HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR, KESTABILAN EMOSI DAN KECEMASAN SOSIAL PADA REMAJA DI SMAN 20 SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS

TIDUR, KESTABILAN EMOSI DAN KECEMASAN SOSIAL PADA

REMAJA DI SMAN 20 SURABAYA

  PENELITIAN CROSS SECTIONAL Oleh:

  Resti Punkasaningtiyas 131311133123

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2017

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS

TIDUR, KESTABILAN EMOSI DAN KECEMASAN SOSIAL PADA

REMAJA DI SMAN 20 SURABAYA

  PENELITIAN CROSS SECTIONAL Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) padaProgram Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

  Oleh: Resti Punkasaningtiyas

  131311133123

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2017

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURAT PERNYATAAN

  ii

  Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

  Surabaya, 02 Agustus 2017 Yang Menyatakan

  Resti Punkasaningtiyas NIM. 131311133123

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGANAKADEMIS

  Sebagai sivitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Resti Punkasaningtiyas NIM : 131311133123 Program Studi : S1 Pendidikan Ners Fakultas : Keperawatan Jenis Karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengembangan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

  Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur, Kestabilan

Emosi dan Kecemasan Sosial pada Remaja di SMA Negeri 20 Surabaya”

  beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia (format), mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Surabaya, 02 Agustus 2017 Yang Menyatakan

  Resti Punkasaningtiyas NIM. 131311133123 iii

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  iv

  

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS

TIDUR, KESTABILAN EMOSI DAN KECEMASAN SOSIAL PADA

REMAJA DI SMAN 20 SURABAYA

  Oleh: Resti Punkasaningtiyas

  131311133123 SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

  TANGGAL 10 Agustus 2017 Oleh

  Pembimbing I (ketua) Dr. Tintin Sukartini, S.Kp., M.Kes

  NIP. 197212172000032001 Pembimbing II

  Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep., Ns., M.Kep NIP. 198601252016113201

  Mengetahui a.n Dekan

  Wakil Dekan I Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes

  NIP. 1968082919890

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS

TIDUR, KESTABILAN EMOSI DAN KECEMASAN SOSIAL PADA

REMAJA DI SMAN 20 SURABAYA

  Oleh: Resti Punkasaningtiyas

  131311133123 Telah diuji

  Pada tanggal 14 Agustus 2017 PANITIA PENGUJI

  Ketua : Dr. Ah. Yusuf S.Kp., M.Kes ……………………....

  NIP. 196701012000031002 Anggota : 1. Dr. Tintin Sukartini, S.Kp.,M.Kes

  ……………………… NIP. 197212172000032001

  2. Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep., Ns., M.Kep ……………………… NIP. 198601252016113201

  Mengetahui a.n Dekan

  Wakil Dekan I Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes

  NIP. 196808291989031002 v

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  vi

  

MOTTO

  “Ketika kamu berpikir kamu bisa, maka kamu benar. Begitu pula saat kamu

  

berpikir kamu tidak bisa, kamu juga benar”

“Happiness keeps you sweet, trials keep you strong, sorrows keeps you

humble and courage keeps you going”

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMAKASIH

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

  “HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA

SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR, KESTABILAN EMOSI DAN

KECEMASAN SOSIAL PADA REMAJA DI SMAN 20 SURABAYA”.

  Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Untuk itu perkenankan kami mengucap rasa hormat dan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :

  1. ALLAH SWT, Tuhan Maha Segalanya yang telah memberi nikmat dan berkah yang luar biasa.

  2. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik di Fakultas Keperawatan.

  3. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan yang telah memberi motivasi dan dukungan kepada mahasiswa untuk selalu kuat dan semangat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan.

  4. Dr. Tintin Sukartini, S.Kp., M.Kes dan Ibu Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar dan selalu memberi motivasi dalam membimbing mahasiswa.

  5. Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes selaku dosen penguji yang sangat sabar, memotivasi dan memudahkan peneliti dalam proses ujian skripsi.

  6. Wakil Kepala SMAN 20 Surabaya yang memberi kesempatan dan kemudahan dalam proses penelitian.

  7. Ayah dan Ibu, selaku motivator terbaik yang selalu memberi semangat, motivasi, kekuatan dan pembelajaran hidup setiap hari.

  8. Kakak-kakak dan sepupu rasa bestfriend-ku, Nawang, yang ku sayangi dan yang senantiasa memberi kekuatan dan semangat. vii

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  9. Untuk orang-orang spesial sahabat saya penghuni kos Mojoklanggru62H Stefani Amanda Rosi yang selalu sabar, selalu membantu dan selalu ada di saat senang dan susah, Nurwinda Ramadhani yang selalu sabar dan tidak lelah memberi dukungan, Siti Aliyah yang sangat mendukung, menebarkan keceriaan dan memberi motivasi, Achidah Nur Syahdana sosok yang sangat keibuan yang selalu membimbingku, Fanda, Kiki, Fisa, Rizqia yang selalu kompak dan sangat peduli.

  10. Sahabat dari Semester 1 yang hobi traveling, ceria dan sangat memotivasi yaitu Yusika Iskandar, Medho dan Adam.

  11. Teman dekat sejak semester awal yaitu Lyntar, Dewi Rosyida yang selalu mengajarkan kebaikan.

  12. Keluarga baru yang dipertemukan saat KKN yaitu Fira, Rori, Bebek, Anggi, Hera, Pinka, Fajar, Aryo, Chandra dan Mas Sukir yang sangat perhatian, solid dan selalu memotivasi.

  13. Sahabat-sahabatku dari SD hingga sekarang yang selalu berusaha untuk tetap solid yaitu Ekky, Tomi, Desi, Aceng dan Galuh

  14. Pasukan Anak Bu Tintin yaitu Sri Kurnia, Enis, Pepi, Rizqia dan Azis yang selalu saling mengingatkan, saling memotivasi dan saling membantu.

  15. Keluarga baru saat ospek sampai sekarang yaitu Aida, Yunita, Lisa dan Nina yang selalu memberi semangat.

  16. Responden yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk berpartisipasi dalam penelitian

  17. Seluruh teman-teman A13 FKp UA yang selalu kompak. viii

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ABSTRACT

CORRELATION OF SOCIAL MEDIA USE WITH SLEEP QUALITY,

EMOTION STABILITY AND SOCIAL ANXIETY FOR ADOLESCENCE

  

IN SENIOR HIGH SCHOOL 20 SURABAYA

By : Resti Punkasaningtiyas

Introduction: In this globalization era, teenagers spend time on social media

  online, also at night before go to bed, where this habit will interfere with sleep and cause bad sleep quality. Social media content makes its users free to access and view anything without limits, including content that can change the mood of feelings and this will affect emotional stability. Teenagers who are inseparable from social media make them less and lazy to interact socially, if this happens constantly can cause social anxiety. This study aims to analyze the relationship between the use of social media with sleep quality, emotion stability and social anxiety in adolescents in SMAN 20 Surabaya. Methods :This study uses cross sectional description correlation. The population consists of 340 students. Sampling technique used is random sampling technique so that obtained sample 178 students. Instruments used are Social Media use questionnaires, PSQI, emotion stability and SAS-A. Results :The results will be analyzed using chi square test (α = 0,05). The results show that between social media with sleep quality and anxiety there is a correlation, with the same p that is each p = 0.000, social media with emotional stability with p = 0,015. The higher of social media use will be the worse the quality of sleep, the lower the emotion stability and the higher social anxiety.

  Keywords : social media, sleep, emotion, anxiety

  ix

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   x

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   xi

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  5.3 Keterbatasan .........................................................................................68

  

  

  

  

  xii

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .........................................................................39Gambar 4.1 Kerangka Operasional ........................................................................50

  xiii

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ciri-ciri Kecemasan Sosial.....................................................................21Tabel 2.2 Keaslian Penelitian .................................................................................36Tabel 4.1 Definisi Operasional ..............................................................................43Tabel 4.2 Pengkodean Penggunaan Media Sosial..................................................48Tabel 4.3 Pengkodean kualitas tidur ......................................................................48Tabel 4.4 Pengkodean kestabilan emosi ................................................................48Tabel 4.5 Pengkodean kecemasan sosial ...............................................................48Tabel 4.6 Interpretasi Cronbach alpha ..................................................................49Tabel 5.1 Karakteristik demografi responden ........................................................54Tabel 5.2 Penggunaan media sosial pada remaja di SMAN 20 Surabaya .............54Tabel 5.3 Kualitas tidur remaja di SMAN 20 Surabaya ........................................56Tabel 5.4 Kestabilan emosi pada remaja di SMAN 20 Surabaya ..........................57Tabel 5.5 Kecemasan sosial pada remaja di SMAN 20 Surabaya .........................57Tabel 5.6 Hubungan penggunaan media sosial dengan kualitas tidur ...................57Tabel 5.7 Hubungan penggunaan media sosial dengan kestabilan emosi .............58Tabel 5.8 Hubungan penggunaan media sosial dengan kecemasan sosial .............58

  xiv

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

DAFTAR LAMPIRAN

   xv

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR SINGKATAN

  xvi

  APA : American Psychiatric Association BSR : Bulbar Synchronizing Regional FNE : Fear of Negative Evaluation HSA : High Social Anxiety KEMKOMINFO : Kementerian Komunikasi dan Informatika Lansia : Lanjut Usia NREM : Nonrapid Eye Movement Medsos : Media Sosial Poltekkes Depkes : Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Ponsel : Telepon Seluler PSQI : The Pittsburgh Sleep Quality Index RAS : Reticular Activating System REM : Rapid Eye Movement SAD-G : Social Avoidance and Distress-General SAD-N : Social Avoidance and Distress-New SMD : Social Media Disorder UNICEF :

  

United Nations Children’s Fund

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Indonesia adalah salah satu negara yang terlibat dalam kemajuan teknologi dan informasi. Teknologi informasi seolah-olah telah menguasai manusia, dengan kata lain manusia bergantung pada teknologi informasi. Internet menjadi sorotan utama dalam teknologi informasi. Masyarakat mendapat informasi maupun bertukar informasi menjadi semakin mudah. Hal yang paling fenomenal berkaitan dengan internet saat ini adalah media sosial. Media sosial dapat diartikan dengan sebuah media online melalui aplikasi berbasis internet. Merebaknya situs media sosial membuat orang dari berbagai belahan dunia mudah untuk berinteraksi, bertukar gambar, mengirim suara, memberi informasi. Pengguna media sosial kini telah menguasai berbagai kalangan. Mulai dari remaja, dewasa, orangtua bahkan anak-anak sudah tidak asing dengan media sosial (R.sudiyatmoko 2015).

  Usia remaja merupakan masa pencarian dan pengukuhan jati diri sebelum menginjak usia dewasa. Media sosial memberikan dampak positif dan negatif bagi penggunanya (Khairuni 2016). Hal-hal yang berdampak negatif cenderung dialami remaja, karena ketidakmatangan seorang remaja dalam mengenali identitas diri maupun lingkungannya, mengingat masa remaja adalah masa meningkatnya kerentanan harga diri rendah dan timbulnya depresi (McLaughlin & King 2015 dalam Woods & Scott 2016). Remaja dapat dikatakan memasuki tahap ketergantungan media sosial, terbukti mereka menghabiskan 54% waktunya

  1

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA untuk online menggunakan media sosial (Thompson & Lougheed2012 dalam Woods & Scott 2016). Penggunaan media sosial yang berlebihan berpengaruh pada beberapa aspek yaitu aspek fisik dan aspek psikologis. Salah satu aspek fisik yaitu tidur (Espinoza,2011; Farahani, Kazemi, Aghamohamadi, Bakhtiarvand,& Ansari, 2011; Pantic et al. 2012 dalam Woods & Scott 2016). Tidur adalah kebutuhan dasar manusia yang harus diperhatikan dalam pemenuhannya. Jika kebutuhan tidur remaja memiliki kualitas yang buruk, maka akan memberi pengaruh terhadap lainnya (Potter & Perry 2006 dalam Hidayat & Mustikasari 2014).

  Remaja yang menggunakan media secara berlebihan bahkan sampai mengorbankan waktu tidur malamnya dapat mempengaruhi aspek psikologis, salah satunya kestabilan emosi. Pada penelitian sebelumnya didapatkan hasil negatif antara durasi penggunaan media sosial dengan kestabilan emosi remaja, namun hasil analisis tersebut tidak berlaku untuk semua remaja karena peneliti tidak menyebar salah satu data variabel secara normal (Setyawan 2016).

  Kecemasan juga dapat dialami remaja akibat dari media sosial ini, namun bisa juga kecemasan muncul atas kontribusi dari kualitas tidur yang buruk (Alfano et al., 2009; Fredriksen et al., 2004 dalam Woods & Scott 2016).

  Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (dalam Istikomariah 2016), pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 63 juta pelanggan. Kenaikan terjadi pada tahun 2014 mencapai 82 juta pengguna, 30 juta diantaranya merupakan anak-anak dan remaja, dicatat oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bekerja sama dengan UNICEF (dalam Gatot Dewa Broto 2014 dalam Istikomariah 2016). Dikutip dari We Are Sosial(dalam SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA … RESTI P.

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3 Dwiyanty 2016), sebanyak 72 juta penduduk Indonesia aktif menggunakan akun media sosial, dimana meningkat 16% dari tahun 2014, menjadi 83,52 juta pengguna.

  Remaja banyak menghabiskan waktu untuk online media sosial, termasuk pada malam hari. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan mengganggu proses tidur, sehingga kualitas tidurmenjadi buruk, sebagaimana seharusnya tidur dengan nyaman tanpa beban pikiran. Pada faktanya, saat akan memulai tidur, mereka tetap menghiraukan pemberitahuan dari ponsel/smartphone ataupun masih berkutat dengan media sosial dalam waktu yang lama (Lenhart, Ling, Campbell, & Purcell 2010 dalam Woods & Scott 2016). Kualitas tidur yang buruk akan mengakibatkan berbagai gangguan keseimbangan fisiologis seperti penurunan aktivitas sehari-hari, merasa lelah, lemah, kondisi neuromuskular yang buruk, daya tahan tubuh menurun. Perkembangan psikologi juga sangat dipengaruhi oleh kualitas tidur , yaitu berupa emosi yang tidak stabil, kecemasan atau ansietas pada remaja, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan koping tidak efektif (Briones,Te alk.,1996/2005; Craven & Himle, 2000; Lumbantobing, 2004; Pemi, 2009 dalam Hidayat & Mustikasari 2014).

  Remaja yang aktif di dunia maya (media sosial) akan merasa tidak tenang dan belum puas jika dalam rentang beberapa jam mereka tidak membuka akun media sosial dan tidak mendapatkan notifikasi, walaupun hanya melihat unggahan- unggahan terbaru dari akun teman-temannya, kejadian ini merupakan kecemasan bagi remaja. Data yang diperoleh dari Groupon, 39% orang Indonesia mengalami kecemasan sosial berlebih melewatkan momen-momen tertentu dalam kehidupan sosial mereka (Parisa & Leonardi 2014). Individu dengan kecemasan sosial SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA … RESTI P.

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA menggunakan internet khususnya media sosial untuk mengobati kesendirian dan pengganti hubungan tatap muka yang tidak diperolehnya dalam kehidupan sehari- hari karena takut melakukan kontak langsung dengan orang lain dan lebih memilih komunikasi online (Soliha 2015). Konten dari media sosial yang sangat luas tanpa batas membuat penggunanya dengan sangat bebas mengakses dan melihat apapun, termasuk yang mengandung unsur yang memicu perubahan suasana perasaan. Ketika stimulus emosional didapatkan oleh individu dengan intensitas yang tinggi, maka individu tersebut akan mengalami perubahan suasana perasaan sehingga berdampak pada perubahan kestabilan emosi (Locke 2001 dalam Setyawan 2016).

  Tidak sedikit remaja yang tidak memperhatikan kesehatannya dalam hal menjaga kualitas tidur, bahkan mereka kurang paham akan hal ini. Emosi yang tidak adekuat dan kecemasan yang mereka alami, membuat peneliti ingin mendalami fenomena ketergantungan remaja pada media sosial. Perawat sebagai educator memiliki hak untuk memberi pengetahuan maupun memberi health

education yang seharusnya remaja lakukan sesuai dengan usia mereka.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan penggunaan media sosial dengan kualitas tidur, kestabilan emosi dan kecemasan pada remaja.

1.2 Rumusan Masalah

  Apakah ada hubungan antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur, kestabilan emosi dan kecemasan sosial pada remaja di SMAN 20 Surabaya? SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA … RESTI P.

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.3 Tujuan

  1.3.1 Tujuan umum

  Menganalisis hubungan antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur, kestabilan emosi dan kecemasan sosial pada remaja di SMAN 20 Surabaya.

  1.3.2 Tujuan khusus

  1. Menganalisis hubungan penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada remaja di SMAN 20 Surabaya.

  2. Menganalisis hubungan penggunaan media sosial dengan kestabilan emosi pada remaja di SMAN 20 Surabaya.

  3. Menganalisis hubungan penggunaan media sosial dengan kecemasan sosial pada remaja di SMAN 20 Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Manfaat teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pengembangan dalam ilmu keperawatan untuk permasalahan kesehatan remaja terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan tidur, kestabilan emosi dan kecemasan sosialyang dialami akibat ketergantungan media sosial.

  1.4.2 Manfaat praktis

  Memberikan informasi kepada remaja tentang hubungan antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur, kestabilan emosi dan kecemasan sosial pada remaja agar mampu mengontrol diri sendiri demi kesehatan di masa depan.

  SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA … RESTI P.

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tidur

  2.1.1 Definisi Tidur

  McCance dan Huether (2006) mendefinisikan tidur sebagai bagian dari perbaikan dan penyembuhan (dalam Potter & Perry 2010). Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan atau bahkan tidak ada sama sekali dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang memadai. Individu dikatakan dapat tidur apabila pada keadaan: aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Individu yang dapat melakukan tidur dengan kualitas dan kuantitas yang baik, tenaga akan kembali menjadi lebih maksimal. Tidur mampu menjaga kestabilan mental emosional, fisiologis dan kesehatan (Riyadi & Widuri 2015).

  2.1.2 Fisiologi Tidur

  Individu yang tidur, sistem saraf pusatnya tetap aktif dalam sinkronisasi terhadap neuron-neuron substansia retikularis dari batang otak, untuk itu tidur bukan merupakan deaktifasi dari sistem saraf pusat. Tingkat kesadaran pada setiap organ tubuh berbeda. Hidung memiliki penurunan kesadaran paling dalam selama tidur dibandingkan indra pendengaran dan rasa sakit (Riyadi & Widuri 2015).

  6

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Potter & Perry (2010) menjelaskan peran irama sirkadian sangat mempengaruhi kepuasan terhadap kualitas tidur setiap individu. Individu mengalami irama siklus sebagai kehidupannya setiap hari. Irama yang paling dikenal adalah siklus 24 jam, siang-malam lebih dikenal dengan irama diurnal atau sirkadian. Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi, prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan sensorik dan suasana hati sangat bergantung pada pemeliharaan siklus 24 jam. Irama sirkadian, termasuk siklus tidur-bangun harian dipengaruhi oleh cahaya dan suhu serta faktor-faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan. Jika siklus tidur-bangun seseorang berubah secara bermakna, akan menghasilkan kualitas tidur yang buruk. Sebaliknya, dalam siklus tidur-bangun seperti tertidur pada siang hari (atau sebaliknya untuk orang yang kerja malam hari) dapat menunjukkan penyakit yang serius. Beberapa gejala dari siklus tidur terganggu antara lain kecemasan, kurang istirahat, mudah tersinggung, gangguan penilaian, penurunan nafsu makan dan berkurangnya berat badan.

2.1.3 Pengaturan Tidur

  Tidur melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin kardiovaskular, respirasi dan muskuloskeletal (Robinson 1993 dalam Widuri 2010). Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan keadaan. RAS memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, sensori raba dan juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi, proses pikir).

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepinephrine (Izac 2006 dalam Potter & Perry 2010). Ketika tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar synchronizing

  

regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan

  impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya dan system limbiks seperti emosi. Individu yang mencoba tidur, menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006 dalam Widuri 2010).

2.1.4 Tahapan Tidur

  Potter & Perry (2010) menjelaskan, normalnya tidur dibagi menjadi 2 yaitu nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). NREM terbagi menjadi 4 tahap dan memerlukan kurang lebih 90 menit selama siklus tidur. REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur terakhir.

  1. Tahapan tidur NREM

  a) NREM I  Tingkat transisi  Merespons cahaya  Berlangsung beberapa menit  Mudah terbangun dengan rangsangan  Aktivitas fisik, tanda vital dan metabolisme menurun  Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

  b) NREM II

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA  Periode suatu tidur  Mulai relaksasi otot  Berlangsung 10-20 menit  Fungsi tubuh lambat  Dapat dibangunkan dengan mudah.

  c) NREM III  Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak  Sulit dibangunkan  Relaksasi otot menyeluruh  Tekanan darah menurun  Berlangsung 15-30 menit.

  d) NREM IV  Tidur nyenyak  Sulit dibangunkan, perlu stimulus intensif  Restorasi dan istirahat, tonus otot menurun  Sekresi lambung menurun  Gerak bola mata cepat

  2. Tahapan tidur REM

  a) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan REM

  b) Pada orang dewasa normalnya 20-25% dari tidur malamnya

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  c) Jika individu terbangun pada tidur REM, biasanya terjadi mimpi

  d) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.

2.1.5 Waktu dan Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Perkembangan

  Kebutuhan tidur, durasi dan kualitas tidur pada setiap individu dari semua kelompok usia sangat beragam (Riyadi & Widuri 2015).

  a) Neonatus Kebutuhan tidur neonates rata-rata 14-18 jam. Pada masa ini tidurnya banyak dilewatkan pada tahap III dan IV NREM, setiap siklus 45-60 menit, 50% NREM, pernapasan teratur, gerak tubuh sedikit.

  b) Bayi Bayi membutuhkan tidur 12-14 jam sehari. Sekitar 20-30% dari waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM. Bayi yang minum ASI biasanya tidur selama periode yang lebih pendek, dengan lebih sering terbangun, dibandingkan dengan yang minum menggunakan botol (Wong, 1995; Widuri & Riyadi, 2015).

  c) Toddler Total tidur rata-rata 10-12 jam sehari. Prosentase tidur REM menurun menjadi 25%. Pada masa toddler, anak tidak mau tidur pada malam hari karena kebutuhan untuk otonomi atau takut perpisahan.

  d) Prasekolah Usia anak prasekolah membutuhkan waktu tidur 11-12 jam. Tidur REM 20%.

  e) Sekolah

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Biasanya membutuhkan 9-12 jam sehari, tergantung tingkat aktivitas setiap anak. Memiliki tidur REM 20%.

  f) Remaja Usia remaja membutuhkan tidur 7,5-8,5 jam setiap hari. Tidur REM sekitar 20%. Meningkatnya kebutuhan tidur pada remaja membuat remaja sulit untuk bangun di pagi hari, hal ini mungkin menunjukkan adanya sindrom keterlambatan fase tidur yang terjadi karena adanya gangguan irama sirkadian (Harkreader, Hogan & Thobaben, 2007 dalam Agustin, 2012)

  g) Dewasa muda Pada dewasa muda membutuhkan tidur rata-rata 6-8,5 jam. Kurang lebih 20- 25% waktu tidur dihabiskan.

  h) Dewasa tengah Total waktu yang digunakan untuk tidur malam hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun. Tidur 7 jam sehari, 20% tidur REM. i) Lansia

  Kualitas tidur terlihat berubah pada kebanyakan lansia. Episode REM memendek. Terdapat penurunan progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4.

  Beberapa lansia hampir tidak pernah memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam, mereka juga lebih sering terbangun pada malam hari.

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Tidur

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur, baik dari kuantitas maupun kualitas (Riyadi & Widuri 2015).

  1. Status kesehatan

  a) Penyakit fisik

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penyakit fisik yang menyebabkan ketidaknyamanan fisik seperti nyeri, batuk, sesak napas, panas, jantung berdebar dan lainnya. Kondisi tersebut dapat juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa.

  b) Stress psikologis Masalah yang berhubungan dengan suasana hati yang dapat mengakibatkan individu mengalami kecemasan, depresi dan yang lain.

  2. Lingkungan Lingkungan yang dapat mengganggu tidur, antara lain ventilasi yang kurang baik, ukuran tempat tidur, tempat tidur yang keras, posisi tempat tidur, kebisingan/ribut, gaduh dan lain-lain.

  3. Diet Individu dengan kebiasaan makan yang baik dan sehat tidak akan mengalami gangguan dalam tidur. Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, kacang-kacangan, coklat, pisang, kurma dan ikan tuna menyebabkan seseorang mudah tidur. Minuman yang mengandung kafein dan alkohol akan mengganggu tidur.

  4. Obat-obatan Obat memiliki efek terapeutik dan efek samping. Diantara beberapa efek obat, ada yang dapat menyebabkan mudah mengantuk/tertidur dan ada pula yang sangat mengganggu tidur. Obat golongan amfetamin dapat menurunkan tidur REM.

  5. Gaya hidup Gaya hidup yang dimaksudkan adalah aktivitas fisik. Individu yang mengalami kelelahan akan memperoleh tidur yang mengistirahatkan, terutama

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA jika kelelahan tersebut dari aktivitas yang menyenangkan, sebaliknya, jika kelelahan dari aktivitas yang berlebihan atau disertai stress akan membuat sulit tidur.

  Potter & Perry (2010) mengemukakan, faktor yang mempengaruhi tidur antara lain:

  1. Obat dan substansi Beberapa obat memunculkan efek samping kantuk, insomnia ataupun kelelahan, seperti antidepresan dan stimulant, kafein, diuretic, beta-adrenergic

  blockers , benzodiazepine, narkotika, alcohol, antikonvulsan.

  2. Gaya hidup Seorang individu yang bekerja secara rotasi sering mengalami kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur.

  3. Pola tidur yang lazim Kantuk patologis terjadi ketika individu perlu atau ingin terjaga. Orang yang mengalami kurang tidur sementara sebagai hasil dari aktivitas malam yang aktif atau jadwal kerja yang diperpanjang, biasanya akan merasa ngantuk esok harinya. Kurang tidur yang kronis jauh lebih serius dari kurang tidur sementara dan menyebabkan perubahan serius pada kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari.

  4. Stres emosional Stress emosional menyebabkan individu menjadi tegang dan sering menyebabkan frustasi ketika tidak dapat tidur. Stress akan mempersulit proses tidur.

  5. Lingkungan

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lingkungan fisik mempengaruhi untuk memulai atau tetap tidur. Ventilasi yang baik penting untuk tidur nyenyak. Adanya teman tidur atau tidak, juga dapat mempengaruhi proses tidur individu. Keramaian, kebisingan mampu mempersulit tidur.

  6. Latihan dan kelelahan Kelelahan yang berlebihan dari pekerjaan yang melelahkan akan membuat sulit tidur terutama bagi anak-anak sekolah dasar dan remaja. Individu dapat tidur nyenyak jika ia mengalami kelelahan dari hasil kerja yang menyenangkan.

  7. Makanan dan asupan kalori Kebiasaan baik penting untuk menciptakan tidur yang baik. Beberapa alergi makanan menyebabkan insomnia.

2.1.7 Kualitas Tidur

  Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tetap tidur dan mendapatkan jumlah tidur NREM dan REM yang tepat. Tanda-tanda kualitas tidur yang baik yaitu tidur yang tenang, segar saat bangun di pagi hari dan semangat melakukan aktivitas (Craven & Hirnle 2000 dalam Agustin 2012).

  Penelitian yang diakukan Busyee et al. (dalam Agustin 2012) tentang pengukuran kualitas tidur dan pola tidur menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI membedakan antara tidur yang baik dan tidur yang buruk dengan pemeriksaan 7 komponen (Agustin 2012):

  1. Kualitas tidur Evaluasi kualitas tidur merupakan evaluasi singkat terhadap tidur seseorang tentang tidurnya yang baik atau buruk

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2. Latensi tidur Durasi dari berangkat tidur hingga tertidur. Individu dengan kualitas tidur yang baik membutuhkan waktu kurang dari 15 menit untuk memasuki tahap tidur selanjutnya secara lengkap.

  3. Durasi tidur Durasi tidur merupakan waktu individu tertidur sampai bangun di pagi hari tanpa terbangun tengah malam.

  4. Efisiensi kebiasaan tidur Efisiensi kebiasaan tidur merupakan rasio persentase antara jumlah total jam tidur dibagi dengan jumlah jam yang dihabiskan di tempat tidur. Efisiensi kebiasaan lebih dari 85% dapat dikatakan kualitas tidur baik.

  5. Gangguan tidur Kondisi terputusnya tidur, pola tidur

  • – bangun individu berubah polanya, hal ini menyebabkan penurunan kualitas tidur individu menjadi buruk

  6. Penggunaan obat Penggunaan obat sedatif mengindikasikan jika individu tersebut ada masalah tidur. Obat-obatan memiliki efek terganggunya kualitas tidur.

  7. Disfungsi di siang hari Individu yang kualitas tidurnya kurang baik akan menyebabkan mengantuk di siang hari sehingga membuat aktivitas di siang hari terganggu.

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2 Konsep Kestabilan Emosi

  2.2.1 Definisi Kestabilan Emosi

  Chaplin (2001) mengatakan, kestabilan emosi adalah terbebas dari kebimbangan suasana hati, memiliki kontrol emosi yang baik. Kestabilan emosi berarti kondisi yang benar-benar kokoh, tidak mudah tergoyahkan dan mampu menghadapi situasi apapun dalam kondisi emosi yang sama. Kestabilan emosi adalah tahapan yang harus dicapai oleh individu untuk lebih tenang dalam menghadapi masalah (Sharma 2006 dalam Widanti et al. n.d.).

  Kestabilan emosi bukan hanya salah satu penentu pola kepribadian yang efektif, namun juga membantu untuk mengontrol perkembangan remaja. Konsep emosi yang stabil di semua tingkatan adalah sebuah cerminan dari perkembangan emosi yang normal. Stabilitas emosi adalah satu dari beberapa indikator kesehatan mental. Jika remaja tidak memiliki kontrol emosi, akan menyebabkan kecemasan dan inferioritas perasaan (Kumar 2013).

  2.2.2 Karakteristik Kestabilan Emosi

  Karakteristik kestabilan emosi menurut Aleem (2005) antara lain:

  1. Mampu merespon situasi dengan baik

  2. Mampu menunda respon, terutama respon negatif

  3. Bebas dari rasa takut yang tidak beralasan dan mampu mengakui kesalahan tanpa merasa malu.

  Karakteristik kestabilan emosi yang baik menurut Setyawan (2016) adalah:

  1. Individu memiliki kepuasan hidup lebih tinggi

  2. Memiliki pandangan yang selalu positif

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3. Jauh dari emosi-emosi dan pikiran yang negatif

  4. Lebih tenang dalam menghadapi stress

  5. Tidak mempunyai rasa isi hati terhadap orang lain

  6. Berkepala dingin

2.2.3 Indikator Kestabilan Emosi

  Beberapa indikator kestabilan emosi menurut Chaturvedi & Chander (2012) adalah:

  1. Optimisme Individu dikatakan optimis adalah individu yang selalu semangat, ceria, tidak pernah putus asa jika banyak halangan untuk mendapatkan sesuatu. Mereka menjalani hidup dengan damai dan penuh harapan, kegigihan untuk mencapai harapannya tersebut. Individu yang optimis tidak memiliki rasa takut akan kegagalan.

  2. Empati Individu dengan empati akan merasakan apa yang orang lain rasakan. Individu memiliki kehangatan, kejujuran dan kepercayaan.

  3. Kemandirian Individu dikatakan memiliki kemandirian adalah mereka yang melakukan sesuatu dengan sendiri, berusaha untuk menyelesaikan masalah sendiri terlebih dahulu sebelum meminta bantuan orang lain. Berani untuk mengambil keputusan hidup sendiri dan menanggung apapun resiko.

  4. Ketenangan

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Individu yang memiliki ketenangan adalah mereka yang selalu tenang dalam menghadapi apapun. Tidak mudah tergoyahkan, tidak mudah terganggu, menolak ketakutan dan kecemasan. Berfikir jernih dan tetap fokus.

  5. Toleransi Individu dengan toleransi adalah yang memiliki sikap menghargai, lembut, tidak memiliki konfik personal dan tidak melakukan kekerasan kepada siapapun.

  2.2.4 Aspek Kestabilan Emosi

  Beberapa aspek kestabilan emosi menurut Schneider (1991) dalam (Widanti et al. n.d.) yaitu:

  1. Kontrol emosi yang meliputi pengaturan emosi dan perasaan sesuai dengan tuntutan lingkungan atau situasi dan standar dalam diri individu yang berhubungan dengan nilai-nilai, cita-cita dan prinsip.

  2. Bentuk respon emosi yang dipilih dan ditampilkan seseorang saat menghadapi situasi tertentu.

  3. Kematangan emosi, yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan reaksi emosi sesuai dengan tingkat perkembangannya yang diindikasikan dengan adanya kemampun untuk menyesuaikan diri terhadap stress, tidak mudah khawatir, tidak mudah cemas dan tidak mudah marah.

  2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Emosi

  Morgan & King (dalam Setyawan 2016) mengemukakan,beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi yaitu:

  1. Keadaan jasmani individu

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19 Kondisi kesehatan remaja yang baik akan memiliki kestabilan emosi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan remaja yang sakit.

  2. Pembawaan (kondisi dasar individu) Kondisi dasar remaja ini meliputi genetik, gender, kepribadian, usia, etnis dan keadaan sosial ekonomi.

  3. Suasana hati Berbagai stimulus emosi yang mempengaruhi suasana hati remaja, baik stimulus positif maupun negatif. Hal ini berkaitan dengan munculnya rangsangan dari luar yang memicu keadaan emosional remaja.

2.3 Konsep Kecemasan Sosial

2.3.1 Definisi Kecemasan Sosial

  Kecemasan sosial adalah merasa takut dengan situasi sosial dan saat berinteraksi dengan orang lain yang dapat secara otomatis membawa sadar diri, pertimbangan, evaluasi dan kritik. Sclenker dan Leary (dalam Anindia & Nurwianti 2014) mengungkapkan bahwa kecemasan sosial adalah

  

“anxiety resulting from the prospect or presence of interpersonal

evaluation in real or imagined social setting.”

  Individu dengan kecemasan akanketakutan dan cemas dihakimi dan dievaluasi oleh orang lain, merasa kurang, kebingungan dan dihina (Richards, 1996 dalam Parisa & Leonardi, 2014). Menurut American Psychiatric Association (2013) yang dikutip oleh Riskadina (2016), kecemasan sosial bisa disebut juga fobia sosial dimana individu merasa takut dan cenderung menghindari situasi sosial dan juga merasa takut akan dinilai negatif oleh orang lain di sekitarnya.

  • – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Kecemasan merupakan bentuk fobia yang lebih ringan yang takut terus- menerus terhadap kehadiran orang lain. Individu berusaha menghindari suatu situasi dimana ia mungkin dikritik orang lain (Semium 2006 dalam Parisa &Leonardi 2014). Kecemasan akan memicu pada penarikan sosial dan perilaku menghindar karena hilangnya kesempatan untuk bersosialisasi secara normal. Kecemasan sosial berkaitan dengan kecemasan komunikatif digambarkan sebagai perasaan takut atau khawatir berada pada situasi sosial. Individu dengan kecemasan sosial akan memiliki kepribadian dengan ciri-ciri seperti malu, gugup, diam dan tidak berinteraksi demi menghindari pandangan negatif dari orang lain (Gecer & Gumus 2010 dalam Soliha 2015). Mereka akan bergantung pada media komunikasi yang dapat dilakukan secara tulisan karena cemas ketika harus berbicara melalui telepon (Robbins 2013 dalam Soliha 2015).

2.3.2 Pola Respons dan Jenis Kecemasan