BAB I PENDAHULUAN - SRI HARTATI BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan kurikulum 2013 menekankan pada kemampuan secara menyeluruh. Kemampuan secara menyeluruh artinya adanya keseimbangan antara

  pengembangan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Salah satu karakteristik kurikulum 2013 adanya keseimbangan antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan untuk membangun soft skills dan hard skills. Pada jenjang Sekolah Dasar ranah attitude harus lebih banyak atau lebih dominan dikenalkan, diajarkan, dan atau dicontohkan pada anak, kemudian diikuti ranah skill, dan ranah knowledge lebih sedikit diajarkan pada anak. Pada jenjang pendidikan di SMK ranah pengetahuan bahasa diajarkan secara seimbang dan terintegrasi dengan ranah keterampilan dan sikap. Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dan siswa dituntut untuk mampu memakai dan membuat teks (Kemendikbud, 2013:13).

  Kegiatan berbahasa terbagi atas empat keterampilan yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan menyimak dan membaca merupakan keterampilan yang bersifat reseptif. Keterampilan berbahasa reseptif pada hakikatnya merupakan kemampuan menerima, atau proses dekoding yaitu kemampuan untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain baik yang dituturkan melalui sarana bunyi atau tulisan sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif . Keterampilan berbahasa reseptif yaitu kemampuan untuk menerima bahasa dari pihak lain baik melalui bahasa atau tulisan. Dibandingkan dengan keterampilan berbicara, menulis sering dianggap lebih sulit dikuasai karena di samping kemampuan untuk mengorganisasi pikiran dan perasaan secara sistematis di dalam kegiatan menulis diperlukan pula penguasaan berbagai hal yang terkait dengan aspek bahasa dan tata tulis. Subana (2011: 235) menyatakan bahwa menulis sebagai keterampilan berbahasa merupakan proses bernalar. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu menulis merupakan suatu kegiatan aktif yang memerlukan daya pikir yang logis, sehingga menghasilkan suatu tulisan yang baik. Melalui penguasaan keterampilan menulis, siswa diharapkan dapat mengungkapkan ide gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi. Dikatakan mampu menulis dengan baik dan benar adalah jika mampu menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan secara apik dan jelas, sehingga tercapai maksud dan tujuan tulisan tersebut kepada para pembacanya.

  Sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang sulit untuk dikuasai, kegiatan menulis juga kurang diminati oleh siswa karena kompleksitas kesulitannya, padahal banyak manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran menulis antara lain (1) menumbuhkan minat membaca siswa, (2) memperluas wawasan siswa melalui kegiatan membaca, (3) melatih siswa mengungkapkan gagasan secara tertulis, (4) melatih siswa berpikir kritis dan kreatif. Kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan menulis bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor materi menulis yang memang sangat kompleks dan faktor guru mengajar, dalam hal ini metode yang digunakan guru dalam menyampaikan dan mengajarkan materi menulis kepada siswa.

  Model pembelajaran saat ini telah banyak mengalami perkembangan. Berkembangnya model pembelajaran didasari pada berkembangnya dinamika pendidikan terkait dengan perkembangan materi pembelajaran, kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Tujuan dikembangkannya model pembelajaran tersebut pada intinya adalah untuk menciptakan pembelajaran yang efektif sehingga mampu meningkatkan kemampuan belajar siswa.

  Kurikulum 2013 menempatkan kompetensi menulis sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa pada kurikulum 2013 ini adalah kompetensi 4.2 yaitu memproduksi teks anekdot yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Menulis tek anekdot merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa. Pembelajaran teks anekdot dalam mata pelajaran bahasa Indonesia diwujudkan secara tersurat dan runtut dalam kompetensi dasar.

  Tabel 1.1 Pemetaan kompetensi dasar pembelajaran teks anekdot di SMK

  KOMPETENSI DASAR 1. Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan 2. Membandingkan teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan

  3. Menganalisis teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan

  4. Mengevaluasi teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi berdasarkan kaidah-kaidah teks baik melalui lisan maupun tulisan 1. Menginterpretasi makna teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik secara lisan maupun tulisan

  2. Memproduksi teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan 3. Menyunting teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan 4. Mengabstraksi teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik secara lisan maupun tulisan

  5. Mengonversi teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan

  (Sumber Kemendikbud, 2014:20) Teks anekdot adalah teks yang berisi sebuah cerita lucu atau menggelitik yang bertujuan memberikan suatu pelajaran tertentu. Kisah dalam anekdot biasanya melibatkan tokoh tertentu yang bersifat faktual ataupun terkenal. Dengan demikian anekdot tidak semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu-lucu, guyonan, ataupun humor. Akan tetapi terdapat pula tujuan lain yang diharapkan bisa memberikan pelajaran kepada khalayak.

  Keterampilan menulis teks anekdot diajarkan kepada siswa dengan tujuan agar siswa mampu menulis teks anekdot dengan bahasa yang baik dan benar, koheren sesuai dengan karakteristik teks. Namun pada kenyataannya masih banyak dijumpai hasil tulisan siswa yang belum memuaskan. Pembelajaran yang berlangsung di kelas saat ini dapat dikatakan belum berhasil membuat siswa terampil dalam menulis teks anekdot, bahkan belum mampu membuat siswa berminat untuk menulis teks tentang anekdot.

  Beberapa kendala atau faktor yang mungkin menjadi penyebab pembelajaran menulis teks anekdot belum sesuai dengan yang diharapkan antara lain yaitu (1) waktu siswa untuk melakukan praktik menulis masih sangat kurang karena sebagian besar waktu belajar digunakan untuk mempelajari teori menulis anekdot, (2) guru telah menugasi siswa menulis anekdot dengan tema bebas ataupun yang ditentukan namun belum menjelaskan manfaat dari menulis teks anekdot sehingga siswa belum atau kurang menyadari kepentingannya, (3) guru kurang menuntun siswa melalui model menulis, (5) belum digunakannya media bantu pembelajaran yang baik sebagai model bagi siswa, dan (6) Kondisi-kondisi tersebut dapat menjadikan (1) siswa kurang menguasai materi yang akan ditulis, (2) siswa kurang menguasai teknik penulisan, (3) siswa kurang mampu menuangkan atau mengekspresikan pikirannya dalam waktu yang singkat, dan (4) siswa kurang berminat dalam kegiatan menulis.

  Kesulitan siswa ketika menulis teks anekdot terletak pada ketidakmampuan dalam memilih kata dan mengembangkannya dalam bentuk kalimat, dan siswa kesulitan dalam memulai menulis teks anekdot. Faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan siswa dalam menulis teks anekdot, diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan keterampilan menulis kurang tepat, inovatif, dan kreatif. Guru lebih cenderung bersikap konvensional (ceramah, tanya jawab, penugasan), sehingga siswa cepat merasa bosan ketika proses pembelajaran berlangsung dan kurang waktu untuk berlatih.

  Pertumbuhan ke arah berpikir kreatif akan berkembang jika siswa senantiasa memperoleh stimulus melalui pembelajaran yang dapat mendukung pengembangan proses berpikir kreatif (creative thinking), memberi bekal keterampilan-keterampilan untuk menghadapi kehidupan (life skills). Salah satu model pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot yaitu model Synectics dan model Problem

  

Based Learning (PBL) berbantu media komik strip. Model pembelajaran ini

  adalah model pembelajaran yang memanfaatkan media komik strip berupa gambar

  • gambar yang diurutkan menjadi urutan logis. Urutan gambar yang logis membantu siswa menulis dengan teratur sehingga tulisan yang dihasilkan akan lebih baik. Model Synectics dan model Problem Based Learning berbantu media komik strip merupakan salah satu model pembelajaran yang berkiblat pada pendekatan kontekstual, dimana konsep pembelajaran dikaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan mereka baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan bermayarakat. Adapun tujuan pembelajaran dari pendekatan ini adalah hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Hal ini sejalan dengan konsep Kurikulum 2013, di mana siswa diharapkan dapat mandiri dalam memperoleh pengetahuan, sehingga pengetahuan yang diperolehnya lebih bermakna baginya dan lingkungannya. Melalui media bantu komik strip yang diberikan dalam model pembelajaran ini terdapat kronologis peristiwa yang memudahkan siswa menangkapkan ide yang dituangkan saat menulis teks anekdot. Oleh karena itu secara teoritis model Synectics dan model Problem Based Learning (PBL) berbantu media komik strip dapat meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot siswa.

  Pembelajaran model Synectics dan model Problem Based Learning (PBL) merupakan dua diantara beragam pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat dijadikan alternatif model pembelajaran. Model Synectics dan Model Problem

  

Based Learning adalah cara yang menarik dan menyenangkan untuk mempelajari

  bahasa Indonesia. Model Synectics memacu siswa menyelesaikan masalah pembelajaran bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, merangsang untuk berpikir kreatif, dan mempermudah dalam belajar. Kegiatan belajar mengajar model Problem Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Model

  

synectics dan model Problem Based Learning akan mengubah suasana kelas dan

  membentuk peserta didik mandiri. Hal ini lebih disukai daripada lingkungan pembelajaran tradisional, siswa hanya melihat, menghafal, dan mengucapkan apa yang telah diajarkan.

  Kegiatan belajar mengajar dengan model synectics dan model Problem

  

Based Learning , dapat dijadikan alternatif pembelajaran bagi guru karena

  dianggap dapat membangkitkan minat siswa dan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan media bantu komik strip mempunyai unsur dasar visual sehingga komik diharapkan dapat dipakai sebagai alat penyampai pesan yang berisi arti dan makna dalam komunikasi visual antara pesan yang disampaikan oleh komik tersebut dengan si pembaca melalui daya imajinasinya. Kreativitas yang terjadi dalam proses pembelajaran diharapkan dapat menjadikan siswa merasa ingin mengetahui, mengajukan pertanyaan, dan mampu menyampaikan pendapat. Model ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks anekdot, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan nilai ulangan siswa.

  Atas dasar pemikiran seperti tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Synectics dan Model

  

Problem Based Learning Berbantu Komik-Strip terhadap Kemampuan Menulis

  Anekdot Siswa SMK Negeri 1 Tonjong Brebes “ B.

  Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

  1. Apakah model Synectics berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa?

  2. Apakah model Problem Based Learning berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa?

  3. Model Synectics atau Model Problem Based Learning yang lebih berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa? C.

  Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

  1. pengaruh model Synectics terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa.

  2. pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa.

  3. model synectics atau model Problem Based Learning yang lebih berpengaruh terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa.

  D.

  Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis bagi siswa, guru, serta sekolah khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

  Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

  1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi tentang model pembelajaran yang berkaitan dengan teks anekdot. Selain itu, penelitian ini akan memperkaya khasanah ilmu khususnya dalam bidang pengajaran dan mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam pada masa-masa mendatang.

  2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain bagi siswa, guru, dan sekolah.

  a.

Bagi Guru

  Memberikan kontribusi positif kepada guru agar dapat meningkatkan kualitas pengajarannya dengan memanfaatkan Model synectics dan model Problem Based Learning, sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan efisien, dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru Bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya.

  b.

Bagi Sekolah

  Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.