.

  59 Data-Data Pembiayaan ……………………….………….………

BAB IV ANALISIS A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah di BMT Atina 1.

  61 Faktor Internal ……………………….………….…………...

  2.

  63 Faktor Eksternal ……………………….………….………… B. Strategi Mengatasi Pembiayaan Bermasalah di BMT Atina 1.

  66 Pencegahan ……………………….………….……………...

  2.

  68 Penanganan ……………………….………….……………..

  BAB V PENUTUP A. Kes impulan 74 ……………………….………….…………………...

  B.

  77 Saran ……………………….………….………………………….

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005

  • –2025, menyebutkan bahwa pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan tersebut dapat terwujud melalui pembangunan yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua komponen bangsa yaitu Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan Kota), dunia usaha, dan masyarakat yang biasa disebut sebagai pelaku pembangunan.

  Pelaksanaan pembangunan seperti yang dimaksud, sudahlah pasti akan dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Sebagian besar dana pembangunan tersebut diperoleh dari fasilitas kredit perbankan yang diperuntukkan bagi berbagai sektor. Perbankan memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, serta stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

  Salah satu lembaga keuangan yang banyak diminati khususnya kalangan menengah ke bawah adalah BMT (baitul maal wa tamwil). Secara bahasa baitul maal wa tamwil terdiri dari dua kata yakni bait al-maal yang berarti lembaga pengumpulan dana masyarakat yang disalurkan tanpa tujuan

  

profit , sedangkan bait at-tamwil merupakan lembaga pengumpulan dana guna

disalurkan dengan orientasi profit dan komersial (Sumiyanto, 2008:15).

  Secara singkat BMT (baitul maal wa tamwil) adalah salah satu bentuk lembaga keuangan syariah non bank yang juga bergerak dalam hal pendanaan dan pembiayaan. Pendanaan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk menghimpun dana dari masyarakat/calon nasabah supaya dana/uang yang ada pada masyarakat bisa ”berputar” dan tidak hanya diam. Pendanaan ini dimaksudkan untuk mengelola dana masyarakat sehingga bisa menjadi lebih produktif, sementara itu kegiatan lainnya dari BMT adalah pembiayaan yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan.

  BMT di daerah sangat membantu masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi yang saling menguntungkan dengan memakai sistem bagi hasil. Disamping itu juga ada bimbingan kepada masyarakat dengan tujuan sebagai sarana transformatif untuk lebih untuk mengakrabkan diri pada nilai-nilai agama Islam yang bersentuhan langsung dengan kehidupan sosial masyarakat (Sumiyanto, 2008:21).

  BMT Atina Banyubiru menjadi objek penelitian dalam Tugas Akhir ini karena BMT tersebut merupakan BMT yang cukup populer dengan pelayanannya yang ramah dan proses pembiayaan yang relatif mudah di kalangan masyarakat Kec. Banyubiru. Penelitian ini juga merupakan laporan pertanggungjawaban penulis atas hasil observasi yang dilakukan dalam kegiatan magang selama dua bulan di BMT Atina Banyubiru.

  Tugas Akhir ini membahas tentang pembiayaan bermasalah karena dampak/kerugian yang ditimbulkan dari pembiayaan bermasalah tidak hanya akan dirasakan dalam jangka pendek namun juga jangka panjang apabila tidak segera diselesaikan. Dampak-dampak tersebut tentunya akan sangat merugikan BMT sebagi kreditur, dan pada akhirnya akan dapat menyebabkan kerugian juga pada nasabah/debitur apabila tidak dapat melunasinya.

  Pembiayaan bermasalah yang dimaksud penulis dalam Tugas Akhir ini adalah pembiayaan dengan akad

  bai’ bitsaman ajil. Bai’ bitsaman ajil

  (BBA) menjadi produk pembiayaan yang banyak diminati karena prosesnya yang cukup sederhana dengan menggunakan akad jual beli. Hal ini dibuktikan dengan data total pembiayaan BMT Atina selama periode tahun 2010-2013 yang dapat dilihat pada tabel 3.9.

  Berbeda dengan murabahah, pembiayaan BBA yang diberikan lebih meringankan debitur karena dapat melunasi pembiayaan yang diajukannya dengan cara mengangsur. Jika dibandingakan dengan musyarakah dan mudharabah, pihak BMT juga lebih diuntungkan dengan pembiayaan

  bai’ bitsaman ajil karena pembiayaan

musyarakah dan mudharabah mengharuskan BMT untuk lebih intensif dalam

  melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap kondisi keuangan dan usaha debitur. Hal ini tentunya membutuhkan waktu dan biaya ekstra yang pada akhirnya bisa memberatkan BMT itu sendiri apalagi untuk BMT dengan SDM yang tidak begitu banyak.

  Pembiayaan

  Bai’ Bitsaman Ajil atau pembiayaan berakad jual beli,

  adalah suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara bank syariah dengan nasabah dimana bank syariah menyediakan dananya untuk sebuah investasi dan atau pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran.

  Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh peminjam adalah jumlah atas harga barang modal dan mark up yang disepakati. (Muhammad, 2004:8).

  Bai Bitsaman Ajil (BBA) adalah menjual dengan harga asal ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati dan dibayar secara kredit.

  Ketentuan khusus yang berkaitan dengan Bai Bitsaman Ajil (BBA) adalah sebagai berikut:

  1. Harga barang dengan transaksi Bai Bitsaman Ajil (BBA) dapat ditentukan lebih tinggi daripada transaksi tunai. Namun, ketika harga telah disepakati, tidak dapat dirubah lagi.

2. Jangka waktu pengambilan dan jumlah cicilan ditentukan berdasarkan

  3. Jika nasabah tidak dapat membayar tepat pada waktu yang telah disepakati maka bank akan mencarikan jalan yang paling bijaksana. Jalan apapun yang ditempuh bank tidak akan mengenakan sanksi dari akad yang sama (Muhammad, 2000:30).

  Pembiayaan b

  ai’ bitsaman ajil memiliki tingkat resiko yang tidak bisa

  100% diprediksi dengan akurat. Pada proses pembiayaan ini terdapat dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu kemungkinan untung dan kemungkinan rugi. BMT harus mengatur dan menyiapkan segala langkah antisipasi guna menanggulangi setiap kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

  Ketika pembiayaan yang dilakukan memperoleh keuntungan maka yang perlu diperhatikan selanjutnya hanyalah tentang cara untuk meningkatkan kuantitas pembiayaan itu sendiri, tetapi akan berbeda ceritanya jika pembiayaan tersebut mengalamai masalah seperti macet ataupun kurang lancarnya nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Syariat Islam mewajibkan seseorang untuk menghormati dan mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang sudah dipercayakan kepadanya, sebagaimana Allah S.W.T berfirman:

  

           

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu

mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu

mengetahui (Q.S. Al-Anfaal, 27)

  Berdasarkan ayat tersebut, maka pihak debitur dapat dikenakan sanksi tindakan sesuai dengan kondisi serta alasannya, karena ia telah melakukan

  Banyak faktor yang menyebakan pembiayaan macet, misalnya saja usaha nasabah yang mengalami kerugian sehingga tidak bisa memenuhi kewajibannya. Ada juga nasabah yang sebenarnya mampu untuk memenuhi kewajibannya pada BMT tetapi sengaja tidak mau melaksanakannya, sedangkan faktor internal BMT yang menjadi penyebab yaitu adanya miss-

  

management oleh karyawan. Perbedaan/selisih laporan keuangan antara

  nasabah dan BMT akan menyebabkan timbulnya masalah. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan itu, maka kemudian BMT harus melakukan analisis yang baik mulai dari faktor-faktor penyebab hingga solusinya dan perlu adanya sanksi yang harus dilakukan BMT Atina dalam mengatasi pembiayaan bermasalah apabila debitur melakukan wanprestasi atas perjanjian yang telah disepakati.

  Strategi yang tepat sangat diperlukan untuk menanggulangi dan meminimalisir risiko. Permasalahan yang ada tidak bisa hanya dipecahkan dengan satu solusi saja. Setiap kriteria masalah memiliki penanganannya sendiri, oleh karena itu BMT harus pandai memilih solusi yang tepat atas suatu permasalahan pembiayaan. Pihak BMT tidak boleh memaksakan kehendak kepada nasabah yang mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya dalam hal pembiayaan. BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang berlandaskan syariat-syariat Islam, sedangkan Islam tidak pernah mengajarkan nilai memaksakan kehendak. Satu sisi pihak BMT tidak mengalami kerugian, di sisi lain pihak nasabah tetap respect dan percaya pada Solusi yang dipilih hendaknya solusi terbaik untuk BMT dan juga nasabah. Dengan demikian kedua pihak bisa tetap menjaga silaturrahmi dan tetap tercipta keikhlasan diantara keduanya.

  Dari beberapa uraian tersebut, maka kemudian penulis mengambil tema penelitian yang berjudul “Strategi Mengatasi Pembiayaan Bermasalah di BMT Atina Banyubiru”.

B. Rumusan Masalah

  Agar penelitian tidak menyimpang dari pembahasan dan agar tidak terjadi pembahasan yang terlalu luas, maka penulis membatasi pembahasan pada Tugas Akhir ini terbatas pada pembiayaan

  bai’ bitsaman ajil dan strategi

  mengatasinya yang digunakan oleh BMT Atina. Dari pembatasan masalah tersebut maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Faktor apa saja yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah di BMT Atina? 2. Bagaimana strategi mengatasi pembiayaan bermasalah di BMT Atina? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah di BMT Atina

  2. Untuk mengetahui strategi mengatasi pembiayaan bermasalah di BMT Atina

D. Metodologi Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian kualitatif yang didasarkan pada pengumpulan data di lapangan. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif (Reinard, 2006).

  2. Jenis Data a.

  Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (Suryana, 2010). Data ini bersumber dari hasil observasi. Data primer yang penulis maksud di sini tertuang pada bab ketiga yaitu berupa laporan objek penelitian dan juga pada bab keempat yaitu tentang analisis faktor-faktor dan strategi mengatasi pembiayaan bermasalah di BMT Atina.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (Suryana, 2010). Data ini bersumber dari hasil riset perpustakaan dan internet yang tertuang pada bab pertama dan bab kedua tentang landasan teori.

  3. Teknik Pengumpulan Data a.

  Riset Perpustakaan dan Internet Riset yaitu melalui pengumpulan data-data yang diperlukan b.

  Observasi Observasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan. Bentuk observasi yang penulis lakukan yaitu melalui wawancara terhadap karyawan-karyawan BMT Atina Banyubiru untuk kemudian dianalisis lebih lanjut.

E. Telaah Pustaka

  Penelitian tentang “Strategi manajemen risiko pada pembiayaan UKM di BMT al-

  Munawwarah dan BMT Berkah Madani” telah dilakukan oleh Adam pada tahun 2010. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Penerapan strategi manajemen risiko yang baik akan menghasilkan usaha yang relatif lebih stabil dan menguntungkan.

  Penelitian tentang “Pengawasan dan Pembinaan Pembiayaan Bermasalah oleh Account Officer (Studi di PT BPR Syariah Baktimakmur Indah Krian Sidoarjo) telah dilakukan oleh Al-Makki pada tahun 2010.

  Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa pembiayaan bermasalah di BPR Syariah Baktimakmur Indah Krian Sidoarjo sekitar 2,43 %, hal ini lebih dikarenakan karena kondisi usaha debitur kurang baik atau karena musibah.

  Ada juga karena debitur dengan sengaja melakukan kesalahan seperti menunda-nunda pembayaran dan menggunakan dana tidak sesuai dengan perjanjian tapi hal itu presentasinya sangat kecil. Faktor lain penghambat pelaksanaan pengawasan dan pembinaan pembiayaan bermasalah adalah

  account officer yang kurang pengalaman atau kurang memahami tentang

  Penelitian tentang ”Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan Murabahah di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta” telah dilakukan oleh Inayah pada tahun 2009. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa dalam penanganan terhadap nasabah yang pembiayaannya bermasalah, BMT BIF menggunakan cara-cara yang lebih bersifat kekeluargaan, seperti: melakukan silaturrahim, pembinaan, rescheduling, memberi peringatan, kemudian sita jaminan. Untuk sita jaminan, BMT BIF belum pernah menerapkannya kepada nasabah yang sudah bermasalah, sekalipun nasabah tersebut sudah macet pembiayaannya.

  Penelitian tentang “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Penerapan Denda pada Pembiayaan Bermasalah di KSU BMT Multazam Yogyakarta” telah dilakukan oleh Taslimah pada tahun 2008. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa penerapan denda harus didasarkan pada prinsip adanya kesepakatan dan tidak memberatkan bagi anggotanya. Hal itu diperkuat dengan teks-teks al-Qur'an dan as-Sunnah, yaitu pihak BMT dalam hal ini memberi kelonggaran dalam menangani pembiayaan bermasalah karena adanya halangan dalam usaha. Sanksi denda atas pembiayaan bermasalah karena adanya halangan dalam usaha, berdasarkan fatwa MUI dapat/boleh dilakukan oleh pihak KSU BMT Multazam yaitu bagi orang yang mampu tetapi menunda-nunda pembayaran. Begitu juga dalam menggunakan dana hasil denda lebih diprioritaskan untuk kepentingan umum dan pelaksanaan akadnya sesuai dengan hukum Islam.

  Penelitian tentang “Upaya Penyelesaian Hukum terhadap Pinjaman Bermasalah di Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha Satya Dharma Denpasar

  ” telah dilakukan oleh Kusuma pada tahun 2014. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu faktor yang menyebabkan terjadinya pinjaman bermasalah di unit simpan pinjam Koperasi Serba Usaha Satya Dharma adalah dapat dilihat dari dua faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal sebagai penyebab terjadinya pinjaman bermasalah tersebut berupa kelemahan di dalam kebijakan pencarian pinjaman, sedangkan faktor eksternal sebagai penyebab terjadinya pinjaman bermasalah tersebut dapat berupa terjadinya bencana alam dan terjadinya perang. Upaya dan penyelesaian hukum terhadap pinjaman bermasalah di unit simpan pinjam Koperasi Serba Usaha Satya Dharma dengan debitur diselesaikan melalui jalur nonditigasi. Cara penyelesaian pinjaman bermasalah adalah dengan melakukan beberapa tindakan yaitu tindakan preventive dan tindakan repressive.

  Penelitian tentang “Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada Lembaga Keuangan Syariah (Studi Pada KJKS Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Mandiri Sejahtera Karangcangkring Gresik Jawa timur Periode 2011-

  2013)” telah dilakukan oleh Listanti dkk. dalam Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 1 No. 1 Januari 2015 Universitas Brawijaya.

  Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah tidak hanya datang dari nasabah melainkan pihak internal yang kurang teliti dalam analisa awal dan survei sebelum pemberian

  Upaya yang dilakukan dalam menangani pembiayaan bermasalah adalah dengan teguran, rescheduling dan restructuring dan pihak BMT tidak pernah melakukan sita jaminan karena benar-benar menerapkan syariah dan tindakan manusiawi meski dinilai kurang efisien.

  Berdasarkan telaah pustaka di atas dan sejauh pengetahuan penulis, belum ada yang membahas secara mendalam tentang strategi mengatasi pembiayaan bermasalah di BMT Atina Banyubiru.

F. Sistematika Penulisan

  Supaya diperoleh gambaran secara berurutan mengenai laporan penelitian yang akan disusun, maka penulis menyajikan sistematika penulisan.

  Pada BAB Pertama yaitu pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, telaah pustaka, dan sistematika penulisan.

  Pada BAB Kedua yaitu berisi landasan teori tentang pembiayaan bermasalah.

  Pada BAB Ketiga yaitu laporan penelitian yang berisi tentang gambaran umum objek penelitian

  • –dalam hal ini yaitu BMT Atina Banyubiru –, dan informasi lainnya yang dianggap perlu.

  Pada BAB Keempat yaitu analisis yang membahas tentang strategi mengatasi pembiayaan bermasalah di BMT Atina.

  Pada BAB Kelima atau terakhir yaitu berisi tentang kesimpulan dan

  

BAB II

LANDASAN TEORI A. Konsep Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaaan Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 Pasal 1 ayat 12 yaitu penyediaan uang atau tagihan

  yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu yang tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

  Menurut Ahmad Sumiyanto (2008:165), pembiayaan adalah aktivitas menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota pengguna dana, memilih jenis usaha yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif, menguntungkan, dan dikelola oleh anggota yang jujur dan bertanggung jawab.

  Secara teknis bank memberikan pendanaan atau pembiayaan untuk mendukung investasi atau berjalannya suatu usaha yang telah direncanakan antara kedua belah pihak dengan kesepakatan bagi hasil di dalamnya. Pada bank konvensional kegiatan pembiayaan dikenal dengan istilah kredit. Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2000:92).

  Pada dasarnya konsep kredit pada bank konvensional dan pembiayaan pada bank syariah tidak jauh berbeda, yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan bank konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi bank syariah berupa imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2001:73).

2. Unsur-Unsur dalam Pembiayaan

  Setiap pemberian pembiayaan sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam mengandung beberapa arti. Jadi jika kita bicara pembiayaan maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Menurut Zainuddin Ali (2008:46), unsur-unsur dalam pembiayaan yakni sebagai berikut: a.

  Kepercayaan Kepercayaan yang dimaksud dalm hal ini yaitu kepercayaan yang diberikan kepada debitur baik dalam bentuk uang, jasa maupun barang akan benar-benar dapat diterima kembali oleh bank dalam b.

  Kesepakatan Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban.

  Kesepakatan penyaluran pembiayaan dituangkan dalam akad pembiayaan yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak, yaitu bank dengan nasabah.

  c.

  Jangka waktu Setiap pembiayaan yang diberikan mempunyai jangka waktu masing-masing sesuai dengan kesepakatan. Jangka waktu ini mencakup waktu pengambilan pembiayaan yang telah disepakati. Dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak memiliki jangka waktu.

  d.

  Risiko Dalam memberikan pembiayaan kepada perusahaan, bank tidak selamanya mendapatkan keuntungan, bank juga bisa mendapat risiko kerugian. Seperti ketika terjadinya Side Streaming, lalai dan kesalahan yang disengaja, maupun penyembunyian keuntungan oleh nasabah. Suatu risiko ini muncul karena ada tenggang waktu pengembalian. Semakin lama jangka waktu pembiayaan maka semakin besar risiko tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. e.

  Balas jasa Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa yang lebih dikenal dengan istilah bagi hasil pada lembaga keuangan syariah. Balas jasa dalam bentuk bagi hasil dan biaya administrasi ini merupakan keuntungan bank.

3. Jenis-Jenis Pembiayaan a.

  Pembiayaan Mudharabah Pengertian pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan antara bank dengan nasabah dimana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha kegiatan tertentu dari nasabah. Nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan bank (Sumitro, 1997:86). Bank mempunyai hak untuk mengajukan usul dan melakukan pengawasan atas penyediaan dana, dari pembiayaan tersebut bank mendapat imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas dasar persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh bank, kecuali kerugian akibat kelalaian nasabah.

  b.

  Pembiayaan Murabahah

  Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatukan

  harga perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli (bank dan nasabah) (Karim, 2003:161).

  Pembiayaan murabahah yaitu suatu perjanjian dimana bank membiayai barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran ditangguhkan.

  c.

  Pembiayaan Musyarakah

  Musyarakah atau syirkah yaitu suatu perjanjian usaha antara

  dua atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan atau menggugurkan haknya dalam proyek. Keuntungan dari hasil usaha bersama dapat dibagikan menurut proporsi penyertaan modal masing-masing sesuai dengan kesepakatan bersama.

  d.

  Pembiayaan Istishna Pembiayaan istishna merupakan pembiayaan atas dasar pesanan, yang merupakan salah satu skema pembiayaan bank syariah yang digunakan untuk kasus dimana obyek atau barang yang diperjualbelikan belum ada. Kasus ini sering kali ditemui pada proses pembangunan rumah atau gedung, usaha konfeksi dan lain- lain (Zulkifli, 2003:73).

  e.

  Pembiayaan Salam Pembelian dengan pembayaran dimuka atas hasil produksi dengan kriteria tertentu dari pemohon kredit (nasabah 1) dan dijual kembali ke pihak lain (nasabah 2) yang membutuhkan barang

  Sebelum membeli hasil pertanian dari nasabah pertama, bank terlebih dahulu telah menawarkan kepada nasabah kedua untuk membeli hasil pertanian dari nasabah pertama dalam ketetapan harga pembelian dan penjualan yang disepakati bersama antara nasabah pertama dengan nasabah kedua (Zulkifli, 2003:73).

  f.

  Pembiayaan Ijarah

  Ijarah adalah penjualan manfaat yaitu pemindahan hak guna

  (manfaat) suatu barang/jasa dalam jangka waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah. Ijarah dilakukan tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari seseorang yang menyewakan kepada si penyewa (Ascarya, 2007:99).

  g.

  Pembiayaan Rahn Pengertian gadai (rahn) secara bahasa adalah tetap, kekal, dan jaminan, sedangkan dalam istilah adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak dan dapat diambil kembali sejumlah harta dimaksud sesudah ditebus (Ali, 2008).

4. Prosedur Pengajuan Pembiayaan

  Menurut Kasmir (2012:101), secara umum dapat dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut : a.

  Pengajuan berkas-berkas Pemohon kredit mengajukan permohonan yang dituangkan

  Pengajuan proposal kredit berisi antaralain sebagai berikut: 1)

  Latar belakang perusahaan Latar belakang ini berisi seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta. 2)

  Maksud dan tujuan Pembiayaan yang diajukan apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi, atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya. 3)

  Besarnya kredit dan jangka waktu Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya dapat kita lihat dari cash flow serta laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) tiga tahun terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak diberikan kepada si pemohon.

  4) Cara pemohon mengembalikan kredit

  Penjelasan secara rinci cara nasabah dalam mengembalikan

  5) Jaminan kredit

  Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu, dan sebagainya. Biasanya jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.

  b.

  Penyelidikan berkas pinjaman Tujuan penyelidikan berkas ini adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup, maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan.

  c.

  Wawancara I Tahap wawancara pertama ini dilakukan dengan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang bank inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.

  d.

  On The Spot

  On the spot merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan

  dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau

  Hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I. Pada saat hendak melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah, sehingga apa yang dilihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

  e.

  Wawancara II Wawancara kedua ini mencakup kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran. Analisis permohonan kredit adalah untuk menganalisa semua faktor resiko yang berkaitan dengan permohonan kredit dan untuk menilai sejauh mana hal tersebut beralasan/layak dibiayai, memiliki keabsahan hukum dan sesuai dengan praktek perbankan yang sehat.

  f.

  Keputusan kredit Keputusan kredit adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak. Jika diterima, maka kemudian dipersiapkan administrasinya yang mencakup jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit, dan biaya. Apabila ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasan penolakannya. g.

  Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit.

  Sebelum kredit dicairkan, calon nasabah menandatangani akad kredit dan kemudian mengikat jaminan dengan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dapat dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung atau melalui notaris.

  h.

  Realisasi kredit Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. i.

  Penyaluran atau penarikan dana Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap.

5. Jaminan dalam Pembiayaan Perbankan

  Sesuai dengan fatwa DSN MUI No. 7 tentang jaminan, bahwa: “jaminan hanya dapat dicairkan apabila nasabah melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, dan menyalahi perjanjian” (Amalia dkk, 2007:29).

  Hal ini berarti bahwa jaminan dalam perbankan syariah hanya dijadikan sebagai alternatif terakhir setelah terbukti bahwa usaha nasabah dianggap gagal dan tidak bisa ditolong, sehingga jaminan menjadi alternatif terakhir bank untuk mendapatkan pengembalian modal yang telah