BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Minat - UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE COURSE REVIEW HORAY MENGGUNAKAN MEDIA POP UP DI KELAS V SD N KARANGKEMIRI - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Minat Minat dijelaskan oleh Slameto (2010.180) adalah

  : “suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh

  ”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu.

  Faktor yang mempengaruhi minat-minat baru akan terbentuk dengan cara menanamkan minat terhadap siswa untuk memiliki kesukaan terhadap ssesuatu yang ingin dipelajari. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai inndividu. Proses ini berarti menunjukan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuanya, memuaskan kebutuhan-kebutuhanya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akanmembawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk mempelajarinya.

a. Meningkatkan Minat Siswa

  Pada dasarnya siswa dapat memiliki motivasi yang tinggi dengan jalan menumbuhkan minat dalam diri siswa. Minat merupakan elemen penting yang harus ada dalam setiap diri siswa. Semakin besar minat yang dimiliki oleh siswa akan mempengaruhi semangat belajar siswa dan prestasi belajar siswa.

  Minat yang berasal dari dalam diri siswa sangat mendukung proses pembelajaran, minat yang ada dalam diri siswa tentunya berhubungan dengan pengajaran yang dilakukan oleh guru. Pengajaran yang dilakukan oleh guru harusnya dapat memberikan informasi yang mudah diterima oleh setiap siswa.

  Seperti halnya yang sudah disarankan oleh Tanner & Tanner dalam Slameto (2010:181) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Minat baru yang diinginkan dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaanya bagi siswa di masa yang akan datang. Rooijakkers dalam Slameto (2010:181) berpendapat

  : “selain menghubungkan bahan pengajaran yang lalu dengan bahan pengajaran yang akan diberikan kepada siswa, minat baru pada diri siswa dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa

  ”. Siswa, misalnya akan menaruh perhatian pada pelajaran tentang gaya berat, bila hal itu dikaitkan dengan peristiwa mendaratnya manusia pertama di bulan.

  Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai intensif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Intensif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau melakukanya atau yang tidak dilakukanya dengan baik. Diharapkan pemberian intensif akan membangkitkan motivasi siswa, dan mungkin minat terhadap bahan yang diajarkan akan muncul.

  Studi-studi eksperimental menunjukan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaanya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa-siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaanya yang buruk atau karena tidak adanya kemajuan. Menghukum siswa karena hasil kerjaanya yang buruk tidak terbukti efektif, bahkan hukuman yang terlalu kuat dan sering lebih menghambat belajar. Tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. Hendaknya pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan intensif, intensif apa pun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing- masing.

b. Macam-Macam dan Ciri Minat

  Rosyidah dalam Susanto menjelaskan (2013:60), timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

  “minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar ”. Pertama, minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah. Kedua, minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar individu, timbul seiring dengan proses perkembangan individu bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan atau adat. Minat yang muncul pada diri seseorang dibedakan menjadi dua menurut Gagne dalam Susanto (2013:60), yaitu minat spontan dan minat terpola. Minat spontan, yaitu minat yang timbul secara spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar.

  Adapun minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga sekolah maupun di luar sekolah. Dalam tulisan ini, tampaknya minat yang dimaksud cenderung mengarah pada pengertian minat terpola, sebagaimana yang dimaksud oleh gagne tadi.

  Mengingat minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu tidak terlepas dari pengaruh sistem pembelajaran yang diselenggarakan guru di sekolah. Minat bukan hanya terhadap ilmu pengetahuan di sekolah saja, namun minat yang sebenarnya adalah dapat diterapkan dalam minat di luar sekolah misalnya minat mengikuti kesenian, musik. Hobi juga berhubungan dengan minat yang dimiliki setiap orang, adanya hobi bermula dengan munculnya minat yang ada dalam diri seseorang, hobi didasarkan pada kesukaan terhadap subjek tertentu dan akhirnya dilakukan secara terus-menerus.

  Macam dan ciri minat yang dijelaskan oleh Kuder dalam Purwaningrum dalam Susanto (2013:61) menyebutkan bahwa ada beberapa macam dan ciri minat yang telah dikelompokan menjadi sepuluh macam, yaitu: 1)

  Minat terhadap alam sekitar, yaitu minat terhadap pekerjaan- pekerjaan yang berhubungan dengan alam, binatang, dan tumbuhan. Minat seperti ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang senang dengan traveling maupun penjelajah atau berpetualang

  2) Minat mekanis, yaitu minat terhadap pekerjaan yang bertalian dengan mesin-mesin atau alat mekanik. Minat seperti ini berarti minat yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki keahlian dibidang mesin-mesin, karena berawal dari senang mempelajari dan akhirnya dia dapat memiliki keahlian dibidang tersebut.

  3) Minat hitung menghitung, yaitu minat terhadap pekerjaan yang membutuhkan perhitungan. Minat seperti ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang senang dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada bidang matematika atau perhitungan, menurut dia pekerjaan yang memerlukan kecepatan dalam mengitung memiliki keseruan tersendiri.

  4) Minat terhadap ilmu pengetahuan, yaitu minat untuk menemukan fakta-fakta baru dan pemecahan problem. Minat seperti ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang senang untuk beragumentasi atau menyatakan pendapatnya kepada orang lain dan bersedia untuk menerima saran dari orang lain.

  5) Minat persuasive, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan untuk memengaruhi orang lain

  6) Minat seni, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan kesenian, kerajinan, dan kreasi tangan. Minat semacam ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang menyukai berbagai macam kesenian. Menghasilkan sesuatu yang dapat dinikmati keindahanya akan mendapatkan kepuasaan tersendiri baginya.

  7) Minat leterer, yaitu minat yang berhubungan dengan masalah- masalah membaca dan menulis berbagai karangan. Minat semacam ini biasanya dmiliki oleh seseorang yang gemar menulis, dia dapat menuangkan ide maupun gagasanya ke sebuah kertas.

  8) Minat musik, yaitu minat terhadap masalah-masalah musik, seperti menonton konser dan memainkan alat-alat musik.

  9) Minat layanan sosial, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan untuk membantu orang lain

  10) Minat klerikal, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan administratif.

  Kecenderungan siswa dalam memilih atau menekuni suatu mata pelajaran secara intensif dibanding dengan mata pelajaran lainnya pada dasarnya dipengaruhi oleh minat siswa yang bersangkutan. Proses pemilihan sampai diambilnya suatu keputusa oleh siswa untuk menekuni ini secara psikologis sangat ditentukan oleh minatnya terhadap mata pelajaran itu sendiri. Di samping itu, minat seseorang anak juga bayak dikontribusi oleh pola dan kebiasaan yang mereka alami bersama teman sebayanya. Artinya, bisa saja seorang anak berminat terhadap sesuatu yang sebelumnya tidak mereka minati, namun karena pengaruh teman sebayanya akhirnya berminat, karena dari kebiasaan itu si anak cenderung meniru, yang akhirnya menjadi kesenangan yang bersifat tetap yaitu minat.

  Sebagai contoh, jika minat siswa terhadap mata pelajaran IPS misalnya, pada dasarnya bayak yang memengaruhinya. Di antaranya jika materi IPS yang diberikan guru berhubungan langsung dengan gejala-gejala kehidupan sosial yang dapat diamati dan dirasakan oleh siswa secara langsung (meaningful). Selain itu, bisa saja minat siswa terhadap mata pelajaran IPS diduga juga dipengaruhi oleh status sosial ekonominya. Siswa yang status sosial ekonominya di atas rata- rata, memiliki kecenderungan berminat terhadap suatu objek atau pelajaran tertentu, disebabkan karena tersedianya fasilitas belajar yang dimilikinya cenderung lebih komperhensif.

  Namun tidak tertutup kemungkinan, justru terjadi sebaliknya, siswa yang memiliki status sosial ekonomi tinggi, misalnya membuat siswa merasa gengsi untuk memilih program ilmu-ilmu sosial di jenjang pendidikan selanjutnya. Ia malah berusaha untuk mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar dapat masuk ke jurusan eksakta di kemudian hari, walupun pada dasarnya mereka lebih berminat pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Terjadinya konstradiksi semacam ini tidak terlepas dari opini yang berkembang di kalangan masyarakat luas bahwa pelajaran ilmu alam dan matematika lebih bergengsi daripada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial

  (Social Education)

  Minat yag ada dalam diri siswa, akan hilang dengan sendirinya apabila guru tidak dapat memelihara minat siswa di sekolah. Seperti halnya yang sudah disebutkan oleh Nurkacana dalam Susanto (2013:67) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang harus dilakukan oleh guru dalam memelihara minat anak didiknya, yaitu: 1)

  Meningkatkan minat anak-anak; setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat siswanya. Karena minat merupakan komponen penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan, serta pembelajaran di ruang kelas pada khususnya. 2)

  Memelihara minat yang timbul; apabila anak-anak menujukan minat yang kecil, maka tugas guru untuk memelihara minat tersebut. 3)

  Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik; sekolah merupakan lembaga yang menyiapkan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat, maka sekolah harus mengembagkan aspek-aspek ideal agar anak-anak mejadi aggota masyarakat yang baik. 4)

  Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak- anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang sesuai baginya; minat merupakan bahan pertimbangan untuk mengetahu kesenangan anak, sehingga kecenderungan minat terhadap sesuatu yang baik perlu bimbingan lebih lanjut.

c. Indikator Minat Belajar

  Menurut Slameto ( 2010 : 180) beberapa indikator minat belajar yaitu : perasaan senang, ketertarikan, perhatian, dan keyakinan. Indikator minat belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Perasaan senang

  Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak ada rasa terpaksa untuk belajar.contohnya yaitu : senang mengikuti pembelajaran,tidak ada perasaan bosan dan hadir saat pembelajaran.

  b) Ketertarikan Seorang siswa dapat tertarik terhadap suatu pembelajaran dengan rasa senang tanpa ada pihak yang memaksanya. Contoh : antusias dalam mengikuti pembelajaran, tidak memnunda tugas dari guru.

  c) Perhatian Siswa dikatakan memiliki perhatian dalam pembelajaran, apabila siswa dapat konsentrasi dalam memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

  d) Keyakinan Apabila seorang siswa memiliki keyakinan terhadap suatu proses belajar yang telah diikuti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Contoh : memiliki semangat yang tinggi dalam belajar, motivasi dalam belajar, dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran.

2. Pengertian Belajar

  Belajar yang disebutkan oleh Slameto (2010:2) adalah : “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya ”.

  Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2010:2) menyebutkan bahwa perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

  “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”

  Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan dari dalam diri seseorang memiliki tahapan sampai pada tahap dimana seseorang dapat dikatakan menjadi dewasa. Belajar bukan hanya memperbaiki nilai di sekolah namun juga menanamkan sikap dan kepribadian yang baik.

3. Pengertian prestasi belajar

  Arifin. Z (2009.13) menuliskan bahwa k ata “prestasi” berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha” istilah” prestasi belajar” (achievement) berbeda deng an “hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

  Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, oleh raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.

  Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk di bahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain : a.

  Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik b.

  Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia” c.

  Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d.

  Prestasi belajar sebagai indicator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

  e.

  Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) prestasi peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka betapa pentingya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Di samping itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan atau bimbingan terhadap peserta didik.

  Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen yang saling berinteraksi, berintelasi dan berinterdependensi. Salah satu komponen pembelajaran adalah evaluasi. Begitu juga dalam prosedur pembelajaran, salah satu langkah yang harus ditempuh guru adalah evaluasi. Dengan demikian, dilihat dari berbagai konteks pembelajaran, evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan metodes karena evaluasi merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri.

  Hamdani (2011:138) menyebutkan bahwa prestasi pada dasarnya adalah : “hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar pada dasarnya suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku

  ”. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor.

  Purwardamita dalam Hamdani ( 2011:137) menjelaskan prsetasi adalah : “hasil yang telah dcapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)

  ”. Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan taraf kemampuan siswa dari hasil perkembangan dan kemajuan siswa setelah mengikuti pembelajaran dan yang berkenaan dengan kurikulum.

4. Aktivitas belajar a. Pengertian aktivitas belajar

  Menurut sardiman (2011:22) belajar adalah : “ merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkunganya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori

  ”. Dapat dijelaskan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

  Seperti yang sudah dijelaskan menurut Sardiman yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa baik dilakukan secara individu maupun kelompok dalam suatu pembelajaran di dalam kelas maupun diluar pembelajaran untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar.

b. Prinsip-prinsip Aktivitas Belajar

  Prinsip aktivitas dalam belajar dapat dilihat dari perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Berdasarkan unsure kejiwaan subjek belajar akan diketahui prinsip belajar yang terjadi. Untuk melihat prinsip aktivitas belajar dari sudut pandangan ilmu jiwa ini secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan yaitu :

  1) Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Lama

  John locke dalam Sardiman (2007: 97-98) menyebutkan: “ dengan konsepnya tabularasa, mengibaratkan jiwa seseorang bagaikan kertas putih yang tidak tertulis

  ”. Kertas putih ini kemudian akan mendapatkan coretan atau tulisan dari luar.

  Konsep semacam ini kemudian ditransfer ke dalam dunia pendidikan.

  Kesimpulan dari konsep tersebut siswa ibarat botol kosong yang diisi air oleh sang guru. Gurulah yang menentukan bahan dan metode, sedangkan siswa menerima begitu saja. Aktivitas anak terutama terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Dalam proses belajar mengajar semacam ini tidak mendorong siswa untuk berfikir dan beraktivitas.

  2) Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Modern

  Sardiman (2007: 99- 100) menyebutkan bahwa : “ pandangan ilmu jiwa modern meterjemahkan jiwa manusia sebagai suatu yang dinamis, memiliki potensi energy sendiri ”.

  Oleh karena itu, secara alami anak didik akan menjadi aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab itu, tugas pendidik adalah pembimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar Siswa

  Menurut Sardiman A.M (2007:45), menyebutkan bahwa ada sedikitnya delapan faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Faktor-faktor itu adalah perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat dan motif.

  Secara rinci faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1)

  Pengamatan Pengamatan adalah cara yang dilakukan oleh anak dalam melakukan pengamatan terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan di sekitar, pengamatan yang dilakukan oleh anak dilakukan dengan bantuan panca indera yang dimiliki oleh setiap anak. Panca indera memiliki fungsi yang sangat penting untuk mendukung aktivitas siswa dalam belajar.

  2) Tanggapan

  Tanggapan adalah suatu proses yang berkelanjutan dari pengamatan, pengamatan yang dilakukan setiap siswa untuk menyimpulkan apa yang mereka lihat dan bagaimanakah kesimpulanya. jika pengamatan sudah berhenti maka tanggapan itu akan berpengaruh terhadap perilaku belajar setiap siswa. 3)

  Bakat Bakat merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dari sejak lahir, bakat yang dimiliki anak yang satu tentunya berbeda dengan bakat yang dimiliki oleh anak lainya. 4)

  Berfikir Berfikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan.

  5) Motif

  Motif merupakan keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Motif yang tinggi akan menghasilkan aktivas belajar yang lebih bersemangat, hal ini siswa akan mudah memperoleh prestasi yang diinginkan.

5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

  Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS yang dijelaskan oleh Susanto (2013. 137), sebagai : ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah

  ”. Luasnya kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam sosial ini.

  Segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek soasial yang meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan, semuanya dipelajari dan dikaji dalam sosiologi. Aspek ekonomi yang meliputi perkembangan, faktor, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi. Aspek budaya dengan segala perkembangan dan permasalahannya dipelajari dalam antropologi. Aspek sejarah yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah. Begitu juga aspek geografi yang memberikan karakter ruang terhadap kehidupan di masyarakat dipelajari dalam ilmu geografi.

  Zuraik dalam Djahiri dalam susanto (2013:137) hakikat IPS adalah : “ harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai

  ”. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warga Negara sendiri mungkin. Pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan- kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat.

  Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga Negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis. Sayangnya, kenyataan di lapangan bahwa masih banyak yang beranggapan bahwa pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi siswa dibandingkan pendidikan IPA dan matematika yang mengkaji bidang pengembangan dalam sains dan teknologi.

  Anggapan tersebut kurang tepat, karena disadari bahwa pendidikan IPS dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang nilai dan sikap, pengetahuan, serta kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kehidupan nyata, khususnya kehidupan sosial masyarakat pada umumnya. Pembelajaran IPS diharapkan dapat menyiapkan anggota masyarakat di masa yang akan datang, mampu beertindak secara efektif. Nilai-nilai yang wajib dikembangkan dalam pendidikan IPS, yaitu: nilai-nilai adekuatif, praktis, teoretis, filsafat, dan kebutuhan.

  Hakikat pendidikan

  IPS itu hendaknya dikembangkan berdasarkan realita kondisi sosial budaya yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan ini akan dapat membina warga Negara yang baik mampu memahami dan menelaah secara kritis kehidupan sosial di sekitarnya, serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungan kehidupan, baik di masyarakatnya, negara, maupun dunia.

  IPS yang dijelaskan pada Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1993, disebutkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, atropologi, sosiologi, dan tata Negara. Khusus di sekolah lanjutan tingkap pertama program pengajaran IPS hanya mencakup bahan kajian geografi, ekonomi, dan sejarah.

  Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, menunjukan bahwa

  IPS merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang di dalamnya mencakup antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukm, filsafat, ilmu politik, sosial, agama, dan psikologi. Di mana tujuan utamanya adalah membantu mengembangkan kemampuan dan wawasan siswa menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai aspek ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan (humaniora)

  Pengertian pendidikan IPS yang dijelaskan oleh Susanto ( 2013:139) menyebutkan bahwa secara spesifik, Forum Komunikasi II HISPIPSI Tahun 1991 di Yogyakarta membagi menjadi dua bagian, yaitu pengertian pendidikan IPS menurut versi pendidikan dasar dan menengah, dan pengertian IPS menurut versi pendidikan tinggi atau perguruan tinggi, yang bernaung di bawah Fakultas Pendidikan Ilmu Pegetahuan Sosial (FPIPS). Pertama, menurut versi pendidikan dasar dan menengah, pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin imu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

  Kedua, menurut versi di perguruan tinggi, pendidikan IPS adalah manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Berdasarkan adanya perbedaan dua versi pengertian IPS sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan pengertian IPS dalam tulisan ini adalah pendidikan IPS versi pendidikan dasar dan menengah sebagaimana dikemukakan di atas.

  Begitu luas cakupan dan kajian IPS ini, banyak ahli yang memberikan batasan dari pendidikan IPS tersebut, mulai dari ahli dalam negeri sampai ahli dari luar negari.Maryani dalam susanto (2013:141) misalnya, memberikan batasan pendidikan IPS adalah

  : “bahan kajian yang terpadu (interdisipliner) yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi yang dioorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran

  ”. Sementara menurut Banks dalam susanto (2013:140), pendidikan IPS adalah : “The social studies that part of the elementary

  

and high school curriculum which has the primary responsibility for

helping studies to develop ehe knowledge, skill, attitude, and values

needed to participate ini the civic life of their local communities the

nation-and the world ”.

  Pendidikan IPS atau yang dia sebut (Social Studies menurut Banks adalah, merupakanbagian dari kurikulm di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam tangka berpartisipasi di dalam masyarakat, Negara, dan bahkan dunia).Banks menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS diterapkan di sekolah- sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan menengah.

  Definisi yang hampir sama dengan yang diberikan oleh Banks adalah definisi pendidikan IPS menurut Jarolimek dalam susanto (2013:141), yang menyatakan bahwa

  : “pada dasarnya pendidikan IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat di mana ia tinggal

  ”. Kedua pengertian di atas, yang diberikan oleh Banks dan Jarolimek menekankan kepada upaya pembentukan moral anak sebagi warga Negara atau anggota masyarakat yang mampu berperan serta dalam kelompok hidupnya.

  Belajar pendidikan IPS ini sudah semestinya didapatkan oleh setiap siswa untuk memperoleh bekal pengetahuan yang berharga dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang berbeda tempat maupun waktu, baik secara individu maupun secara kelompok,untuk menemukan kepentingannya yang akhirnya dapat terbentuk suatu masyarakat yang baik dan harmonis.

  Pada pihak lain, dengan memperoleh pendidikan IPS ini, menurut Fraenkel dalam Susanto (2013:142) menyebutkan bahwa: “pendidikan

  IPS dapat membantu para siswa menjadi lebih mampu mengetahui tentang diri mereka dan dunia di mana mereka hidup ”. Mereka akan lebih mampu menggambarkan kesimpilan yang diperlukan tentang hidup dan kehidupan, lebih berperan serta atau apresiatif terhadap kompleksitas atau kerumitan menjadi manusia dan masyarakat serta budaya yang mereka ciptakan, lebih mengetahui perbedaan gagasan sikap, nilai, dan cara berpikir, dalam menjaga dan mengerjakanya, dalam sedikit teori, tentang itu semualah ilmu pengetahuan sosial.

  Secara historis, pendidikan IPS sebagai bidang studi dalam kurikulum sekolah mulai diajarkan di Indonesia sekitar tahun 1975 yang sudah dijelaskan oleh Susanto ( 2013: 142- 143) sebagai bidang studi IPS dalam kurikulum SD, SMP, dan SMA. Sejak diberlakukanya kurikulum 1975 ini, baik pada tingkat SD, SMP, maupun SMA pembelajaran diberikan dengan menggunakan pendekatan terpadu (integrated), meskipun terdapat perbedaan dalam tingkat keterpaduan di antara tiga jenjang pendidikan ini. Penggunaan pendekatan terpadu ini sejak kurikulum tahun 1975, kurikulum 1986, 1994, 2004 (KBK), dan sampai kurikulum yang saat ini diberlakukan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) masih dipakai.Dan istilah IPS pun masih dipakai untuk menamai mata pelajaran sosial pada tingkat SD dan SMP, walaupun dalam kenyataanya di SMP mata pelajaran IPS diajarkan secara terpisah. Adapun untuk tingkat SMA, mata pelajaran IPS tidak dipakai lagi untuk menamai kelompok mata pelajaran sosial ini, karena SMA telah dirganisasikan secara terpisah (separated)

  Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat.Tujuan pengajaran IPS tentang kehidupan masyarakat manusia dilakukan secara sistematik.Dengan demikian, peranan IPS sangat penting untuk mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupanya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang baik.Tujuan ini memberikan tanggung jawab yang berat kepada guru untuk menggunakan banyak pemikiran dan energi agar dapat mengajarkan IPS dengan baik.

a. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

  Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan peserta didik di masyarakat, bangsa, dan Negara dalam berbagai karakteristik. Lebih jauh lagi dalam pendidikan IPS dikembangkan tiga aspek atau tiga ranah pembelajaran, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif). Ketiga aspek ini merupakan acuan yang berorientasi untuk mengembangkan pemilihan materi, metode, dan model pembelajaran.

  Ada beberapa tujuan pendidikan IPS yang menggambarkan bahwa pendidikan

  IPS merupakan bentuk pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang memungkinkan anak berpartisipasi dalam kelompoknya, baik itu keluarga, teman bermain, sekolah, masyarakat yang lebih luas, bangsa, dan Negara. Tujuan pendidikan ilmu sosial dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan ilmu-ilmu sosial dikembangkan atas dasar pemikiran suatu disiplin ilmu, sehingga tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan institusional menjadi landasan pemikiran mengenai tujuan pendidikan ilmu nasional.

  Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

  Mutakin dalam Susanto (2013:145) merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut: 1)

  Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat

  2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah- masalah sosial.

  3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

  4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan maslah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat

  5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab.

  Pembagian tujuan pendidikan ilmu sosial yang dijelaskan oleh Hasan dalam susanto (2013:147) membagi menjadi tiga kategori, sebagai berikut :

  1) Pengembangan kemampuan intelektual siswa yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu. Tujuanya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir dan memahami ilmu sosial serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengelola informasi, dan mengomunikasikan hasil temuan

  2) Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan sosial. Tujuanya mengembangkan kemampuan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dan bangsa termasuk tanggung jawab sebagai warga dunia. Selain itu juga, mengembangkan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nila, norma, dan moral yang berlaku di masyarakat

  3) Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. Tujuannya berkenaan dengan pengembangan sikap nilai, norma, moral, yang menjadi panutan siswa dalam pembentukan kebiasaan positif untuk kehidupan pribadinya serta sikap positif terhadap diri untuk memacu perkembangan diri sebagai pribadi.

  Menurut Peraturan Mendiknas No 22 tahun 2006 mata

  pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, dan global.

6. Model pembelajaran kooperatif

  Slavin dalam Isjoni (2011:15) mengemukakan: “In cooperative

  learning methods, students work together in four member teams to

  

master material initially presented by the teacher”.(Dari uraian tersebut

  dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar).

  Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat

  ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata peljaran dan berbagai usia.

  Seperti yang sudah dijleskan oleh Slavin ( 2005:4-5) bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka.

a. Tujuan Pembelajaran kooperatif

  Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran.

  Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju

  belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar

  

cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara

  berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secra berkelompok.

  Slavin dalam Isjoni (2011:21) mengemukakan tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning yaitu: “penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang s ama untuk berhasil”. 1)

  Penghargaan kelompok

  Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan

  kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok.Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteris yang ditentukan.Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. 2)

  Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3)

  Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan menggunakan metode scoring yang

  Cooperative learning

  mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu.Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

  Trianto (2009:66) mengemukakan bahwa terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran

  Fase Tingkah Laku Guru Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan

  Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

  Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada Menyajikan informasi siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

  Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa Mengorganisasikan siswa bagaimana caranya membentuk ke dalam kelompok kelompok belajar dan membantu kooperatif setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

  Fase-4 Guru membimbing kelompok- Membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka bekerja dan belajar mengerjakan tugas mereka

  Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar Evaluasi tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk

  Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

7. Metode Pembelajaran Course Review Horay

  Course Review Horay merupakan metode pembelajaran yang

  dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar diwajibkan berteriak “horey” atau yel-yel lainnya yang disukai. Metode ini berusaha menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal, di mana jawaban soal tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor. Siswa atau kelompok yang member jawaban benar haru s langsung berteriak “horey” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Metode ini juga membantu siswa untuk memahami konsep dengan baik melalui diskusi kelompok.

  Langkah-langkah metode pembelajaran Course Review Horay menurut Huda. M (2013: 229-231) adalah sebagai berikut:2 a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

  b. Guru menyajikan atau mendemostrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab.

  c. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok

  d. Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersebut kemudian diisi dengan nomor yang ditentukan guru.

  f. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabanya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru

  g. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan spal yang telah diberikan tadi

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V DI SDN GUGUS PUSPITA JEPARA

4 77 319

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PRAKTIKUM MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI BANJAR AGUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

9 79 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN COURSE REVIEW HORAY DI MIN PONTIANAK TENGGARA ARTIKEL PENELITIAN

0 0 19

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS VIIIA SMP N 1 BINANGUN CILACAP

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN PADA SISWA KELAS V SD N 1 KAYUMAS KECAMATAN JATINOM

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI KOMBINASI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN COURSE REVIEW HORAY

0 1 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perpustakaan 1. Pengertian Perpustakaan Sekolah - PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DALAM MENDORONG MINAT BACA SISWA DI SD N 2 KEDUNGMENJANGAN - repository perpustakaan

1 6 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pelayanan - Suratman BAB II

1 13 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Stroke a. Pengertian - Kssmiatun BAB II

0 4 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRESTASI BELAJAR - PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN INTELEKTUAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA IPS KELAS XI DI SMA NEGERI 01PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 20